Anda di halaman 1dari 3

KEBIJAKAN DALAM MENANGGULANGI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA

SUATU NEGARA

Oleh : Suli Anggriani Siahaan


Prodi Hubungan Internasional, Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pendidikan
Muhammadiyah Sumatera Utara

Perubahan iklim merupakan fenomena universal yang dapat mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan di bumi termasuk bagi manusia dan lingkungannya. Salah satu dampak perubahan
iklim yang terus menjadi perbincangan masyarakat internasional yaitu naiknya permukaan air
laut. Naiknya permukaan air laut dapat mengancam eksistensi negara pantai, negara kepulauan,
dan negara lain yang memiliki kepentingan terkait laut. Hal ini dikarenakan wilayah daratan
menjadi semakin sempit bahkan berpotensi akan tenggelam. Masalah lebih lanjut dan yang
paling signifikan yaitu jika pada pulau tersebut telah ditempatkan titik-titik koordinat yang
digunakan untuk melakukan pengukuran garis pangkal pantai (coasted baseline).Peristiwa ini
tentu akan mengakibatkan bergeser dan tenggelamnyanya garis pangkal pantai sehingga
memengaruhi pengaturan negara pantai terkait posisi batas-batas maritimnya.
Diambil dari situs berita, Jakarta, 30/03/23 Kemenkeu – Isu perubahan iklim menjadi
perhatian serius di seluruh dunia, tidak terkecuali bagi negara-negara di kawasan ASEAN.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa masing-masing negara
memiliki komitmen untuk mengurangi emisi CO2 yang kaitannya untuk menangani perubahan
iklim melalui Nationally Determined Contribution (NDC). NDC adalah dokumen yang memuat
komitmen dan aksi iklim sebuah negara yang dikomunikasikan kepada dunia melalui United
Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Hal ini terungkap pada acara
Ministerial Fireside Chat Seminar on Financing Transition in ASEAN, Kamis (30/3) di Bali.
“Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN, kami juga berkomitmen untuk mengurangi emisi
CO2 negara ini, bahkan kita tingkatkan komitmen kontribusi determinan nasional kita, yang
baru-baru ini kita umumkan sebelumnya 29% pengurangan CO2 sekarang ditingkatkan menjadi
31,89% jika menggunakan upaya dan sumber daya kita sendiri, dan jika digabungkan dengan
upaya dan dukungan global kami meningkat dari 41% pengurangan CO2 menjadi 43,2% pada
tahun 2060,” kata Menkeu.
Menkeu mengatakan bahwa komitmen tersebut telah diterjemahkan menjadi program,
kebijakan, bahkan ke dalam proyek. Indonesia memperkirakan kebutuhan pembiayaan terkait
upaya penanganan perubahan iklim sekitar USD 281 miliar. Menkeu menyatakan bagian terbesar
dari pembiayaan ini ada pada sektor energi, terkait untuk transisi energi fosil menuju energi baru
terbarukan yang lebih ramah lingkungan. “Dan itulah mengapa dalam Presidensi G20 tahun lalu,
Indonesia sudah mengumumkan platform (energy transition mechanism) yang telah
dikembangkan dengan dukungan ADB, dan sekarang kami menerima banyak dukungan
internasional juga,” lanjut Menkeu.
Menkeu menekankan bahwa Indonesia melakukan upaya dalam penanganan perubahan
iklim secara komprehensif. Selain melalui transisi penggunaan energi, Pemerintah Indonesia juga
mengesahkan regulasi yang di dalamnya mengatur mengenai pembentukan pasar karbon, dan
memperkenalkan pajak karbon. Pemerintah juga menggunakan regulasi fiskal seperti tax holiday,
tax allowance, dan pengecualian PPN atau bea masuk untuk semua yang terkait dengan sektor
energi terbarukan ini dan pada upaya penghentian penggunaan batubara.
“Kami mencoba mengatasi masalah ini melalui semua mekanisme yang ada seperti
regulasi, instrumen, kolaborasi serta mekanisme pasar dan non-pasar,” terang Menkeu.
Tujuan nasional 13 TPB adalah mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan
iklim. Dalam rangka mencapai tujuan nasional penanganan perubahan iklim pada tahun 2030,
ditetapkan 5 target yang diukur melalui 8 indikator. Target-target tersebut terdiri dari
pengurangan risiko bencana (PRB), pengurangan korban akibat bencana, serta adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai target-target tersebut
dijabarkan pada kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah maupun
nonpemerintah.
Untuk mewujudkan Tujuan 13 Penanganan perubahan iklim, Pemerintah Daerah (Pemda)
Daerah Istimewa Yogyakarta didasarkan pada strategi: (1) Pengelolaan pencemaran dan
kerusakan lingkungan (2) Pengurangan resiko bencana, dengan arah kebijakan: (1) Pengelolaan
pencemaran dan kerusakan lingkungan (2) Pengurangan resiko bencana secara komprehensif.
Pemerintah Daerah DIY dalam Dokumen RPJMD 2017-2022, menetapkan sasaran (indikator)
pada tujuan 13 adalah: (1) Menurunnya Indeks Risiko Bencana (IRB), (2) Terwujudnya
penyelenggaraan inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) serta monitoring, pelaporan dan
verifikasi Emisi GRK yang dilaporkan secara Tahunan, (3) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
Program Tujuan 13. Berdasarkan arah kebijakan yang selaras dengan pencapaian Tujuan 13
TPB, program yang terkait dengan penguatan kapasitas dan kelembagaan terkait pengurangan
risiko akibat perubahan iklim dan bencana alam yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
DIY mencakup (1) Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana; (2) Program Pengelolaan
Kedaruratan dan Logistik Bencana; (3) Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana.
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara
statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Perubahan iklim terbatas
hingga regional tertentu atau dapat terjadi di seluruh wilayah Bumi (wikipedia). Dan dapat
disimpulkan secara lebih ringkas bahwa perubahan iklim secara harfiah adalah iklim yang
berubah akibat suhu global rata-rata meningkat. Keadaan ini harus kita waspadai karena
dampaknya yang dapat merugikan bagi kehidupan di muka bumi ini.
Perubahan iklim yang terjadi bukan tanpa alasan dan tidak terjadi begitu saja secara tiba-
tiba. Perubahan ini terjadi karena ada faktor-faktor penyebabnya, baik itu karena fenomena alam
maupun karena tingkah laku manusia. Beberapa penyebab perubahan iklim antara lain seperti
aktivitas penebangan liar yang dilakukan oleh manusia, terjadinya pemanasan global, efek rumah
kaca, terjadinya badai El Nino (fenomena memanasnya suhu air laut pasifik timur, identik
dengan kemarau panjang/kekeringan) dan El Nina (fenomena mendinginnya permukaan air laut
pasifik timur, identik dengan curah hujan tinggi/banjir besar) di lautan, dan juga dikarenakan
menipisnya lapisan ozon di atmosfer bumi.
Perubahan iklim dapat merugikan bagi kehidupan di muka bumi ini. Pertama adalah
peningkatan suhu global, peningkatan temperatur global bukan berarti semua daerah akan
menjadi panas, bisa saja di suatu tempat terjadi peningkatan suhu sedangkan di tempat lain
justru semakin dingin. Kedua yaitu melelehnya es di kutub, akibatnya adalah peningkatan
permukaan air laut, kerusakan ekosistem kutub, dan kepunahan spesies kutub, dengan
melelahnya es di kutub, permukaan air laut akan meningkat. Hal ini juga akan mengancam
keberadaan kota-kota di pesisir laut atau daerah dengan elevasi rendah seperti Jakarta, Venice,
London, New York, Shanghai, Maldives, Tuvalu, dan negara kepulauan Pasifik. Banjir pun akan
semakin sering terjadi di daerah tersebut. Kemudian, pola cuaca akan lebih sulit diprediksi akibat
perubahan iklim. Di beberapa daerah, ini akan meningkatkan intensitas hujan yang
kemudian mengakibatkan seringnya banjir. Di daerah lainnya, kemunculan arus panas akan
semakin ekstrim dan mengakibatkan kekeringan yang berkepanjangan. Dengan meningkatnya
suhu udara dan air di lautan, badai topan akan semakin sering terjadi. Selain itu, bagi daerah
yang memiliki empat musim, lamanya musim akan semakin sulit diprediksi. Musim semi, musim
dingin, dan musim lainnya terkadang bisa terjadi sepuluh hari lebih awal atau justru terlambat
hingga dua minggu. Dan dampak selanjutnya adalah, dengan cuaca yang lebih hangat
adalah situasi yang ideal bagi virus dan bakteri untuk menyebar. Penyakit tropis seperti malaria
dan demam berdarah juga akan semakin luas cakupannya, bukan hanya di daerah tropis saja. Dan
masih banyak lagi dampak dari perubahan iklim ini, sampai sampai jika harus dilampirkan
mungkin akan lebih dari 1000 kata.
Perubahan iklim memang tidak bisa dihindari, namun sebagai individu kita setidaknya
bisa mengurangi dampaknya. Yaitu dengan penggunaan peralatan hemat energy, mematikan alat
elektronik dan lampu jika tidak digunakan, menghindari penggunaan Heater dan AC yang
berlebihan dan menetapkan susu sesuai kebutuhan, tidak boros air, menggunakan transportasi
public, daur ulang sampah dan kurangi penggunaan barang sekali pakai, kurangi penggunaan
kertas dan plastic, serta mengubah pola makan menjadi lebih sehat.
Jagalah bumi kita, karena “kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang kita, tetapi kita
meminjamnya dari anak-anak kita”.

Anda mungkin juga menyukai