Anda di halaman 1dari 36

1.

Pengertian teknik lingkunga dan konsep dasarnya

Teknik Lingkungan merupakan salah satu cabang ilmu keteknikan yang memanfaatkan prinsip-prinsip
dan praktek-praktek rekayasa serta manajemen untuk memelihara dan melindungi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta lingkungan yang terdiri dari air, tanah, udara, secara keseluruhan.
Perekayasaan disini maksudnya adalah merekayasa alat-alat dan metoda yang digunakan untuk
meminimalisir efek negatif limbah (baik dari industri maupun rumah tangga) terhadap lingkungan hidup
dan kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup bidang ini adalah konservasi sumber daya air, pengelolaan lingkungan, pengelolaan
kesehatan lingkungan, upaya pengendalian pencemaran, penyaluran limbah dan buangan, pengendalian
pencemaran akibat limbah cair, gas dan lumpur dan pengelolaan kualitas perairan, tanah, atmosfer,
serta pengendalian dan pengelolaan dampak lingkungan. Teknik Lingkungan dijabarkan sebagai
pemikiran keteknikan dan keterampilan dalam memecahkan masalah pengendalian lingkungan yang
menyangkut penyediaan air minum; sistem pembuangan dan pendaurulangan buangan cair, padat, dan
gas; sistem drainase perkotaan dan desa serta sanitasi lingkungan; pengendalian pencemar dan
pengelolaan kualitas air, tanah, dan udara; serta pengendalian dan pengelolaan dampak lingkungan

Secara khusus, berikut adalah contoh topik-topik yang dipelajari dalam jurusan teknik lingkungan:

1. Pencegahan Produksi Limbah

Setiap produksi akan menghasilkan limbah, baik itu berupa sisa-sisa bahan bakar, bahan baku, ataupun
hasil produksi yang gagal. Jurusan teknik lingkungan akan mempelajari bagaimana cara mengurangi
produksi limbah tetapi tetap menjaga, bahkan memaksimalkan kualitas produk. Caranya adalah dengan
mempelajari proses produksi tersebut, misalnya bahan yang digunakan dan dampaknya bagi lingkungan.
Setelah itu baru menganalisa dan mencari solusi, misalnya dengan mengurangi bahan baku tertentu,
atau dengan menggunakan teknologi tertentu.
2. Mengelola Limbah

Tidak semua limbah bisa dibuang begitu saja. Terutama limbah hasil industri, yang mengandung bahan
kimia beracun. Teknik lingkungan akan belajar bagaimana mengolah limbah dengan tepat supaya tidak
mengganggu kesehatan masyarakat, dan keselamatan pengolah limbah juga diperhatikan di sini.

Selain belajar teori, mahasiswa akan dikenalkan dengan berbagai alat-alat yang bisa digunakan untuk
mengolah limbah sesuai dengan karateristik limbah yang dihasilkan. Mahasiswa juga akan belajar
merancang alat dan unit pengolahan limbah.

3. Mengolah Air

Di bagian ini, air tidaklah sesederhana air yang kita minum sehari-hari. Mahasiswa akan diajarkan untuk
menganalisa tingkat kekeruhan air, tingkat keasinan, mineral yang dikandung dan faktor lainnya supaya
air dari suatu sumber aman dan layak dikonsumsi masyarakat. Semua itu harus sesuai dengan
ketetapan pemerintah.
Topik ini juga akan mempelajari unit dan alat pengolahan air (misalnya unit penyaringan, penambahan
oksigen, pengurangan mineral, membunuh bakteri, dll) , mulai dari merancang sesuai dengan kondisi,
hingga alat atau unit tersebut dapat berfungsi dengan baik. Tidak hanya dalam lingkup luas, unit-unit ini
juga digunakan di rumah sakit, hotel, kompleks tempat tinggal dan masih banyak lagi. Software juga
digunakan untuk mempermudah pekerjaan.

Secara ringkas, teknik lingkungan mempelajari cara membuat desain instalasi pengolahan air minum
(IPAM), proses yang terjadi, hingga cara mendistribusikan air sesuai kebutuhan masyarakat.

4. Plumbing/Perpipaan

Sistem ini meliputi segala macam aliran air, baik bersih maupun kotor. Bagaimana menyalurkan air
bersih dan membuang air kotor, mulai dari merancang aliran air shower, keran, pipa, kloset kamar
mandi, hingga septic tank.

5. Sistem Drainase
Drainase fungsinya adalah untuk mengalirkan air hujan, bentuknya berupa got atau gorong-gorong.
Sistem ini harus dirancang dengan baik untuk menghindari banjir.

6. Pengendalian Pencemaran Udara

Pencemaran udara dari waktu ke waktu terus meningkat karena asap kendaraan dan aktifitas industri.
Mahasiswa teknik lingkungan akan dibekali pengetahuan tentang udara, mulai dari penyebaran emisi
hingga kadar polutan di sebuah wilayah. Mahasiswa juga akan mempelajari cara membuat desain unit
pengendali pencemaran udara agar polutan-polutan yang berbahaya tidak mencemari tempat tinggal
masyarakat.

7. Kesehatan Lingkungan

Jurusan teknik lingkungan akan membekali mahasiswa dengan ilmu elemen-elemen lingkungan seperti
hidrosfer, atmosfer, dan sebagainya. Setelah itu akan belajar mengkaji penyakit apa yang bisa terjadi
dan melalui media apa penyakit tersebut menyebar, cara menghitung kadar racun suatu limbah,
mencegah atau menghambat tersebarnya penyakit.
8. Hukum Lingkungan

Mahasiswa juga harus mempelajari hukum lingkungan yang ditetapkan oleh badan pemerintah yang
bersangkutan, jika di Indonesia, peraturan ini dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Peraturan ini mencakup batas pembuangan limbah dan standar baku mutu limbah yang
bisa diterima oleh lingkungan.

9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Mahasiswa teknik lingkungan tidak hanya mempelajari sistem yang digunakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dalam kerja, tetapi juga mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan pekerja.
Ini adalah salah satu bagian penting dari ilmu ini. Jika terjadi kecelakaan kerja, masalah tidak hanya
selesai setelah membayar uang ganti rugi kepada korban, tetapi juga mempengaruhi proyek atau
produksi suatu perusahaan, apalagi jika yang menjadi korban memegang peranan penting.

0362-21146
2. Persoalan lingkungan hidup yang terjadi pada daerah skitar kita baik itu di pedesaan/kota,
provinsi, maupun negara.

Masalah lingkungan hidup di Indonesia dan dunia semakin banyak dan penting untuk segera dicari
solusinya. Apa saja daftar masalah lingkungan, penyebab dan solusinya yang penting untuk kita ketahui?
Artikel ini akan mencoba membahasnya untuk anda!

Masalah lingkungan hidup semakin menjadi kesadaran pubrik. Hal ini dibuktikan dengan semakin
banyaknya diskusi publik tentang hal ini. Negara juga semakin aktif membuat perjanjian dan peraturan
antar negara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Namun, apa saja masalah lingkungan
hidup yang kita hadapi saat ini?

Masalah Lingkungan Hidup dan Penyebabnya

Berikut adalah masalah lingkungan hidup di Indonesia dan dunia beserta penyebabnya. Jika berbagai
permasalahan lingkungan ini tidak dicari solusi, maka keberlanjutan kehidupan manusia di bumi akan
mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan alam menjadi sumber pemenuhan segala kebutuhan hidup
manusia, yaitu penyedia udara, air, makanan, obat-obatan, estetika, dan lainnya. Kerusakan alam berarti
sama dengan daya dukung kehidupan manusia.

Permasalahan lingkungan hidup dan penyebabnya yang kita hadapi saat ini secara lengkap adalah
sebagai berikut:

1. Polusi

Masalah lingkungan hidup yang pertama adalah polusi atau pencemaran lingkungan hidup. Polusi udara,
air dan tanah memerlukan waktu jutaan tahun agar dapat normal kembali. Sektor Industri dan asap
kendaraan bermotor adalah sumber pencemaran utama. Logam berat, nitrat dan plastik beracun
bertanggung jawab atas berbagai pencemaran yang ada. Sementara polusi air disebabkan oleh
tumpahan minyak, hujan asam, limpasan perkotaan. Dilain pihak, pencemaran udara disebabkan oleh
berbagai gas dan racun yang dikeluarkan oleh industri dan pabrik-pabrik serta sisa pembakaran bahan
bakar fosil; pencemaran tanah terutama disebabkan oleh limbah industri yang merusak unsur hara dan
zat nutrisi di tanah yang penting bagi tumbuhan.

2. Perubahan iklim
Perubahan iklim atau pemanasan global. Perubahan iklim seperti pemanasan global adalah hasil dari
praktik manusia seperti emisi gas rumah kaca. Pemanasan global menyebabkan meningkatnya suhu
lautan dan permukaan bumi sehingga menyebabkan mencairnya es di kutub dan kenaikan permukaan
air laut. Ia juga mengubah pola alami musim dan curah hujan seperti banjir bandang, salju berlebihan
atau penggurunan. Akibat perubahan cuaca tersebut, produksi pertanian sering mengalami gagal panen
dan memperbesar peluang terjadinya kebakaran hutan akibat terjadinya musim kering berkepanjangan.

3. Populasi

Kelebihan populasi. Populasi planet ini mencapai tingkat yang tidak berkelanjutan karena menghadapi
kekurangan sumber daya seperti air, bahan bakar dan makanan. Ledakan populasi di negara-negara
maju dan berkembang yang terus menyebabkan semakin langkanya sumber daya. Pertanian intensif
yang bertujuan untuk meningkatkan produksi makanan dengan menggunakan pestisida justru pada
akhirnya menimbulkan masalah baru. Kerusakan itu berupa menurunnya kualitas tanah dan kesehatan
manusia.

4. Penipisan sumber daya alam

Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi bertanggung jawab menciptakan pemanasan global
dan perubahan iklim. Secara global, mulai banyak fihak yang mulai beralih menggunakan sumber daya
terbarukan, seperti listrik tenaga surya, biogas, mobil tenaga matahari, yang diterapkan oleh negara
maju. Walaupun dalam jangka pendek, instalasi peralatan fasilitas teknologi ramah lingkungan ini akan
terlihat cukup mahal, tetapi dalam jangka panjang akan sangat murah dibandingkan penggunaan energi
fosil dan tidak terbarukan.

5. Pembuangan limbah

Permasalahan lingkungan hidup selanjutnya adalah pembuangan limbah. Hal ini terutama limbah plastik
dan sampah perkotaan seperti di Kali Ciliwung di Jakarta atau kota-kota di Indonesia. Selain limbah
rumah tangga, limbah dari sektor industri yang sering dibuang ke sungai juga menyebabkan ikan-ikan
mati dan hancurnya ekosistem sungai. Padahal sungai-sungai ini penting bagi ekonomi masyarakat dan
penting untuk memasok sumber makanan bagi masyarakat. Pembuangan limbah ini akhirnya akan
menyebabkan pencemaran laut di indonesia dan merusak ekosistem laut, sumber perikanan. Tidak kalah
penting adalah pembuangan limbah nuklir. Pembuangan limbah nuklir memiliki bahaya kesehatan yang
luar biasa, terutama akibat radiasi. Plastik, makanan cepat saji, kemasan dan limbah elektronik murah
mengancam kesejahteraan manusia. Pembuangan limbah merupakan salah satu masalah lingkungan
hidup yang mendesak untuk segera dicarikan jalan keluar
6. Kepunahan keanekaragaman hayati

Aktivitas manusia yang menyebabkan kepunahan spesies dan habitat serta hilangnya keanekaragaman
hayati. Aktifitas perburuan satwa yang tidak berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan protein
manusia, seperti perburuan telur penyu atau kura-kura indonesia yang menyebabkan kura-kura sungai
punah. Punahnya spesies berarti punahnya sumber pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Ekosistem,
yang menempuh waktu jutaan tahun untuk stabil dan mendukung kehidupan manusia, kini berada
dalam bahaya bila ada populasi spesies yang punah atau hilang. Keseimbangan ekosistem terganggu.
Kerusakan terumbu karang di berbagai lautan, yang mendukung kehidupan laut yang kaya,
menyebabkan ketersediaan ikan di lautan berkurang. Padahal populasi manusia semakin bertambah.

7. Deforestasi atau penggundulan hutan

Persoalan lingkungan yang tidak kalah penting adalah deforestasi. Pembukaan hutan untuk
pengembangan sektor perkebunan, terutama sawit, menyebabkan pelepasan karbon ke bumi sehingga
meningkatkan perubahan suhu bumi. Hutan yang sesungguhnya berperan menyerap racun karbon
dioksida hasil pencemaran, kemudian mengubahnya menjadi oksigen, membantu menciptakan hujan,
menjadi habitat bagi berbagai jenis satwa yang penting untuk mendukung bagi kehidupan manudia,
hancur digantikan tanaman monokulutur. Padahal tanaman monokultur tidak akan mampu berperan
seperti hutan di dalam mendukung pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

8. Fenomena pengasaman laut

Ini adalah dampak langsung dari produksi berlebihan gas Karbon Dioksida (CO2). Dua puluh lima persen
gas CO2 yang dihasilkan oleh manusia. Keasaman laut telah meningkat dalam 250 tahun terakhir. Pada
tahun 2100, mungkin meningkat sekitar 150%. Demikian menurut situs global change. Dampak utama
adalah pada punahnya kerang dan plankton, sumber makanan ikan. Jika ikan kehilangan makanan, apa
yang akan terjadi pada manusia?

9. Penipisan lapisan ozon

Lapisan ozon merupakan lapisan perlindungan yang tak terlihat yang menutupi planet bumi, melindungi
kita dari radiasi sinar matahari yang berbahaya. Penipisan lapisan Ozon diperkirakan disebabkan oleh
polusi yang disebabkan oleh gas Klorin dan Bromida yang ditemukan di Chloro-floro karbon (CFC).
Setelah gas beracun mencapai atmosfer bagian atas, mereka menyebabkan lubang di lapisan ozon, yang
terbesar berada di atas Antartika. CFC kini dilarang di banyak industri dan produk konsumen. Lapisan
ozon penting bagi manusia karena mencegah radiasi Ultraviolet (UV) yang berbahaya jika mencapai
bumi. Ini wajib menjadi perhatian.
10. Hujan asam

Hujan asam terjadi karena adanya polutan tertentu di atmosfer. Hujan asam dapat disebabkan karena
pembakaran bahan bakar fosil atau akibat meletusnya gunung berapi atau membusuknya vegetasi yang
melepaskan sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer. Hujan asam merupakan permasalahan
lingkungan yang dapat memiliki efek serius pada kesehatan manusia, satwa liar dan spesies air.

11. Rekayasa genetika

Produk makanan, peternakan, pertanian saat ini benyak dihasilkan oleh teknologi rekayasa genetika
atau modifikasi genetik. Modifikasi genetik makanan menggunakan bioteknologi disebut rekayasa
genetika. Modifikasi genetik dari hasil makanan, secara umum, akan meningkatkan racun dan resiko
penyakit bagi menusia. Genetika tanaman atau satwa yang dimodifikasi dapat menyebabkan masalah
serius bagi kesehatan manusia serta keseimbangan ekosistem.

Kelemahan lain adalah bahwa peningkatan penggunaan racun untuk membuat tanaman tahan terhadap
gangguan serangga atau hama dapat menyebabkan organisme yang dihasilkan menjadi resisten (kebal)
terhadap antibiotik. Dengan semakin banyaknya penggunaan teknologi rekayasa genetik maka ini
menjadi masalah penting. Cara terbaik dan murah adalah kembali ke teknologi atau produk organik
yaitu tidak menggunakan racun kimia dalam produksi pertanian atau peternakan sehingga manusia
memiliki asupan makanan dan zat gizi yang sehat.
3. Bangunan ramah lingkungan

Green Building (Bangunan Hijau)

Green Building adalah bangunan yang sejak dimulai dalam tahap perencanaan,

pembangunan, pengoprasian hingga dalam operasional pemeliharaannya

memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan

sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan, dan

memperhatikan kesehatan penghuninya yang semua berpegang pada kaidah

bersinambungan.

Istilah green building merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan

menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara

efisien selama daur hidup bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional,

pemeliharaan, renovasi bahkan hingga pembongkaran.

Bangunan hijau (Green Building) didesain untuk mereduksi dampak


lingkungan terbangun pada kesehatan manusia dan alam, melalui efisiensi dalam

penggunaan energi, air dan sumber daya lain, perlindungan kesehatan penghuninya dan

meningkatkan produktifitas pekerja, mereduksi limbah/buangan padat, cair dan gas,

mengurangi polusi/pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan

lingkungan.

Berikut adalah beberapa aspek utama green building:

1. Material

Material yang digunakan untuk membangun harus diperoleh dari alam, dan

merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan. Daya

tahan material bangunan yang layak sebaiknya teruji, namun tetap mengandung

unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan

kembali dan didaur ulang.


2. Energi

Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan.

Selain itu, bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat

penggunaan energi, terutama lampu dan AC. Untuk siang hari, jendela

sebaiknya dibuka agar mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga

dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green Building

juga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi,

serta teknologi energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya.

3. Air

Penggunaan air dapat dihemat dengan memasang sistem tangkapan air hujan.

Cara ini akan mendaur ulang air yang dapat digunakan untuk menyiram

tanaman atau menyiram toilet. Penggunaan peralatan hemat air, seperti

semprotan air beraliran rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi,

menggunakan toilet hemat air, dan memasang sistem pemanas air tanpa listrik.
4. Kesehatan

Penggunaan bahan-bahan bangunan dan furniture tidak beracun, bebas emisi

beremisi rendah atau non-VOC (senyawa organik yang mudah menguap), dan

tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas

udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistem ventilasi dan alat-

alat pengatur kelembaban udara.

Adanya bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan,

penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup bangun sejak perencanaan,

pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan pembongkaran tentu saja

menghasilkan manfaat. Berikut adalah manfaat pembangunan green building, yaitu:

1. Manfaat Lingkungan

a. Meningkatkan dan melindungi keragaman ekosistem


b. Memperbaiki kualitas udara

c. Mereduksi limbah

d. Konservasi sumber daya alam

2. Manfaat Ekonomi

a. Mereduksi biaya operasional

b. Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau

c. Meningkatkan produktivitas penghuni

d. Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi

3. Manfaat Sosial

a. Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni

b. Meningkatkan kualitas estetika

c. Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal


AMDAl - aspek fisik kimia

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini
dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi,
sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup”.

AMDAL digunakan untuk:

Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha
dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau
kegiatan

Fungsi AMDAL :

Bahan perencanaan pembangunan wilayah

Membantu proses dalam pengambilan keputusan terhadap kelayakan lingkungan hidup dari rencana
usaha dan/atau kegiatan

Memberikan masukan dalam penyusunan rancangan rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberi masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Memberikan informasi terhadap masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha
dan atau kegiatan

Tahap pertama dari rekomendasi tentang izin usaha

Merupakan Scientific Document dan Legal Document

Izin Kelayakan Lingkungan

Faktor-faktor ataupun aspek lingkungan fisik-kimia yang

lazim dikaji dalam dokumen ANDAL antara lain:

1. Tata Ruang

a. Apakah lokasi kegiatan telah sesuai dengan tata

ruang nasional dan regional

b. Tata letak bangunan & infrastruktur

c. Tata letak bangunan dan ruangan telah secara efisien

menggunakan materi dan energi (sumberdaya alam),

dan lain sebagainya.

2. Lahan dan tanah

a. Apakah lahan tergolong pada lahan basah atau lahan


kering (wet-land atau dry-land)?

b. Apakah lahan termasuk lahan pertanian, hutan

produksi, hutan lindung ?,

c. Apakah derajat kemiringan lahan telah sesuai dengan

kebutuhan?

d. Apakah derajat keasaman tanah (pH = power of

hydrogene) telah sesuai dengan peruntukannya?, dan

lain sebagainya.

3. Abrasi; apakah dengan adanya proyek akan terjadi abrasi

atau pengikisan pantai ataukah tidak.

4. Longsor; apakah dengan adanya proyek akan terjadi

tanah longsor ataukah tidak.


5. Sedimentasi; apakah dengan adanya proyek akan terjadi

sedimentasi pada sungai/laut/drainase dan lain

sebagainya.

6. Iklim (suhu, kelembaban, kecepatan angin, jumlah hari

hujan); apakah dengan adanya proyek akan terjadi

perubahan iklim lokal atau global ataukah tidak.

7. Hidrologi (air tanah dan air permukaan)

a. Kualitas air tanah; apakah dengan adanya proyek

akan terjadi penurunan kualitas air tanah ataukah

tidak.

b. Kuantitas air tanah; apakah dengan adanya proyek

akan terjadi penurunan kuantitas air tanah ataukah

tidak.
c. Kualitas air permukaan (air laut, air sungai, air

waduk, danau); apakah dengan adanya proyek akan

terjadi penurunan kualitas (air laut, air sungai, air

waduk, danau) ataukah tidak.

d. Debit air; apakah dengan adanya proyek akan terjadi

penurunan debit air ataukah tidak.

8. Kualitas Udara dan Intensitas kebisingan

a. Kualitas Udara Ambient

b. Kualitas Udara Emisi

c. Kecepatan dan arah angin

Khusus untuk analisis kualitas udara ambient, terdapat

faktor-faktor diffusi dan dispersi udara yang dapat saja

mempengaruhi hasil pengukuran kualitas udara di


lingkungan tertentu antara lain adalah:

a. Struktur temperatur vertikal yang mempengaruhi

pergerakan udara di dalam atmosfer.

b. Struktur angin di wilayah udara yang ada, menentukan

tingkat penyisihan atmosfer, seperti halnya dampak

inversi.

c. Topografi dan orografi dapat merubah profil temperatur

dan angin karena adanya pengaruh gabungan gesekan

permukaan radiasi dan drainase.

d. Kedalaman lapisan pencampur yang juga akan

menentukan tingkat intensitas pencemar udarae. Pada daerah lembah umumnya kondisi udara lebih
sering

mengalami stagnasi, dibandingkan dengan daerah atau


dataran terbuka dan rata, atau lereng bukit.

f. Kelembaban dan tekanan udara juga dapat

mempengaruhi kecepatan difusi pencemar yang

diemisikan dari sumber kegiatannya.

g. Stabilitas dan instabilitas material dan kimia di udara

h. Presipitasi sebagai unsur penyisihan material dan kimia

di udara.

Pengolahan Air Bersih

Air bersih adalah air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan apabila diminum harus dimasak terlebih dahulu.

Air yang diolah untuk menjadi air bersih berasal dari air permukaan, mata air, dan air tanah.

Proses Pengolahan Air Bersih

1 Air permukaan
Air permukaan adalah sumber air yang terdapat dipermukaan tanah seperti sungai, waduk,

bendungan yang merupakan tampungan air hujan, danau.

Proses pengolahan air minum di IPA Badaksinga meliputi :

1. Instalasi didesain untuk menghasilkan air bersih yang memenuhi standar air minum.

Pengambilan sumber air baku melalui bangunan penyadap air (INTAKE/BAK I),

kemudian proses pengendapan awal (PRASEDIMENTASI/BAK II) dari Sungai

Cisangkuy dialirkan secara gravitasi dan dari Sungai Cikapundung dialirkan

menggunakan pompa.

2. Air baku masuk ke bak pengumpul air baku (Colektor Tank) di instalasi pengolahan.

Air baku umumnya mengandung kotoran dan colloidal berwarna. Untuk memisahkan

kotoran ini dibubuhkan bahan kimia/koagulan pengikat kotoran,yaitu PAC/Poly

Alumunium Chloride (proses koagulasi). Pengadukan koagulan terjadi secara hidrolis

gravitasi dengan memanfaatkan water jump pada ambang pelimpah utama sekaligus
berfungsi sebagai pengaduk cepat (rapid Mix) agar koagulan tercampur merata.

3. Ikatan antara koagulan/koloid bermuatan negatif dengan koagulan (PAC) bermuatan

positif disebut floc. Proses pembentukan floc (flokulasi) di Instalasi Badaksinga ada

dua macam, yaitu secara mekanis (paddle stirring) dikompartemen accelerator dan

hidrolis/buffle channel di Floculator. Di kompartemen ini terjadi proses pengendapan

floc dan sedimentasi.

4. Flok-flok halus yang tidak terendapkan akan tersaring di bak filter/proses penyaringan

floc (Proses Filtrasi). Kemudian sebelum air masuk ke bak penampungan sementara

(reservoir) dialiri gas chlor sebagai desinfektan (Proses Desinfeksi). Selanjutnya, air

siap didistribusikan.

2. Mata Air

Mata air adalah tempat pemunculan sumber air tanah yang dapat disebabkan oleh
topografi, gradien hidrolik atau struktur geologi. Sumber air yang didapat dari mata air sudah

jernih dan memenuhi persyaratan untuk menjadi air minum, tidak perlu diolah lagi

sebagaimana air tercemar (kotor), cukup diberikan gas chlor atau kaporit sebagai desinfektan

Pengolahan Air Kotor

Air kotor adalah air buangan dari kamar mandi, WC, dapur dan tempat cuci yang

berasal dari buangan rumah tangga, perkantoran hotel, restoran, rumah sakit dan lain

sebagainya (buangan domestik), tetapi tidak termasuk air buangan industri dan air hujan.

Proses pengolahan air limbah pada Instalansi Pengolahan Air Kotor meliputi

beberapa tahap, antara lain:

(1). Pengolahan Fisik :

a. Saringan Kasar (Bar Screen); untuk menyaring sampah yang berukuran besar

(>50mm).

b. Pompa Ulir (Screw Pump); untuk memompa air dari bak penampungan ke Grit
Chamber.

c. Saringan Halus (Mechanical Bar Screen); untuk menyaring sampah berukuran kecil

(20mm-50mm).

d. Screening Press; untuk memadatkan sampah yang dihasilkan oleh saringan halus.

e. Grit Chamber; bak pemisah Lumpur dan pasir.

(2). Pengolahan Biologik :

a. Proses Anaerobik; penurunan bahan organic secara anaerobic dengan bantuan

mikroorganisme anaerob.

b. Proses Fakultatif; penurunan bahan organic secara aerob dan anaerob.

c. Proses Maturasi (pematangan); penyempurnaan kualitas air.


Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan,
pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil
pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pelaku pengelolaan limbah B3 antara lain :

Penghasil Limbah B3

Pengumpul Limbah B3

Pengangkut Limbah B3

Pemanfaat Limbah B3

Pengolah Limbah B3

Penimbun Limbah B3

Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau house
keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya.

2. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan karakteristik
dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : Kep-05/Bapedal/09/1995.

3. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat
dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di
dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian
dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam
atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki
persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian atau dekomposisi saat
berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan
sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.

4. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01l/Bapedal/09/1995.

Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan
perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan
dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus
dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus
dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan
kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air
hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif
atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas
untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.

5. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada
ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan
kecelakaan, maupun lokasi.

6. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan teknis
pengangkutan.

Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan
limbah B3 hingga tahun 2002. Peraturan pengangkutan yang menjadi acuan adalah peraturan
pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa
karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di
antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi
kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas
yang cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah
terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan
pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute
pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS)
yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.

7. Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle), perolehan kembali
(recovery) dan penggunaan kembali (reuse) limbah B3 yang dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan
lainnya.

8. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia,
maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan.

Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1999.
Pembangunan perumahan atau permukiman di perkotaan tumbuh semakin pesat sehingga lahan yang
tertutup oleh perkerasan terus meningkat, dan kawasan peresapan air hujan pun semakin berkurang.
Banyak kawasan di dataran rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond)
dan bantaran sungai kini menjadi tempat hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan volume air
permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal ini sering terlihat dari air yang meluap dari
saluran drainase, baik di perkotaan maupun di permukiman pedesaan sehingga menimbulkan genangan
air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi karena selama ini drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan
yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat.

Untuk mengatasi permasalahan diatas tersebut diperlukan sistem drainase yang berwawasan
lingkungan dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan
secara terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini
dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik dan dimensi sarana drainase
dapat lebih efektif dan efisien.

Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan lingkungan ditujukan untuk mengelola
limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan terlebih dahulu ke
dalam tanah sebelum dialirkan ke aliran sungai sesuai dengan kaidah konservasi dan keseimbangan
lingkungan. Konsep inilah yang ingin mengubah paradigma lama dalam pembangunan drainase
khususnya di perkotaan.

Selama ini paradigma lama dalam pengelolaan drainase adalah mengalirkan secepat mungkin air ke
saluran drainase terdekat atau badan air. Namun dengan adanya berbagai permasalahan terkait banjir,
muncul paradigma baru yaitu menahan dan meresapkan air sebanyak mungkin ke tanah melalui sumur
resapan, kolam retensi, ataupun yang lainnya.

Salah satu konsep yang sesuai dengan paradigma baru tersebut adalah konsep Ekodrainase, yaitu suatu
konsep pengelolaan saluran drainase secara terpadu dan berwawasan lingkungan.

Prinsip konsep Ekodrainase ini yaitu air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap
ke dalam tanah melalui bangunan resapan, baik buatan maupun alamiah seperti kolam tandon, sumur-
sumur resapan, biopori, dan lain-lain. Hal ini dilakukan mengingat semakin minimnya persediaan air
tanah dan tingginya tingkat pengambilan air.
Salah satu contoh penerapan konsep drainase berwawasan lingkungan / Ecodrain yang telah dilakukan
oleh pemerintah kabupaten Kulon progo dapat dilihat pada saluran drainase sekunder di kawasan
relokasi kedundang. Pada saluran drainase ini ditempatkan lubang – lubang peresapan berupa bis
beton dengan diameter 60cm dengan beberapa lubang atau inlet air pada bidang beton penutup lubang
resapan. Lubang – lubang resapan ditempatkan dengan interval jarak 15 m antara satu lubang resapan
dengan lubang resapan lainnya.

Dengan konsep drainase seperti di atas, air limpasan permukaan masih mendapatkan kesempatan untuk
dapat meresap ke dalam tanah sebelum dialirkan secepatnya ke sungai. Hal ini tentu saja selain dapat
menjaga cadangan air tanah di sekitar kawasan sebagai salah satu usaha konservasi, juga dapat
membantu meringankan beban saluran drainase pada saat terjadi luapan air yang melimpah pada saat
turun hujan yang lebat.
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

Sebelum kita membicarakan mengenai proses pengolahan terhadap limbah padat, kita perlu untuk
mengetahui jenis- jenis limbah padat itu sendiri. Ternyata limbah padat ini dikategorikan ke dalam
beberapa jenis. Jenis- jenis dari limbah padat antara lain:

·Kertas

·Kayu

·Kain

·Karet/ kulit sintesis

·Plastik

·Metal

·Kaca

·Organik

·Bakteri

·Kulit telur, dll.

Itulah beberapa jenis dari limbah padat yang biasa kita temukan di sekitar kita. Secara garis besar,
limbah padat dikategorikan menjadi lima macam, yakni:

Limbah padat yang mudah terbakar

Limbah padat yang sukar terbakar

Limbah padat yang mudah membususk

Limbah padat yang bisa didaur ulang

Limbah radioaktif

Bongkaran bangunan

Lumpur (baca: lumpur hidup)

Pengolahan Limbah Padat


Limbah padat merupakan limbah yang paling banyak diproduksi oleh manusia. hal ini karena sebagian
besar barang yang digunakan olah manusia adalah berbentuk fisik, sehingga ketika barang tersebut
sudah dihabiskan nilai gunanya, yang tertinggal hanyalah suatu bentuk fisik pula. Limbah padat ini juga
sering dikenal sebagai sampah. Keberadaan limbah padat ini dapat diolah dengan berbagai cara. Adapun
beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai bentuk pengolahan limbah padat antara lain sebagai
berikut:

Penimbunan terbuka

Solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat adalah penimbunan terbuka.
Limbah padat dibagi menjadi organik dan juga non organik. Limbah padat organik akan lebih baik
ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme- organisme pengurai sehingga akan membuat tanah
menjadi lebih subur (baca: ciri- ciri tanah subur dan tidak subur).

Sanitary landfill

Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga plastik untuk mencegah
pembesaran di tanah dan gas metana yang terbentuk dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

Insenerasi

Hasil panas digunakan untuk listrik atau pemanas ruangan.

Membuat kompos padat

Seperti halnya penimbunan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwasannya limbah padat yang
bersifat organik akan lebih bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos. Kompos ini bisa dijadikan
sebagai usaha masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.

Daur ulang

Limbah padat yang bersifat non organik bisa dipilah- pilah kembali. Limbah padat yang masih bisa
diproses kembali bisa di daur ulang menjadi barang yang baru atau dibuat barang lain yang bermanfaat
atau bernilai jual tinggi. Sebagai contoh adalah kerajinan dari barang- barang bekas.

Dibakar
Pembakaran limbah padat atau sampah juga bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk
mengatasi adanya limbah padat yang sangat banyak. Biasanya, sampah- sampah rumah tangga akan
dikumpulkan di sebuah bank sampah atau tempat pembuangan sampah. Apabila sampah yang
terkumpul tidak terlalu banyak, maka pembakaran ini bisa saja dilakukan. Namun perlu kita ingat juga
bahwasannya apabila kita membakar sampah, maka hal itu akan membuat udara yang ada di sekitar kita
menjadi tercemar. Jika udara sudah tercemar maka kita akan merasakan sesak di bagian nafas dan
hidung akan terasa sakit apabila menghirup udara.

Itulah beberapa cara pengolahan limbah padat yang dapat kita lakukan untuk mengatasi keberadaan
limbah yang berbentuk padat. Upaya- paya tersebut dapat dilaukan secara mandiri aau individu,
maupun secara kolektif atau bersama- sama dengan masyarakat. Apabila masyarakat mempunyai
kesadaran dan melakukan upaya- upaya tersebut bersama- sama, maka hasinya akan lebih bagus dan
lingkungan menjadi lebih cepat lestari
PENCEMARAN UDARA

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam
jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika
dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa
definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global.

Pencemaran udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan manusia sama buruknya dengan
pencemaran udara di ruang terbuka.[1]

Sumber polusi udara

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar
primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon
monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari
pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-
pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari
pencemaran udara sekunder.

Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan
hubungannya dengan pemanasan global yg memengaruhi;

Aktivitas manusia

Transportasi

Industri

Pembangkit listrik

Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan bakar) termasuk
pembakaran biomassa secara tradisional[2][3]
Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti CFC

Sumber alami

Gunung berapi

Rawa-rawa

Kebakaran hutan

Denitrifikasi

Dalam kondisi tertentu, vegetasi dapat menghasilkan senyawa organik volatil yang signifikan yang
mampu bereaksi dengan polutan antropogenik membentuk polutan sekunder[4]

Sumber-sumber lain

Transportasi

Kebocoran tangki gas

Gas metana dari tempat pembuangan akhir sampah

Uap pelarut organikJenis-jenis bahan pencemar udara (polutan) Sunting

karbon monoksida

nitrogen oksida

sulfur oksida

CFC

hidrokarbon

senyawa organik volatil[4]

Partikulat[5]

Radikal bebas[6][7]

Dampak

Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan.
Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat
berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran
kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan atas), termasuk
di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan
sebagai toksik dan karsinogenik.

Diperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur,
perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8
triliun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 triliun rupiah pada tahun 2015.[butuh rujukan]

Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah yang mengalami pencemaran udara yang tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang
terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

Hujan asa

pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2
bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini
antara lain:

Mempengaruhi kualitas air permukaan

Merusak tanaman

Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah
dan air permukaan

Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Efek rumah kaca


Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer
yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas
terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.

Dampak dari pemanasan global adalah:

Peningkatan suhu rata-rata bumi

Pencairan es di kutub

Perubahan iklim regional dan global

Perubahan siklus hidup flora dan fauna

Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20–35 km) merupakan pelindung alami bumi yang
berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul
ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat
stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga
terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

Anda mungkin juga menyukai