Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEKERINGAN DI INDONESIA

Disusun Oleh :

1. ALFIYANA DIYAH AYU PRATAMA (17038)


2. ARDHANA DEVY ANDHIKA YUDHA (17043)
3. DILA ALFIONITA (17046)
4. FAUDILLA DEWI NOVITA (17047)
5. JESI ARSITA FRANSISKA SARI (17052)
6. PHILLU SETYAN THANIA LUZZIAN (17061)

AKADEMI KEPERAWATAN
GIRI SATRIA HUSADA
WONOGIRI
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada allah swt yang maha esa lagi maha
mengasihi karna dengan rahmatnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yaitu dari mata
kuliah Manajemen Bencana, kami juga berterima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan beberapa penjelasan mengenai tugas ini dengan baik, untuk lebih
mengetahui masalah-masalah yang terjadi di Indonesia yaitu bencana kekeringan, ini
mrupakan bahan dan pedoman belajar untuk kami.
Dan terimaksih pula kepada teman-teman yang telah membantu serta menginspirasi
kami agar lebih cekatan dan lebih giat dalam belajar, semoga tugas makalah ini
bermanfaaat bagi kita semua meskipun belum begitu sempurna jauh dari sempurna dan
yang di harapkan.

Wonogiri,13 November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang silih berganti
terjadi di Indonesia. Kekeringan tidak dapat dielakkan dan secara perlahan berlangsung
lama hingga musim hujan tiba. Secara umum, pengertian kekeringan adalah kondisi
ketersediaan air yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan, baik untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan terbagi dalam
dua kategori, yaitu kategori terkena kekeringan dan kategori terancam kekeringan.
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa
yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini
muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata.
Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah
akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh
manusia.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana
menurut UU No. 24 tahun 2007).
Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan,
dan kemampuan yang di picu oleh suatu kejadian. Posisi geografis menyebabkan Indonesia
berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap
anomali iklim El-Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya
kekeringan apabila kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga
timur menghangat (El Nino).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di simpulkan rumusan masalah berikut
dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kekeringan?
2. Apa saja tanda-tanda kekeringan?
3. Apa saja faktor penyebab kekeringan?
4. Bagaimana dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuibencana kekeringan yang terjadi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui perencanaan dalam mengatasi bencana kekeringan.
3. Untuk mengetahui tindakan dalam rangka penanganan pembangunan kembali paska
kekeringan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bencana Kekeringan di indonesia


Kekeringan yang terjadi di indonesia merupakan salah satu bencana
hidrometeorologis yang silih berganti terjadi . Kekeringan tidak dapat dielakkan dan secara
perlahan berlangsung lama hingga musim hujan tiba. Secara umum, pengertian kekeringan
adalah kondisi ketersediaan air yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan, baik
untuk untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan
terbagi dalam dua kategori, yaitu kategori terkena kekeringan dan kategori terancam
kekeringan.
Dampak dari kekeringan muncul sebagai akibat dari kurangnya air, atau perbedaan
antara permintaan dan persediaan air. Kekeringan paling sering dihubungkan dengan curah
hujan yang rendah atau iklim semi kering, sementara kekeringan juga terjadi pada daerah-
daerah dengan jumlah curah hujan yang biasanya besar. Manusia cenderung mematok
aktivitas-aktivitas mereka di sekitar keadaan kelembaban yang sudah biasa.
Dengan demikian, setelah bertahun-tahun hidup dengan curah hujan di atas rata-
rata, manusia bisa menganggap tahun pertama sewaktu curah hujan rata-rata kering terjadi
kekeringan. Lebih jauh lagi,tingkat curah hujan yang bisa memenuhi kebutuhan seorang
peladang mungkin merupakan kekeringan yang serius bagi seorang petani yang menanam
jagung. Untuk mendefinisikan kekeringan di suatu daerah, perlu dipahami dengan baik
karakteristik meteorologi dan juga persepsi manusia tentang kondisi-kondisi kekeringan.
B. Adapun gejala atau tanda-tanda akan terjadi kekeringan pada suatu wilayah
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal
dalam satu musim. Kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan
ini diukur berdasarkan ketinggian muka air sungai, waduk, danau, dan ketinggian
muka air tanah.
2. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman
tertentu. Akibatnya, tanaman menjadi rusak dan mengering.
3. Kekeringan cenderung muncul di daerah-daerah kering dengan curah hujan yang
terbatas. Faktor-faktor fisik seperti penyimpanan kelembapan tanah dan waktu
datangnya hujan mempengaruhi tingkat kerugian tanaman pangan dalam bencana
kekeringan. Ketergantungan pada pertanian tadah hujan meningkatkan kerentanan
kekeringan. Para petani yang tidak dapat beradaptasi terhadap kondisi kekeringan
dengan penanaman yang berulang-ulang akan dapat mengalami gagal panen.
Penduduk yang tergantung pada ternak tanpa daerah gembalaan yang memadai juga
berisiko. Masyarakat yang tergantung pada sumber daya air, mungkin akan
menghadapi kompetisi untuk memperebutkan air.
4. Kekeringan mempengaruhi standar sosial, lingkungan, dan ekonomi dalam
kehidupan. Pengaruh kekeringan menyebar jauh dan melampaui efek fisik. Akan
tetapi, tidak semua dampak kekeringan negatif. Produsen pertanian yang berada di
luar wilayah kekeringan dapat menjual komoditasnya dengan harga yang lebih
tinggi.
C. Jenis-Jenis Kekeringan
Kekeringan hampir terjadi dimanapun, walaupun kejadiannya bervariasi dari
wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Kekeringan dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a. Kekeringan Meteorologis ( Meteorological Drought )
Kekeringan ini berkaitan dengan besaran curah hujan yang terjadi berada
dibawah kondisi normalnya pada suatu musim.Perhitungan tingkat kekeringan
meteorologis merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Intensitas
kekeringan berdasarkan definisi meteorologis adalah sebagai berikut;
1) Kering : apabila curah hujan antara 70% -85% dari kondisi normal (curah hujan
dibawah normal)
2) Sangat kering : apabila curah hujan antara 50% - 70% dari kondisi normal (curah
hujan jauh dibawah normal)
3) Amat sangat kering : apabila curah hujan < 50% dari kondisi normal (curah hujan
amat jauh dibawah normal)
Menurut (The National Drought Mitigation Center, 2014), Meteorological
drought di definisikan berdasarkan tingkat kekeringan (perbandingan antara jumlah
“normal” atau rata-rata) dengan lamanya masa kering.
Definisi Meteorological Drought harus dianggap sebagai wilayah khusus
karena kondisi atmosfer yang mengakibatkan kekurangan curah hujan sangat bervariasi
dari wilayah satu dengan wilayah lainnya.Beberapa contoh dari meteorological drought
mengidentifikasi kekeringan berdasarkan jumlah hari dengan curah hujan kurang dari
threshold yang telah ditetapkan.
Langkah ini hanya cocok untuk ambang pintu daerah yang karakteristik dengan
curah hujan yang turun sepanjang tahun seperti wilayah hutan hujan tropis, beriklim
lembab subtropics, atau beriklim lembab di lintang menengah.
b. Kekeringan Pertanian
Menurut (The National Drought Mitigation Center, 2014) kekeringan pertanian
atau Agricultural Drought berhubungan erat dengan karakteristik kekeringan
meteorologi ( Meteorological Drought ) maupun kekeringan hidrologi
( Hydrological Drought ) yang berpengaruh pada pertanian dengan fokus pada
kekurangan curah hujan, perbedaan antara evapotranspirasi potensial dan aktual, deficit
air tanah, berkurangnya air tanah atau tingkat reservoir, dsb.
Kebutuhan air untuk tanaman bergantung pada kondisi cuaca, karakteristik
biologis dari tanaman tertentu, tahap pertumbuhan, dan sifat-sifat fisis dan biologis
tanah. Definisi yang baik mengenai agricultural drought harus dapat menjelaskan
variabel kerentanan tanaman selama tahap-tahap pertumbuhan tanaman sejak awal
masa pertumbuhan.
c. Kekeringan Hidrologis
Menurut BNPB pada tahun 2014, kekeringan ini terjadi berhubungan dengan
berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah.Kekeringan hidrologis diukur dari
ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara
berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan
air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awaln terjadinya
kekeringan. Intensitas kekeringan berdasarkan definisi hidrologis adalah sebagai
berikut:
1) Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran dibawah periode 5
tahunan.
2) Sangat Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh dibawah
periode 25 tahunan.
3) Amat Sangat Kering : apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran amat
jauh dibawah periode 50 tahunan.
Perencanaan Mengatasi Kekeringan
Sistem Peringatan Dini
Memanfaatkan informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah cara yang baik dalam
membuat sistim peringatan dini tentang kekeringan. Instansi ini secara berkala baik
skala waktu bulanan maupun musim (dua kali dalam setahun, hujan dan kemarau),
mengeluarkan prakiraan tentang sifat hujan untuk bulan maupun musim mendatang.
Dengan kemampuan institusional, sumber daya manusia, dan sarana yang
sudah lebih meningkat, lembaga ini mampu menghasilkan produk-produk yang
lebih spesifik dalam skala ruang dan waktu termasuk indeks kekeringan yang dapat
diaplikasikan untuk sistim peringatan dini, indeks kebakaran hutan, dan
memodelkan pergerakan (trajektori) asap yang selalu menjadi masalah dengan
negara tetangga pada saat terjadi kebakaran hutan.
Kerjasama antar instansi untuk menggabungan sistim monitoring bio-fisik
iklim dan kondisi lingkungan khususnya lahan pertanian dengan kondisi sosial-
ekonomi petani dapat menjadi masukan yang sangat berguna untuk memprediksi
kekeringan. Begitu juga penggabungan teknologi penginderaan jarak jauh dan
prediksi iklim sangat membantu dalam menangani sistim peringatan dini
kekeringan. Satu lagi yang mungkin tidak dianggap modern, adalah penggunaan
indikator-indikator alam dan spesifik lokal tentang gejala-gejala akan terjadinya
kekeringan.
Perencanaan segala kemungkinan tentang kekeringan.
Peringatan dini tentang kekeringan harus digabungkan dengan strategi yang
kemungkinakan pemerintah merespon dan menangani dampak kekeringan.
Perencanaan segala kemungkinan tentang kekeringan dibuat pada berbagai level
adminsitrasi dari pusat sampai tingkat kabupaten. Dalam membuat perencanaan,
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan bahan acuan adalah tentang
seluruh kebijakasanaan masalah kekeringan dengan tujuan yang telah disepakati,
kemudian masalah struktur institusi yang siap merespon masalah kekeringan
terutama setelah sampai pada level kabupaten, dan kebawahnya.
Keseluruhannya itu harus menjadi sebuah paket perencanaan yang spesifik
dalam mengatasi, menangani korban dan rehabilitasi pasca kekeringan. Satu hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan rencana dalam menghadapi kekeringan
adalah dilibatkannya unsur-unsur masyarakat.Untuk mengantisipasi bencana
kekeringan berikut upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi ancaman bencana kekeringan.
Antisipasi bencana kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi,
yaitu .
1) Perencanaan Jangka Pendek (Satu Tahun Musim Kering)
Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.
Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan. Pengaturan
operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk.
Perbaikan sarana dan prasarana pengairan. Penyuluhan dan sosialisasi kemungkinan
terjadinya bencana kekeringan serta dampaknya. Penyiapan cadangan pangan.
Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak
bencana kekeringan
Persiapan tindak darurat, meliputi:
a) pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air;
b) penyediaan air minum dengan mobil tangki;
c) penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan;
d) penyediaan pompa air.
2) Perencanaan Jangka Panjang
Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan
tangkapan di hulu. Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, dan embung).
Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah
sungai.Penggunaan air secara hemat. Penciptaan alat sanitasi hemat air.
Pembangunan prasarana daur ulang air. Penertiban pengguna air yang tidak taat
aturan dan tanpa izin. Mitigasi atau pengurangan bencana kekeringan adalah upaya
untuk mengurangi atau meredam risiko bencana kekeringan.
Berikut adalah kegiatan mitigasi meliputi upaya nonfisik, fisik darurat, dan
fisik jangka panjang.
a) Upaya Nonfisik
Upaya nonfisik merupakan upaya yang bersifat pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan, di antaranya sebagai berikut.
1. Menyusun neraca air regional secara cermat.
2. Menentukan urutan prioritas alokasi air.
3. Menentukan pola tanam dengan mempertimbangkan ketersediaan air.
4. Menyiapkan pola operasi sarana pengairan.
5. Memasyarakatkan gerakan hemat air dan dampak kekeringan.
6. Menyiapkan cadangan atau stok pangan.
7. Menyiapkan lapangan kerja sementara.
8. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan upaya penanganan kekeringan.
b) Upaya Fisik Darurat
Upaya penanganan kekeringan yang bersifat fisik darurat atau sementara, di
antaranya sebagai berikut.
1. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan yang mempunyai
waduk atau reservoir sehingga air hujan yang terbentuk dapat ditampung.
2. Pembuatan sumur pantek untuk mendapatkan air.
3. Penyediaan pompa yang mudah dipindahkan di areal dekat sungai atau
danau sehingga pompa tersebut dapat digunakan secara bergantian untuk
memperoleh air.
4. Operasi penyediaan air minum dengan mobil tangki untuk memasok air pada
daerah-daerah kering dan kritis.
c) Upaya Fisik Jangka Panjang
Upaya penanganan kekeringan yang bersifat jangka panjang, di antaranya
sebagai berikut.
1. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, dan saluran air.
2. Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
3. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
4. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
Siaga bencana kekeringan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta
mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat bencana
kekeringan.Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada
musim kemarau.
Mempertahankan kualitas udara (debu dan asap) melalui pencegahan
pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan
kebakaran sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran udara.Mencegah atau
mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa
pembakaran.
D. Langkah-Langkah penanganan Kekeringan dan Rehabilitasi
Langkah-Langkah Penanganan Kekeringan
Langkah ini ditujukan terutama untuk mengurangi dampak kekeringan
terhadap produksi pertanian dan ternak. Langkah-langkah penanganan kekeringan
secara kurun waktu dapat dibagi menjadi dua yaitu perencanaan secara jangka
pendek dan jangka panjang. Keduanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air
pada saat kekeringan, mengurangi permintaan akan air dan meminimalisir dampak
kekeringan.
Dalam jangka pendek, untuk memenuhi kebutuhan air disaat kekeringan
baik untuk pertanian maupun kebutuhan air lainnya adalah memanfaatkan sumber
air yang secara marjinal masih tersedia. Meningkatkan efisiensi penggunaan air
untuk segala sektor kebutuhan harus dilakukan. Sedangkan untuk jangka panjang
teknologi embung untuk pertanian adalah cara yang cukup efektif, sederhana dan
relatif murah.
Di waktu mendatang untuk memenuhi kebutuhan air juga tidak tertutup
kemungkinan dengan memanfaatkan sumber air non konvensional (pengolahan air
bekas, penyulingan air laut). Untuk mengurangi permintaaan akan kebutuhan air,
untuk wilayah perkotaan permintaan kebutuhan air sekunder yang sifatnya hiburan
sebaiknya dibatasi sedangkan untuk wilayah pertanian permintaan kebutuhan air
hanya diprioritaskan untuk menyelamatkan tanaman yang masih dapat dipanen.
Penjatahan jumlah dan waktu distribusi bila perlu dapat juga dilakukan.
Kampanye gerakan hemat air yang banyak diusung dan dideklarasikan oleh
himpunan profesi, LSM dan pemerhati masalah iklim dan lingkungan perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh tindakan yang lebih konktret.
Dimasa mendatang, untuk mengurangi permintaan kebutuhan air, sebaiknya industri
dan gedung-gedung perkantoran dapat mendaur ulang air yang digunakannya.
Untuk bidang pertanian permintaan akan air irigasi dapat dikurangi dengan
meningkatkan tehnik irigasi dan dengan lebih banyak mengintroduksi varietas
tanaman tahan kekeringan.
Tujuan perencanaan antisipasi bencana kekeringan adalah upaya yang
dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman bencana
kekeringan. Antisipasi bencana kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan
strategi, yaitu perencanaan jangka pendek dan panjang.
1. Perencanaan Jangka Pendek (Satu Tahun Musim Kering)
Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.
Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
2. Perencanaan Jangka Panjang
Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan
di hulu
Rehabilitasi atau pembangunan paska kekeringan
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam rangka pembangunan kembali
pasca kekeringan adalah memperhatikan persediaan pangan baik nasional dan khususnya
daerah yang telah dilanda kekeringan. Pembangunan infrastruktur dapat dilakukkan
bersamaan dengan pemberian lapangan kerja berupa proyek padat karya.
Dari serangkaian kebijasanaan tersebut, tujuan utama dari menajemen
kebijksanaan masalah kekeringan adalah mengurangi jumlah penderita korban kekeringan
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak kekeringan.
Dalam waktu yang panjang, pembelajaran kepada seluruh mayasarakat terhadap
adanya bencana kekeringan yang setiap waktu mengancan dan dapat melanda setiap
wilayah di Indonesia, langkah-langkah yang harus dilakukan sebagaimana tertuang dalam
siklus.
Manajemen Kekeringan, serta kebijakasanaan pemerintah yang berkesinambungan
adalah tindakan yang perlu dilakukan dalam menangani masalah kekeringan. Lebih lanjut
dalam teori lingkungan tidak seimbang (non-equilibrium environments), kekeringan yang
secara periodik tiba dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh yang buruk terhadap
kondisi lingkungan wilayah Indonesia yang beragam.

Peran perawat dalam managemen bencana


1. Peran perawat dalam fase pre-impect
a) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana.
b) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.
c) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
2. Peran perawat dalam fase impact
a) Bertindak cepat
b) Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
c) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d) Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan
dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.
3. Peran perawat dalam fase post impact
a) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban
b) Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria
utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut
mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
c) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan
sehat dan aman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyaknya peristiwa bencana yang terjadi di Indonesia telah membuka mata kita
bersama bahwa penanggulangan bencana perlu dimengerti dan dikuasai oleh seluruh
masyarakat. Antisipasi bencana kekeringan adalah upaya yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman bencana kekeringan.
Memanfaatkan informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah cara yang baik dalam membuat
sistim peringatan dini tentang kekeringan. Peringatan dini tentang kekeringan harus
digabungkan dengan strategi yang kemungkinakan pemerintah merespon dan menangani
dampak kekeringan
Antisipasi bencana kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi, yaitu .
1. Perencanaan jangka pendek
2. Perencanaan jangka panjang
B. Saran
Kebijakasanaan masalah kekeringan ini setidaknya perlu memiliki komponen-
komponen seperti: Peringatan Dini, Perencanaan segala kemungkinan tentang kekeringan,
Langkah-langkah penanganan kekeringan seperti perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang, dan juga Langkah-langkah rehabilitasi karena sangat perlu di lakukanya sebuah
komponen-komponen seperti di atas untuk mengurangi bencana kekeringan yang terjadi di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://fithra-online.blogspot.co.id/2011/10/antisipasi-mitigasi-dan-siaga-bencana.html
https://dodogunawan.wordpress.com/2015/05/04/manajemen-kebijaksanaan-dalam-
mengatasi-kekeringan/
https://www.academia.edu/Documents/in/Rencana_Tata_Ruang_Wilayah_Kabupaten_Bad
ung_Bali_Indonesia#add/close
https://indonesia.academia.edu/perencanaandaerah

Anda mungkin juga menyukai