oleh
Nursahmira : 2014080043
Dosen Pengampu :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tsunami ini
dengan baik.
Terimakasih saya ucapkan kepada ibu Hurriyah S.Si., MT. selaku dosen mata kuliah Fisika
Bencana Alam , yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan
dari beliau mungkin, saya tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format
yang telah di tentukan.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada para pembaca yang sudah berkenan membaca
makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi saya
sendiri dan para pembaca Aamiin ..
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 22
B. Saran ....................................................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
(Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan
dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang di picu
oleh suatu kejadian.
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa
yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini
muncul bila suatu wilayah secara terus -menerus mengalami curah hujan di bawah
rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena
cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun
penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila
mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan
pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi
kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap
bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi
intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
B. Rumusan Masalah
A. Defenisi dan Penyebab Kekeringan
B. La Nina dan La Nino
C. Hukum-hukum Fisika Yang Mendasari Proses Kekeringan
D. Karakteristik Dari Kekeringan
E. Resiko dan Rawan Kekeringan
F. Prediksi Kekeringan
C. Tujuan Penulis
A. Untuk Mengetahui Bagaimana Defenisi dan Penyebab Kekeringan
B. Untuk Mengetahui Apa itu La Nina dan La Nino
C. Untuk Mengetahui Bagaimana Hukum-hukum Fisika Yang Mendasari Proses
Kekeringan
D. Untuk Mengetahui Karakteristik Dari Kekeringan
E. Untuk Mengetahui Resiko dan Rawan Kekeringan
F. Untuk Mengetahui Prediksi Kekeringa
BAB II
PEMBAHASAN
a. Defenisi kekeringan
Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut Shelia
B. Red (1995) kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau
kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau
volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan
muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara
permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak
tata kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan
Bencana.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan
jenisnya yaitu: kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan
pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi.
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan
pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata–
rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus
untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan bulanan, atau
jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan sendiri,
tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–
sumber air seperti sungai, air tanah, danau dan tempat –tempat cadangan air.
Definisinya mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan
yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem
domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu
dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem–sistem
penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan
hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini
terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan
hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman,
bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan
sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa
diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya
faktor –faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang–alang,
tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang rendah.
Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang
ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga sejumlah
besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan biasanya
mempunyai penyebab–penyebab yang kompleks sering kali mencangkup
perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama
dalam bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari
pengaruh–pengaruh yang rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya
akses dan jasa-jasa lainnya.
4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan
akan barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan
diatas. Ketika persediaan barang–barang seperti air, jerami atau jasa seperti
energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan
kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara
kekeringan dan aktivitas–aktivitas manusia. Sebagai contoh, praktek–praktek
penggunaan lahan yang jelek semakin memperburuk dampak–dampak dan
kerentanan terhadap kekeringan di masa mendatang.
b. Penyebab Kekeringan
Ada beberapa penyebab terjadinya kekeringan antara lain :
1. Lapisan tanah tipis Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang
terkandung dalam tanah tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi
karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh panas matahari.
Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan
kars,karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
2. Air tanah dalam Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan
meresap jauh ke dalam lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu
menyimpan air dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu
menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan
aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga
tanaman tidak mampu menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar
yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam
menyebabkan sumber -sumber mata air mengalami kekeringan di musim
kemarau,karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu
naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami
kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
3. Tekstur tanah kasar Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air
dengan jangka waktu yang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung
mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi,
air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan
mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas
lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.
4. Iklim Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan.
Keadaan alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim
yang terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Misalnya: Akibat
perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama
daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama
tentunya akan memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena
kebutuhan air kurang terpenuhi di musim kemarau.
5. Vegetasi Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya
kekeringan .Jenis vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air
tanah dengan intensitas yang lebih banyak, daripada tanaman lain, tentunya
akan sangat menguras kandungan air dalam tanah. Dan lebih parahnya,
penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst yang
rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu
kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat
rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu
itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil.
Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air
tidak ada atau terbatas jumlahnya.
6. Topografi Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh
terhadap kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah
akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah
dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah
akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena
itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.
Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan
lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu
menyimpan air lebih lama.1
1
Muh sya. kekeringan. 7 januari 2018
tergantung intensitas EL Nino. Imbasnya akan terjadi kekeringan panjang di
beberapa wilayah di Indonesia. Saat kemarau panjang, kebakaran hutan menjadi
sering terjadi karena dedaunan mengering. 2
2
Tya septiana : pengertian,perbedaan dan dampak el nino dan el nina.23 Oktober 2020
C. Hukum-hukum Fisika Yang Mendasari Proses Kekeringan
Adapun karakteristik fisika dari bencana kekeringan sebagai berikut.
a. Suhu (T)
Suhu adalah besaran fisika yang menyatakan derajat panas dinginnya suatu
zat. Alat untuk mengukur suhu disebut termometer. Pada termometer, zat yang
paling banyak digunakan adalah alkohol dan raksa. Yang menjadi pelopor
pembuatan termometer adalah Galileo Galilei (1564-1642).
Prinsip kerja termometer buatan Galileo didasaran pada perubahan volume
gas di dalam labu. Prinsip kerja termometer biasanya menggunakan sifat
pemuaian zat cair. Ada beberapa skala suhu, yaitu sebagai berikut:
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80.
Diantara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212.
Suhu es yang dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Diantara
titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 180 skala.
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut
suhu mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total
partikel benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan
angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap
bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi menjadi 100 skala.
Bila kalor yang diterima suatu benda besar, maka suhu benda tersebut
akan tinggi, begitu pula sebaliknya. Tinggi rendahnya suhu akan
berpengaruh pada peristiwa penguapan yang terjadi, jika suhu suatu zat
dalam hal ini air tidak mencapai titik didihnya, maka penguapan tidak akan
terjadi. Artinya, tidak akan terjadi bencana kekeringan.
Suhu yang paling tinggi berada di permukaan. Semakin dalam suatu
wilayah perairan maka tekanan menuju dasar akan semakin besar. Hal ini
mengakibatkan suhu semakin turun. Salah satu faktorya tidak ada cahaya
yang dapat menembus.
Kalor (Q)
Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Jika suatu benda menerima/melepaskan kalor, maka suhu benda itu
akan naik/turun atau wujud benda berubah. Kalor yang diserap benda
bergantung massa benda, perubahan suhu dan bahan penyusun benda. Secara
matematis dapat di tulis sebagai berikut.
Q = m c ∆T
Tiap jenis zat memiliki nilai kalor uap yang berbeda. Kalor uap
berbagai zat ditunjukkan oleh tabel berikut.
b. Perpindahan Kalor
Terdapat 3 cara perpindahan kalor yaitu:
1) Konduksi
Pada peristiwa konduksi, perpindahan panas yang terjadi tidak disertai
dengan perpindahan partikel zat.
2) Konveksi
Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas yang terjadi disertai dengan
perpindahan partikel akibat perbedaan massa jenis.
3) Radiasi
Radiasi adalah peristiwa perpindahan kalor tanpa melalui medium atau zat.
gelombang elektromagnetik.
3
frisa rahmah sari dkk.Penerapan konsep-konsep fisika dalam bencana kekeringan dan
mitigasi.2018
mengantisipasi agar ketika musim kemarau datang lebih lama maka kita tidak
terlalu cepat kehilangan persediaan air.
2. Minimnya peresapan air karena sedikitnya pohon
Peristiwa kekeringan di Indoenesia juga terjadi karena minimnya peresapan air.
Peresapan air ini dibentuk ketika kita menanam pohon. Akar tanaman atau akar
pohon akan meyerap air yang turun dari air hujan ke permukaan air dan
menyimpannya sebagai air tanah (baca: ciri-ciri air tanah artesis). Air yang
tersimpan oleh akar- akar pohon ini akan di kunci di bawah tanah sehingga kita
bisa menggunakannya ketika musim kemarau tiba (baca: cara melestarikan air
tanah) . maka dari itulah di daerah yang mempunyai banyak pohon, keberadaan air
akan lebih mudah ditemukan apabila dibandingkan dengan daerah yang hanya
ditanami sedikit pohon. Maka dari itulah sangat penting bagi kita untuk ikut
menanam pohon demi ketersediaan air yang sangat kita butuhkan.
Suatu daerah yang hanya memiliki sedikit pohon, pasti hanya memiliki tabungan
air yang sedikit pula. Hal ini tidak akan mencukupi bagi masyarakat ketika sudah
memasuki musim kemarau. Maka dari itulah, ketika musim kemarau tiba, daerah
perkotaan akan lebih sedikit mempunyai cadangan air daripada di pedesaan. Salah
satu hal yang menyebabkan ini adalah karena di kota lebih sedikit pohon,
sementara di desa memiliki banyak pohon. Pohon- pohon tidak hanya berfungsi
sebagai penyerap dan penyimpan air saja, namun juga banyak fungsi penghijauan
yang lainnya, seperti mengurangi polusi udara, memperindah pemandangan,
sebagai sumber oksigen, dan lain sebagainya.
3. Penggunaan air yang berlebihan
Salah satu penyebab dari peristiwa kekeringan adalah penggunaan air yang
berlebihan. Bukankah ada anjuran agama untuk menggunakan sesuatu sewajarnya
saja dan tidak berlebih- lebihan? Hal ini nampaknya sulit untuk dilakukan
beberapa orang. Meskipun kita mengetahui bahwa air mempunyai siklusnya
sendiri, yakni air yang kita gunakan dan kita buang akan meresap kembali ke
dalam tanah, melalui penyaringan dan kemudian muncul sebagai sumber air yang
baru, namun penggunaan air harus tetap dihemat.
Tidak semau air akan meresap ke dalam tanah, bahkan sebagian air akan menguap
karena terkena oleh sinar matahari. Ketia air menguap maka air akan berubah
menjadi uap air, kemudian naik ke atas terbawa oleh angin hingga memasuki
wilayah lain. Kemudian sebagian dari uap air tersebut akan benrubah menjadi
hujan dan inilah proses terjadinya hujan. Hujan yang jatuh tidak semua jatuh ke
pemukiman masyarakat, bahkan hanya jatur di daerah pegunungan atau di gunung
yang tidak digunakan sebagai pemukiman masyarakat. Dengan demikian
masyarakat sudah kehilangan sebagian dari sumber air mereka.
4. Kekurangan sumber air
Sudah sangat wajar jika kekeringan terjadi karena di suatu daerah kekurangan
jumlah sumber air. Sumber air yang dimaksud adalah seperti mata air (baca:
proses terjadinya mata air), ekosistem sungai, ekosistem danau, dan lain
sebagainya. Jika suatu daerah jauh dengan sumber- sumber air yang demikian itu
maka sangat sulit bagi mereka ketika terjadi kemarau panjang. Jika sumber utama
yang mereka miliki adalah sumur, maka ketika sumur mengering, sulit untuk
mendapatkan sumber air yang lainnya. Lain halnya ketika wilayah kita dilewati
oleh sungai, dekat dengan danau, dan sebagainya, maka kita akan mempunyai
sumber air yang lain selain sumur yang kita miliki. Maka dari itulah keberadaan
sumber- sumber air yang alami sangat penting keberadaannya.
4
Guru Negeri. Bencana Kekeringan: Pengertian, Faktor, Ciri, Proses, Dampak Dan
Penanggulangannya. Sabtu, 11 Januari 2020
Mengurangi risiko dari bencana kekeringan dapat dideskripsikan sebagai mengurangi
kerentanan dan meningkatkan kapasitas (Awotona, 1997). Untuk itulah, peningkatan
kapasitas masyarakat dalam mengurangi risiko bencana kekeringan merupakan salah
satu kajian menarik. Bagaimana metode dan upaya-upaya yang dapat digunakan
sebagai alternatif pilihan dalam mengurangi risiko bencana perlu dikaji lebih
mendalam.5
F. Prediksi Kekeringan
Pemantauan dan prediksi kekeringan telah dilakukan dengan berbagai metode.
Secara meteorologis, kekeringan dapat diprediksi dan dipantau berdasarkan data
cuaca dari stasiun meteorologi. Selain itu, perkembangan teknologi satelit
memungkinkan fenomena cuaca dan iklim dapat dipelajari dan dideteksi secara
komprehensif untuk wilayah yang luas. Pemanfaatan data penginderaan jauh satelit
untuk mendeteksi dan memetakan kekeringan telah dilakukan sejak tahun 1980an.
Data satelit lingkungan dan cuaca yang tersedia pada saat itu, memungkinkan untuk
mendeteksi gejala-gejala alam yang berkaitan dengan kekeringan. Diawali dengan
analisis awan dari citra satelit untuk mempelajari fenomena cuaca, kemudian
dikembangkan analisis suhu permukaan laut global untuk mengetahui anomali iklim,
hingga deteksi kehijauan lahan melalui parameter indeks vegetasi menjadi makin luas
penggunaannya.
Selain parameter-parameter konvensional tersebut, saat ini telah
dikembangkan berbagai indeks kekeringan untukmendeteksi kekeringan yang
diturunkan dari data satelit resolusi rendah dan menengah antara lain NOAA-
AVHRR, TRMM, MODIS, Landsat, dan SPOT.Indeks-indeks yang telah
dikembangkan untuk pemantauan dan deteksi kekeringan antara lain NVDI
(Normalized Difference Vegetation Index), EVI (Enhanced Vegetation Index),
MSAVI (Modified Soil-Adjusted Vegetation Index), PVI (Perpendicular Vegetation
Index), Vegetation Dryness Index (VDI), Temperature Vegetation Dryness Index
(TVDI), dan SBI (Soil Brightness Index). Untuk deteksi kekeringan dengan berbasis
data curah hujan telah dikembangkan SPI (Standardized Precipitation Index) dan
KBDI (Keetch-Byram Dryness Index). Di Indonesia, penggunaan data indeks vegetasi
dan indeks lainnya dari beberapa formula telah meluas.
5
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 Hlm.65-73
Namun hingga saat ini belum ditetapkan standar metode pengolahan data
satelit untuk menurunkan parameter deteksi kekeringan. Sementara itu Undang
Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan Pasal 19 ayat (1) huruf d
menyebutkan bahwa pengolahan data penginderaan jauh dapat meliputi deteksi
parameter geo-bio-fisik. Lebih lanjut dalam Pasal 20 ayat (2) dikemukakan bahwa
Lembaga bertugas melakukan pembinaan dan menetapkan standarisasi data dan
produk informasi serta metode pengolahan penginderaan jauh nasional.6
BAB III
6
Erna Sri Adiningsih : TINJAUAN METODE DETEKSI PARAMETER KEKERINGAN BERBASIS DATA
PENGINDERAAN JAUH. Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014
STUDI KASUS
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut Shelia
B. Red (1995) kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau
kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau
volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan muncul
sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara
permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak
tata kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan
Bencana.
El Nino merupakan bahasa Spanyol dari anak laku-laki. El Nino adalah
fenomena alam dan bukan badai. El Nina adalah kondisi dimana suhu permukaan
laut mengalami penurunan.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 Hlm.65-73
Erna Sri Adiningsih : TINJAUAN METODE DETEKSI PARAMETER
KEKERINGAN BERBASIS DATA PENGINDERAAN JAUH. Seminar Nasional
Penginderaan Jauh 2014