Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amirah Nayla Dinar Susena

NPM : 2306244652
Kelas : Praktikum Geografi Fisik 1 A
Pemateri : Guswanto, S.Si., M.Si.

Resume Kuliah Umum


Cuaca dan Iklim dalam Perspektif Geografi

Pada kuliah umum pertama di kelas Praktikum Geografi Fisik, Pak Guswanto selaku Deputi
Bidang Meteorologi BMKG memaparkan materi yang berjudul “Cuaca dan Iklim dalam Perspektif
Geografi”. Beliau menjelaskan bahwa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
merupakan Lembaga Pemerintahan Non Kementrian yang menjalankan fungsi pemerintah di bidang
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. BMKG sendiri mengeluarkan Sistem Peringatan Dini
(EWS) yang meliputi tsunami, cuaca ekstrem, gelombang tinggi, dan iklim ekstrem. Hal-hal yang
dapat diperkirakan oleh BMKG adalah cuaca dan iklim. Cuaca dapat diperkirakan dalam jangka
waktu kejadian yang cepat, sedangkan iklim dapat diperkirakan dalam jangka waktu yang lambat.
Oleh karena itu, setiap awal tahun BMKG biasanya mengeluarkan peringatan dini iklim. Prediksi dan
peringatan dini iklim meliputi anomali iklim, prospek curah hujan bulanan, prediksi curah hujan
dasarian, dan peringatan dini iklim (kekeringan meteorologis, potensi curah hujan tinggi). Sedangkan
prakiraan dan peringatan dini cuaca meliputi prospek cuaca mingguan, prospek cuaca harian,
peringatan dini cuaca (3 harian), peringatan dini propinsi (berbasis radar cuaca), peringatan dini cuaca
ekstrem (kurang lebih 3 jam), dan peringatan dini berbasis lokasi (aplikasi mobile). Cara BMKG
memprediksi hal-hal tidak hanya secara short-term tetapi juga secara long-term, yaitu dengan
prakiraan musiman atau 6 bulan kedepan, yang dibuat dengan mengggunakan model dinamis
(permodelan numerik) dan ECWMF (European Center for Medium Range Forecast), yang dilakukan
koneksi dengan data pengamatan milik BMKG. Selain itu adapula prakiraan jangka panjang (hingga
tahun 2100), yang dibuat dengan permodelan perubahan iklim yaitu melakukan perhitungan dengan
lebih banyak mempertimbangkan laju emisi karbon. Berbeda dengan gempa bumi yang sifatnya tidak
bisa diperkirakan sama sekali. BMKG juga mengeluarkan potensi bencana hidrometeorologi yang
terjadi sepanjang tahun. Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang disebabkan karena peristiwa
cuaca dan iklim. Potensi bencana yang terjadi pada Bulan Desember, Januari, dan Februari adalah
banjir, longsor, dan gelombang tinggi. Kemudian, potensi bencana yang terjadi pada Bulan Maret,
April, Mei adalah puting beliung, petir, dan hujan es. Selanjutnya, potensi bencana yang terjadi pada
Bulan Juni, Juli, Agustus adalah kekeringan, karhutla, dan gelombang tinggi. Lalu yang terakhir,
potensi bencana yang terjadi pada Bulan September, Oktober, dan November adalah puting beliung,
petir, dan hujan es.
Pak Guswanto juga menjelaskan mengenai tren cuaca ekstrem yang sedang terjadi di
Indonesia. Seiring dengan laju pemanasan global, peningkatan suhu global termasuk suhu muka laut
juga akan memberikan dampak terhadap kondisi terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia. Laut dan
samudera sebagai penyimpan energi dari radiasi matahari kemudian akan menghasilkan banyaknya
kandungan uap air di atmosfer yang menyebabkan mudahnya terbentuknya awan hujan sebagai
penyebab cuaca ekstrem di Indonesia. Adapun penyebab dari panasnya Jawa adalah pada daerah
Selatan tidak terdapat adanya tutupan awan yang disebabkan oleh siklus tahunan pergerakan matahari
semu. Ia menjelasakan mengenai kota-kota di Pantura yang terancam banjir pesisir karena fenomena
fase pasang maksimum yang berbarengan dengan hujan lebat. Kota-kota tersebut adalah Semarang,
Pekalongan, Batang, indramayu, Tegal, Demak, Jakarta, dan Surabaya. Berdasarkan data dari BIG,
persentase luas tergenang air laut di setiap kabupaten dan kota tahun 2050 dengan nilai persentase
lebih dari 24.5% adalah pesisir timur Sumatera bagian utara, Tengah, dan Selatan, pesisir utara Jawa,
beberapa wilayah di pesisir Selatan Kalimantan Tengah dan Selatan. Ia juga menjelaskan bahwa
Jakarta merupakan kota terparah di dunia yang akan tenggelam. Hal tersebut dikarenakan Jakarta
memiliki penduduk yang padat yaitu 10 juta jiwa dan dibangun di dataran rendah dekat dengan laut.
Penyedotan air tanah menjadi penyebab Jakarta turun tiga meter dari tahun 1947 hingga 2010 dan
banyak bagian dari kota tersebut menurun hingga 10 sentimeter atau lebih setiap tahunnya. Subsiden
ini tidak terjadi merata, sehingga menimbulkan resiko yang tidak sama. Hal tersebut mengakibatkan
perencanaan perkotaan menjadi sulit. Jakarta telah membangun dinding laut untuk mengatasi
subsiden. Namun karena air tanah terus menerus disedot, kebijakan ini hanya akan bertahan sementara
dan tidak menyelesaikan permasalahan secara utuh. Penyedotan air tanah diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan yaitu sebagai air minum. Ancaman terendam air laut tidak hanya dialami kawasan psesisir
Pantura Jawa. Seluruh pulau kecil di Indonesia juga terancam dengan total jumlah hampir 115 pulau.
Hal tersebut merupakan imbas dari perubahan iklim, penurunan muka tanah, hingga tata ruang kota
yang tidak ideal atau ramah lingkungan.
Terdapat tiga proses penyebab peningkatan permukaan air laut yang dapat menyebabkan
tenggelamnya pulau-pulau kecil. Ketiga proses ini terjadi akibat perubahan iklim. Proses-proses
tersebut meliputi gletser yang mencair, hilangnya lapisan es kutub, dan ekspansi termal. Ketika suhu
global semakin memanas, gletse-gletser yang terdapat di pegunungan semakin menyusust dan dalam
jumlah yang massif menambah air segar ke lautan. Meningkatnya suhu global juga telah dibuktikan
menyebabkan es kutub terus menyusut yang kemudian mencair ke lautan. Pada proses ketiga yaitu
ekspansi termal merupakan proses mengembangnya air laut sebagai fluida cair ketika mengalami
pemanasan. Seperti yang sudah kita ketahui, meningkatnya suhu secara global tidak hanya terjadi di
daratan tetapi juga terjadi di lautan. Dalam menanggapi hal tersebut, BMKG telah menyediakan
beberapa solusi seperti BMKG tetap mengedepankan informasi cuaca yang cepat, tepat, dan akurat
serta meningkatkan koordinasi dengan K/L dan stakeholder terkait, dalam mengantisipasi proses
terjadinya potensi bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh peristiwa cuaca dan iklim. Selain
itu, BMKG juga menggencarkan sosialisasi terkait potensi cuaca ekstrem, contohnya akibat potensi
terjadinya La Nina di akhir tahun kepada stakeholder Masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui
penggencaran informasi di media, melaksanakan webinar antisipasi cuaca ekstrem, melaksanakan
dengan K/L dan stakeholder terkait, dan masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan. BMKG selalu
memperbaharui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang dikeluarkan. Selain itu, ada beberapa
rekomendasi yang dikeluarkan dalam statement BMKG yaitu BMKG menghimbau Masyarakat agar
tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang menyebabkan terjadinya potensi bencana
hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan putting beliung,
terutama untuk masyarkat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.
Kemudian, agar masyarakat selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca dari BMKG yang
meliputi cuaca publik, cuaca penerbangan, dan cuaca maritim, masyarakat dapat mengakses melalui
kanal-kanal yang tersedia, baik melalui call center 196, website www.bmkg.go.ig, sosial media
infoBMKG di Instagram, Twitter, YouTube, serta pada aplikasi telepon pintar infoBMKG. BMKG
juga menghimbau agar masyarakat lebih mengenali lingkungan dan potensi bencana di lingkungan
tempat tinggal atau sekitarnya, karena salah satu Upaya mitigasi yang sebenarnya adalah dengan
memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal, sehingga dapat mengurangi dampak yang
ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi yang dapat dating sewaktu-waktu.

Anda mungkin juga menyukai