Anda di halaman 1dari 20

Konsep Dasar Bencana Kekeringan

Oleh:
Kelompok VII
Gianda Rivelino Pratama

Laili Inayah

Nanda Indrian

Sri Widya Ningsih

Valentina Hutapea

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Kasih-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Tujuan dari penulisan
makalah adalah untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Bencana yang
berjudul “Konsep Dasar Bencana Kekeringan”.
Selama melakukan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada pihak yang membantu dalam penyusunan makalah, mudah-mudahan
mendapat pahala disisi Allah SWT, Aamiin.

Pekanbaru, 03 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................4
1. Tujuan Umum......................................................................................4
2. Tujuan Khusus.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pengertian Kekeringan..............................................................................5
B. Tanda-tanda umum kekeringan.................................................................6
C. Dampak kekeringan ..................................................................................7
D. Lokasi prioritas nasional untuk bencana kekeringan.................................8
E. Dampak kekeringan bagi kesehatan..........................................................9
F. Analisis kebutuhan....................................................................................10
G. Mitigasi Terhadap Bencana Kekeringan ……………………………….11

BAB III PENUTUP.............................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15
LAMPIRAN.........................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang silih
berganti terjadi di Indonesia. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di
bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan . Bahaya kekeringan adalah dampak dari perubahan iklim global
El Nino dan La Nina. El Nino sebagai penyimpangan iklim yang
mengakibatkan kemarau panjang, sedangkan La Nina yang menyebabkan
musim penghujan panjang. Keduanya merupakan fenomena alam yang
bersifat normal dan selalu terulang pada pola tertentu (Kodoatie: 2011).
Kekeringan tidak dapat dielakkan dan secara perlahan berlangsung lama
hingga musim hujan tiba. Berdasarkan penyebabnya, bahaya kekeringan
termasuk kedalam kategori bahaya yang disebabkan oleh alam. Karakteristik
bahaya kekeringan cukup berbeda dari bahaya yang lain, karena datangnya
yang tidak tiba-tiba namun timbul secara perlahan dan mudah diabaikan.
Dampaknya akan terasa ketika lahan-lahan produktif seperti pertanian tiba-
tiba mengalami kegagalan panen maupun penurunan kualitas. Akibat yang
lebih ekstrim lagi adalah rusaknya sistem tanah yang berujung tidak
termanfaatkannya guna lahan yang optimal, kelaparan, dan rusaknya sistem
sektor pertanian.
Selain itu, kekeringan juga dapat menyebabkan manusia dengan mudah
terserang berbagai penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kekeringan?
2. Apa saja tanda- tanda umum kekeringan?
3. Apa saja dampak dari kekeringan?
4. Dimana saja lokasi prioritas nasional untuk bencana kekeringan?

3
5. Apa saja dampak kekeringan bagi kesehatan?
6. Bagaimana analisis kebutuhan saat bencana kekeringan?
7. Bagaimana mitigasi yang dapat di lakukan pada kasus bencana kekeringan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memhamai sistem penanggulangan bencana terpadu yang
terintegrasi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi kekeringan
b. Untuk mengetahui tanda- tanda umum kekeringan
c. Untuk mengetahui dampak dari kekeringan
d. Untuk mengetahui lokasi prioritas nasional untuk bencana kekeringan
e. Untuk mengetahui dampak kekeringan bagi kesehatan
f. Untuk mengetahui analisis kebutuhan saat bencana kekeringan
g. Untuk mengetahui mitigasi yang dapat di lakukan pada kasus bencana
kekeringan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di
bawah kebutuhan air baik kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan. Secara umum kekeringan dapat diklasifikasi kekeringan yang
terjadi secara alamiah dan atau ulah manusia, sebagai berikut:
1) Kekeringan Alamiah
 Kekeringan Meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan
di bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan
meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
 Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan
air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur
berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan elevasi
muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya
hujan sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk,
danau dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis bukan
merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
 Kekeringan Pertanian berhubungan dengan kekurangan lengas
tanah (kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu
tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini
terjadi setelah gejala kekeringan meteorologi.
 Kekeringan Sosial Ekonomi berkaitan dengan kondisi dimana
pasokan komoditi ekonomi kurang dari kebutuhan normal
akibat terjadinya kekeringan meteorologi, hidrologi, dan
pertanian.

5
2) Kekeringan Antropogenik Kekeringan yang disebabkan karena
ketidak-taatan pada aturan terjadi karena:
 Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan
akibat ketidaktaatan pengguna terhadap pola
tanam/penggunaan air.
 Kerusakan kawasan tangkapan air, sumber-sumber air akibat
perbuatan manusia.
 Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang
terjadi secara perlahan, berlangsung lama sampai musim hujan
tiba, berdampak sangat luas dan bersifat lintas sektor
(ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan). Kekeringan
merupakan bencana yang kompleks dan ditandai dengan
kekurangan air berkepanjangan dan merupakan salah satu
problem yang sangat serius di Indonesia. (Renas,2015-2019)
B. Tanda-Tanda Umum Kekeringan
Gejala terjadinya kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan
dibawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan
Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana
kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan
air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan
elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan
Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas
tanah (kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu

6
pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering
dan mengering.

C. Dampak Kekeringan
1. Fisik
a. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c. Kerusakan spesies tanaman.
d. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan,
berkurangnya daya pandang).
f. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak,
sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
g. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau
menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari
suhu udara sangat dingin. Perbedaan suhu udara yang berganti secara
cepat antara siang dan malam menyebabkan terjadinya pelapukan
batuan lebih cepat
2. Non fisik
a. Ekonomi
a) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak,
kayu, dan perikanan.
b) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
c) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara
langsung.
d) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
e) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan
biaya-biaya energi.
f) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.

7
g) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga
pangan.

3. Sosial Budaya
1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau
debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana,
sehingga menimbulkan  banyak gejala penyakit yang berhubungan
dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.
2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-
kondisi yang terkait dengan kekeringan.
4) Konflik di antara penggunan air.
5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan
bantuan  pemulihan.
7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
9) Kekacauan sosial, perselisihan sipil.  
4. Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan
penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan
bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di Indonesia
yaitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
D. Lokasi Prioritas Nasional Untuk Bencana Kekeringan
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana Kekeringan terdapat 10 (Sepuluh)
provinsi prioritas guna dilakukan fokus kegiatan penanggulangan bencana
kekeringan, yaitu:
1. Provinsi Jawa Timur (30.834.619 Jiwa Terpapar)
2. Provinsi Jawa Barat (40.502.281)

8
3. Provinsi Sumatera Utara (2.493.861)
4. Provinsi Kalimantan Barat (3.715.771)
5. Provinsi Sumatera Barat (4.653.672)
6. Provinsi Jawa Tengah (30.468.131)
7. Provinsi Nusa Tenggara Timur (4.495.622)
8. Provinsi Banten (9.198.933)
9. Provinsi Kalimantan Selatan (2.324.853)
10. Provinsi Nusa Tenggara Barat (265.578). (Renas,2015-2019)
E. Dampak Kekeringan Bagi Kesehatan
Peningkatan kasus kebakaran hutan akibat kekeringan yang berlanjut
juga akan mengakibatkan penyakit pernapasan seperti Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). Pada musim kemarau, aliran udara begerak secara
horizontal dan tidak ada daya angkat seperti pada musim penghujan.
Akibatnya, debu partikulat dari asap kebakaran hutan tersebut menumpuk di
permukaan dan menimbulkan kepekatan sehingga rawan terhadap penyakit
ISPA. (Renas,2015-2019)
1. Masalah Paru-Paru 
Kemarau panjang dapat meningkatkan polusi udara, sebab frekuensi
hujan akan berkurang. Polusi udara baik di alam atau ruangan dapat
berhubungan langsung dengan sel paru saat kita menarik napas. 
Dari sel paru ini, zat polutan bisa menyerang organ lain dalam tubuh
melalui peredaran darah. Ketika masuk ke tahap lanjut, kerusakan sel ini
akan semakin luas dan bisa menyerang saluran pernapasan bawah dan
atas. Tak cuma itu saja, partikel polusi yang telah melewati paru masuk ke
peredaran darah dan menyerang pembuluh hingga jantung.
Ahli dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
mengatakan Kemarau panjang dapat mengurangi kualitas udara dan
membahayakan kesehatan orang dengan kondisi tertentu. Selama musim

9
ini, tanah kering dan kebakaran hutan akan meningkatkan jumlah partikel
udara dalam bentuk asap. 
2. Meningkatnya Penyebaran Agen Penyakit
Musim kemarau panjang dan kekeringan ekstrem juga bisa
meningkatkan risiko penyebaran wabah penyakit, seperti leptospirosis,
diare, dan kolera. Peluang kejadian penyakit ini akan meningkat ketika
terjadinya kekurangan air untuk sanitasi atau kekeringan.
3. Dehidrasi
Dehidrasi ini bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti diare dan
kolera, atau kondisi lingkungan seperti kekeringan ekstrem. Sekitar 60
persen berat tubuh terdiri dari air. Organ penting seperti otak dan jantung
¾ nya terdiri dari air. Tulang terdiri dari 31% nya adalah air yang
keliatannya 'kering' sekalipun, 31 persennya terdiri dari air.
4. Sakit Mata
Udara yang kering dan debu mudah berterbangan ketika musim
kemarau. Kondisi inilah yang bisa meningkatkan risiko sakit mata dengan
gejala mata menjadi kering. Kondisi ini bisa terjadi ketika air mata tak
memiliki kemampuan yang cukup untuk lubrikasi mata. Gejala yang
muncul tidak hanya itu saja, tapi bisa juga mata merah, belekan, hingga
rasa mengganjal pada mata. 
F. Analisis Kebutuhan
1. Kebutuhan jangka pendek :
a. Kebutuhan air bersih bagi masyarakat untuk keperluan rumah
tangga dengan droping air bersih
b. Bantuan pangan/sembako untuk masyarakat miskin yang
usahataninya puso
c. Menanggulangi penyakit menular akibat kekeringan
d. Peningkatan gizi balita di wilayah kekeringan

10
2. Kebutuhan jangka menengah :
a. Ketersediaan sumber air : Pembangunan sumur gali, sumur air
tanah dalam, penampungan air hujan (PAH), Terminal air di
wilayah desa rawan kekeringan, embung.
b. Kualitas sarana dan prasarana air bersih.
3. Kebutuhan jangka panjang :
a. Pembangunan demplot sumur resapan di wilayah rawan
kekeringan
b. Pembangunan/pengembangan sistem IPA mini
c. Reboisasi di wilayah sekitar sumber mata air
d. Reboisasi kawasan sabuk hijau sekitar waduk
e. Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah lahan kritis
f. Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM)
G. Mitigasi Terhadap Bencana Kekeringan
1. Pembuatan sumur bor
Upaya mitigasi dalam menghadapi kekeringan dilakukan dengan cara
pembuatan sumur bor. Sumur bor dibuat dengan sumber air yang sangat
dalam sehingga diharapkan ketika musim kemarau panjang berlangsung,
sumur tersebut tidak mengalami kekeringan.
2. Pembuatan sumur resapan
Upaya mitigasi kekeringan juga dilakukan oleh masyarakat dengan
pembuatan sumur resapan. Sumur resapan dibuat untuk menampung air
pada saat terjadi hujan. Masyarakat menjelaskan bahwa saat terjadi
kekeringan, masyarakat menyedot air dari sungai dan kemudian airnya
dimasukkan ke dalam sumur resapan tersebut agar kemudian mengalir ke
sumur melalui tanah. Saat sumber air sudah mengering, masyarakat

11
membeli air dari pihak swasta dan kemudian mengalirkannya ke sumur
resapan tersebut.

3. Sosialisasi/ penyuluhan tentang mitigasi kekeringan


Sosialisasi tentang mitigasi kekeringan pernah dilakukan di Kabupaten
Grobogan. Sebagian besar warga masyarakat telah mengikuti sosialisasi/
penyuluhan tentang mitigasi kekeringan. Sosialisasi dilakukan oleh PU
Cipta Karya dalam rangka pelaksanaan program Pamsimas. Namun,
belum ada perkumpulan rutin untuk membahas penanggulangan
kekeringan.
4. Mempersiapkan program bantuan air bersih kepada masyarakat Mitigasi
yang dilakukan pemerintah dalam jangka pendek yaitu melalui BPBD
yang memberikan bantuan air bersih dengan truk-truk tangki air. BPBD
memberikan bantuan air bersih dengan bekerja sama dengan pihak
PDAM. Pihak BPBD memberikan daftar desa-desa yang akan diberikan
bantuan air bersih kepada pihak PDAM. Pihak PDAM menentukan jadwal
pemberian bantuan air bersih kepada desa-desa tersebut.
5. Reboisasi
Berdasarkan informasi dari BPBD, upaya pengurangan dampak dari
kekeringan selain dengan pembuatan embung, sumur resapan dan sumur
bor, juga dilakukan dengan reboisasi. Reboisasi dilakukan pemerintah
agar hutan tidak gundul sehingga akar tanaman dapat menyerap dan
menyimpan air. Dengan demikian, kekeringan dapat menjadi berkurang
karena ada akar tanaman yang mampu menyerap dan menyimpan air.
6. Pembuatan embung
Pembangunan embung atau waduk merupakan salah satu solusi jangka
panjang menghadapi kekeringan.
7. Perbaikan saluran dan sarana irigasi

12
Upaya mitigasi kekeringan juga dilakukan warga masyarakat dengan
melakukan perbaikan saluran irigasi dan sarana irigasi. Banyak yang tidak
menyadari, bahwa saluran irigasi yang rusak dapat menyebabkan air
terbuang percuma. Memperbaiki saluran irigasi dapat mempertahankan
jumlah air dari hulu ke hilir, sehingga air dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk mengairi sawah penduduk.
8. Menyelamatkan waduk/ embung dari pendangkalan
Upaya yang dilakukan masyarakat untuk menghadapi kekeringan
lahan pertanian juga dilakukan dengan cara memelihara waduk agar tidak
terjadi pendangkalan. Cara mengatasi pendangkalan waduk, adalah
dengan melakukan penghijauan, serta mengurangi konversi lahan di area
hulu. Dengan sedikitnya sedimentasi pada waduk/ embung, pendangkalan
waduk/ embung tidak terjadi dan cadangan air dalam waduk/ embung
menjadi lebih banyak.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di
bawah kebutuhan air baik kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan.
Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang
silih berganti terjadi di Indonesia. Kekeringan adalah ketersediaan air yang
jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan
ekonomi dan lingkungan .
Dampak yang ditimbulkan dari bencana kekringan ini bisa berupa fisik
dan non- fisik. Berbagai dampak nya juga muncul dari segi kesehatan yang
dirasakan oleh masyarakat selama bencana kekeringan berlangsung.
Berbagai mitigasi terhadap bencana kekekringan sudah di lakukan
oleh masyarakat maupun pemerintah.
B. Saran
Dalam menangani kasus bencana kekeringan, maka perlu tindak nyata
pada semua pihak terkait/stakeholder secara jelas, pasti dan cepat sehingga
dapat diatasi. Hal ini dapat melalui jalan pendekatan dengan berbagai metode
pada semua pelaku peran baik dari lembaga pemerintah sebagai pihak yang
merupakan produk izin, pengusaha yang bergerak dalam kegiatan ini,
masyarakat sebagai peran lainnya, tenaga ahli yang memahami teori dengan
benar dan pihak-pihak pengamat yang membantu meluruskan adanya
kekeliruan dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. (n.d.). Buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko
Bencana (Renas PB) 2015-2019.

15
KONSE
P
BENCA
NA
KEKER
INGAN
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di
bawah kebutuhan air baik kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan.

TANDA-
TANDA
UMUM
KEKERING
AN

16
 Menurun nya tingkat curah hujan.
 Menurunnya kadara air di permukaan tanah
 Keringnya lahan-lahan pertanian

Dampak Kekeringan Bagi Kesehatan

Penyakit ISPA

Meningkatnya Agen Penyakit

Dehidrasi

Iritasi Mata

17
Mitigasi Terhadap
Bencana Kekeringan
 Pembuatan sumur bor
 Pembuatan sumur resapan
 Reboisasi
 Penyuluhan
 Pembuatan embung
 Pembuatan dan perbaikan saluran irigasi
 Menyelamatkan waduk

18
19

Anda mungkin juga menyukai