Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM

TERHADAP EKOSISTEM DAN SISTEM TRANSPORTASI

Makalah Adaptasi dan Mitigasi

Oleh:
NAMA : YAHUDA DIPO PRABOWO
NIM : 1500110005

AGRIBUSINESS STUDY PROGRAM


GREEN ECONOMY AND DIGITAL COMMUNICATION FACULTY
SURYA UNIVERSITY
SERPONG
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... i

Pendahuluan.......................................................................................................................... 1

Dampak ................................................................................................................................ 1

Isu Ekosistem ........................................................................................................................ 3

Transportasi .......................................................................................................................... 3

Solusi .................................................................................................................................... 4

Pejalan Kaki dan Sepeda Sebagai Bentuk Transportasi Ramah Lingkungan .......................... 6

Kesimpulan ........................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 9

i
ii
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM
TERHADAP EKOSISTEM DAN SISTEM TRANSPORTASI

Pendahuluan
Perubahan iklim global merupakan isu yang saat ini menjadi perhatian bagi banyak
kalangan, terutama setelah diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de
Janeiro, Brazil pada tabun 1992. Namun demikian fenomena ini belum dipahami secara tepat
karena prosesnya yang sangat rumit. Perubahan iklim seringkali disalahartikan sebagai variasi
iklim yang kadang-kadang terjadi dengan gejala yang agak ekstrem dan membawa dampak
seketika yang cukup signifikan. Perubahan iklim adalah fenomena global yang dipicu oleh
kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil (BBF) dan
kegiatan alih guna lahan. Sebagian beranggapan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan
penderitaan yang tak tertanggungkan bagi masyarakat yang rentan.
Sebagian menitikberatkan perhatian pada bagaimana menangani suatu ekosistem
tertentu. Sebagian lagi mengkhawatirkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan
kemungkinan ketidakstabilan iklim yang jauh lebih luas. Tetapi sebagian lagi menyatakan
bahwa pengurangan emisi sangatlah mahal (dan karenanya tidak mungkin dilakukan). Satu hal
yang tidak dapat dipungkiri adalah· Perubahan iklim diproyeksikan menaikkan suhu
permukaan rata-rata global 2,6–4,8C sebelum 2100 (Harvard, 2014). Salah satu antisipasi
terhadap efek pemanasan global tersebut adalah pada naiknya kemungkinan frekuensi dan
intensitas kejadian cuaca ekstrem, seperti badai, banjir, dan kekeringan.
Perubahan iklim yang terjadi seiring efek pemanasan global secara terus menerus pada
akhirnya berdampak kepada berbagai area. Terdapat dua belas area yang dipandang akan cukup
terpengaruh perubahan iklim. Beberapa area yang tersebut yakni di antaranya ekosistem dan
sistem transportasi. Penulisan kajian ini dilakukan untuk meninjau bagaimana hubungan
perubahan iklim terhadap ekosistem dan transportasi.

Dampak
Perubahan iklim yang dicirikan oleh peningkatan suhu udara dan perubahan besaran
dan distribusi curah hujan tetah mcmbawa dampak yang luas dalam banyak segi kehidupan
manusia dan diperkirakan akan terus mcmburuk jika emisi GRK. tidak dapat dikurangi dan

1
distabilkan. Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dipengaruhi oleh kerentanan
suatu sistem.
Kerentanan (vulnerability) didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem (termasuk
ekosistem, sosial ekonomi, dan kelembagaan) untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Kerentanan merupakan fungsi besarnya perubahan dan dampak, serta variasi perubahan iklim.
Sistem yang rentan tidak akan mampu mengatasi dampak yang kecil sekalipun, apalagi jika
perubahan yang teljadi sangat bervariasi. IPCC (2001) menggolongkan risiko akibat perubahan
iklim menjadi risiko ekstrim sederhana dan risiko ekstrim kompleks, dan berikut beberapa
dampak yang bersifat merugikan.
- Meningkatnya tingkat kematian dan penyakit serius pada manula dan golongan miskin
perkotaan
- Berkurangnya produksi tanaman pertanian oleh kejadian kekeringan dan banjir
- Meningkatnya kerusakan bangunan oleh pergeseran batuan
- Penurunan sumber daya air secara kualitatif maupun kuantitatif
- Meningkatnya risiko kebakaran hutan
- Meningkatnya risiko kehidupan manusia, epidami penyakit infeksi
- Meningkatnya erosi pantai dan kerusakan bangunan dan infrastruktur pantai
- Meningkatnya kerusakan ekosistem pantai seperti terumbu karang dan mangrove
- Menurunnya potensi pembangkit listrik tenaga di daerah rawan kekeringan
- Meningkatnya kejadian kekeringan dan kebanjiran
- Meningkatnya kerusakan infrastruktur
Sebagai negara tropis, di Indonesia dampak yang paling dirasakan dari dampak-dampak
yang ada yakni naiknya air laut. Kcnaikan permukaan air laut setinggi dapat mcnyebabkan
masalah besar pada masyarakat pesisir, akticitas ekonomi, tempat tinggal, berbagai problem
sosial ekonomi, lalu juga rusaknya ekosistem alami pesisir seperti mangrove. Laporan
KMNLH tahun 1999 menyebutkan bahwa kenaikan muka air laut akibat pemanasan global
tabun 1990-2100 diprediksikan sebesar 5-10 mm/th. Sejalan dengan naiknya permukaan laut
juga dapat menyebabkan dampak tidak langsung masyarakat perkotaan, seperti banjir. Saat ini
banjir merupakan masalah yang juga menjadi perhatian utama di banyak wilayah di banyak
negara. Curah hujan yang tinggi akan langsung berpengaruh terhadap meluasnya daerah
genangan banjir di dataran rendah.
Kenaikan permukaan laut dan banjir menjadi penyebab terganggunnya ekosistem dan
sistem transportasi. Khususnya untuk sistem transportasi. Dalam bidang transportasi, faktor-
faktor cuaca seperti pola angin dan curah hujan sangat mempengaruhi kelancaran jalur
2
transportasi, baik transportasi laut maupun udara. Sebagai contoh jalur pelayaran akan sangat
terganggu jika terjadi angin ribut atau badai yang disertai hujan lebat.
Demikian pula dalam sistem transportasi udara. Dalam masalah perubahan iklim, sektor
transportasi yang sering berkontribusi terhadap pemanasan global, emisi gas rumah kaca dan
polusi asap kendaraan adalah salah satu kontributor yang signifikan terhadap emisi
antropogenik total. Kejadian ekstrem cuaca seperti badai dan banjir bandang juga dapat
menjadi ancaman terhadap keamanan darat, laut dan transportasi udara.Kecepatan angin tinggi
adalah ancaman langsung untuk penerbangan, dan menyebabkan gelombang laut tinggi yang
merupakan ancaman bagi transportasi laut serta curah hujan yang berlebihan dapat
menyebabkan banjir yang sering menghambat transportasi umum.

Isu Ekosistem
Ekosistem merupakkan sekumpulan organisme yang berinteraksi atau berpotensi untuk
membentuk interaksi serta berinteraksi dengan faktor lingkungan dimana mereka hidup (Cox
& Atkins 1979). Ekosistem pada dasarnya secara alami telah menyediakan jasa untuk makhluk
hidup. Jasa ekosistem merujuk pada hasil proses yang terjadi dalam ekosistem, dimana seluruh
individu manusia memiliki hak untuk menikmatinya. Menurut Millenium Ecosystem
Assessment (2005) jasa ekosistem dibagi dalam empat kategori dasar.
1. Supporting services: Jasa lingkungan yang mendukung produktifitas ekosistem lain
(siklus air, formasi tanah, biomass, kontrol biodiversitas, dll)
2. Provisioning services: jasa yang dapat diperoleh untuk kepentingan manusia secara
langsung (food, biofuel, fiber, buah, dll)
3. Regulating services: jasa lingkungan yang memberikan dukungan dalam pengaturan
untuk memastikan jasa jasa lingkungan lain tetap berjalan (water regulation, air
regulation, etc)
4. Cultural services: menyediakan jasa untuk kebutuhan budaya masyarakat termasuk
immaterial services

Transportasi
Berdasarkan pengertian dasarnya, transportasi adalah perpindahan manusia atau barang
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan
oleh manusia atau mesin. Di dalam pengertian transportasi tersebut, terdapat unsur-unsur yang
terkait erat dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri.

3
Unsur-unsur dalam transportasi tersebut adalah sebagai berikut: manusia, barang,
kendaraan, jalan, dan organisasi sebagai pengelola.
Secara sederhana, manfaat transportasi yang dapat dirasakan dalam keseharian yaitu
baik secara ekonomi, sosial, hingga pembangunan wilayah. Berdasarkan komponen jasa
transportasi dapat dibedakan menjadi:
- Transportasi darat, meliputi angkutan jalan raya, angkutan kereta api, dan angkutan
penyeberangan.
- Transportasi laut, meliputi pelayaran nusantara, pelayaran lokal, pelayaran rakyat,
pelayaran khusus, dan pelayaran perintis (non-komersial).
- Transportasi udara, meliputi angkutan udara internasional dan angkutan udara dalam
negeri (komersial dan perintis).
- Transportasi melalui pipa yang berbeda dengan model-model jasa transportasi yang lain
karena terbatas pada muatan barang saja. Umumnya model transsportasi ini digunakan
sebagai transportasi publik, seperti transportasi kereta listrik dan kereta MRT.

Solusi
Solusi yang dapat dilakukan sebagai tindak adaptasi dan mitigasi terkait dampak yang
ditimbulkan ke ekosistem yakni sebagai berikut.
Tindak antisipasi yang dapat dilakukan terkait ekosistem:
1) Penggunaan Sumber Daya Terbarukan:
- Penggunaan sumber energi terbarukan bukan sumber-sumber non-terbarukan (less
fossil increase biofuel consumption).
- Penggunaan fiksasi nitrogen biologis (Legume fixasi nitrogen udara).
- Penggunaan bahan-bahan alamiah bukan sintetis, dalam input produksi.
- Penggunaan pada sumber daya pertanian sebanyak mungkin, daur ulang nutrisi yang
berasal dari pertanian.
2) Minimalisasi racun:
- Mengurangi atau menghilangkan penggunaan bahan yang memiliki potensi untuk
merusak lingkungan atau kesehatan petani, pekerja pertanian, atau konsumen.
- Menerapkan praktek pertanian yang mengurangi atau menghilangkan pencemaran
lingkungan dengan nitrat, gas beracun, atau material lainnya yang dihasilkan dari
pembakaran atau overloading agroekosistem dengan nutrisi.
3) Pelestarian Air
- Pemanfatan sistem irigasi yang efisien
4
4) Pelestarian Energi
- Pemanfaatan teknologi dengan energi yang efisiensi (mengganti alat alat mekanisasi yg
boros bahan bakar fosil)
5) Pengelolaan interaksi-interaksi ekologis:
- Membangun kembali hubungan ekologi yang dapat terjadi secara alami pada pertanian.
Tidak boleh menyederhanakan interaksi ekologis (contoh: ada hama maka digunakan
herbisida, tanah kurus dilakukan pemupukan terus terusan dengan fertilizer anorganik)
- Mengelola hama, penyakit, dan gulma daripada tindak pemberantasan
- Penggunaan tanam tumpangsari dan penutup
- Pengintegrasian ternak
- Peningkatanan biota menguntungkan: tanah (mikoriza, rhizobia, pengikatan nitogen
bebas); serangga menguntungkan)
6) Diversifikasi
- Perlindungan ekosistem dengan zona penyangga
- Pemanfaatan strip kontur dan pengolahan tanah.
- Pemanfaatan rotasi penggembalaan
- Tumpangsari, pergiliran tanaman, dan polikultur.
- Gunakan beberapa varietas tanaman dan hewan di peternakan
- Masyarakat mendukung pertanian berkelanjutan
- Membuat masyarakat lokal mengetahui konsep dan pengembangan agroekosistem.
- aplikasi /integrasi pengetahuan tradisional
7) Upaya Restorasi Ekosistem (RE)
- Bentuk pemulihan suatu ekosistem seperti hutan kembali sedia kala (hutan alam)
sekaligus meningkatkan fungsi hutan secara ekonomi dan ekologis.
Sementara itu, solusi yang dapat dilakukan sebagai tindak adaptasi dan mitigasi terkait
dampak yang ditimbulkan sistem transportasi yakni sebagai berikut.
1) Penggunaan teknologi baru dalam pengembangan transportasi
- Penggunaan MRT
- Penggunaan bahan bakar alternatif bioethanol dan sumber daya terbarukan
- Pengembangan mobil listrik maupun aerodinamika mobil
2) Perubahan infrastruktur
- Penambahan fasilitas sarana dan prasarana jalan yang menunjang transportasi publik
3) Implementasi kebijakan yang ketat

5
- Penerapan kebijakan pemerintah terkait pemilihan transportasi dan konversi sistem
transportasi digunakan
4) Perubahan perilaku
- Masyarakat harus diubah perilaku transportasi nya untuk dapat mengurangi padatnya
jumlah transportasi yang ada di jalan

Pejalan Kaki dan Sepeda Sebagai Bentuk Transportasi Ramah Lingkungan


Selain penggunaan transportasi berbahan bakar, sebenarnya dengan berjalan kaki dan
bersepeda merupakan bentuk transportasi konvensional. Meski demikian, bentuk transportasi
ini mampu menjadi sudut pandang tersendiri menyikapi permasalahan transportasi yang ada,
khususnya isu pengurangan emisi karbon dari transportasi. Gambaran komparasi antara
berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi yang umum digunakan dapat dilihat sebagai berikut.

Bagan 1 Tingkat efisiensi penggunaan jalan dari setiap jenis transportasi (ICLEI, 2017).
Bagan di atas menunjukkan bagaimana sistem transportasi khususnya di perkotaan
sebaiknya didorong ke arah pesepeda dan pejalan kaki. Di Indonesia, pemerintah memiliki
pemikiran serupa dan telah mengembangkan beberapa hal terkait hal ini. Pertama, pembuatan
beberapa pedestrian way di beberapa titik daerah di Indonesia. Lokasi pembuatan jalan tersebut
dipilih berdasar lokasi strategis tiap daerah, ataupun bahkan merupakan ikon kota ataupun
destinasi wisata. Berikut merupakan contoh jalan pedestrian way yang telah dikembangkan
pemerintah.

6
Tabel 1 Jalan pedestrian way untuk mendukung pejalan kaki dan pesepeda di Indonesia.
Daerah Lokasi

Jakarta Monas, Tugu Tani

Surabaya Fly over pasar kembang, Tanjung perak

Kaltim Pedestrian bureau

Bogor Kebun Raya-Istana bogor

Solo Jl. Slamet riyadi

Semarang Jalan Veteran, Jalan Diponegoro, Jalan


Madukoro, Jalan Imam Bonjol
Yogya Malioboro, sekitaran Keraton, Tamansari,
Kotagede
Jambi Jembatan khusus pejalan kaki sungai Batanghari

Selain itu, beberapa langkah yang telah ditempuh pemerintah terkait revolusi
transportasi publik yakni:
1) Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan pada pemulihan kondisi pelayanan
armada bus kota, sesuai dengan standar pelayanan minimal.
2) Pemaduan pengembangan kawasan dengan sistem transportasi kota.
3) Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dengan memperketat persyaratan
4) Penggunaan angkutan massal yang berbasis BRT atau jalan rel/kereta api.
5) Mengembangkan transportasi berkelanjutan berupa transportasi umum massal untuk di
perkotaan padat
6) Diversifikasi Bahan Bakar melalui Pengembangan Bahan Bakar Gas, Bio Fuel dan
Listrik.
7) Mendorong pengembangan sistem manajemen lalu lintas Intelligent Transport System
(ITS) untuk kota metropolitan, dan Area Traffic Control System (ATCS) untuk kota
besar di Indonesia.
8) Mendorong pengembangan teknologi untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi.
Msy electronic road pricing (ERP).
9) Pengembangan transportasi perkotaan dengan memperhatikan pejalan kaki dan orang
cacat.

7
10) Mendorong penggunaan off street parking dengan pembatasan on street parking pada
jalan-jalan utama di perkotaan.

Kesimpulan
Dari gambaran melalui kajian didapat bahwa perubahan iklim dapat membawa berbagai
dampak ke berbagai area, khususnya dalam pembahasan yakni ekosistem dan sistem
transportasi. Dampak seperti kenaikan permukaan laut mengakibatkan kerusakan ekosistem di
hutan mangrove sebagai lingkungan terdekat dari dampak dan mengganggu kehidupan sosial
ekonomi masyarakat pesisir. Sementara itu, banjir yang muncul seiring perubahan iklim (baik
dari curah hujan yang abnormal maupun naiknya air laut) berakibat pada terganggunya
aktivitas transportasi, kerusakan jalan, misalnya kemacetan yang dapat ditimbulkan. Solusi
yang dapat dilakukan telah dijabarkan pada pembahasan, di mana ditemukan bahwa perubahan
iklim yang berdampak pada kedua area tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia baik di
ekosistem maupun penggunaan transportasi. Perubahan iklim dominan ditimbulkan dari
aktivitas manusia, diantaranya deforestasi dan penggunaan bahan bakar fosil yang tidak
terbarukan. Jadi, solusi dilakukan dengan memperbaiki dengan memperbaiki cara kerja
manusia terhadap kedua area tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA
Cox, G. W. (1979). Agricultural Ecology. United States: W. H. Freeman & Co.
Harvard. (2014). Climate Change: Implication for Transport. United States: Harvard.
ICLEI. (2017). Effective Transport For Efficient Cities. United States: ICLEI.
IPCC. (2001). Reviews of the Third Assessment Report. Geneva, Switzerland: IPCC.
KMNLH. (1999). Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Kementrian Lingkungan Hidup.
MEA. (2005). Millenium Ecosystem Assessment. United States: Island Press.

Anda mungkin juga menyukai