Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FISIKA BENCANA ALAM


Tentang
Tsunami

oleh

Pauzan Lubis : 2014080026

Tri Astuti : 2014080030

Nursahmira : 2014080043

Dosen Pengampu :

Hurriyah S.Si., MT.

JURUSAN TADRIS IPA (KONSENTRASI FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN )

IMAM BONJOL PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tsunami ini
dengan baik.
Terimakasih saya ucapkan kepada ibu Hurriyah S.Si., MT. selaku dosen mata kuliah
Fisika Bencana Alam , yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa
bimbingan dari beliau mungkin, saya tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai
dengan format yang telah di tentukan.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada para pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya
bagi saya sendiri dan para pembaca Aamiin ..

Padang, 01 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................... 1

Daftar isi ............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang......................................................................................................... 3
2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

1. Defenisi dan Sejarah Tsunami ................................................................................ 4


2. Penyebab Tsunami .................................................................................................. 6
3. Hukum-hukum Fisika yang Mendasari Proses Tsunami ........................................ 7
4. Karakteristik Fisika dari Tsunami ..........................................................................
11
5. Risiko dan Rawan Tsunami ....................................................................................
12
6. Tanda-tanda Tsunami .............................................................................................
14

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan .............................................................................................................
16
2. Saran .......................................................................................................................
16
3. Daftar Pustaka .........................................................................................................
17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti di
Indonesia. Pada saat 2004 silam saja, bencana alam ini merenggut ratusan ribu
jiwa warga Aceh. Bahkan, masyarakat sekitar pantai apabila merasakan gempa
yang cukup besar akan melakukan evakuasi diri menuju tempat yang lebih tinggi
karena khawatir akan terjadi bencana tsunami.
Salah satu bencana geologi ini sering terjadi di negara-negara yang
termasuk ke dalam daerah ring of fire. Daerah ring of fire ini sangat rentan terjadi
gempa vulkanik maupun tektonik sehingga sangat berpotensi juga untuk terjadi
tsunami andai kata pusat gempa berada di lautan. Negara-negara yang rawan
terkena bencana ini di antaranya adalah Indonesia, Jepang, Filipina, Papua Nugini,
India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia.

B. Rumusan Masalah
1. Defenisi dan Sejarah Tsunami
2. Penyebab Tsunami
3. Hukum-hukum Fisika yang Mendasari Proses Tsunami
4. Karakteristik Fisika dari Tsunami
5. Risiko dan Rawan Tsunami
6. Tanda-tanda Tsunami
BAB I

PEMBAHASAN

A. Defenisi dan Sejarah Tsunami


1. Defenisi Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami
berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang
pelabuhan". Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang.
Karena panjang gelombang tsunami sangat besar pada saat berada di tengah
laut, para nelayan tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun setibanya
kembali ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan tersebut
rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami
hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang
dalam.
Gambar 1. Terminologi Tsunami
(Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)

Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi,
gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami
tidak terlihat saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu
mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan
semakin membesar. Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi
ketinggian dan kelajuannya. Apabila gelombang menghampiri pantai,
ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang
tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya
oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi dilaut dalam, tetapi meningkat
ketinggian hinggamencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami
dapat menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir
pantai dan kepulauan.

Tsunami juga sering dianggap sebagai gelombang air pasang. Hal ini terjadi
karena pada saat mencapai daratan, gelombang tsunami lebih menyerupai air
pasang yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai
secara alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama
sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut. Karena itu
untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering
menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk
menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat. Dampak negatif yang
diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih. 1

1
Sugiato Nanin Trianawati,ST.,MT.2008.pendidikan Geografi : Universitas Pendidikan Indonesia.hal. 3
Gambar 2. Kerusakan yang Diakibatkan Tsunami
(Sumber : www.tsunamis.com)

2. Sejarah Tsunami
Istilah tsunami mulai tersebar luas di belahan dunia setelah terjadinya
gempa besar di Jepang yang menyebabkan tsunami sehingga menewaskan
sekitar 22 000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km.
Kejadian tersebut terjadi pada 15 Juni 1896 (Badan Meteorologi dan Geofisika
2010).
Di Indonesia, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun 1618 di
Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006, Indonesia
telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di Indonesia
disebabkan gempa tektonik, 9% akibat letusan gunung api, dan hanya 1%
dipicu oleh tanah longsor.

B. Penyebab Tsunami
Tsunami menurut PVBMG (2006), dapat terjadi dari gempa tektonik maupun
vulkanik apabila memenuhi syarat berikut:
1. pusat gempa terjadi di dasar laut;
2. kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km;
3. magnitude lebih besar dari 6.0 skala Richter;
4. jenis patahan tergolong sesar naik atau sesar turun.
Sedangkan menurut King (1972) dan Anhert (1996), faktor-faktor yang dapat
menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut:
1. ada retakan di dasar laut yang disertai dengan suatu gempa bumi; retakan di
sini maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang melewati daerah
kerak bumi;
2. ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal dari atas
lautan yang kemudian menghujam ke dalam air;
3. ada aktivitas gunung berapi yang terletak di dekat pantai atau di bawah air
yang sewaktu-waktu dapat terangkat atau tertekan seperti gerakan yang terjadi
pada retakan;
4. berbeda halnya dengan badan meteorologi dan geofisika (2010), menurut
lembaga ini tsunami akan terjadi jika kekuatan gempa lebih dari 7.0 sr, lokasi
pusat gempa di laut dengan kedalaman kurang dari 70 km, serta terjadi
deformasi vertikal dasar laut;
5. gelombang tsunami paling sering disebabkan oleh gempa tektonik dangkal di
perairan samudera Pasifik. 2

C. Hukum-hukum Fisika yang Mendasari Proses Tsunami

Gelombang tsunami bisa dijelaskan dari fenomena penjalaran gelombang secara


transversal; energinya adalah fungsi dari ketinggian (amplitudo) dan
kecepatannya. Ketinggiannya sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang.
Tsunami memiliki panjang gelombang ratusan km, berperilaku seperti
gelombang air-dangkal. Suatu gelombang menjadi gelombang air-dangkal atau
shallow-water wave ketika perbandingan kedalaman air dengan panjang
gelombangnya kecil dari 0.05.

Kecepatan gelombang air-dangkal (v) adalah : v = akar (g*d), dengan g adalah


percepatan gravitasi dan d adalah kedalaman air. Bayangkan, pada kedalaman 10
km di samudera India, sebuah tsunami akan memiliki kecepatan awal sekitar 300
m/detik atau sekitar 1000 km/jam. Kecepatan ini akan berkurang seiring dengan
semakin dangkalnya kedalaman air ke arah pantai.

Namun, energi yang dikandung gelombang tidaklah berkurang banyak. Ini sesuai
hubungan laju energi yang hilang (energi loss rate) pada gelombang berjalan
berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya; dengan kata lain semakin
besar panjang gelombangnya maka makin sedikit energi yang hilang, sehingga
energi yang dikandung tsunami bisa dianggap konstan.

Karena energinya konstan, berkurangnya kecepatan akan membuat ketinggian


2
Decequen Putri Setiadi .2018. BENCANA ALAM TSUNAMI. PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
gelombang (amplitudo) bertambah. Ilmuwan mencatat dengan kecepatan 1000
km/jam menuju pantai, tinggi gelombang bisa mengalami kenaikan sampai 30
meter.
Kecepatan tsunami bergantung kepada kedalaman air. Di laut dalam dan
terbuka, kecepatannya mencapai 800-1000 km/ jam. Ketinggian tsunami di lautan
dalam hanya mencapai 30-60 cm, dengan panjang gelombang mencapai ratusan
kilometer, sehingga keberadaan mereka di laut dalam susah dibedakan dengan
gelombang biasa, bahkan tidak dirasakan oleh kapal-kapal yang sedang berlabuh di
tengah samudera. Berbeda dengan gelombang karena angin, dimana hanya bagian
permukaan atas yang bergerak; gelombang tsunami mengalami pergerakan
diseluruh bagian partikel air, mulai dari permukaan sampai bagian dalam samudera.
Ketika tsunami memasuki perairan yang lebih dangkal, ketinggian gelombangnya
meningkat dan kecepatannya menurun drastis, meski demikian energinya masih
sangat kuat untuk menghanyutkan segala benda yang dilaluinya. Arus tsunami
dengan ketinggian 70 cm masih cukup kuat untuk menyeret dan menghanyutkan
orang.

Apabila lempeng samudera pada sesar bergerak naik (raising), terjadi air
pasang di wilayah pantai hingga wilayah tersebut akan mengalami banjir sebelum
kemudian gelombang air yang lebih tinggi datang menerjang. Dan apabila lempeng
samudera bergerak naik, wilayah pantai akan mengalami banjir air pasang sebelum
datangnya tsunami.

Gambar 3. Lempeng Samudera Bergerak Naik


(Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)

Apabila lempeng samudera pada sesar bergerak turun (sinking), kurang lebih pada
separuh waktu sebelum gelombang tsunami sampai di pantai, air laut di pantai
tersebut surut. Pada pantai yang landai, surutnya air bisa mencapai lebih dari 800
meter menjauhi pantai. Masyarakat yang tidak sadar akan datangnya bahaya mungkin
akan tetap tinggal di pantai karena ingin tahu apa yang sedang terjadi. Atau bagi para
nelayan mereka justru memanfaatkan momen saat air laut surut tersebut untuk
mengumpulkan ikan-ikan yang banyak bertebaran. Apabila lempeng samudera
bergerak turun, di wilayah pantai air laut akan surut sebelum datangnya tsunami.
Gambar 4. Lempeng Samudera Bergerak Turun
(Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)
Pada suatu gelombang, apabila rasio antara kedalaman air dan panjang gelombang
menjadi sangat kecil, gelombang tersebut dinamakan gelombang air-dangkal. Karena
gelombang tsunami memiliki panjang gelombang yang sangat besar, gelombang
tsunami berperan sebagai gelombang air-dangkal, bahkan di samudera yang dalam.

Gelombang air-dangkal bergerak dengan kecepatan yang setara dengan akar kuadrat
hasil perkalian antara percepatan gravitasi (9,8 m/s2) dan kedalaman air laut.

Dimana,

v = velocity (kecepatan)

g = gravitation (9,8 m/s2)

d = depth (kedalaman)

Sebagai contoh, di Samudera Pasifik, dimana kedalaman air rata-rata adalah 4000
meter, gelombang tsunami merambat dengan kecepatan ± 200 m/s (kira-kira 712
km/jam) dengan hanya sedikit energi yang hilang, bahkan untuk jarak yang jauh.

Sementara pada kedalaman 40 meter, kecepatannya mencapai ± 20 m/s (sekitar 71


km/jam), lebih lambat namun tetap sulit dilampaui.
Energi dari gelombang tsunami merupakan fungsi perkalian antara tinggi gelombang
dan kecepatannya. Nilai energi ini selalu konstan, yang berarti tinggi gelombang
berbanding terbalik dengan kecepatan merambat gelombang. Oleh sebab itu, ketika
gelombang mencapai daratan, tingginya meningkat sementara kecepatannya
menurun. 3

D. Karakteristik Fisika Dari Tsunami

Tsunami bergerak keluar dari daerah pembangkitannya dalam bentuk


serangkaian gelombang. Kecepatannya bergantung pada kedalaman perairan,
akibatnya gelombang tersebut mengalami percepatan atau perlambatan sesuai
dengan bertambah atau berkurangnya kedalaman dasar laut. Dengan proses ini arah
pergerakan gelombang juga berubah dan energi gelombang bisa menjadi terfokus
atau juga menyebar. Pada laut dalam, gelombang tsunami mampu bergerak pada
kecepatan 500 sampai 1,000 kilometer per jam. Sedangkan dekat pantai,
kecepatannya melambat menjadi beberapa puluh kilometer per jam. Ketinggian
tsunami juga bergantung pada kedalaman air. Sebuah gelombang tsunami yang
hanya memiliki ketinggian satu meter di laut dalam bisa meninggi hingga puluhan
meter pada garis pantai. Berbeda dengan gelombang laut yang terjadi karena terpaan
angin yang hanya mengganggu permukaan laut, maka energi gelombang tsunami
meluas sampai ke dalam lautan. Di dekat pantai, energi gelombang ini
terkonsentrasi pada arah vertikal karena berkurangnya kedalaman air dan berubah
arah menjadi horizontal ketika memendeknya panjang gelombang yang diakibatkan
perlambatan gerak gelombang.

Berikut beberapa karakteristik tsunami:

a. Tinggi gelombang tsunami di tengah lautan mencapai kurang lebih 5 meter.

b. Secara bersamaan gelombang tsunami akan mencapai pantai dengan tinggi


hingga 30 meter.

c. Panjang gelombang tsunami (50-200 km) lebih besar dari gelombang pasang
laut (50-150 m).

3
Sugiato Nanin Trianawati,ST.,MT.2008.pendidikan Geografi : Universitas Pendidikan Indonesia.hal. 18
d. Gelombang tsunami berlangsung sekitar 10-60 menit.

Tsunami memiliki beberapa periode (waktu untuk siklus satu gelombang) yang
bisa berkisar dari beberapa menit hingga satu jam, atau untuk beberapa kasus bisa
lebih. Di tepi pantai, tsunami dapat memiliki ekspresi yang berbeda-beda
bergantung pada ukuran dan periode gelombanggelombangnya, batimetri dekat
pantai dan bentuk garis pantai, keadaan pasang surut serta faktorfaktor lainnya.

Dalam beberapa kasus, tsunami hanya menghasilkan banjir yang tidak


berbahaya pada wilayah pantai rendah lalu menuju ke daratan seperti air pasang
yang cepat. Sementara dalam kasus lainnya tsunami dapat masuk ke daratan
menyerupai sebuah dinding air vertikal yang bergolak dan membawa puing-puing
yang bisa menghancurkan.4

E. Risiko dan Rawan Tsunami

1. Resiko Tsunami

Pengertian risiko bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007


adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan
kegiatan masyarakat.

Asian Development Bank (2008) mendefinisikan risko sebagai besaran


potensi bahaya yang menyebabkan kerugian atau kerusakan, besarnya kerugian
dan kerusakan digambarkan melalui tingkatan risiko yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Penilaian risiko mencakup eveluasi dari semua elemen yang relevan
dengan pemahaman tentang bahaya yang ada efeknya pada lingkungan tertentu.
Sedangkan menurut UNSDR (2007), risiko adalah peluang konsekuensi dari
bahaya atau kerugian yang diperkirakan (kematian, luka-luka, properti, mata
pencaharian, kegiatan ekonomi terganggu atau lingkar yang rusak) yang
dihaslikan dari interaksi antara bahaya alam atau ulah manusia dan kondisi
kerentanan.

4
Atwater, Brian F., et.al., Surviving a tsunami - Lessons from Chile, Hawaii, and Japan. USGS Circular 1187.
[Washington DC]: GPO, rev 2005.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa risiko
bencana merupakan potensi dampak kerugian yang terima oleh suatu wilayah
karena tingkat kerentanan dan acaman wilayah tersebut dalam menanggapi
ancaman bencana yang ada.5

2. Rawan Tsunami

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rawan bencana di dunia.
Kejadian berbagai bencana yang melanda di wilayah nusantara ini berlangsung
secara terus menerus, baik yang disebabkan oleh faktor alam (gempa bumi,
tsunami, banjir, letusan gunung api, tanah longsor, angin ribut, kekeringan),
maupun oleh faktor non alam seperti berbagai akibat kegagalan teknologi dan
ulah manusia.

Pada umumnya bencana yang terjadi tersebut mengakibatkan penderitaan


bagi masyarakat, baik berupa korban jiwa manusia, kerugian harta benda,
maupun kerusakan lingkungan serta musnahnya hasil-hasil pembangunan yang
telah dicapai) 6. Terdapat dua kelompok utama potensi bahaya, yaitu potensi
bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard).
Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini diperlihatkan antara lain
dengan peta yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bagian wilayah
yang memiliki zona-zona rawan gempa, peta potensi bencana tanah longsor,
peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta
potensi bencana banjir, peta kekeringan.

Dari indikatorindikator diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki


potensi bahaya utama yang tinggi. Upaya mitigasi dilakukan sebagai usaha
untuk memperkecil, dan mengurangi dampak yang di akibatkan oleh bencana
dan pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang
termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai
akibat dari perbuatan manusia(man-made disaster). Kejadian alam dan bencana
yang terjadi banyak yang disebabkan oleh kesalahan manusia dalam
penggunaan sumber daya dan tindakan yang tidak memadai serta kurangnya

5
Anonym. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia Edisi II. Jakarta:
BAKORNAS PB.

6
Edyanto. CB. H., 2011
pandangan jauh ke depan.

Oleh karena itu perlu pertimbangan yang bijaksana di dalam pengambilan


keputusan yang akan dibuat. Mengingat bahwa mitigasi ditujukan untuk
mengurangi atau menghilangkan resiko akibat bencana terhadap manusia dan
harta bendanya, maka prioritas perlu diberikan untuk kawasan-kawasan strategis
yang berpotensi memiliki resiko yang tinggi jika terjadi bencana sebagai akibat
akumulasi dari tingkat kerentanan (vulnerability level), yang biasanya memiliki
bahaya yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah yang secara
umum kurang terbangun, dengan potensi bahaya (hazard potency) yang
dimilikinya.

Masalah kerentanan terhadap bencana ini haruslah menjadi fokus utama


pemerintah, untuk mengubah keadaan bencana gempa dan tsunami dari situasi
kerentanan tinggi ke kapasitas rendah. Penting kita melakukan penilaian dan
mengolaborasi kemampuan lokal sebagai dasar utama dari aktivitas pengelolaan
bencana. Selama ini, masalah bencana belum ditangani secara menyeluruh.

Hal ini disebabkan beberapa hal, di antaranya tidak adanya kebijakan


pemerintah yang integral sehingga bencana ditangani secara parsial, bahkan
antar departemen sering tidak terjalin koordinasi. Lebih parah lagi, bencana
hanya ditangani dengan pendekatan tanggap darurat. Pasca bencana, rakyat
dibiarkan dengan penderitaan yang menimpanya.7

F. Tanda-Tanda Tsunami

Tsunami merupakan bencana alam yang dipicu oleh terjadinya erupsi gunung
berapi bawah laut, longsor bawah laut, gempa bumi bawah laut, hantaman meteor,
maupun faktor kesengajaan manusia seperti letusan nuklir yang secara tidak sengaja
menghantam lautan luas. Terdapat beberapa tanda-tanda peringatan alam yang
terjadi sebelum bencana tsunami menerjang, berikut di antaranya:

a. Tanah bergetar dan suara gemuruh ombak yang tak biasa

Gempa bumi yang berpusat di dalam laut, atau longsornya permukaan bumi
di bawah laut, akan menyebabkan terjadinya underwater disturbance. Pada
kekuatan dan kedalaman tertentu kedua peristiwa tersebut dapat memicu

7
Analisa Kebijakan Penataan Ruang,... J.Tek. Ling. 12 (3): 309 - 318
tsunami. Jika Anda berada di dekat laut dan merasakan tanah bergetar atau
mendengar suara gemuruh ombak yang tak biasa, yang terdengar keras seperti
suara pesawat jet atau kereta, segeralah berlari ke daratan yang lebih tinggi dan
hindari lembah atau sungai.

b. Air laut mendadak surut

Para ahli melaporkan bahwa tsunami yang mendekat bisa didahului oleh
surutnya permukaan air laut secara tiba-tiba. Peristiwa yang tak biasa ini terjadi
akibat adanya Megathrust, yakni gerakan naik dari patahan lempeng yang besar
yang terdapat di dalam laut. Misalnya ketika lempeng samudera bergerak ke
bawah, menunjam lempeng benua, dan menimbulkan gempa bumi. Kekuatan
dorongan keatas, seperti “kepalan tangan raksasa” yang muncul dari bawah
permukaan air laut menyebabkan air bergulir turun dari sisi-sisi “kepalan tangan
raksasa” tersebut, menciptakan gelombang besar yang melaju cepat, secepat
pesawat terbang. Gelombang tersebut akan bergerak melintas lautan, meski
nyaris tidak terlihat di permukaan. Dan ketika gelombang mencapai air laut
dangkal, kekuatan “thrust” dari pergeseran lempeng itu akan mendorong
gelombang hingga mencapai puluhan meter ke udara. Segeralah berlari ke
dataran yang lebih tinggi jika Anda melihat air laut surut secara cepat dan tiba-
tiba.

c. Binatang dan kemampuan merasakan bahaya yang akan datang

Kepercayaan bahwa hewan memiliki “six sense” telah ada selama berabad-
abab. Sebelum gempa bumi terjadi dan ombak raksasa menghantam garis
pantai, anjing perliharaan menolak untuk meninggalkan rumah, gajah
meniupkan terompet mereka dengan kencang dan berlari ke dataran yang tinggi,
kelelawar terbang melarikan diri dan flamingo meninggalkan dataran rendah.
Kemungkinannya adalah hewan memiliki indera yang lebih tajam serta tingkat
kesadaran yang lebih besar terhadap lingkungan di sekitar mereka, sehingga
hewan lebih cepat bertindak menyelamatkan diri. Penelitian mengatakan bahwa
hewan dapat merasakan bahaya yang akan datang, getaran dan perubahan
elektromagnetik di atmosfer, yang mungkin bagi manusia diartikan sebagai
perubahan alam kecil yang tak berarti.8

8
Jurnal ips
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut,
gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saat
masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal,
gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar.
faktor-faktor yang dapat menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut:
1. ada retakan di dasar laut yang disertai dengan suatu gempa bumi; retakan di sini
maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang melewati daerah kerak
bumi;
2. ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal dari atas lautan
yang kemudian menghujam ke dalam air;
3. ada aktivitas gunung berapi yang terletak di dekat pantai atau di bawah air yang
sewaktu-waktu dapat terangkat atau tertekan seperti gerakan yang terjadi pada
retakan;
4. berbeda halnya dengan badan meteorologi dan geofisika (2010), menurut lembaga
ini tsunami akan terjadi jika kekuatan gempa lebih dari 7.0 sr, lokasi pusat gempa
di laut dengan kedalaman kurang dari 70 km, serta terjadi deformasi vertikal dasar
laut;
5. gelombang tsunami paling sering disebabkan oleh gempa tektonik dangkal di
perairan samudera Pasifik.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2005, Ada Apa dengan “Tsunami” ?, dalam website:
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami

Anonymous, 2006, Bumi bergerak (Moving Earth), dalam website:


doddys.wordpress.com/2006/09/

Anonymous, 2006, Indonesia Adalah Daerah Rawan Bencana. dalam website:


www.i-mobilecity.com/infogempa/

Anonymous, 2006, Mewaspadai Bahaya Gempa dan Tsunami di Indonesia.

dalam website:
www.pu.go.id/.../bencana/gempa/gempatsunami2.htm
Anonymous, 2006, Tsunami, dalam website:
disaster.elvini.net/tsunami.cgi

Anda mungkin juga menyukai