Anda di halaman 1dari 8

PENGARUSUTAMAAN ISU PERUBAHAN IKLIM DALAM PERENCANAAN

DAERAH SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA

Di susun oleh : Berthy C. Imuly. SE NIP 197610072005011017


Jabatan : Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Aru
LATAR BELAKANG

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mendefinisikan Bencana adalah


peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak lainya. Indonesia adalah
salah satu Negara yang paling rentan mengalami bencana, hal ini dipicu karena
beberapa faktor diantaranya faktor posisi geografis di mana Indonesia diapit oleh
samudera Atlantik dan Pasifik
Selain faktor geografis, Perubahan iklim adalah salah satu Kontributor terbesar
terhadap kebencanaan di Indonesia, Perubahan iklim dimaknai sebagai perubahan suhu
global yang dipicu oleh pemanasan global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca
ke atmosfer sehingga berdampak kepada perubahan iklim. Dampak dari Perubahan
iklim sendiri sangat fatal bagi kehidupan manusia karena mempengaruhi berbagai
sektor yang berhubungan dengan kehidupan manusia, seperti ekonomi, sosial-budaya
dan lingkungan, kesehatan dan lainya.
Berdasarkan laporan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Nasional
(BNPB) yang dikutip dari media Indonesia sabtu 5/11/2022 menyebutkan bahwa
Bencana di Indonesia yang terjadi didominasi oleh bencana hidrometeorologi atau
bencana alam, hal ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa perubahan iklim sangat
berkontribusi terhadap terciptanya bencana alam di Indonesia dan mengakibatkan
kerugian baik fisik maupun non-fisik.
Bencana yang sering melanda Indonesia maka sangat dibutuhkan Kemampuan adaptasi
dan mitigasi yang konsisten dan serius agar menciptakan ketangguhan dan mengurangi
risiko atau dampak buruk, baik di tingkat Nasional, Provinsi maupun Kabupaten .
Ironisnya Kepulauan Aru dinilai memiliki nilai ketangguhan di skala 0,93 dari skala 1-5
di tahun 2019 yang terefleksi dalam Penilaian Ketangguhan yang dilakukan oleh
Pemerintah daerah dan APIK USAID pada 2019.

Hal tersebut mengkonfirmasi bahwa secara kapasitas Aru sangat rentan terhadap
dampak kebencanaan, oleh karena itu peningkatan kapasitas secara kolektif perlu
diupayakan agar menjadikan masyarakat Aru semakin tangguh dan mengurangi
kerugian akibat bencana.
Karakteristik geografis Aru yang berbasis Kepulauan menyebabkan kerentanan terhadap
dampak Perubahan iklim Semakin tinggi, hal ini terkonfirmasi Pada Rencana Adaptasi
dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana 2017 yang
menyimpulkan bahwa
daerah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah daerah dengan tingkat kerentanan terhadap
dampak perubahan sangat tinggi.
Gambaran kondisi di atas mengindikasi bahwa Pengarusutamaan isu Perubahan iklim
sebagai upaya mitigasi Bencana sangat krusial untuk ditindaklanjuti dalam bentuk
Kebijakan yang komprehensif dan kontekstual agar dapat mengakselerasi upaya
pencegahan Bencana.

TUJUAN
Penulisan ini bertujuan untuk
Sebagai syarat untuk persyaratan Pelaksanaan uji kompetensi Pejabat Pemimpin tinggi
Pratama
Memberikan refleksi kondisi dampak perubahan iklim serta rekomendasi kebijakan
dalam menanggulangi dampak krisis iklim di Kepulauan Aru.

PERMASALAHAN

Sebagai daerah dengan kondisi geografis berbasis Kepulauan seolah mengkonfirmasi


bahwa Kepulauan Aru sangat rentan terhadap dampak Perubahan iklim, hal ini
terkonfirmasi dengan hasil Penilaian kerentanan dampak Perubahan Iklim yang
dilakukan oleh APIK USAID bersama Pemerintah Daerah Kepulauan Bapelitbang pada
tahun 2018, Penilaian tersebut menyimpulkan bahwa ada beberapa sektor yang sangat
terdampak perubahan iklim di antaranya, Air Bersih,Pertanian, Perikanan,Permukiman
dan Perhubungan laut
Hasil penilaian tersebut harusnya mendesak lahirnya kebijakan-kebijakan yang
mengakomodasi penanganan dampak perubahan iklim di Kepulauan Aru agar bisa
menghindari risiko atau dampak negatif dari dampak Perubahan iklim tersebut.
ironisnya hingga saat ini perubahan iklim belum mendapatkan prioritas baik dalam
kebijakan dalam bentuk regulasi, regulasi dan Public Engagement
REGULASI

Kamus Besar Indonesia mendefinisikan Regulasi adalah peraturan atau cara untuk
mengendalikan manusia atau cara masyarakat dengan suatu peraturan atau
pembatasan tertentu. Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan rakyat sebagai
otorisator harusnya berkolaborasi untuk merumuskan regulasi yang bisa mengatur
aktivitas masyarakat, korporat, atau suatu entitas agar setiap aktivitas yang dilakukan
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan. karena sebagaimana
diketahui bahwa kerusakan lingkungan menjadi penyebab perubahan iklim dan
perubahan iklim memicu bencana, oleh karena itu regulasi yang berwujud Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati, Peraturan Desa yang mengarusutamakan isu Perubahan iklim
sangat dibutuhkan untuk mengontrol dan mencegah dan memulihkan kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh manusia. Ada beberapa instrumen yang dipakai
pemerintah sebagai alat untuk mengendalikan aktivitas manusia baik secara personal
maupun korporat seperti Analisis Dampak Lingkungan atau AMDAL tetapi dinilai masih
belum mengarusutamakan isu perubahan Iklim
b. EDUKASI
Arwan dkk (2021) menyebutkan bahwa Indonesia sangat perlu Edukasi Perubahan
iklim sebagai fondasi yang akan menguatkan manusia. Edukasi yang masif baik di
sektor formal dan non- formal akan akan membawa pembaharuan berpikir dan
meningkatkan kesadaran (awareness) ,
kesadaran akan mempengaruhi kebijakan baik pembuatan regulasi dan lainya, selain itu
Masyarakat yang sadar akan berimplikasi terhadap Ketangguhan.
Public Engagement ( Keterlibatan Publik)
Partisipasi Publik dapat diartikan sebagai upaya kolektif dalam berdialog, menganalisis
hingga menyetujui sebuah solusi dan diimplementasikan secara bersama. Dalam
Pengendalian bencana alam ( hidrometeorologi ) dengan pengarusutamaan isu
perubahan iklim sangat membutuhkan keterlibatan publik, baik akses ke informasi
terkait perubahan iklim dan kesempatan terlibat dalam pengambilan keputusan,
Keterlibatan Publik dalam Perubahan iklim sudah digaungkan sejak Deklarasi Rio yang
dikembangkan pada tahun 1992 di Konferensi PBB tentang Lingkungan dan
Pembangunan (UNCED).
Untuk Pengendalian isu Perubahan iklim di Kepulauan Aru yang inklusif dan berkeadilan
wajib mempertimbangkan Partisipasi publik sebagaimana tergambarkan di atas karena
dengan melibatkan masyarakat akan berkeadilan dan inklusif serta memberikan rasa
kepemilikan tanggung jawab kepada masyarakat untuk menjadi katalisator Pencegahan
bencana lewat pengarusutamaan isu perubahan iklim.
Kolaborasi lintas sektor baik tokoh agama, adat dan lintas organisasi dan LSM dalam
penanggulangan isu Perubahan iklim di Kepulauan Aru akan sangat mengakselerasi
upaya ketangguhan, ironisnya Keterlibatan publik masih sangat minim dilakukan.

SOLUSI
Sebagai solusi atas permasalahan diatas maka penting untuk menindaklanjuti Rencana
Aksi Daerah : Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim (RAN API- PRB) yang sudah
digodok oleh Pemerintah daerah dan APIK USAID tahun 2019. karena dalam RAN API-
PRB yang telah disusun telah memasukan rekomendasi-rekomendasi adaptasi dan
mitigasi Perubahan iklim masing- masing Dinas di Kepulauan Aru yang dilaksanakan
secara partisipatif untuk kemudian ditindaklanjuti dalam Program Kerja masing-masing
Dinas contohnya aksi Adaptasi Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan yaitu
Pengembanagn Hydroponik, Disversifikasi Pangan local seperti Sago dll, Dinas
Perhubungan mengusulkan mitgasi korban bencana dengan mewajibkan safety
equipment di setiap armada pelayaran dan lainya. Implementasi upaya mitigasi dan
mitigasi Perubahan iklim yang berpedoman pada RAD-MAPI Kepulauan Aru akan lebih
terorganisir dan komprehensif dan dapat diukur. RAD -MAPI juga merupakan cerminan
komitmen dan
keseriusan Pemerintah Daerah Kepulauan Aru untuk membangun masyarakat yang
tangguh.
Selain RAD-MAPI kebijakan dalam bentuk regulasi baik di tingkat Desa- Kecamatan
maupun Kabupaten sangat dibutuhkan agar

KESIMPULAN

Krisis iklim sangat rentan terhadap daerah Pulau-Pulau kecil dan pesisir termasuk
Kepualaun Aru, oleh karena itu ancaman iklim bagi Kepulauan Aru harus direspon
dengan serius oleh Pemerintah Kepulauan Aru, karena krisis iklim sangat berdampak ke
masayarakat Aru dari berbagai aspek baik ekonomi, social budaya maupun lingkungan,
bahkan kebencanaan di Aru sangat dipengaruhi oleh bencana alam, oleh karena itu
kebijakan yang komprehensif , sistematis dan integrative sangat dibutuhkan dalam
penyelesaian persoalan tersebut, karena dengan kebijakan yang tepat akan
menciptakan masayarakat Aru yang Tangguh terhadap dampak buruk Perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2017. National Action Plan for
Climate Change Adaptation (RAN-API). Jakarta: Bappenas.
Badan Perencanaan Daerah Kepulauan Aru (Bapeda). 2019. Penilaian Kerentanan
Dampak Perubahan iklim. (Vulnerability assessment). Dobo, Kepulauan Aru
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kepulauan Aru (BPBD). 2019. Penilaian
Ketangguhan Bencana Kepulauan Aru (Resiliency assessment). Dobo, Kepulauan Aru
Arwan Juwintar dkk. 2021” Urgensi Pendidikan Berbasis Perubahan Iklim Untuk
Pembangunan Berkelanjutan” (hlmn :25). Jakarta
Hugel Stephen dan Davies Anna.2020. ”Partisipasi publik, keterlibatan, dan adaptasi
perubahan iklim: Tinjauan literatur penelitian” https://doi.org/10.1002/wcc.645
Putri Anisa yuliana, 2022. “Bencana Indonesia Dominasi wilayah di
Indonesia”.https://mediaindonesia.com/humaniora/536052/bencana- hidrometeorologi-
dominasi-bencana-di-wilayah-indonesia

Anda mungkin juga menyukai