Anda di halaman 1dari 20

PENCEMARAN DAN MITIGASI BENCANA KEMARITIMAN

“KEKERINGAN”

Disusun Oleh :
Ence Elvira Lope ( 220602020 )

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1)FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO

2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur allah swt bahwa makalah yang sangat sederhana ini dapat diselesaikan

tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih

atas bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan sumbangan pikiranya.

Dan harapan kami smoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi

makalah agar menjadi lebih baik.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin ,masih banyak

kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca semi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
I. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................................................................... 5
A. Defenisi Kekeringan ..................................................................................................................... 5
B. Jenis-Jenis Kekeringan.................................................................................................................. 7
BAB III ......................................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 9
BAB IV ....................................................................................................................................................... 19
PENUTUP .................................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau-pulau kecil dan
pantai terpanjang di sunia. Karena kondisi geografis dan geologisnya, pesisir pantai dan
pulau-pulau kecil di Indonesia berpotensi mengalami bencana alam yang merupakan salah
satu atau kombinasi dari gempa bumi tektonik, tsunami, angin topam, banjit , gunung
Meletus, kekeringan dan tanah longsor, maupun oleh factor non alam seperti berbagai
akibat kegagalan teknologi dan ulah manusia.

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan


dan penghidupanmasyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non
alammaupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakanlingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Posisi geografis menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim
monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern
Oscillation(ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi suhu
permukaan laut diPasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El
Nino).Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam
masayang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini
muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-
rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air
tanah akan habisakibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh
manusia.Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu
wilayahkehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem
yang di timbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses
sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbedabeda. Namun demikian
suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang
signifikan.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Defenisi Kekeringan

Kekeringan sulit untuk dapat didefinisikan secara tepat, secara umum


kekeringanmerupakan suatu kondisi dimana terjadi kekurangan air untuk memenuhi
kebutuhan (Bayong,2004). Adapun definisi lain kekeringan merupakan suatu fenomena
yang normal, biasanyaterjadi secara berulang sesuai dengan iklimnya. Mendefinisikan
kekeringan merupakan halyang sulit karena sangat bergantung pada perbedaan wilayah,
kebutuhan, sudut pandangdisiplin ilmu. Secara garis besar, kekeringan terjadi akibat
kurangnya curah hujan yang turunselama beberapa kurun waktu tertentu dan
mengakibatkan kekurangan air untuk beberapakegiatan, kelompok, di beberapa wilayah
(The National Drought Mitigation Center ,2014).

Kekeringan merupakan salah satu masalah serius yang sering muncul ketika
musimkemarau tiba. Banyak tempat di Indonesia mengalami masalah kekurangan air atau
defisit airatau kekeringan. Dari perspektif kebencanaan kekeringan didefinisikan sebagai
kekurangancurah hujan dalam periode waktu tertentu (umum-nya dalam satu musim atau
lebih) yangmenyebabkan kekurangan air untuk berbagai kebutuhan (UN-ISDR,
2009). Kekurangan airtersebut berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan pada
suatu DAS.

Secara hidrologi kekeringan ditandai dengan berkurang-nya air pada sungai, waduk
dan danau (Nalbantis et al., 2008). Kekeringan berkaitan dengan kondisi rata-rata jangka
panjang kesetimbangan antara presipitasi dan
evapotranspirasi (yaitu evaporasi+transpirasi) di daerah tertentu pada kondisi yang sering
dianggap “normal”. Kekeringan juga berkaitan dengan waktu
(adanyapenundaan pada awal musim penghujan, sehingga periode musim kemarau lebih
panjang) dan tingkat keefektifitasan hujan (yaitu intensitas curah hujan, jumlah kejadian
hujan).Faktor iklimlainnya seperti temperatur yang tinggi, angin kencang dan kelembapan
relatif yang rendahsering dikaitkan sebagai faktor-faktor yang memperparah kekeringan di
banyak daerah didunia. Fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) dan El Nino mempunyai

5
dampak terhadap curah hujan di Indonesia (Bayong, 2008). Fenomena IOD disebabkan
oleh interaksi atmosfer – laut di Samudera Hindia Ekuatorial, dimana terjadi perbedaan
beda temperatur permukaanlaut antara Samudera Hindia tropis bagian barat atau pantai
Afrika Timur dan SamuderaHindia Tropis bagian timur atau Pantai Barat
Sumatera (Yamagata et al., 2000). Periode kekeringan di Indonesia sendiri dipengaruhi
oleh peristiwa El Nino diSamudera Pasifik ekuator dan pantai barat Amerika Selatan El
Nino mempengaruhi aktivitascurah hujan terutama di bagian timur dari pada bagian barat
Kontinen Maritim Indonesia(Bayong, 2002). El Nino menyebabkan variasi iklim
tahunan.Ketika tahun El Nino, sirkulasizonal di atas Indonesia divergen, sehingga terjadi
subsidensi udara atas. Divergensi massaudara mengakibatkan penyimpangan awan-awan
yang terbentuk bergeser ke Pasifik tengahdan timur (Bayong, 2003). Fenomena El Nino
dapat menimbulkan bencana
kekeringan, banjir, dan bencana lain yang dapat mengacaukan dan merusak pertanian, per
ikanan,lingkungan, kesehatan, kebutuhan energy, kualitas udara dan sebagainya (Bayong,
2008).

Dampak dari kekeringan muncul sebagai akibat dari kurangnya air,


atau perbedaan antara permintaan dan persediaan air. Kekeringan paling sering dihubung
kandengan curah hujan yang rendah atau iklim semi kering, sementara kekeringan juga
terjadi pada daerahdaerah dengan jumlah curah hujan yang biasanya besar. Manusia cend
erungmematok aktivitas-aktivitas mereka di sekitar keadaan kelembaban yang sudah biasa
Dengan demikian, setelah bertahun-tahun hidup dengan curah hujan di atas rata-rata,
manusia bisa menganggap tahun pertama sewaktu curah hujan rata-rata kering terjadi
kekeringan.Lebih jauh lagi,tingkat curah hujan yang bisa memenuhi kebutuhan seorang p
eladang mungkinmerupakan kekeringan yang serius bagi seorang petani yang menanam
jagung. Untuk mendefinisikan kekeringan di suatu daerah, perlu dipahami dengan baik
karakteristikmeteorologi dan juga persepsi manusia tentang kondisi-kondisi kekeringan.

6
B. Jenis-Jenis Kekeringan

Kekeringan hampir terjadi dimanapun, walaupun kejadiannya bervariasi dari wilayahyang


satu dengan wilayah lainnya. Kekeringan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Kekeringan Meteorologis ( Meteorological Drought )


Kekeringan ini berkaitan dengan besaran curah hujan yang terjadi berada
dibawahkondisi normalnya pada suatu musim.Perhitungan tingkat kekeringan
meteorologismerupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan. Menurut
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Intensitas kekeringan berdasarkan
definisi meteorologisadalah sebagai berikut; 1. Kering : apabila curah hujan antara 70%
-85% dari kondisi normal(curah hujan dibawah normal) 2. Sangat kering : apabila curah
hujan antara 50% - 70% darikondisi normal (curah hujan jauh dibawah normal) 3. Amat
sangat kering : apabila curahhujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh
dibawah normal) Menurut
(The National Drought Mitigation Center 2014),Meteorological drought di
definisikan berdasarkan tingkat kekeringan (perbandingan antara jumlah
“normal” atau rata-rata) denganlamanya masa kering.
Definisi Meteorological Drought harus dianggap sebagai wilayahkhusus karena
kondisi atmosfer yang mengakibatkan kekurangan curah hujan
sangat bervariasi dari wilayah satu dengan wilayah lainnya.Beberapa contoh dari
meteorological drought mengidentifikasi kekeringan berdasarkan jumlah hari dengan
curah hujan kurangdari threshold yang telah ditetapkan.Langkah ini hanya cocok untuk
ambang pintu daerahyang karakteristik dengan curah hujan yang turun sepanjang tahun
seperti wilayah hutanhujan tropis, beriklim lembab subtropics, atau beriklim lembab di
lintang menengah. b.
b. Kekeringan PertanianMenurut (The National Drought Mitigation Center,2014)
kekeringan pertanian atauAgricultural Drought berhubungan erat dengan karakteristik
kekeringan meteorologi(Meteorological Drought) maupun kekeringan hidrologi
( Hydrological Drought )
yang berpengaruh pada pertanian dengan fokus pada kekurangan curah hujan, perbeda
an antaraevapotranspirasi potensial dan aktual, deficit air tanah, berkurangnya air tanah

7
atau tingkatreservoir, dsb. Kebutuhan air untuk tanaman bergantung pada kondisi
cuaca, karakteristik biologis dari tanaman tertentu, tahap pertumbuhan, dan sifat-
sifat fisis dan biologis tanah.Definisi yang baik mengenai agricultural drought harus
dapat menjelaskan variabelkerentanan tanaman selama tahap-tahap pertumbuhan
tanaman sejak awal masa pertumbuhan
c. Kekeringan Hidrologis Menurut BNPB pada tahun 2014, kekeringan ini terjadi
berhubungan
dengan berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah.Kekeringan hidrologis diu
kur dariketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu
antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, d
anau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal
terjadinya kekeringan.Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah
sebagai berikut:
1) Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran dibawah periode 5
tahunan.
2) Sangat Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh
dibawah periode 25 tahunan.
3) Amat Sangat Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran
amat jauh dibawah periode 50 tahunan

8
BAB III

PEMBAHASAN

1. Kekeringan

Kekeringan adalah keadaan kekurangan


pasokan air pada suatu daerah dalam masayang berkepanjangan (beberapa bulan
hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini
muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujandi bawah
rata-rata. Musimkemarauyang panjang akan menyebabkan kekeringan karena
cadangan air tanahakan habisakibat penguapan(evaporasi),transpirasi, ataupun
penggunaan lain oleh manusia.

2. Tanda-Tanda Umum Kekeringan

Gejala terjadinya kekeringan adalah sebagai berikut:

a. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah


normaldalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan
indikasi pertama adanya bencana kekeringan.
b. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air
permukaandan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air
sungai, waduk,danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan
indikasi awal adanyakekeringan.
c. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas
tanah(kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhantanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas
yangmenyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.

3. Faktor-Faktor Terjadinya Kekeringan

Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:

1) Lapisan tanah tipis


Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah
tidakakan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih

9
cepat mengalami penguapan oleh panas matahari.Biasanya bencana kekeringa
sering terjadi didaerah pegunungan kars, karena di daerah ini memiliki lapisan
tanah atas yang tipis
2) Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke
dalamlapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air
denganintensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air
dengan jangkawaktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di
bawah tanah
(sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap
air pada saatmusim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu
menjangkaunya. Air tanahyang dalam menyebabkan sumber-sumber mata air
mengalami kekeringan di musimkemarau, karena air yang terdapat jauh di
bawah lapisan tanah tidak mampunaik, sehingga kalaupun ada sumber mata air
yang tidak mengalami kekeringan padamusim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
3) Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka
waktuyang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke
dalam, karenatanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang
terkandung dalam tanahyang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami
penguapan relatif lebihcepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan
sangat mendukung terjadinya proses penguapan.
4) Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan.
Keadaanalam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim
yangterjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Misalnya: Akibat pe
rubahankondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama
daripada musim penghujan,
dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan memungkinkan
terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi
di musim kemarau.

10
5) Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi
tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang
lebih banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan
air dalamtanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di
daerah pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan.
Vegetasi lain yang dapatmemicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu
memiliki struktur yang sangatrumit, dan menutupi permukaan tanah
(lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan
tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengandemikian tanaman yang
seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atauterbatas jumlahnya.
6) Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh
terhadapkandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah
akan memilikikandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran
tinggi. Hal inidisebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir
dari tempat yangtinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih
banyak terserap olehtanah di dataran yang lebih rendah. Dengan kata lain.di
dataran tinggi kemungkinanterjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di
dataran rendah. Karena datarantinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.

4. Dampak Kekeringan

a. Fisik
1. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
2. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
3. Kerusakan spesies tanaman.
4. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
5. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan,
berkurangnya daya pandang).
6. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak,
sehingga sulituntuk dijadikan lahan pertanian.

11
7. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau
menjadikansuhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari
suhu udara sangat dingin.Perbedaan suhu udara yang berganti secara
cepat antara siang dan malammenyebabkan terjadinya pelapukan
batuan lebih cepat.
b. Non Fisik
1. Ekonomi
a) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu,
dan perikanan.
b) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
c) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena
secara langsung.
d) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi
e) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-
biaya energi.
f) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
g) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
h) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait
dengan kekeringan.
i) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya
kejenuhan padalembaga-lembaga keuangan.
2. Sosial Budaya
a. Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau
debu mudahterbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana,
sehingga
menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pe
rnafasan. Banyak orang yangakan sakit flu dan batuk.
b. Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi,
kelaparan).
c. Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-
kondisi yangterkait dengan kekeringan.

12
d. Konflik di antara penggunan air.
e. Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
f. Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan
dan bantuan pemulihan.
g. Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
h. Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
i. Kekacauan sosial, perselisihan sipil.
j. Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan
mata pencaharian.
k. Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau
bantuan pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang
memilih keluar negeri.
3. Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan
penanggulangan bencanakekeringan. Badan khusus penanggulangan
bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudahdibentuk di Indonesia
yaitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).

5. Mitigasi Dampak Kekeringan

Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana


a) Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data
iklimdari daerah ke pusat pengolahan data.
b) Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air
denganmemperhatikan historical right dan azas keadilan
c) Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
d) Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan
pengamataniklim pada daerah-daerah rawan kekeringan
e) Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah
rawankekeringan.
Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Pra bencana

13
a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air
bakuuntuk air bersih
c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan
yangada di lingkungan tinggal kita
d. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan
dengan plester semen atau ubin keramik.
f. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h. Panen dan konservasi air

Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air
aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah
hujan rendah.Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan
air yang sudah dipanensecara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak
merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga
tindakan konservasi air.Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang
mempunyai bulan kering(dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari
empat bulan berturut-turut dan padamusim hujan curah hujannya sangat tinggi (>
200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen)
untuk digunakan pada musim kemarau. Penampunganatau 'panen air' bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahanmasih dapat
berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada
musimhujan.

1. Rorak

Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan


kedalaman 30-80cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran
permukaan. Air yang masuk kedalam rorak akan tergenang untuk sementara
dan secara perlahan akan meresap ke dalamtanah, sehingga pengisian pori
tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan dapatdikurangi.Rorak

14
cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap
atauinfiltrasinya rendah dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.

2. Saluran buntu
Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter
(sehinggadisebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan
rorak atau saluran buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-
hari) karena dapat menyebabkanterganggunya pernapasan akar tanaman dan
berkembangnya berbagai penyakit pada akar
3. Lubang penampungan air (catch pit)

Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan


darikekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung
air, sehinggakelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap
tinggi. Lubang harusdijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena
akan menyebabkan kematian tanaman

4. Embung

Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran
permukaan.Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah
aliran sungai (DAS) mikro.Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air
aliran permukaan dan rembesan air didalam lapisan tanah yang berasal dari
tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yangtertampung dapat digunakan
untuk menyiram tanaman, keperluan rumah tangga, danminuman ternak selama
musim kemarau.Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar
liatnya supaya peresapanair tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya
tinggi, seperti tanah berpasir, airakan banyak hilang kecuali bila dinding dan
dasar embung dilapisi plastik atau aspal. Cara iniakan memerlukan biaya tinggi

5. Bendungan Kecil (cek dam)

Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama
musimhujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air
dan sedimen darisungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga

15
pada musim hujan permukaan airmenjadi lebih tinggi dan memudahkan
pengalirannya ke lahan pertanian di sekitarnya. Padamusim kemarau diharapkan
masih ada genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai
keperluan lainnya

6. Panen air hujan dari atap rumah

Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki
untukdimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan
menyiram tanaman. Untukminum sebaiknya digunakan air dari mata air karena
pada awal musim hujan, air hujanmengandung debu yang cukup tinggi.

Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan


strategi yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.

a. Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):


1. Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan
2. Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
3. Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai
yangmempunyai waduk.
4. Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.
5. Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan
dampaknya.
6. Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan
dampak
7. Persiapan tindak darurat.
8. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
9. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
10. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
11. Penyediaan pompa air.
b. Perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:
1. Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan
tangkapandi hulu.
2. Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).

16
3. Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di
wilayah sungai
4. Penggunaan air secara hemat.
5. Penciptaan alat sanitasi hemat air.
6. Pembangunan prasarana daur ulang air.
7. Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.
c. Saat terjadi Bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan
dampakyang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan
kekurangan air dapat dilakukanmelalui:Pembuatan sumur pantek atau sumur
bor untuk memperoleh air :
1. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
2. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
3. Penyediaan pompa air.
4. Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir
giring).
Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait
antaralain dengan upaya:
a. Dampak Sosial:
1. Penyelesaian konflik antar pengguna air.
2. Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang
mengalamikekeringan.
b. Dampak Ekonomi:
1. Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk
baru,optimalisasi fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan
air, penghentian perusakan hutan, dll.
2. Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur
ulang pemakaian air.
3. Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan
kayu/hutan melalui diversifikasi usaha.

17
4. Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian
melalui perbaikan sistem pemasaran.
c. Dampak Keamanan:
1. Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.
2. Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam
penggunaanapi.
d. Dampak Lingkungan:
1. Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).
2. Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.
3. Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada
musimkemarau.
4. Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui
pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang be
rpotensimenimbulkan kebakaran yang menimbulkan terjadinya
pencemaran udara.
5. Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan
lahandengan cara tanpa pembakaran
2. Pasca Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang
akibat bencana kekeringan antara lain:
a. Bantuan sarana produksi pertanian.
b. Bantuan modal kerja.
c. Bantuan pangan dan pelayanan medis.
d. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet,
saluran pembawa, dll.
e. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
f. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan
sistemlingkungan, sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung
jawab sosial,yang pada dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan
mengurangi/meminimalkan dampak

18
BAB IV

PENUTUP

Simpulan

Kekeringan merupakan suatu peristiwa atau suatu rangkaian peristiwa


yangdisebabkan oleh aktivitas alam tetapi aktivitas alam ini sangat menggangu dan
merugikan banyak aspek seperti aspek fisik dan non fisik (sosial budaya, ekonomi,
politit). kerugian fisikyang di timbulkan misalnya terutama rusaknya tanaman
petani yang menggakibatkan
gagal panen dan kelaparan, selain itu kerugian fisik selalu menggarah pada manus
ia karenakekeringan menyebabkan kekurangan air bersih yang memaksa orang
untuk mengkonsumsiair yang tidak sehat, bahkan banyak hewan, tanaman dan
manusia mati karena kekurang airyang sangat di butuhkan untuk bertahan hidup.
Kerugian non fisik yaitu terjadi kerugianterhadap pemasukan negara dan ekonomi.

Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana kekeringan sebelum


terjadidilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi di masyarakat akan bahaya
kekeringan yangtejadi apabila masyarakat menggunakan air berlebihan diluar batas
kebutuhan

19
DAFTAR PUSTAKA

Fadhli, A. (2019). Mitigasi Bencana.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/Jurnal_Enersia_Publika/article/view/855

Anonim. 2007. Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

ISDR. 2009.UNISDR Terminology on Disaster Risk Reduction.Switzerland: Jeneva.

Nalbantis, I. 2008. Assesment of Hydrological Drought Revisited

. Water Resources Management 23 (5) (July 22): 881-887.

Tjastono, Bayong. 2003.Geosains. Bandung: ITB.

Tjasyono, Bayong. 2004 Klimatolog. Bandung: ITB

Tjasyono, Bayong. 2008 Meteorogi Terapa. Bandung: ITB Press.

Wilhite, D. A. 2010.

Quantification of agriculture drought mitigation, in agriculture droughtindices,


Proceedings of an Expert Meeting 2-4 June. Murcia, Spain, WMO, Geneva.

National Drought Mitigation Center. 2004. Type of Drought,

http://drought.unl.edu/DroughtBasics/TypesofDrought.aspx, diakses pada tanggal


22September 2017.

Content://com.sec.android.app.sbrowser/readilist/0920181710631.mhtml, diakses
padatanggal 22 September 2017.

http://sulfiani87.blogspt.co.id/2016/04/contoh-makalah-kekeringan.html?m=1, diakses
pada tanggal 22 September 2017

20

Anda mungkin juga menyukai