Anda di halaman 1dari 13

Cuaca Di Indonesia

Di Indonesia terdapat tiga iklim, yang diantaranya adalah Iklim Musim atau sering disebut juga
dengan Iklim Musom, kemudian Iklim Tropika atau bisa disebut juga Iklim Panas, dan yang
terakhir adalah Iklim Laut. Secara bahasa, Iklim bisa juga diartikan sebagai suatu kondisi rata-
rata cuaca dalam waktu yang cukup panjang. Studi kasus tentang iklim di Indonesia dipelajari
dalam ilmu permeteorologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang iklim dinamakan
Klimatologi. Keberadaan iklim dimuka bumi ini sangat dipengaruhi oleh posisi dan letak
matahari terhadap bumi. Dan terdapat beberapa pengklasifikasian iklim-iklim di bumi yang dapat
ditentukan oleh suatu letak geografis daerah tertentu. Secara umum, kita dapat juga menyebutnya
sebagai Iklim Tropis, Lintang Menengah dan Lintang Tinggi.

Jika berbicara tentang keadaan cuaca di Indonesia, maka sering sekali cuaca buruk melanda
sebagian besar wilayah Indonesia akhir-akhir ini. Hasil penelitian BMKG menunjukkan bahwa
gangguan sistem cuaca di atmosfir Indonesia disebabkan oleh gangguan tropis dampak kenaikan
suhu muka laut perairan Indonesia, disamping faktor La Nina yang masih berlangsung hingga
saat ini. Kondisi suhu muka laut yang menghangat yang bersamaan dengan pemanasan intensif
oleh Matahari di belahan bumi selatan jika berkembang terus akan menyebabkan
berkembangnya pusat-pusat tekanan rendah di kawasan selatan Indonesia.

Akibat dari letak disekitar garis khatulistiwa, maka Indonesia termasuk kedalam satu negara
yang berada di daerah Tropika (Panas). Selain terdapat iklim panas, karena sebagian besar
Negara Indonesia dikelilingi oleh laut dan samudera, Indonesiapun memiliki iklim yang disebut
iklim laut yang dimana sifat dari iklim ini cukup lembab dan bisa mendatangkan banyak hujan.
Kepala Bidang Klimatologi dan Kualitasdan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Bpk. Endro Santoso mengatakan bahwasannya saat ini sebagian dari
wilayah perairan di Indonesia masih cukup hangat yang dimana peningkatan suhunyapun
diantara 0,5 C dan 1,3 C.

2012 Cuaca.co.id

TEMPO.CO , Jakarta - Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) menggunakan


teknik modifikasi cuaca yang baru untuk menanggulangi efek banjir di wilayah DKI Jakarta
tahun ini. Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT, F. Heru Widodo mengatakan alat
baru yang digunakan dalam modifikasi cuaca tahun ini adalah console mekanisasi seeding.

"Dengan alat ini, penyemaian tidak lagi membuka pintu kanan dan kiri pesawat seperti tahun
lalu," kata Heru di Landasan Udara TNI AD Halim Perdanakusuma, Kamis, 16 Januari 2013.

Heru menjelaskan, penyemaian yang dilakukan tahun lalu dengan menggunakan pesawat
Hercules C-130, sifatnya masih manual. "Jadi kantong bahan semai dirobek dan dituangkan ke
dalam corong pembuangan di luar pesawat melalui dua pintu pesawat," ujarnya.

Menurutnya, cara manual seperti ini dapat merugikan dan membahayakan umur pesawat.
"Karena dengan membuka pintu pesawat, bahan semai ini dapat berterbangan dan menempel di
bagian petning pesawat. Ini dapat membahayakan pesawat karena bahan semai (garam) bersifat
korosif.

Untuk itu, modifikasi cuaca tahun ini, BPPT dan TNI-AU membuat console mekanisasi seeding
dan modifikasi ramp door pada Hercules C-130. "Console ini berbentuk tangki yang diletakkan
dalam satu konstruksi rangka yang dilengkapi dengan roda," kata Heru.

Setiap Console berisi 3 tangki dengan kapasitas setiap tangkinya sekitar 850 kilogram. "Jadi
menyemainya tidak lagi membuka pintu pesawat. Bahan semai akan keluar dibawa pesawat.
Menyemainya tinggal buka tutup saja," ujarnya. Sehingga, kata dia, sebaran bubuk garam yang
masuk ke dalam kabin dapat diminimalisir dan kerusakan pesawat Hercules dapat dicegah.

Tahun ini, modifikasi cuaca kembali dilakukan selama dua bulan, sejak 14 Januari 2013.
Modifikasi cuaca ini menargetkan mampu mengurangi hujan di wilayah DKI Jakarta hingga 30
persen.

Dana yang digelontorkan untuk rekayasa cuaca ini sebesar Rp 28 miliar. Sebanyak Rp 20 miliar
diberikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sementara Rp 8 miliar disediakan oleh
Pemprov DKI Jakarta. Namun pada tahun lalu, anggaran yang habis selama 42 hari modifikasi
cuaca hanya mencapai Rp 12,8 miliar.

Kondisi iklim di dunia saat ini mengkhawatirkan

M. Satibi
Kamis, 21 November 2013 21:05 WIB

Ilustrasi.

Sindonews.com - Berdasarkan hasil pertemuan Conference of Parties (COP) ke 19 di Warsawa,


Polandia 19-20 November lalu menyatakan, perubahan iklim di dunia sudah mengkhawatirkan.

Hal itu dibuktikan dengan situasi anomoli cuaca, topan haiyan dan bencana alam yang
frekwensinya semakin meningkat.

Perlu diketahui, COP merupakan otoritas tertinggi dalam kerangka PBB, tentang konferensi
perubahan iklim (UNFCC), yang bertanggung jawab menjaga konsistensi upaya internasional
sesuai dengan KTT Bumi 1992.

Salah satu tujuan utama pembentukan konferensi tersebut, adalah mengurangi pemanasan global
karena efek gas rumah kaca, agar tidak membahayakan iklim dunia.

Anggota COP saat ini berjumlah 195 negara termasuk Indonesia. Indonesia sebagai salah satu
anggota berperan aktif dalam pelaksanaan COP.

Ketua kelompok kerja audit lingkungan sedunia dipimpin oleh Ali Masykur Musa mengimbau,
agar industri dan teknologi ramah lingkungan di tingkatkan.

"Pasar karbon yang konsisten dan efisien, kerja sama antar pihak dan penataan lingkungan dalam
rangka pencapaian pembangunan berkelanjutan," kata Cak Ali melalui siaran persnya kepada
Sindonews, Kamis (21/11/2013)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa
Yogyakarta meminta para nelayan mewaspadai gelombang laut ekstrem
setinggi 4 hingga 7 meter. Ombak tinggi ini terjadi di Samudera Hindia
atau selatan Pulau Jawa dan di selatan Nusa Tenggara.

Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Jumat (17/1/2014) siang,


gelombang laut tinggi akan terus berlangsung hingga 5 hari mendatang.
Cuaca ekstrem ini dipengaruhi kecepatan angin dan udara bertekanan
rendah di sekitar Darwin, Australia.

BMKG juga memperkirakan curah hujan tinggi akan terus terjadi hingga
pertengahan Februari mendatang.

Larangan melaut juga dikeluarkan Kantor Syahbandar Kota Tegal, Jawa


Tengah. Sejak kemarin, syahbandar setempat mengeluarkan larangan
melaut bagi para nelayan yang ada di pesisir pantura Tegal, menyusul
semakin buruknya cuaca di Laut Jawa.

Ketinggian gelombang diperkirakan bisa mencapai 6 meter dan sangat


berbahaya bagi keselamatan para nelayan. Sejumlah titik di bibir pantai
pun dipasangi bendera hitam sebagai peringatan waspada bagi mereka.
Cuaca Ekstrem, BMKG Yogyakarta Larang
Nelayan Melaut
KOMPAS.com - Anomali bibit badai tropis di perairan timur Filipina terus bergerak ke timur,
di utara Papua di Samudra Pasifik. Kondisi itu menimbulkan hujan deras pemicu banjir di
Manado, Minahasa, dan wilayah lain di Sulawesi Utara. Kewaspadaan juga bagi wilayah lain
di timur.

Pengaruh bibit badai tropis di Samudra Hindia, meskipun kekuatannya jauh lebih besar,
tetap kecil karena jarak dengan Manado cukup jauh. Anomali bibit badai tropis di timur
Filipina yang memengaruhi gangguan cuaca hujan lebat di Sulawesi Utara, kata Kepala
Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Edvin Aldrian, Minggu (26/1/2014), di Jakarta.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Bagus Cahyono, dari Manado, kemarin petang, menyatakan, hujan lebat di Manado masih
berlangsung hingga kemarin sore. Berdasarkan informasi meteorologi, anomali bibit badai
tropis di Samudra Pasifik menimbulkan gangguan cuaca.

Cuaca di Manado pada siang hingga sore masih sering hujan lebat. Ketika berhenti, hanya
30 menit, lalu hujan lagi. Malam ini hujan reda, kata Bagus.

Korban jiwa di Sulut sejak banjir bandang 15 Januari 2014 hingga sekarang ada 23 orang.
Banjir bandang atau air bah, Sabtu (25/1), sekitar pukul 10.00 Wita) di muara sungai Desa
Nameng, Siau Barat, Kabupaten Sitaro, Sulut, menghantam sebuah perahu. Hingga saat ini,
jumlah korban dari penumpang perahu itu 2 orang meninggal, 27 orang belum ditemukan,
dan 8 orang selamat, kata Bagus.

Wilayah lain

Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG Kukuh Rubidiyanto mengatakan, kondisi
iklim dan cuaca di wilayah Manado dan sekitarnya tak jauh beda dengan wilayah Maluku
dan sekitarnya. Musim di wilayah itu berkebalikan dengan Jawa.

Saat hujan lebat dan mengakibatkan banjir bandang di Sulut sebenarnya sudah masuk
masa transisi menuju musim kemarau, kata Kukuh.

Edvin Aldrian mengatakan, fenomena kolam panas di Samudra Hindia saat ini mengalami
anomali. Wilayah perairan timur Filipina memang dikenal sebagai dapur pembentukan
badai tropis. Namun, kemungkinan pembentukannya pada Januari hanya 0,28 kali.

Hingga kemarin, berdasarkan analisis streamline atau pola arah arus angin BMKG, pusat
tekanan rendah atau bibit badai tropis itu terus ke timur atau sebelah utara Papua. Dampak
angin pusarannya yang berbelok ke timur bertemu dengan angin monsun Asia yang
bergerak ke Australia.

Daerah pertemuan angin membentuk awan hujan di atas Sulawesi ke timur hingga Maluku
dan Papua. Daerah pertemuan angin menimbulkan hujan.
Pola pembangunan

Terkait bencana hidrometeorologis, menurut peneliti pada Pusat Kajian Hukum Lingkungan
Indonesia (ICEL), Yustisia Rahman, musim bencana saat ini bisa menjadi momentum
mengedepankan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berbasis ekoregion.
Konsep pembangunan mengusung semangat berkelanjutan itu tercapai jika setiap daerah
administratif saling bekerja sama.

Para pemimpin daerah diharapkan melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup


saling terintegrasi. Kesatuan perencanaan ini dijadikan pegangan dalam membuat rencana
tata ruang kota atau pemberian izin pembangunan di daerah masing-masing, ujarnya.

Faktanya, pembangunan berjalan sendiri-sendiri dibatasi administrasi. Banjir Jakarta cermin


abainya pemimpin daerah atas kekhasan wilayah ekoregion. Pembangunan vila/resor yang
tak terkendali di hulu Sungai Ciliwung yang ditandai maraknya alih fungsi hutan membuat
kerusakan di hulu dan bencana di hilir. (NAW/ICH)

Waspadai Dampak Cuaca di Wilayah Timur Indonesia


Senin, 27 Januari 2014 | 09:07 WIB

BMKG Waspadai Dampak Badai di Australia pada Cuaca Ekstrem di


Indonesia

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mewaspadai kemungkinan terjadi badai di


Australia yang bisa mempengaruhi cuaca di sejumlah wilayah di Indonesia menjadi ekstrem.
JAKARTA Sementara itu, curah hujan tertinggi diperkirakan terjadi pada pertengahan
Januari hingga pertengahan Februari.

Kepada pers di Jakarta, Jumat, Deputi Klimatologi BMKG, Widada Sulistya mengatakan,
BMKG memantau adanya pusaran di wilayah Australia yang berpotensi menjadi badai dan akan
berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Itu pusaran angin bibit badai tropis, kalau itu berkembang (bisa) seperti yang di Filipina (yang
mana) awalnya seperti itu, pusaran kecil seperti itu, kalau energinya cukup itu akan
berkembang, Yang di Darwin berkembang maka kita perlu waspada kemungkinan adanya angin
kencang, kemudian hujan lebat dan gelombang tinggi di sekitar Jawa, kemudian Bali dan Nusa
Tenggara, Badainya sendiri tidak lewat wilayah kita, badai itu ada di sekitar Australia tetapi
dampaknya secara tidak langsung sekitar 5 sampai 7 hari kedepan, tetapi sekali lagi kita akan
ikuti terus, kita pantau terus, oaoar Widada.
Widada Sulistya menambahkan BMKG juga terus memantau dan mewaspadai cuaca ekstrim
yang terjadi di berbagai negara, seperti suhu dingin di Amerika Serikat dan Kanada serta
turunnya salju di Mesir. Meski demikian, menurutnya, kondisi di tiga negara tersebut sampai
saat ini tidak berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia, namun suhu dingin di China serta
turunnya salju di Vietnam diprediksi BMKG akan berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia.

Kalau yang di Mesir dan di Amerika sejauh ini belum ada catatan yang menunjukkan adanya
hubungan langsung, tetapi kalau yang di Vietnam atau China ada potensi itu. Karena semakin
dingin udara yang ada di China atau di Vietnam itu akan bisa mendorong udara ke selatan ke
arah Indonesia, lanjut Widada.

Pada kesempatan sama, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Prabowo mengatakan sejak
November tahun 2013, BMKG sudah mengumumkan curah hujan akan meningkat mulai
Desember 2013 hingga April 2014, namun diprediksi curah hujan tertinggi akan terjadi pada
pertengahan Januari hingga pertengahan Februari. Untuk itu ia mengingatkan masyarakat agar
lebih waspada dan berhati-hati pada saat curah hujan tinggi.

Ia menegaskan pengalaman tahun lalu juga bisa menjadi pelajaran berharga, saat Jakarta sempat
lumpuh akibat banjir pada pertengahan Januari 2013.

Pada bulan-bulan Januari, Februari ini kita sedang memasuki tahap-tahap puncak musim hujan,
pengalaman yang kita peroleh pada umumnya puncak musim hujan terjadi dua minggu pada
akhir bulan Januari hingga dua minggu pertama bulan Februari. Saat ini tanggal 10 seperti ini
kami di BMKG sedang dalam tahap siaga penuh. Sebagai pengalaman tahun 2013, (banjir)
sempat lumpuhkan Jakarta terjadi pada tanggal 17 Januari. Tapi prediksi kita dalam beberapa
hari mendatang ini ada potensi curah hujan yang dapat muncul kembali, kemungkinan hari
Minggu-Senin terjadi curah hujan, umumnya udara mengalir dari daerah-daerah yang samudera
luas baik Pasifik maupun Samudera Hindia sebelah barat sehingga potensi membawa uap air
banyak, ungkap Prabowo.

BMKG secara khusus mengingatkan pemerintah daerah yang masyarakatnya mayoritas sebagai
nelayan, serta daerah yang memiliki banyak lokasi wisata pantai untuk mewaspadai cuaca buruk
bahkan ekstrim, terutama pada Januari hingga Februari.

CUACA BURUK LARATKAN KAPAL DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK

(Jakarta, 21/1/1011) Kapal-kapal patroli Pangkalan Armada


Penjaga Laut dan Pantai (PLP) Tanjung Prok berhasil
menyelamatkan kapal-kapal yang larat dan kandas akibat
gelombang tinggi dan angin kecang saat berlabuh di perairan
Pelabuhan Tanjung Priok.

Peristiwa yang terjadi pada tanggal 16-18/1, mengakibat sebanyak 16 kapal larat, namun tidak
mengalami keadaan yang parah dan akhirnya bisa ditarik ke lokasi yang lebih aman.

Menghadapi cuaca ekstrem yang ditandai dengan gelombang tinggi dan angin kencang, Kepala
Pangkalan Armada PLP Tanjung Priok, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla),
Kementerian Perhubungan, Nafri menyatakan, kegiatan penyelamatan dilakukan oleh armada
PLP Tanjung Priok, setelah mendapatkan informasi adanya sejumlah kapal yang sedang berlabuh
mengalami masalah. Bahkan, ada juga kapal di dalam pelabuhan yang kandas.

Sejak beberapa hari ini kapal patroli memang disiapkan untuk menghadapi keadaan di perairan
akibat cuaca baruk. Ternyata cuaca buruk beberapa waktu lalu membuat kapal-kapal yang
sedang berlabuh menghadapi masalah, ungkapnya.
Untuk itu ia berharap pada operator kapal yang kapalnya sedang berlabuh hendaknya
menempatkan awak kapal dengan cukup dan mesin dalam keadaan hidup ketika cuaca mulai
memburuk.

Karena jika mendadak cuaca berubah ekstrem, awak kapal bisa melakukan kegiatan
mengantisipasi sehingga terhindar dari keadaan yang tidak dinginkan, ungkap Nafri, Jumat
(21/1).

Kapal-kapal yang larat itu, kata Nafri terkena angin yang kecepatannya bisa mencapai 40 knot
perjam dengan gelombang tinggi mencapai 4 meter lebih. Kegiatan penyelamatan dilaukan
Pangkalan Armada PLP Tanjung Priok dengan menggunakan dua kapal patroli yakni KN 209
dan Katamaran serta satu buah perahu karet.

Kapal-kapal yang larat itu diantaranya, TB Monaco dan Tk Pacifik Bahari larat dari buoy barat
ke buoy timur, TB Delta 2 dan Tk Satu Jaya larat dari buoy timur ke buoy timur, Tk DPS-2788
kandas di dam buoy timur, TB Putra Samudera mengalami jangkar larat namun buritan terikat
di buoy, TB MBS-51 dan Tk MBS 271, TB Oni dan Tk Ilir Jaya, TB Tenaga Maju dan Tk MAM
3001.

Keadaan cuaca ekstrem ini harus diantisipasi dalam beberapa waktu ke depan ini. Selain itu
operator dan awak kapal harus memperhatikan informasi dari Badan Meterorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG), agar bisa cepat mengatahui adanya perubahan cuaca, sehingga bisa
cepat melakukan antisipasi jika keadaan cuca memburuk, tandasnya.

Selain melakukan penyelamatan, Pangkalan Armada PLP Tanjung Priok juga menemukan kapal
yang dalam keadaan terdampar di dam. Sudah lama kapal tersebut tidak dipindahkan, padahal
keadaan itu mengganggu kegiatan kapal di dalam pelabuhan Tanjung Priok, kapal yang
terdampar di dam sebelah barat pelabuhan adalah KFC Andika Mitra Express dan LCT Niaga
58 di bagian kolamnya. Seharusnya pemilik kapal dan pihak pelabuhan secepatnya menarik
kapal tersebut ke lokasi lain yang lebih aman, ungkapnya. (AB)
Indonesia tidak terpengaruh cuaca ekstrim dunia

Jumat, 10 Januari 2014 18:58 WIB | 4659 Views

Pewarta: Desi Purnamawati

Kendaraan yang terdampar di Lake Shore Drive, Chicago, Rabu (2/2). Badai musim dingin yang
luar biasa menimpa Amerika Serikat, menjadikan kawasan midwest beku, memberikan cuaca
dingin di daerah timur laut dan mengganggu penerbangan dan transportasi lain. (REUTERS/John
Gress)

... udara dingin di Vietnam karena ada massa udara ke arah Indonesia jadi akan lebi banyak hujan... "

Berita Terkait

BMKG: anomali cuaca besar-besaran di Kepri


Badai salju di AS, 3000 penerbangan dibatalkan
Cuaca sedingin kutub mencekam Amerika Serikat
1.800 penerbangan di Chicago batal karena cuaca ekstrim
Kemarau basah diprakirakan sampai Agustus 2013

Galeri Terkait

Batik Terpengaruh Cuaca


Anomali Cuaca

Jakarta (ANTARA News) - Cuaca dan iklim Indonesia tidak terpengaruh secara langsung cuaca ekstrim
global yang terjadi di sejumlah negara sebagaimana terjadi di Amerika Serikat dan Mesir.

"Belum ada catatan menunjukkan pengaruh langsung antara suhu dingin di Amerika Serikat dan salju di
Mesir terhadap iklim di Indonesia," kata Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), Widada Sulistya, di Jakarta, Jumat.

Suhu dingin di Kanada dan Amerika Serikat terjadi pada Desember 2013 hingga awal Januari 2014,
mencapai minus 50 derajad Celcius. Begitu juga dengan turunnya salju di Mesir dan Vietnam.

Hal tersebut disebabkan suhu udara permukaan lebih rendah dibandingkan rata-ratanya.

Seperti di Kanada dan Amerika Serikat, hasil pengamatan menunjukkan anomali temperatur udara
permukaan di wilayah Kanada hingga bagian utara dan timur Amerika yang lebih dingin dibandingkan
klimatologisnya.

Secara umum Januari merupakan periode dengan temperatur minimum paling rendah dibanding bulan
lainnya di wilayah tersebut.

Kondisi ini diperkuat rendahnya tekanan udara permukaan di Samudera Atlantik dan dan tingginya
tekanan udara di wilayah Arktik yang mengakibatkan terjadinya aliran massa udara dingin ke wilaa sub
tropis Kanada dan Amerika Serikat.

Hal ini menimbulkan penurunan temperatur yang drastis akibat peningkatan kecepatan angin.

Sementara salju yang turun di Vietnam bagian utara disebabkan suhu udara permukaan di selatan China
dan utara Vietnam lebih rendah dibandingkan rata-ratanya.

Padahal secara klimatologis pada Desember di wilayah itu merupakan bulan dengan temperatur
minimum dan curah hujan mulai menurun.

Tekanan udara permukaan di China bagian barat lebih tinggi dari rata-ratanya sementara di Asia
Tenggara dan Laut China Selatan tekanan udara lebih rendah dari rata-ratanya.
"Yang cukup berpengaruh ke Indonesia, udara dingin di Vietnam karena ada massa udara ke arah
Indonesia jadi akan lebi banyak hujan," katanya.

1.500 Pulau Indonesia Diprediksi Tenggelam pada 2050


Sains

Rabu, 26 Februari 2014 11:03

Pulau indonesia

Liputan6.com, Jakarta Sekitar 1.500 pulau Indonesia diprediksi bakal tenggelam pada 2050
akibat naiknya permukaan air laut. Hal ini diakibatkan oleh efek rumah kaca yang
berdampak pada perubahan iklim.

"Ancaman terbesar bagi negara kepulauan terbesar adalah kenaikan air laut mencapai 90 cm.
Ada 42 juta jiwa yang menetap di dekat laut, radius 5 km, dalam keadaan terancam," demikian
laporan Maplecroft's Climate Change Vulnerability Index (Indeks Dampak Perubahan Iklim)
yang dirilis lembaga dunia, Maplecroft.
Laporan itu dikemukakan Ancha Srinivasan dari Bank Pembangunan Asia ini, seperti dimuat
Straits Times, Rabu (26/2/2014).

Dia menjelaskan, permukaan Bandara Soekarno-Hatta yang terletak dekat DKI Jakarta akan
tenggelam atau berada di bawah permukaan laut, pada 2030. Daerah di sekitar bandara
diperkirakan akan menjadi kubangan seperti danau.

Masih dalam laporan, sejauh ini, sebanyak 24 pulau Indonesia telah lenyap dari permukaan.
Pulau-pulau itu di antaranya berada di Aceh, Sumatera Utara, Papua, dan Riau.

"Indonesia yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan kisaran 6.000 pulau yang dihuni, bisa
terancam," ujar Ancha.

Tanda lain yang bisa memicu naiknya permukaan air laut adalah meningkatknya tingkat
keasaman air laut. Hal itu membuat ikan bergerak jauh ke tengah laut. Komunitas nelayan pun
menjadi kesulitan mendapat pasokan ikan.

"Gejala ini mungkin hanya perubahan biasa, tapi jelas memberikan dampak yang signifikan bagi
ekosistem laut," kata Ancha.

Atas kondisi tersebut, Ancha dan ilmuwan lain berkumpul untuk memberikan peringatan keras
pada sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia soal ancaman naiknya permukaan laut.

"Indonesia memiliki garis pantai terpanjang dunia, yakni 80 ribu km. Jika ini terjadi, tentu
berdampak pada orang-orang tak mampu dan kurang tahu soal pentingnya menjaga lingkungan,"
ujar Ancha.

Lebih lanjut, kata Ancha, nelayan di Sulawesi Selatan kini tidak lagi mampu memprediksi arah
angin dan musim, yang berdampak pada sulitnya mendapatkan ikan.

"Perubahan iklim merupakan tantangan terbesar bagi masa depan peradaban kita. Negara kalian
dan saya sama-sama berisiko," tandasnya.

Padat Penduduk dan Banyak Bencana

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengambil tindakan dengan mengunjungi
Indonesia untuk menjalin kerja sama soal perubahan iklim dan menyelamatkan dunia.

Begitu juga dengan staf ahli Wakil Menteri Luar Negeri Inggris, Sir David King. Ilmuwan itu
mengatakan, padatnya penduduk dan cuaca ekstrem yang terjadi, membuat Indonesia sangat
rentan atas ancaman naiknya permukaan air laut.

"Kondisi tersebut meningkatkan risiko bagi Indonesia," ujar King, yang pernah diundang ke
Jakarta dan Bandung untuk berbagi pemahaman soal perubahan iklim.
"Kita kini melihat banyak dampak yang parah akibat perubahan iklim, termasuk topan Haiyan
yang melanda Filipina beberapa bulan lalu."

Badan Meteorologi Inggris bahkan menyebut cuaca ekstrem di AS dan Inggris disebabkan
kenaikan suhu di pesisir Indonesia dan bagian wilayah tropis di barat Pasifik.

Atau dengan kata lain, "gangguan" dalam aliran sistem cuaca (jet stream) di Atlantik Utara dan
Pasifik, sebagian berasal dari perubahan pola cuaca di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dan
berhubungan dengan suhu yang lebih tinggi dari biasanya di wilayah itu.

"Cuaca ekstrem yang terjadi di dua sisi Atlantik, terkait dengan pola tetap gangguan aliran sistem
cuaca di atas Samudera Pasifik dan Amerika Utara," demikian laporan yang disusun Met Office
dan Centre for Ecology and Hydrology.

"Ada hubungan yang kuat antara cuaca penuh badai di Inggris pada Desember dan Januari
dengan gangguan aliran sistem cuaca (jet stream) di hulu ke Amerika Utara dan Pasifik Utara."

Jumlah Pulau Indonesia

Tahun 1972, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memublikasikan sebanyak 6.127
nama pulau-pulau di Indonesia. Pada 1987, Pusat Survei dan Pemetaan ABRI (Pussurta ABRI)
menyatakan, jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 17.508, di mana 5.707 di antaranya
telah memiliki nama, termasuk 337 nama pulau di dekat sungai.

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), pada tahun 1992 menerbitkan
Gazetteer Nama-nama Pulau dan Kepulauan Indonesia yang mencatat sebanyak 6.489 pulau
bernama, termasuk 374 nama pulau di sungai.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Pada tahun 2002, berdasarkan hasil
kajian citra satelit, menyatakan jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 18.306 buah.

Data Departemen Dalam Negeri berdasarkan laporan dari para gubernur dan bupati/wali kota,
pada tahun 2004 menyatakan, ada 7.870 pulau yang bernama, sedangkan 9.634 pulau tak
bernama. Dari sekian banyaknya pulau-pulau di Indonesia, yang berpenghuni hanya sekitar
6.000 pulau.

Anda mungkin juga menyukai