Anda di halaman 1dari 7

POTENSI DAN MITIGASI BENCANA DI LAUT

OLEH KELOMPOK 7:
-
-
-
-
FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menitikberatkan pada upaya preventif pada prabencana. Penyelenggaraan
mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak terlepas dari perhatian terhadap aspek
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, kelestarian lingkungan hidup, kemanfaatan dan efektivitas, serta
lingkup luas wilayah.

Berdasarkan hal di atas, maka diperlukan pengaturan lebih lanjut mengenai kegiatan pengurangan risiko
bencana di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil sesuai dengan jenis, tingkat risiko, dan wilayah
bencana. Oleh karena itu Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 disusun untuk mengatur mengenai
mitigasi bencana dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, mitigasi terhadap
kegiatan yang berpotensi mengakibatkan kerusakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, serta tanggung
jawab Pemerintah, pemerintah daerah, termasuk masyarakat.

 
B. Jenis Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau pulau

Bencana dapat dikelopokkan berdasarka beberapa hal, seperti:

1. Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikelompokkan menjadi bencana alam dan non alam (karena
perbuatan orang).

Bencana yang diakibatkan karena peristiwa alam meliputi:


1. gempa bumi;
2. tsunami;
3. gelombang ekstrim;
4. gelombang laut berbahaya;
5. letusan gunung api;
6. banjir;
7. kenaikan paras muka air laut;
8. tanah longsor;
9. erosi pantai;
10. angin puting beliung.

Bencana yang diakibatkan karena perbuatan orang meliput:


1. banjir;
2. kenaikan
3. paras muka air laut;
4. tanah longsor; dan
5. erosi pantai.

2.Berdasarkan prosesnya bencana juga bisa dikelompokkan menjadi bencana geologis dan bencana
klimatologis.

Bencana geologis:
1. gempa bumi;
2. tsunami;
3. letusan gunung api;
4. tanah longsor;
5. angin puting beliung.

Bencana klimatologis:
1. gelombang ekstrim;
2. gelombang laut berbahaya;
3. banjir;
4. kenaikan paras muka air laut;
5. tanah longsor;
6. erosi pantai;

Kenaikan suhu global berimbas pada gunung es di kutub utara dan selatan, yang mencair dan mendorong
kenaikan permukaan air laut.

Merujuk data satelit yang dikumpulkan selama 20 tahun oleh ITB, penurunan permukaan air laut di
perairan Indonesia diperkiraan sekitar 3 - 8 mm per tahun.

Sementara, estimasi penurunan permukaan tanah diperkirakan lebih drastis, berkisar antara 1-10 cm per
tahun. Bahkan, di beberapa tempat, penurunannya mencapai 15-20 cm per tahun.

Pesisir yang berada di kawasan yang lebih rendah dibandingkan permukaan air laut membuat daerah
pesisir semakin rawan akan bencana berupa kenaikan permukaan air laut yang dapat menggenangi
daratan yang biasa disebut dengan banjir laut atau banjir rob (tidal flood).

Menurut peneliti geodesi dan geomatika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas, ancaman
tenggelam karena makin tingginya permukaan air laut dan penurunan tanah, tak hanya dialami oleh
Jakarta dan pesisir utara Pulau Jawa saja, namun juga pesisir timur Sumatra, Kalimantan dan Papua
bagian selatan.

Mitigasi merupakan upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat bencana. Terhadap bencana
sendiri ada empat penanganan yang dapat dilakukan yaitu mitigasi, kesiapan, tanggapan, dan penormalan
kembali

Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang
diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana
alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau
masyarakat.
Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana, diantaranya tersedianya
informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana, sosialisasi dalam
meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, mengetahui
apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana terjadi
sewaktu-waktu dan pengaturan, penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana. Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia)
diantaranya:

 Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan


 Fokusnya bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga kerja,
perumahan bahkan kebutuhan dasar lainnya.
 Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
 Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas masyarakat untuk membuat
keputusan, menolong diri sendiri dan membangun sendiri.
 Menggunakan sumber daya lokal (sesuai dengan prinsip desentralisasi)
 Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan masyarakat kurang
mampu, serta pilihan subsidi biaya tambahan dalam membangun rumah.
 Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
 Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah rentan bencana
dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi politik
 Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.
Untuk membantu Grameds untuk memahami mitigasi bencana, buku Pendidikan ingkungan
Hidup Dan Mitigasi Bencana Jilid 1 ini hadir dalam bentuk cerita, gambar, serta permainan yang
dapat membuat pembelajaran materi lebih menarik.

JENIS Mitigasi BENCANA


Tujuan dari mitigasi sendiri adalah mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya di masa
mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk, mencakup pengurangan
kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor
publik. Seperti pada contohnya pada buku Rumah Panggung yang membahas bagaimana rumah
panggung tersebut digunakan sebagai mitigasi bencana di Pesisir Aceh.

Mitigasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Apa
bedanya? Berikut penjelasanya Grameds!

Mitigasi STRUKTURAL
Mitigasi struktural merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan membangun
berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Misalnya dengan membuat waduk untuk
mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, menciptakan early warning
sistem untuk memprediksi gelombang tsunami, hingga membuat bangunan tahan bencana atau
bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dan
tidak membahayakan para penghuninya jika bencana terjadi sewaktu-waktu.
Mitigasi NON STRUKTURAL
Mitigasi non struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui
kebijakan dan peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang Penanggulangan Bencana,
pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas warga.

STRATEGI Mitigasi BENCANA


Memahami bahwa bencana dapat diprediksi secara alamiah dan saling berkaitan antara yang satu
dan lainnya sehingga perlu di evaluasi secara terus menerus. Upaya mitigasi bencana harus
memiliki persepsi yang sama baik dari aparat pemerintahan maupun masyarakatnya. Adapun
strategi yang dapat dilakukan agar upaya mitigasi bencana dapat terkoordinir dengan baik adalah
sebagai berikut.

PEMETAAN
Pemetaan menjadi hal terpenting dalam mitigasi bencana, khususnya bagi wilayah yang rawan
bencana. Hal ini dikarenakan sebagai acuan dalam membentuk keputusan antisipasi kejadian
bencana. Pemetaan akan tata ruang wilayah juga diperlukan agar tidak memicu gejala bencana.
Sayangnya di Indonesia pemetaan tata ruang dan rawan bencana belum terintegrasi dengan baik,
sebab memang belum seluruh wilayahnya dipetakan, Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi
dengan baik, Peta bencana belum terintegrasi dan Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar
yang berbeda beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

PEMANTAUAN
Pemantauan hasil pemetaaan tingkat kerawanan bencana pada setiap daerah akan sangat
membantu dalam pemantauan dari segi prediksi terjadinya bencana. Hal ini akan memudahkan
upaya penyelamatan saat bencana terjadi. Pemantauan juga dapat dilakukan untuk pembangunan
infrastruktur agar tetap memperhatikan AMDAL.

PENYEBARAN INFROMASI
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara memberikan poster dan leaflet kepada
Pemerintah Kabupaten atau Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang
tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Tujuannya untuk meningkatkan
kewaspadaan terhadap bencana geologi di kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah
sangat berperan dalam penyebaran informasi ini mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas.

SOSIALISASI, PENYULUHAN, PENDIDIKAN


Beberapa lapisan masyarakat mungkin ada yang tidak dapat mengakses informasi mengenai
bencana. Oleh karenanya menjadi tugas aparat pemerintahan untuk melakukan sosialisasi ke
masyarakat. Adapun bahan penyuluhan hampir sama dengan penyebaran informasi. Pelatihan
difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan
lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis dan masyarakat
sampai ke tingkat pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini
kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.
PERINGATAN DINI
Peringatan dini untuk memberitakan hasil pengamatan kontinyu di suatu daerah yang rawan
bencana, dengan tujuan agar masyarakatnya lebih siaga. Peringatan dini tersebut disosialisasikan
kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat
dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan
bencana berupa saran teknis, pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya), pengungsian
dan saran penanganan lainnya.

TAHAP PENANGANAN BENCANA


Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan sifat bencana.
Dalam setiap negara dan daerah, tipe bahaya-bahaya yang dihadapi juga akan berbeda-beda.
Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain memiliki sejarah-sejarah tentang kerusakan
badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah gempa bumi. Berdasarkan siklus waktunya,
kegiatan penanganan bencana kemudian dapat dibagi 4 kategori. Mitigasi sebagai tahap awal
penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana, pahami
tahapan setelahnya berikut penjelasannya Grameds:

 Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta
wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan
hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di
wilayah rawan tersebut.
 Kesiapsiagaan, merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Perencanaan
dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi.
Tujuannya adalah meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum juga
meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta
pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
 Respons, merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung
sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada
upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.
 Pemulihan, merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti semula. Pada tahap ini,
fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali
saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan
bencana yang dilakukan.
Di Indonesia sendiri sebagai daerah yang rawan terhadap bencana alam, memiliki sistem SIG
atau Sistem Informasi Geografis yang merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk menganalisis berbagai informasi geografis. Dalam penggunaan sistem SIG
tersebut dalam mitigasi bencana dapat kamu pelajari pada buku Pemodelan SIG untuk Mitigasi
Bencana.

TAHAP PENANGANAN BENCANA


Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan sifat bencana.
Dalam setiap negara dan daerah, tipe bahaya-bahaya yang dihadapi juga akan berbeda-beda.
Beberapa negara rentan terhadap banjir, yang lain memiliki sejarah-sejarah tentang kerusakan
badai tropis, dan yang lain dikenal sebagai daerah gempa bumi. Berdasarkan siklus waktunya,
kegiatan penanganan bencana kemudian dapat dibagi 4 kategori. Mitigasi sebagai tahap awal
penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana, pahami
tahapan setelahnya berikut penjelasannya Grameds:

 Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta
wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan
hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di
wilayah rawan tersebut.
 Kesiapsiagaan, merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Perencanaan
dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi.
Tujuannya adalah meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum juga
meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta
pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
 Respons, merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung
sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada
upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.
 Pemulihan, merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti semula. Pada tahap ini,
fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali
saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan
bencana yang dilakukan.
Di Indonesia sendiri sebagai daerah yang rawan terhadap bencana alam, memiliki sistem SIG
atau Sistem Informasi Geografis yang merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk menganalisis berbagai informasi geografis. Dalam penggunaan sistem SIG
tersebut dalam mitigasi bencana dapat kamu pelajari pada buku Pemodelan SIG untuk Mitigasi
Bencana.

Bencana Sosial masuk diantaranya adalah Kerusuhan. Adapun mitigasi bencana yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
 Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara stabilitas ketentraman
dan ketertiban
 Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi politik, serta di
tanamkan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
 Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten, berkeadilan dan
kejujuran.
 Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan penghormatan, dan
penegakkan HAM
 Meningkatkan kinerja aparatur negara dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang berfungsi
melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif, transparan, bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepositme.

Anda mungkin juga menyukai