Anda di halaman 1dari 5

Kekeringan di Indonesia

Tahun 2018
Septyawan Dwiputra (12817027)

ita pasti sudah sangat familiar mendengar kata kekeringan. Kekeringan salahsatu

K bencana yang sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya pada


musim kemarau. Kekeringan merupakan fenomena alam yang sangat kompleks
yang tidak mudah didefinisikan secara pasti. Menurut beberapa pakar di bidang meteorologi
kekeringan dapat diartikan :

 Menurut International Glossary of Hidrology (WMO 1974) dalam Pramudia


(2002), pengertian kekeringan adalah suatu keadaan tanpa hujan berkepanjangan
atau masa kering di bawah normal yang cukup lama sehingga mengakibatkan
keseimbangan hidrologi terganggu secara serius
 Kekeringan seringkali ditandai dengan curah hujan di bawah rata-rata dalam bagian
iklim normal, dapat berkembang sebagai iklim ekstrim atau berubah menjadi
sebuah fenomena iklim yang berbahaya dan dapat memiliki dampak yang parah
pada masyarakat (M. Sigdeli & M. Ikeda, 2010)
 Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan
(slow-onset disaster), berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi,
sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena
alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang
perlu dipahami.Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan,
tahun, bahkan abad. (BMKG, 2014).
Menurut artikel yang saya baca, salah satu permasalahan yang terjadi di Indonesia saat
ini, Indonesia telah memasuki musim kemarau dan beberapa daerah telah terjadi bencana
kekeringan yang memiliki dampak yang cukup signifikan dan merugikan masyarakakat
Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
menyebutkan, musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia pada 2018 telah dimulai
Mei dan akan berakhir pada Oktober mendatang. Saat musim kemarau tiba, intensitas curah
hujan menurun dan menyebabkan cadangan air tanah menipis. Persoalan yang muncul saat
musim kemarau, di antaranya, kekurangan air bersih, kerusakan ekologi, berkurangnya
produksi pertanian, kelaparan, bahkan korban jiwa.

JAKARTA, TEMPO.CO - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana atau BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 4,87 juta jiwa
terdampak kekeringan yang tersebar di 4.053 desa seluruh Indonesia."Berdasarkan data yang
dihimpun Posko BNPB, kekeringan melanda 11 provinsi yang terdapat di 111 kabupaten/kota,
888 kecamatan, dan 4.053 desa. Kekeringan telah menyebabkan 4,87 juta jiwa terdampak,"
kata Sutopo dalam keterangan tertulis, Kamis, 6 September 2018. Akibat kekeringan itu, kata
Sutopo, masyarakat kekurangan air bersih sehingga harus mencari air ke sumber-sumber air di
tempat lain. Sebagian harus membeli air bersih dan menggantungkan pada bantuan droping air
bersih.
Lantas apa yang menyebabkan kekeringan melanda negera kita ini. Jika diusut dari asal-
usulnya, bencana kekeringan sesungguhnya adalah gejala yang wajar terjadi d inegara kita ini..
Posisi geografis Indonesia yang berada dalam lintasan garis khatulistiwa menyebabkan negeri ini
hanya memiliki kemungkinan dua musim yaitu musim hujan ataupun kemarau. Sayangnya, yang
terjadi musim kemarau memiliki peluang yang lebih lama dan panjang dibandingkan dengan
musim hujan.

Musim kemarau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh Monsun Australia. Atau sering
disebut juga angin timuran. Muson Timur adalah angin yang bertiup pada bulan April hingga
Oktober di Indonesia. Berdasarkan proses terbentuknya, angin muson timur bertiup ketika
matahari berada di belahan bumi sebelah utara, yang menyebabkan Benua Australia tidak
tersorot matahari lebih lama dibandingkan Benua Asia. Kondisi ini sebabkan Benua Australia
berada pada musim dingin dan bertekenan maksimum, sedangkan Asia ada pada kondisi musim
panas, dan bertekanan minimum. Angin akan bergerak dari kondisi bertekanan maksimum ke
minimum, sehingga angin kering ini akan bergerak dari Australia menuju Asia melewati
Indonesia. Karena menuju utara Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah
kanan. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau akibat angin tersebut
melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan hanya melalui lautan yang sempit.
“Letak Indonesia yang berada dekat khatulistiwa juga menjadikan Indonesia beriklim panas
sehingga wilayahnya rentan terhadap bencana kekeringan. Disamping itu, letak Indonesia yang
berada di antara dua samudera menyebabkan iklim Indonesia juga dipengaruhi oleh gejala iklim
yang diakibatkan oleh pergerakan suhu permukaan laut Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Kedua aktivitas pergerakan suhu permukaan laut tersebut mengakibatkan terjadinya dua gejala
iklim, yaitu Indian Ocean Dipole positif (IOD) dan El Nino. Dua gejala ini merupakan penyebab
kuat terjadinya kekeringan di Indonesia.” (Liong et al, 2003).

Kekeringan yang melanda Indonesia selalu dikaitkan dengan gejala El Nino. Ternyata,
selain El Nino, ada fenomena lain yang juga berdampak sama, yaitu Indian Ocean Dipole Mode
Positif yang terjadi di Samudra Hindia. Kekeringan yang terjadi saat ini diketahui merupakan
akibat fenomena tersebut.
El Nino adalah kejadian memanasnya suhu air laut di Samudra Pasifik hingga di atas rata-
rata suhu normal. Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya fenomena alam seperti kekeringan dan
kebakaran hutan. Tahun ini, Indonesia terkena dampak El Nino berintensitas lemah-sedang
kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo saat dihubungi
CNNIndonesia.com El Nino lemah ditandai dengan suhu muka laut yang semakin panas di
wilayah Pasifik bagian tengah atau dikenal dengan sebutan indeks ENSO (El Nino Southern
Oscillation) positif. Lebih lanjut ia menjelaskan, aktifnya El Nino dalam skala lemah bakal
berdampak pada peralihan sirkulasi angin Timuran menjadi angin Baratan yang sedikit
terlambat. Akibatnya, ada tendensi datangnya awal musim hujan agak terlambat.
Selain dari Pasifik di timur laut, Indonesia juga mendapat ancaman kekeringan dan curah
hujan tinggi karena penyimpangan suhu muka laut di Samudra Hindia-di barat daya Indonesia.
Fenomena anomali cuaca di Samudra Hindia ini, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Positif
berdampak kekeringan, sedangkan IOD Negatif mengakibatkan curah hujan tinggi di Indonesia.
IOD Positif ditandai dengan pendinginan suhu muka laut di timur Samudra Hindia sepanjang
pantai selatan Sumatera dan Jawa. Ketika suhu laut di timur mendingin, yang mengakibatkan
kekeringan di Indonesia, kondisi sebaliknya terjadi di bagian barat Samudra Hindia, yaitu dekat
pantai barat Afrika yang menghangat. Kondisi ini menimbulkan konveksi udara atmosfer di
timur Samudra Hindia, hingga mengakibatkan curah hujan yang tinggi di timur Afrika. Ketika
IOD Positif terjadi, dampaknya tidak hanya terjadi di sekitar kawasan yang berbatasan dengan
Samudra Hindia, tetapi juga di berbagai wilayah di dunia. Pada umumnya, setengah wilayah
barat Samudra Hindia, pantai timur Afrika, dan India akan mengalami aktivitas konveksi lebih
kuat dibanding normal, sedangkan kondisi kering akan mendominasi setengah kawasan timur
Samudra Hindia, termasuk Indonesia.

Meski demikian, anomali-anomali yang terjadi tidak menjadi penyebab satu-satunya atas
bencana kekeringan di Indonesia. Pada umumnya keekringan diperparah penyebab-penyebab
lain, seperti:
 Kerusakan hidrologis wilayah hulu sehingga waduk dan juga saluran irigasi diisi oleh
sedimen. Hal ini kemudian menjadikan kapasitas dan daya tampung menjadi
minimum, sehingga Cadangan air yang kurang akan memicu kekeringan parah saat
musim kemarau tiba.
 Pergeseran daerah aliran sungai (DAS) utamanya di wilayah hulu. Hal ini membuat
lahan beralih fungsi, dari vegetasi menjadi non-vegetasi. Akibatnya sistem resapan
air menjadi kacau dan akhirnya menyebabkan kekeringan.
 Persoalan agronomis atau dikenal juga dengan nama kekeringan agronomis. Hal ini
diakibatkan pola tanam petani yang memaksakan penanaman padi pada musim
kemarau, sehingga mengakibatkan cadangan air semakin tidak mencukupi.

Kekeringan sebagai salah satu bencana alam di Indonesia ini perlu untuk kita perhatikan
dan kaji secara seksama, dikarenakan kekeringan ini sangat menganggu keberlangsuangan hidup
makhluk hidup, buntut dari bencana kekeringan ini sangat luar biasa berbahaya. tidak hanya
menyusahkan manusia, melainkan hewan dan tumbuhan juga menjadi dampaknya. Adapun
dampak yang ditimbulkan kekeringan di Indoensia, seperti :

 Timbulnya kekurangan air bersih untuk keperluan rumah tangga


 Timbulnya kesulitan ekonomi bagi keluarga miskin yang usaha taninya mengalami puso
akibat kekeringan
 Timbulnya wabah penyakit akibat kekeringan, seperti: diare, campak, pneumonia, kulit
dan cacar
 Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa
angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala
penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan
batuk.
 Menurunnya kualitas gizi balita di wilayah kekeringan
 Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
 Kerusakan spesies tanaman.
 Kelaparan massal
 Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energi. dll
Kekeringan merupakan salah satu bencana alam yang keberadaannya sama sekali tidak
diinginkan.Sepeti halnya jenis bancana alam lainnya yang dapat diupayakan penanggulangannya,
demikian halnya dengan kekeringan. Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk
menanggulangi kekeringan ini antara lain adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan ketersediaan sumber air : Pembangunan sumur gali, sumur pantek, sumur
air tanah dalam, penampungan air hujan (PAH), Terminal air di wilayah desa rawan
kekeringan.
 Reboisasi di wilayah sekitar sumber mata air
 Reboisasi kawasan sabuk hijau sekitar wadu
 Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah lahan kritis
 Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM)
 Pembangunan demplot sumur resapan di wilayah rawan kekeringan

Teknologi untuk mengupayakan permasalahan Kekeringan, diantaranya:


a) Geolistrik
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi untuk
mengetahui sumber air tanah tersebut yaitu dengan menggunakan metode geolistrik
tahanan jenis. Metode geolistrik tahanan jenis ini dapat memprediksi keberadaan air
tanah di bawah permukaan bumi dengan mengetahui resistivitas dari batuan bawah
permukaan tersebut. Sehingga dengan mengetahui keberadaan reservoir air tanah
tersebut hal ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air penduduk di daerah
tersebut khususnya dalam menanggulangi bencana kekeringan.

b) Pemanen kabut (Fog Harvesting)


Teknologi yang mampu menangkap dan mengumpulkan air dalam kabut sehingga bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengumpulan air
kabut menggunakan jaring saringan dari polipropilen di gundukan tanah untuk
menangkap kabut yang sarat air, yang terbentuk pada bulan-bulan lembab di daerah
pegunungan atau pesisir. Saringan ini didirikan tegak lurus terhadap angin yang bertiup.
Saringan menangkap tetesan air kecil (1-40 μm), yang mengalir perlahan ke talang
pengumpul atau parit menuju serangkaian tangki. Pepohonan dan rumput menghadang
kabut dengan cara yang sama.

c) ABSAH ( Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan )


Bangunan ABSAH adalah bangunan penyediaan yang dibuat tertutup rapat dengan
memanfaatkan air hujan yang disimpan dan mengalir di dalam akuifer buatan yang
kemudian ditampung di dalam reservoir. Bangunan penyediaan air baku mandiri yang
merupakan modifikasi terhadap bangunan PAH (Penampung Air Hujan) atau yang
serupa, untuk memanfaatkan air hujan. Bangunan ABSAH memang dibikin tertutup rapat
hal ini bertujuan supaya sinar matahari tidak bisa masuk ke dalam bangunan akuifer
buatan dan reservoir sehingga tidak bisa terbentuk ganggang serta untuk menjaga
temperatur air tetap konstan.
Daftar Pustaka

Adi, Henny Pratiwi.2011. Kondisi Dan Konsep Penanggulangan Bencana Kekeringan Di


Jawa
Tengah,(Online),(http://cyber.unissula.ac.id/journal/dosen/publikasi/210200030/9402artike
l_kekeringan_2011, diakses 7 Oktober 2018 )

http://akvopedia.org/wiki/Panen_Air_Hujan_/_Pengumpulan_Embun_dan_Kabut_/_Pengu
mpulan_dan_penyimpanan_kabut, diakses pada 10 Oktober 2018)

http://harian.analisadaily.com/lingkungan/news/upaya-menanggulangi-kekeringan-melalui-
metode-geolistrik/223280/2016/03/20, diakses pada 10 Oktober 2018

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180911174013-20-329429/bmkg-prediksi-el-
nino-terjadi-akhir-september-hingga-oktober, diakses 7 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai