Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH WINDSHIELD SURVEY

KEKERINGAN

Disusun Oleh :

Yunita Larasati 20160320049


Nadhifa Alby Veronica 20160320056
Eka Desy Setyaningrum 20160320078
Syifa Hafidhni Nurrahaf 20160320081
Harningsih Putri Mustikasari 20160320098
Anistia Nanda Kusuma 20160320106
Fitri Ramadhani 20160320112
Nurul Faiga 20160320120
Sarah Amaliah 20160320132
Iqbal Muzizat Rianto 20160320138

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah

kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan

lingkungan. Bencana kekeringan adalah suatu peristiwa yang mengancam

atau mengganggu kehidupan masyarakat dimana kebutuhan air tetap atau

bahkan meningkat akan tetapi persediaan/cadangan air tanah menurun,

sehingga ketersediaan air tidak dapat mencukupi kebutuhan harian. (Badan

Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, 2007). Daerah Istimewa

Yogyakarta yang terbagi menjadi 5 (lima) wilayah Kabupaten antara lain

Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten

Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta. Begitu banyak obyek-obyek wisata di

kota pelajar ini dan menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk

berkunjung karena di masing-masing Kabupaten di Daerah Istimewa

Yogyakarta juga memiliki tempat-tempat wisata andalan yang menarik dan

layak untuk dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesiapsiagaan
Kesiap-siagaan merupakan suatu bentuk dasar dari sikap
antisipasi terhadap suatu kejadian yng akan berlangsung.
Ksiapsiagaan juga memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan.
Kesiapsiagaan juga merupakan suatu program pembangunan
yang ada pada kesehatan jangka panjang yang memiliki tujuan serta
kapasitas yang besar dalam masalah kesehatan.
Program pembangunan kesehatan jangka panjang memiliki
tujuan yaitu meningkatkan potensi sehat pada suatu wilayah serta
daerah tertentu, sehingga dapat memminimlaisirkan bencana yag ada
secara efisien dan efektif.
Kesiapsiagaan juga dapat diartikan pengetahuan dan kapasitas
yang dapat dikembangkan oleh berbagi pemerintahan untuk
kebutuhan lembaga-lembaga profesional dalam bidang kesehatan.
Dalam hal ini kesiapsiagaan mengandung unsur yang sangat penting
yaitu sikap antisipasi atas adanya bencana.
Dalam kesiapsiagaan juga terdapat suatu pengetahuan untuk
mengatasi suatu bencana, mencegah suatu bencana dan sebagainya.
Tentu saja dalam suatu bencana tertentu membutuhkan langkah-
langkah kesiapsiagaan yang tertentu. Langkah-langkah tersebut
berisikan tentang kemampuan untuk menghadapi suatu bencana.
Pelatihan yang diadakan untuk kesiapsiagaan sudah semakin
banyak dilakukan oleh berbagai pihak baik dari lembaga-lembaga
tertentu atau pemerintah. Tujuan dari adanya suatu pelatihan tersebut
ialah agar membentuk suatu kemampuan yang profesional dalam
menanggulangi bencana.
Pelatihan yang biasanya dibuat berdasarkan resiko bencana
yang telah dihadapi. Dengan kata lain pelatihan disesuaikan dengan
keadaan, resiko serta lokasi dari bencana tersebut. Salah satunya pada
pelatihan pemadam kebakaran tentu saja itu salah satu dari aktivitas
pelatihan kesiapsiagaan untuk menghadapi suatu bencana kebakaran.
Pelatihan yang ada harus diikuti oleh seluruh penghuni lokasi
yang telah ditentukan, hal tersebut bertujuan agar pada saat kejadian
dapat mengantisipasi bencana untuk sementara waktu. Penguni
disarankan tidak bersikap panik, karena kepanikan akan membuat
nalar serta logika untuk berpikir terhambat.
Sehingga pada prinsipnya kesiapsiagaan merupakan sikap
antisipasi untuk menanggulangi kejadian yang ada pada lokasi
dimanapun kita berda terutama kejadian tergolong bencana.
Kesiapsiagaan sebagaimana dalam undang-undang nomor 24
tahun 2007 dilakukan melalui :
1. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan
kedaruratan bencana
2. Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian system
peringatan dini.
3. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar.
4. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi
tentang mekanisme tanggap darurat.
5. Penyusunan dan akurat informasi dan kemutakhiran
prosedur tetap tanggap darurat bencana, dan
6. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan
untuk pemenuhan, pemulihan pra sarana dan sarana.
B. Kekeringan
1. Pengertian Kekeringan

Menurut International Glossary of Hidrology (WMO 1974)


dalam Pramudia (2002), pengertian kekeringan adalah suatu
keadaan tanpa hujan berkepanjangan atau masa kering di bawah
normal yang cukup lama sehingga mengakibatkan keseimbangan
hidrologi terganggu secara serius.
2. Macam macam kekeringan
a. Kekeringan Meteorologis

Kekeringan meteorologis berkaitan dengan tingkat


curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Kekeringan
meteorologis biasanya didefinisikan sebagai kurangnya curah
hujan selama periode waktu yang telah ditentukan. Ambang
batas yang dipilih, seperti 50% dari curah hujan normal selama
jangkawaktu enam bulan akan bervariasi menurut lokasi
sesuai dengan kebutuhan pengguna atau aplikasi (SAARC,
2010).

b. Kekeringan Hidrologis
Kekeringan hidrologis berkaitan dengan kekurangan
pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis
biasanya didefinisikan oleh kekurangan pada permukaan dan
persediaan air bawah permukaan relatif terhadap kondisi rata-
rata pada berbagai titik dalam waktu semusim. Seperti
kekeringan pertanian, tidak ada hubungan langsung antara
jumlah curah hujan dengan status air permukaan dan
persediaan air bawah permukaan di danau, waduk, akuifer,
dan sungai karena komponen sistem hidrologi digunakan
untuk beberapa tujuan, seperti irigasi, rekreasi, pariwisata,
pengendalian banjir, transportasi, produksi listrik tenaga air,
air pasokan dalam negeri, perlindungan spesies terancam
punah, dan manajemen lingkungan, ekosistem, dan
pelestarian. Ada juga waktu kesenjangan yang cukup besar
antara penyimpangan dari curah hujan dan titik di mana
kekurangan-kekurangan ini menjadi jelas dalam komponen
permukaan dan bawah permukaan dari sistem hidrologi
(SAARC, 2010).
c. Kekeringan Pertanian
Kekeringan pertanian berhubungan dengan
kekurangan kandungan air tanah di dalam tanah sehingga
tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada
periode waktu tertentu yang mempengaruhi penurunan
produksi pertanian. Kekeringan pertanian didefinisikan
sebagai kurangnya ketersediaan air tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman dan makanan ternak dari curah hujan
normal selama beberapa periode waktu tertentu. Hubungan
antara curah hujan dan infiltrasi air hujan ke dalam tanah
seringkali tidak berlangsung. Tingkat infiltrasi bervariasi
tergantung pada kondisi kelembaban, kemiringan, jenis tanah,
dan intensitas dari peristiwa presipitasi. Karakteristik tanah
juga berbeda. Sebagai contoh, beberapa tanah memiliki
kapasitas menyimpan air lebih tinggi, yang membuat mereka
kurang rentan terhadap kekeringan (SAARC, 2010).
d. Kekeringan Sosial Ekonomi
Kekeringan sosial ekonomi berkaitan dengan kondisi
dimana pasokan komoditas ekonomi kurang dari kebutuhan
normal akibat kekeringan meteologi, hidrologi dan pertanian.
Kekeringan sosial ekonomi berbeda nyata dari kekeringan
yang lain karena mencerminkan hubungan antara penawaran
dan permintaan untuk beberapa komoditas atau ekonomi yang
baik (seperti air, pakan ternak, atau pembangkit listrik tenaga
air) yang tergantung pada curah hujan. Pasokan bervariasi
setiap tahun sebagai fungsi dari ketersediaan air. Permintaan
juga naik turun dan sering dikaitkan dengan suatu
kecenderungan yang positif akibat peningkatan populasi,
pengembangan dan faktor lainnya (SAARC, 2010).
3. Faktor-faktor terjadinya kekeringan
a. Hujan Tipe hujan di suatu wilayah menunjukkan kemungkinan
terjadinya kekeringan di wilayah tersebut. Hujan yang tersebar
merata dengan curah hujan yang cukup tidak dianggap sebagai
penyebab kekeringan. Kekeringan dapat terjadi jika hujan
yang terjadi tidak merata, atau tebal hujan yang jatuh
menyimpang dari keadaan normal
b. Jenis tanaman yang diusahakan Setiap jenis tanaman memiliki
jumlah kebutuhan air berbeda. Tanaman akan mengalami
kekeringan jika jenis tanaman yang ditanam memiliki tingkat
kebutuhan air yang tidak sesuai dengan agihan hujan yang ada,
meskipun dalam jumlah keseluruhan cukup.
c. Tanah Besar kecilnya kemampuan tanah menyimpan air
menentukan peluang terjadinya kekeringan. Karena itu
parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi kekeringan adalah jenis tanah serta solum
tanah. Tanah yang memiliki kemampuan menyimpan air
rendah, akan lebih cepat mengalami kekeringan dibandingkan
tanah yang memiliki kemampuan menyimpan air yang tinggi.
Selain faktor-faktor tersebut faktor topografi dan geologi juga
berpengaruh pada intensitas kekeringan.
4. Latihan kesiapsiagaan
latihan kesiapsiagaan diartikan sebagai bentuk latihan
koordinasi, komunikasi dan evakuasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan (pemerintah dan masyarakat umum).
Seluruh pihak yang terlibat mensimulasikan situasi bencana
sesungguhnya menggunakan skenario bencana yang dibuat
mendekati atau sesuai kondisi nyata. Dengan mengacu pada defnisi
tersebut diatas, maka pedoman ini disusun untuk penyelenggaraan
latihan yang melibatkan multipihak serta digunakan untuk
membangun dan menyempurnakan system kesiapsiagaan sekaligus
meningkatkan keterampilan dalam koordinasi serta pelaksanaan
operasi penanggulangan bencana.
file:///C:/Users/Nuy/Downloads/BENCANA%20for%20hand
outs.pdf
https://idtesis.com/pengertian-kesiapsiagaan-dan-pelatihan-
bagi-tenaga-kesehatan-glosarium/
http://eprints.ums.ac.id/51973/14/BAB%20I.pdf
https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-
content/uploads/documents/buku_panduan_latihan_kesiapsia
gaan_bencana_revisi_april_2017.pdf

Anda mungkin juga menyukai