Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KECILNYA DAMPAK


BENCANA ALAM

MITIGASI BENCANA

HARMITA LESTARI
22320008

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021
Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana. Beberapa bencana alam
yang sering terjadi di Indonesia antara lain, gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir
dan tanah longsor. Sebagian besar bencana alam tidak dapat diprediksi kapan terjadinya,
tetapi dampak dan kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalisir dengan upaya
mitigasi bencana. Sementara itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses
mitigasi bencana alam, diantaranya: jumlah korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, serta dampak psikologis yang ditimbulkan bagi para korban.
Mitigasi bencana sendiri merupakan segala upaya untuk mengurangi risiko
bencana. Adapun kegiatan mitigasi bencana harus dilakukan jauh sebelum terjadinya
bencana alam. Menurut Bankoff (2003): “bencana muncul bila bertemu dengan
ketidakberdayaan”. Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah
menjadi bencana alam apabila manusia tidak memiliki daya tahan yang kuat. Daya
tahan disini salah satunya adalah kemampuan mitigasi bencana.
Banyaknya korban jiwa yang diakibatkan oleh bencana alam bergantung dari
kemampuan mitigasi bencana yang sudah dilakukan sebelum bencana terjadi. Hal ini
berarti bahwa, semakin banyak penduduk di suatu wilayah tertentu maka resiko
banyaknya korban jiwa saat terjadi bencana pun akan semakin besar. Karena itu, sangat
diperlukan pendidikan dan pengajaran mengenai bahaya dan ancaman bencana yang
mungkin akan terjadi dan kemampuan penyelamatan diri saat terjadi bencana.
Dengan melihat banyaknya korban jiwa yang dapat diakibatkan saat terjadi bencana,
maka kita dapat mengetahui bahwa salah satu faktor penyebab besarnya angka kematian
di dunia adalah karena bencana alam. Dalam sebuah kolaborasi riset di Universitas
Oxford dan Global Change Data Lab, berdasarkan data bencana alam di dunia, sejak
1970, disebutkan bahwa negara-negara yang masih dalam tahap perkembangan atau
negara miskin memiliki potensi menuai banyak korban jika terjadi bencana alam. Hal
ini dipengaruhi oleh belum tersedianya sistem mitigasi yang memadai termasuk
ketersediaan peralatan keselamatan. Selain itu, proses mitigasi bencana pun akan
memakan banyak ongkos dan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh kurangnya
mitigasi bencana alam di Indonesia disebutkan pada sebuah laman berita bahwa di Jawa
yaitu pulau dengan penduduk kurang lebih 150 juta jiwa dan tingkat kepadatan 1.175
jiwa/km2 serta salah satu pulau terpadat di dunia itu hanya dilengkapi dengan sistem
mitigasi yang belum sepenuhnya memadai.
Sementara itu kerusakan lingkungan juga merupakan salah satu dampak dari terjadinya
bencana alam. Besarnya kerusakan yang terjadi akan bergantung dari besarnya
intensitas bencana alam dan ketahanan lingkungan terhadap bencana yang terjadi. Saat
terjadi bencana alam maka akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan infrastruktur,
seperti terputusnya akses jalan dan jembatan, rusaknya perkebunan dan pertanian
penduduk, serta terputusnya jaringan listrik dan instalasi air minum. Oleh sebab itu,
sangat penting untuk mengetahui daerah mana yang memiliki potensi bencana alam
agar jalannya pembangunan dapat disesuaikan. Adapun beberapa mitigasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat bencana alam di
antaranya: jika suatu daerah rawan bencana seperti banjir maka masyarakat pun harus
memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah di sungai dan saluran air.
Melakukan reboisasi di daerah rawan banjir dan tanah longsor, serta tidak membangun
rumah dan infrastruktur lainya di daerah yang dikenali sebagai daerah yang rawan
bencana alam. Dengan mengenali daerah rawan bencana, maka sebaiknya perlu
dilakukan perawatan dan perlakukan khusus bagi lingkungan dan bentang alam di
daerah tersebut. Hal ini tentu akan sangat mengurangi kerugian dan kerusakan yang
diakibatkan oleh bencana alam terhadap lingkungan.
Selain itu, dampak lain akibat bencana alam adalah kerugian harta benda, dimana
semakin besar bencana yang terjadi, maka kerugian yang ditimbulkan akan semakin
besar pula. Tentu saja hal ini berkaitan dengan seberapa padat penduduk di suatu daerah
yang terjadi bencana, dimana banyaknya penduduk akan berkorelasi dengan banyaknya
harta benda (secara umum berlaku di daerah perkotaan). Berkaca dari Jepang, informasi
data yang tepat tentang kondisi daerah dapat meminimalisasi kerugian ekonomi.
Manajemen bencana dan pengembangan instrumen pembiayaan sebelum dan
pascabencana perlu terus dikembangkan dan disempurnakan. Termasuk pembangunan
infrastruktur yang tahan terhadap bencana seperti gempa bumi dan menghindari
pembangunan di daerah yang rawan akan bencana alam lainnya seperti banjir dan tanah
longor.
Selain itu faktor psikologis juga merupakan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya
bencana alam. Pengadaan posko trauma heiling bagi para korban bencana alam,
terutama untuk anak-anak sangat dibutuhkan pasca terjadinya bencana alam. Dampak
psikologis tentu harus menjadi perhatian bagi pemerintah, dimana jika tidak ditangani
dengan baik maka akan menjadi dampak jangka panjang bagi kondisi fisik dan prikis
korban. Pada sebagian orang perasaan-perasaan ini akan pulih seiring berjalannya
waktu. Namun pada sebagian yang lain dampak emosional bencana dapat berlangsung
lebih lama berupa trauma pasca bencana. Oleh karena itu mejadi penting untuk terus
mengembangkan kajian untuk pengembangan ilmu maupun menjawab kebutuhan
praktis di lapangan dalam penanganan psikososial pada setiap fase penanggulangan
bencana. Mengingat Indonesia merupakan negara rawan bencana dan masih sedikitnya
petugas kesehatan mental profesional, 
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hal utama yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam adalah memperkuat
mitigasi bencana sejak dini dan pentingnya edukasi serta pemahaman kepada
masyarakat mengenai bencana alam. Selain itu, berbagai pihak yang memiliki andil
dalam proses pembangunan tentu harus mengetahui daerah rawan bencana dan kriteria
bangunan serta infrastruktur yang tahan terhadap bencana alam. Tentu saja, kita masih
memiliki banyak PR yang harus dikerjakan guna terus meningkatkan kualitas mitigasi
bencana alam di negeri kita yang rawan bencana dan padat penduduk ini. Semua pihak
tentu harus terlibat, bukan hanya pemerintah dan instansi terkait.

Anda mungkin juga menyukai