Tahun 2018
Septyawan Dwiputra (12817027)
ita pasti sudah sangat familiar mendengar kata kekeringan. Kekeringan salahsatu
JAKARTA, TEMPO.CO - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana atau BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 4,87 juta jiwa
terdampak kekeringan yang tersebar di 4.053 desa seluruh Indonesia."Berdasarkan data yang
dihimpun Posko BNPB, kekeringan melanda 11 provinsi yang terdapat di 111 kabupaten/kota,
888 kecamatan, dan 4.053 desa. Kekeringan telah menyebabkan 4,87 juta jiwa terdampak,"
kata Sutopo dalam keterangan tertulis, Kamis, 6 September 2018. Akibat kekeringan itu, kata
Sutopo, masyarakat kekurangan air bersih sehingga harus mencari air ke sumber-sumber air di
tempat lain. Sebagian harus membeli air bersih dan menggantungkan pada bantuan droping air
bersih.
Lantas apa yang menyebabkan kekeringan melanda negera kita ini. Jika diusut dari asal-
usulnya, bencana kekeringan sesungguhnya adalah gejala yang wajar terjadi d inegara kita ini..
Posisi geografis Indonesia yang berada dalam lintasan garis khatulistiwa menyebabkan negeri ini
hanya memiliki kemungkinan dua musim yaitu musim hujan ataupun kemarau. Sayangnya, yang
terjadi musim kemarau memiliki peluang yang lebih lama dan panjang dibandingkan dengan
musim hujan.
Musim kemarau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh Monsun Australia. Atau sering
disebut juga angin timuran. Muson Timur adalah angin yang bertiup pada bulan April hingga
Oktober di Indonesia. Berdasarkan proses terbentuknya, angin muson timur bertiup ketika
matahari berada di belahan bumi sebelah utara, yang menyebabkan Benua Australia tidak
tersorot matahari lebih lama dibandingkan Benua Asia. Kondisi ini sebabkan Benua Australia
berada pada musim dingin dan bertekenan maksimum, sedangkan Asia ada pada kondisi musim
panas, dan bertekanan minimum. Angin akan bergerak dari kondisi bertekanan maksimum ke
minimum, sehingga angin kering ini akan bergerak dari Australia menuju Asia melewati
Indonesia. Karena menuju utara Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah
kanan. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau akibat angin tersebut
melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan hanya melalui lautan yang sempit.
“Letak Indonesia yang berada dekat khatulistiwa juga menjadikan Indonesia beriklim panas
sehingga wilayahnya rentan terhadap bencana kekeringan. Disamping itu, letak Indonesia yang
berada di antara dua samudera menyebabkan iklim Indonesia juga dipengaruhi oleh gejala iklim
yang diakibatkan oleh pergerakan suhu permukaan laut Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Kedua aktivitas pergerakan suhu permukaan laut tersebut mengakibatkan terjadinya dua gejala
iklim, yaitu Indian Ocean Dipole positif (IOD) dan El Nino. Dua gejala ini merupakan penyebab
kuat terjadinya kekeringan di Indonesia.” (Liong et al, 2003).
Kekeringan yang melanda Indonesia selalu dikaitkan dengan gejala El Nino. Ternyata,
selain El Nino, ada fenomena lain yang juga berdampak sama, yaitu Indian Ocean Dipole Mode
Positif yang terjadi di Samudra Hindia. Kekeringan yang terjadi saat ini diketahui merupakan
akibat fenomena tersebut.
El Nino adalah kejadian memanasnya suhu air laut di Samudra Pasifik hingga di atas rata-
rata suhu normal. Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya fenomena alam seperti kekeringan dan
kebakaran hutan. Tahun ini, Indonesia terkena dampak El Nino berintensitas lemah-sedang
kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo saat dihubungi
CNNIndonesia.com El Nino lemah ditandai dengan suhu muka laut yang semakin panas di
wilayah Pasifik bagian tengah atau dikenal dengan sebutan indeks ENSO (El Nino Southern
Oscillation) positif. Lebih lanjut ia menjelaskan, aktifnya El Nino dalam skala lemah bakal
berdampak pada peralihan sirkulasi angin Timuran menjadi angin Baratan yang sedikit
terlambat. Akibatnya, ada tendensi datangnya awal musim hujan agak terlambat.
Selain dari Pasifik di timur laut, Indonesia juga mendapat ancaman kekeringan dan curah
hujan tinggi karena penyimpangan suhu muka laut di Samudra Hindia-di barat daya Indonesia.
Fenomena anomali cuaca di Samudra Hindia ini, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Positif
berdampak kekeringan, sedangkan IOD Negatif mengakibatkan curah hujan tinggi di Indonesia.
IOD Positif ditandai dengan pendinginan suhu muka laut di timur Samudra Hindia sepanjang
pantai selatan Sumatera dan Jawa. Ketika suhu laut di timur mendingin, yang mengakibatkan
kekeringan di Indonesia, kondisi sebaliknya terjadi di bagian barat Samudra Hindia, yaitu dekat
pantai barat Afrika yang menghangat. Kondisi ini menimbulkan konveksi udara atmosfer di
timur Samudra Hindia, hingga mengakibatkan curah hujan yang tinggi di timur Afrika. Ketika
IOD Positif terjadi, dampaknya tidak hanya terjadi di sekitar kawasan yang berbatasan dengan
Samudra Hindia, tetapi juga di berbagai wilayah di dunia. Pada umumnya, setengah wilayah
barat Samudra Hindia, pantai timur Afrika, dan India akan mengalami aktivitas konveksi lebih
kuat dibanding normal, sedangkan kondisi kering akan mendominasi setengah kawasan timur
Samudra Hindia, termasuk Indonesia.
Meski demikian, anomali-anomali yang terjadi tidak menjadi penyebab satu-satunya atas
bencana kekeringan di Indonesia. Pada umumnya keekringan diperparah penyebab-penyebab
lain, seperti:
Kerusakan hidrologis wilayah hulu sehingga waduk dan juga saluran irigasi diisi oleh
sedimen. Hal ini kemudian menjadikan kapasitas dan daya tampung menjadi
minimum, sehingga Cadangan air yang kurang akan memicu kekeringan parah saat
musim kemarau tiba.
Pergeseran daerah aliran sungai (DAS) utamanya di wilayah hulu. Hal ini membuat
lahan beralih fungsi, dari vegetasi menjadi non-vegetasi. Akibatnya sistem resapan
air menjadi kacau dan akhirnya menyebabkan kekeringan.
Persoalan agronomis atau dikenal juga dengan nama kekeringan agronomis. Hal ini
diakibatkan pola tanam petani yang memaksakan penanaman padi pada musim
kemarau, sehingga mengakibatkan cadangan air semakin tidak mencukupi.
Kekeringan sebagai salah satu bencana alam di Indonesia ini perlu untuk kita perhatikan
dan kaji secara seksama, dikarenakan kekeringan ini sangat menganggu keberlangsuangan hidup
makhluk hidup, buntut dari bencana kekeringan ini sangat luar biasa berbahaya. tidak hanya
menyusahkan manusia, melainkan hewan dan tumbuhan juga menjadi dampaknya. Adapun
dampak yang ditimbulkan kekeringan di Indoensia, seperti :
Meningkatkan ketersediaan sumber air : Pembangunan sumur gali, sumur pantek, sumur
air tanah dalam, penampungan air hujan (PAH), Terminal air di wilayah desa rawan
kekeringan.
Reboisasi di wilayah sekitar sumber mata air
Reboisasi kawasan sabuk hijau sekitar wadu
Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah lahan kritis
Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM)
Pembangunan demplot sumur resapan di wilayah rawan kekeringan
http://akvopedia.org/wiki/Panen_Air_Hujan_/_Pengumpulan_Embun_dan_Kabut_/_Pengu
mpulan_dan_penyimpanan_kabut, diakses pada 10 Oktober 2018)
http://harian.analisadaily.com/lingkungan/news/upaya-menanggulangi-kekeringan-melalui-
metode-geolistrik/223280/2016/03/20, diakses pada 10 Oktober 2018
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180911174013-20-329429/bmkg-prediksi-el-
nino-terjadi-akhir-september-hingga-oktober, diakses 7 Oktober 2018