[IPAS120504]
“MAKALAH GERAK BINTANG DAN SEKTRUM BINTANG”
Dosen Pengampu:
Dr. Ni Made Pujani, M.Si.
Putu Hari Sudewa, Sp.d., M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Yessica Natalia Br Ginting 2013071008
Wita Anestasya Br Sinuraya 2013071011
Ni Putu Diah Loriana Dewi 2013071012
Fajar Arinata Ginting 2016011036
V.A
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Gerak Bintang dan
Sektrum Bintang” dengan baik dan tepat waktu. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Astronomi. Dalam penyusunan
makalah ini telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini kami menyampaiakan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ni Made Pujani, M.Si. dan Bapak Putu Hari Sudewa, Sp.d., M.Pd.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Astronomi.
2. Seluruh teman – teman yang telah mendukung kami serta terlibat baik
secara langsung atau tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari sumber-sumber buku, jurnal, maupun
sumber terpercaya lainnya tentang gerak bintang dan sektrum bintang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, kami berharap adanya kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan pada makalah kami agar menjadi lebih baik di karya-karya
selanjutnya.
Tim Penyusun.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berabad-abad. Pergerakan bintang ini sangat sukar diikuti karena jaraknya yang
sangat jauh, sehingga kita melihat bintang seolah-olah tetap diam pada
tempatnya sejak dulu hingga sekarang. Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis menyusun makalah yang berjudul “Gerak Bintang dan Sektrum
Bintang”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan, berikut.
1. Apa yang dimaksud spektrum bintang?
2. Apa saja jenis jenis spektrum bintang?
3. Bagaimana pengklasifikasian spektrum bintang?
4. Apa yang di magsud diagram Hertzsprung Russell?
5. Bagaimana konsep efek Doppler?
6. Bagaimana gerak dan kecepatan bintang?
7. Bagaimana konsep pergeseran merah gravitasi?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimana konsep spektrum bintang.
2. Mengetahui apasaja jenis jenis spektrum bintang.
3. Menjelaskan bagaimana pengklasifikasian spektrum bintang.
4. Mengetahui konsep diagram Hertzsprung Russell.
5. Mengetahui konsep efek Doppler.
6. Menjelaskan konsep gerak dan kecepatan bintang.
7. Menjelaskan konsep pergeseran merah gravitasi.
1.4. Manfaat
Selain tujuan, penulisan makalah ini memiliki manfaat yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Pembaca: Makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan
pembaca tentang materi spektrum dan gerak bintang.
2. Bagi Penulis: Penyusunan makalah ini telah memberikan sebuah
pengalaman bagi penulis serta pengalaman untuk mengumpulkan bahan.
Penulis juga mendapatkan ilmu untuk memahami dan menganalisis materi
yang ditulis dalam makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dengan demikian spektrum benda angkasa yang bercahaya seperti halnya
spektrum bintang dapat dipakai sebagai bahan informasi keadaan fisis benda
tersebut.
gas
c
Spectrum kontinu
dengan garis gelap
a b
Spectrum kontinu Spectrum garis terang
Gambar 2. Spektroskop
(Sumber: https://www.google.com)
4
Spektrum absorpsi adalah spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang
gelombang tertentu oleh suatu zat terhadap radiasi gelombang elektromagnetik
yang memiliki spektrum kontinu. Spektrum ini terdiri dari sederetan garis-garis
hitam pada sederetan spektrum kontinu. Contoh spektrum absorpsi adalah
spektrum matahari. Secara sepintas spektrum matahari tampak seperti spektrum
kontinu. Akan tetapi, jika dicermati akan tampak garis-garis gelap terang yang
disebut dengan garis-garis Fraunhofer (Supiyanto, 2006).
Spektrum kontinu
Spektrum emisi
Spektrum serap
1) Zat padat ataupun zat cair yang memijar akan memancarkan cahaya dengan
spektrum pada seluruh panjang gelombang, sehingga menghasilkan
spektrum kontinu.
2) Gas renggang yang memijar akan memancarkan cahaya dengan spektrum
berupa garis-garis terang yang dinamakan spektrum garis; dan
3) Cahaya putih dari sumber cahaya bila dilewatkan dari gas renggang yang
dingin, maka gas itu akan menyerap panjang gelombang tertentu sehingga
pada spektrum kontinu terdapat garis-garis gelap yang dinamakan garis
serat atau garis absorbsi. Panjang garis serat ini tepat sama dengan panjang
gelombang garis emisi ini bila gas itu memijar.
Ternyata unsur-unsur kimia tertentu bila dalam keadaan gas akan
menghasilkan pola garis atau garis terang yang memiliki ciri khas tertentu.
Ini berarti tiap gas tertentu hanya menyerap atau memancarkan panjang
gelombang cahaya tertentu saja. Pola-pola garis spektrum unsur-unsur ini
5
dapat digunakan untuk menganalisis unsur yang dikandung oleh sumber
cahaya. Adanya pola karakteristik spektrum garis unsur tertentu ini dapat
digunakan sebagai indikator adanya unsur tersebut pada sumber yang
memancarkan cahaya itu.
6
Pada mulanya urutan pola spektrum ini diduga karena perbedaan
susunan kimiaatmosfer bintang. Tetapi kemudian disadari bahwa urutan
tersebut sebenarnya merupakan urutan temperatur permukaan bintang,
setelah pada tahun 1925, Cecilia Payne-Gaposchkin berhasil membuktikan
hubungan tersebut.
Bintang-bintang kelas O, B, dan A seringkali disebut sebagai kelas awal,
sementara K dan M disebut sebagai kelas akhir. Sebutan ini muncul di awal-
awal abad 20, karena A dan B terletak di awal urutan alfabet, sementara K
dan M di akhir, tetapi kemudian berkembang teori bahwa bintang
mengawali hidup mereka sebagai bintang “kelas awal” yang sangat panas
dan secara gradual mendingin menjadi bintang “kelas akhir”.
Berikut ini adalah daftar kelas bintang dari yang paling panas hingga
yang paling dingin (dengan massa, radius dan luminositas dalam satuan
Matahari.
Tabel 1. Daftar Kelas Bintang dari yang Terpanas hingga Dingin
Garis-
Warna
Kelas Temperatur Massa Radius Luminositas garis
Bintang
Hidrogen
30,000 -
O Biru 60 15 1,400,000 Lemah
60,000 K
10,000 - Biru-
B 18 7 20,000 Menengah
30,000 K putih
7,500 -
A Putih 3.2 2.5 80 Kuat
10,000 K
6,000 - Kuning-
F 1.7 1.3 6 Menengah
7,500 K putih
5,000 -
G Kuning 1.1 1.1 1.2 Lemah
6,000 K
3,500 - Sangat
K Jingga 0.8 0.9 0.4
5,000 K lemah
Hampir
2,000 -
M Merah 0.3 0.4 0.04 tidak
3,500 K
terlihat
Di bawah ini disajikan ciri-ciri dari tiap kelas. Harap diingat bahwa ciri-ciri
ini terutama mendasarkan diri pada penampakan garis-garis serapan pola
spektrumnya (bukan pada warna atau temperatur-efektifnya).
7
1) Kelas O
Bintang kelas O adalah bintang yang paling panas, temperatur
permukaannya lebih dari 25.000 Kelvin. Bintang deret utama kelas O
merupakan bintang yang nampak paling biru, walaupun sebenarnya
kebanyakan energinya dipancarkan pada panjang gelombang ungu dan
ultraungu. Garis adsorbsi yang tampak sangat sedikit. Garis helium
terionisasi. Garis nitrogen terionisasi dua kali, garis silikon terionisasi tiga
kali dan garis atom lain yang terionisasi beberapa kali tampak, tapi lemah.
Garis hidrogen juga tampak, tapi lemah. Kelas O bersinar dengan energi 1
juta kali energi yang dihasilkan Matahari. Karena begitu masif, bintang kelas
O membakar bahan bakar hidrogennya dengan sangat cepat, sehingga
merupakan jenis bintang yang pertama kali meninggalkan deret utama.
Contoh: Zeta Puppis
8
dari daerah di mana mereka dibentuk, dan karena itu cenderung berkumpul
bersama dalam sebuah asosiasi OB. Dari seluruh populasi bintang deret
utama terdapat sekitar 0,13 % bintang kelas B.
Contoh: Rigel
9
Gambar 8. Bintang Vega dan Sirius
(Sumber: https://www.google.com)
10
permukaan antara 5000 hingga 6000 Kelvin dan berwarna kuning. Garis-
garis Balmer pada bintang kelas ini lebih lemah daripada bintang kelas F,
tetapi garis-garis ion logam dan logam netral semakin menguat. Profil
spektrum paling terkenal dari kelas ini adalah profil garis-garis Fraunhofer.
Bintang kelas G adalah sekitar 8% dari seluruh populasi bintang deret utama.
Contoh : Matahari,, Alpha Centauri A
11
Gambar 14. Bintang Alpha Centauri B, Arcturus dan Aldebaran
(Sumber: https://www.google.com)
12
Gambar 17. Spektrum dari Bintang Kelas MOii dan M6v
(Sumber: https://www.academia.edu)
Bintang-bintang O, B, A disebut bintang panas sedangkan bintang G, K, M
dinamakan bintang dingin. Sebagian besar bintang-bintang ada dalam
ketujuh kelompok deret tadi. Tetapi masih ada lagi sedikit bintang yang
memerlukan klasifikasi khusus. Ada empat jenis kelompok tambahan yang
melengkapi deret sebelumnya yaitu tipe W, R, N, dan S.
Ciri keempat klas spektrum khusus ini adalah sebagai berikut.
a. Tipe W (Wolf-Rayer). Bintang ini termasuk dalam jenis bintang klas O
yang spektrumnya memiliki garis emisi yang sangat luas yang
dipancarkan oleh bintang yang berkecepatan tinggi.
b. Tipe R, adalah bintang dengan ciri spektrum klas K terkecuali adanya
pita molekul C2 dan CN.
c. Tipe N, adalah bintang yang karakteristiknya seperti klas M kecuali pita
C2, CN, dan CH yang kuat.
13
lebih terang secara intrinsik daripada bintang kelas lainnya hingga kelas M
di ujung lainnya. Keteraturan ini mengarahkan astronom pada sebuah teori
evolusi bintang (yang kini sudah tidak diakui lagi) yang menyatakan bahwa
bintang memulai hidupnya sebagai bintang kelas O yang terang dan panas
dan berakhir menjadi bintang kelas M yang dingin. Jika memang teori ini
benar, maka pastilah ada keteraturan dalam hubungan antara
luminositas/magnitudo mutlak dengan kelas spektrumnya.
Ejnar Hertzsprung kemudian menganalisis bintang-bintang yang
kelas spektrum dan magnitudo mutlaknya sudah diketahui dengan pasti, dan
meng-konfirmasi hasilnya pada 1905. Hertzsprung menyajikan hasilnya
hanya dalam bentuk tabel. Pada 1913, Henry Norris Russel, secara terpisah
tiba pada kesimpulan yang sama dan menyajikan hasilnya dalam bentuk
diagram. Lebih dari 200 bintang diplot dalam “diagram Russell”, dan
hasilnya kebanyakan bintang berada dalam sebuah pita yang terentang dari
kiri atas ke kanan bawah diagram.
14
Gambar 19. Diagram Hertzsprung-Russell
(Sumber: https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia)
Diagram Hertzsprung-Russell hasil plot dari 22 000 bintang yang
datanya berasal dari katalog Hipparcos dan 1000 dari katalog Gliese.
Tampak bahwa bintang-bintang cenderung berkelompok di bagian tertentu
diagram. Yang paling dominan adalah kelompok yang membentuk diagonal
diagram dari kiri atas (panas dan cemerlang) hingga kanan bawah (dingin
dan kurang cemerlang) yang disebut deret utama. Matahari terletak di deret
utama dengan luminositas 1 (magnitudo sekitar 5), dan temperatur
permukaan sekitar 5.400K (kelas spektrum G2). Berdasar konsensus,
sumbu x dari kiri ke kanan menyatakan suhu tinggi ke suhu rendah (tetapi
'warna' dari kecil ke besar).
Diagram ini menunjukkan hubungan luminositas (atau besaran lain
yang identik, seperti magnitudo mutlak) dan temperatur efektif (atau
besaran lain, seperti indeks warna (B-V), atau kelas spektrum). Dengan
15
memetakan bintang berdasarkan kelas spektrum dan amplitudo mutlaknya
dan menempatkan posisinya pada diagram ini ternyata sebaran bintang ini
tidak merata tetapi mengelompok pada bagian-bagian tertentu dari diagram
tersebut (Wiramihardja, 2006). Dari diagram H-R ini dapat kita lihat bahwa
terdapat 4 kelompok bintang yaitu:
1) Bintang deret utama (main sequence)
2) Maharaksasa (supergiant)
3) Raksasa (giant)
4) Katai putih (white dwarf)
Pada diagram HR, sebagian besar menempati suatu jalur dari kiri atas
(bintang-bintang yang panas dengan luminositas tinggi) ke kanan bawah
(bintang-bintang yang dingin dengan luminositas rendah). Deretan bintang
ini disebut deret utama (main sequence) dan disingkat DU. Matahari berada
di deret ini.
Selain deret utama, ada pula pengelompokkan lain yaitu maharaksasa
(supergiant), raksasa (giant), dan katai putih (white dwarf). Distribusi
bintang pada diagram HR diperkirakan hampir 90% bintang ada dalam deret
utama, 10% katai putih dan hanya kurang dari 1% tergolong dalam raksasa
atau maha raksasa. Ada pun ciri-ciri dari kelompok bintang di atas adalah
sebagai berikut.
a. Bintang maharaksasa dan raksasa
1) Jumlah bintangnya tidak sebanyak di DU
2) Luminositasnya sangat besar
3) Kebanyakan bintang-bintang yang temperaturnya rendah
4) Ukurannya (jari-jari) sangat besar
b. Bintang katai putih
1) Terletak di bagian kiri bawah diagram HR
2) Luminositasnya kecil
3) Temperaturnya tinggi
4) Ukurannya (jari-jari) kecil, beberapa puluh kali lebih kecil dari
matahari.
➢ Hubungan Luminositas Dan Temperatur Efektif
16
Diagram HR merupakan diagram yang menggambarkan kelas bintang
dimana kelas spektrum (temperatur efektif) pada absis dan kelas luminositas
(energi) pada ordinatnya. Makin panas suatu bintang, makin ke kiri
letaknya, dan makin dingin suatu bintang makin ke kanan letaknya. Makin
besar luminositas suatu bintang (magnitido absolutnya kecil) makin di atas
letaknya dan makin kecil luminositas bintang (M-nya besar) makin di
bawah letaknya dalam diagram. Adapun bintang yang luminositasnya besar
namun karena jejarinya besar, sehingga temperatur efektifnya kecil sesuai
dengan hubungan:
𝐿
𝑇𝑒𝑓 4 =
𝑒𝜎4𝜋𝑅 2
Akibatnya bintang dengan luminositas sama namun memiliki radius
yang berbeda akan memiliki temperatur efektif yang berbeda. Hubungan ini
dapat dilihat sebagai fungsi garis y = x terhadap radius bintang. Makin ke
kanan-atas makin besar jarijarinya, begitu juga makin ke kiri-bawah makin
kecil jari-jarinya. Itu sebabnya bintang katai putih dengan luminositas yang
kecil namun karena jejarinya juga sangat kecil, sehingga suhu bintang katai
putih cukup tinggi untuk berpendar putih (±6 200 K).
Mengingat persamaan luminositas:
𝐿
𝑅2 =
𝑒𝜎4𝜋𝑇𝑒𝑓 4
hubungan radius dalam diagram HR dapat dicari dengan persamaan:
√𝐿
𝑟=
𝑇2
Dengan R, L dan 𝑇𝑒𝑓 masing masing dinyatakan dalam 𝑅⨀ , 𝐿⨀ dan 𝑇𝑒𝑓⨀
Bila diteliti lebih jauh ternyata bintang-bintang yang ada di deret utama
memiliki hubungan langsung antara terang bintang dengan suhunya. Makin
tinggi terang bintang itu, makin tinggi suhunya sehingga warnanya putih
kebiruan. Demikian pula makin lemah cahaya bintang, suhunya makin
17
rendah dan warnanya makin merah. Matahari kita yang berada pada klas G2
didominasi oleh warna kuning dan berada pada bagian tengah deret utama
tersebut.
18
hampir tidak teramati. Benda-benda astronomis seperti bintang, kecepatannya
jauh lebih besar dari kecepatan bunyi sehingga efek perubahan frekuensi atau
panjang gelombang ini secara nyata. Jadi, untuk sumber cahaya yang bergerak
menjauhi ataukah mendekati pengamat, maka spektrum cahayanya akan
mengalami pergeseran yang dinamakan pergeseran Doppler.
Gambar 20a. memperlihatkan sebaran spektrum garis suatu sumber cahaya
yang diam terhadap pengamat, sedangkan gambar 20b. adalah sebaran spektrum
garis suatu sumber cahaya yang bergerak relatif mendekati pengamat, sehingga
tampak sebaran garis spektrumnya bergeser ke arah daerah ungu atau daerah
panjang gelombang pendek. Gambar 20c. memperlihatkan sebaran garis
spektrum bila sumber cahaya itu bergerak relatif menjauhi pengamat sehingga
garis-garis spektrumnya bergeser kearah daerah merah atau daerah panjang
gelombang panjang.
1+ v
= c −1
1− v
c
19
Di mana λ adalah panjang gelombang yang dipancarkan oleh
sumber, ∆λ adalah perubahan panjang gelombang yang diukur pengamat, c
adalah laju cahaya, dan v adalah kecepatan relatif sumber.
Bila gerak sumber relatif terhadap pengamat itu menjauh, maka
harga v positif dan bila gerak mendekat maka harga v negatif. Bila kecepatan
relatif sumber terhadap pengamat sangat kecil dibandingkan dengan laju
cahaya (𝑣 << 𝑐), maka persamaan (6) di atas menjadi lebih sederhana, yaitu:
v
=
c
𝑣 ∆𝜆
𝑧= di mana 𝑧 = , sehingga:
𝑐 𝜆
𝒗 = 𝒄. 𝒛
20
ini disebabkan karena bintang memiliki kecepatan relatif (terhadap matahari)
yang cukup besar, dan terutama sekali disebabkan jarak bintang ini yang
cukup dekat hanya 1,8 pc. Umumnya kecepatan anguler itu berkurang bila
jarak bintang lebih besar. Jadi gerak sejati (proper motions) suatu bidang
bukan hanya menyatakan kecepatan anguler bintang, tetapi juga arah
gerakannya di langit.
21
1. Kecepatan Radial: kecepatan bintang menjauhi atau mendekati
pengamat (sejajar garis pandang).
2. Kecepatan Tangensial: kecepatan bintang bergerak di bola langit
(pada bidang pandang).
3. Sedangkan kecepatan Total: kecepatan gerak sejati bintang yang
sebenarnya (semua komponen).
Berikut penjelasannya:
1. Kecepatan Radial
Kecepatan radial adalah kecepatan bintang menjauhi atau mendekati
pengamat. Kecepatan ini biasanya cukup besar, sehingga terjadi
peristiwa pergeseran panjang gelombang. Besarnya kecepatan bintang v
jarang melebihi 100 km/s. Kita dapat mengukur Vr dari pergeseran
Doppler ∆λ, spektrum bintang dengan menggunakan rumus (non
relativistik).
∆𝜆 𝑐 + 𝑣𝑟
=√ −1
𝜆0 𝑐 − 𝑣𝑟
22
▪ Bila Vr menandakan gerak resesi atau bintang menjauh relatif
terhadap pengamat, yang ditandai dengan pergeseran garis
spektrum ke arah merah.
▪ Bila Vr negatif menandakan gerak mendekati yang ditandai
dengan pergeseran spektrum ke daerah biru atau ungu (violet).
2. Kecepatan Tangensial
Kecepatan tangensial adalah kecepatan gerak bintang pada bola
langit. Misalkan pada suatu tahun, bintang tersebut berada pada ,
sekian, namun pada tahun berikutnya posisinya berubah. Perubahan
koordinat dalam tiap tahun ini disebut proper motion (μ) yang
merupakan kecepatan sudut bintang (perubahan sudut per perubahan
waktu). Kecepatan liniernya dinyatakan dalam satuan kilometer per
detik. Kecepatan linier inilah yang dikatakan kecepatan tangensial, yang
dapat dicari dengan menggunakan rumus keliling lingkaran. Misal
perubahan posisi bintang dari x ke x’, yaitu sebesar (detik busur) setiap
tahunnya.
Perhatikan gambar!
Diketahui:
➢ d (parsek) dan μ (")
1
➢ 𝑑=𝑝
𝜇(")
𝑥 − 𝑥, = 𝑠 = × 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
1296000
𝑣 = 𝜔×𝑑
Maka:
𝜇(") 2
𝑣= × 𝑝𝑎𝑟𝑠𝑒𝑘 / 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
1296000 𝑝
Bila d dalam parsec (pc) di mana 1 pc = 3,086 x 1013 km, maka
𝜇(") 2 (3,086 × 1013 )𝑘𝑚
𝑣= × ×
1296000 𝑝 (365,25 × 24 × 60 × 60)𝑠
23
Sehingga persamaannya menjadi:
4,74 𝜇
𝑣= 𝑘𝑚/𝑠
𝑝
24
apex dari gerak matahari, dan arah yang berlawanan dengan ini disebut
antapex. Matahari mempunyai dua macam gerakan yaitu sebagai berikut.
• Rotasi mengelilingi sumbunya, lamanya 1/2 hari satu kali putaran.
Gerakan rotasi dapat dibuktikan dengan terlihat noda-noda hitam di
bagian inti yang kadang-kadang berada di sebelah kanan dan kira-kira
2 minggu berada di sebelah kiri.
• Bergerak di antara gugusan-gugusan bintang. Selain berotasi, matahari
bergerak diantara gugusan bintang dengan kecepatan 20 km per detik,
pergerakan itu mengelilingi pusat galaksi.
2.2.3. Pergeseran Merah Gravitasi
Sebagai konsekuensi dari teori relativitas umum Einstein, cahaya juga
mengalami efek gravitasi. Bila cahaya (foton) bergerak menuju bumi maka
frekuensinya akan bertambah atau panjang gelombangnya bertambah
pendek, dan sebaliknya bila foton bergerak menjauhi bumi maka
frekuensinya akan berkurang atau panjang gelombangnya bertambah
panjang. Secara sederhana hal ini dapat dijelaskan bahwa suatu foton
(cahaya) melepaskan diri dari suatu medan gravitasi maka foton itu harus
melepaskan energi sehingga foton menjadi kehilangan energi, energinya
berkurang atau sehingga panjang gelombangnya bertambah.
Seperti halnya matahari, bintang adalah benda yang massanya sangat
besar sehingga cahaya yang lewat di dekatnya atau dipancarkannya akan
mengalami efek gravitasi. Misalnya, sebuah bintang dengan massa M dan
jejari R memancarkan foton dengan panjang gelombang suatu foton juga
ℎ
memiliki massa 𝑚 = 𝜆 𝑐, sehingga dipermukaan bintang juga memiliki
energi potensial V.
25
Energi foton: ℎ𝜐 = 𝑚𝑐 2
ℎ𝜐
= 𝑚𝑐 2
𝜆
𝑉 = − (GM m) R
G Mh
= −
R c
GM h
E = h −
R c
hc GM h
E= −
Rc
hc GM
E= − 1 −
Rc 2
Keterangan:
E = energi total foton
h = konstanta Planck (h = 6,626 x 10-34 J.s)
c = kelajuan cahaya dalam ruang hampa (2,998 x 108 m/s)
λ = panjang gelombang foton
G = konstanta gravitasi universal (6,673 x 10-11 N.m2/kg2)
M = massa bintang
R = jari-jari bintang
Pada jarak yang sangat jauh dari bintang, misalnya di bumi, maka
foton berada di luar medan gravitasi bintang, namun demikian energinya
tetap sama. Energi foton sekarang sepenuhnya merupakan energi
elektromagnetik. Bila panjang gelombang yang tiba di bumi itu adalah '
maka energi foton,
hc
E’ = h υ’ =
'
26
Keterangan:
E’ = energi yang dipancarkan ke bumi
h = konstanta Planck (h = 6,626 x 10-34 J.s)
υ’ = frekuensi foton yang tiba di bumi
λ = panjang gelombang foton yang dipancarkan bintang
c = kelajuan cahaya dalam ruang hampa (2,998 x 108 m/s)
λ’ = panjang gelombang foton yang tiba di bumi
Dalam hal ini, energi potensial foton dalam medan gravitasi bumi dapat
diabaikan dibandingkan dengan energi potensialnya medan gravitasi
bintang. Selanjutnya dari persamaan (5.38) dan (5.39) didapatkan
hc hc GM
= 1−
' Rc 2
GM
= 1−
' Rc 2
GM
1− =
' Rc 2
'− GM
= 2
' c R
GM GM
= 2 atau z = 2
' c R c R
Keterangan:
z = pergeseran merah gravitasi
G = konstanta gravitasi universal (6,673 x 10-11 N.m2/kg2)
M = massa bintang
c = kelajuan cahaya dalam ruang hampa (2,998 x 108 m/s)
R = jari-jari bintang
Dari persamaan tersebut kita lihat bahwa ' akan menjadi tak berhingga
(λ = ∞). Jadi, pegeseran merah gravitasi ini telah merentang panjang
gelombang foton menjadi tak berhingga. Ini berarti tidak ada radiasi yang
dapat lepas dari bintang ini karena untuk bisa lepas diperlukan energi yang
27
lebih besar dari energinya semula. Bintang semacam ini tidak dapat
memancarkan radiasi sehingga tidak tampak, dan merupakan lubang hitam
dalam ruang. Oleh karena itu, obyek seperti ini dinamakan black hole atau
lubang hitam, namun ada pula yang memberi sebutan bintang hantu.
Suatu bintang akan dapat menjadi lubang hitam harus memenuhi kriteria
Keterangan:
Rs = jejari Schwarzchild
G = konstanta gravitasi universal (6,673 x 10-11 N.m2/kg2)
M = massa bintang
c = kelajuan cahaya dalam ruang hampa (2,998 x 108 m/s)
Rs ini dinamakan jejari Schwarzchild. Suatu benda akan menjadi lubang
hitam bila seluruh massa benda berada di sebelah dalam bola dengan jejari
Rs tersebut.
Selanjutnya dari persamaan tersebut kita akan dapatkan:
2GM
=c
Rs
2GM
Dari persamaan (4.42) kita telah tahu bahwa, = ve adalah
R
merupakan kecepatan lepas dari benda tersebut. Dari kedua persamaan ini
dapat disimpulkan bahwa kecepatan lepas dari suatu benda dengan jejari Rs
sama dengan laju cahaya. Suatu lubang hitam jejarinya R < Rs sehingga ini
berarti kecepatan lepas dari lubang hitam akan lebih besar dari laju cahaya
atau ve > c. Dengan demikian cahaya sekalipun tidak bisa lepas dari lubang
hitam.
Pergeseran merah bisa disebabkan oleh tiga sebab:
1. Gerak-gerik sumber. Bila sumber cahaya menjauh dari pengamat, maka
pergeseran merah (z > 0) terjadi; bila sumber mendekati pengamat, maka
pergeseran biru (z < 0) terjadi. Hal ini berlangsung untuk seluruh gelombang
28
dan dinyatakan oleh efek Doppler. Bila sumber memperagakan usaha
menjauh dari pengamat dengan kecepatan v dan kecepatan ini jauh semakin
kecil daripada kecepatan cahaya c, maka pergeseran merah bisa
diperhitungkan dengan z ≈ v/c
2. Perluasan ruang. Model yang sekarang dipakai oleh kosmologi menganggap
ada perluasan ruang. Cahaya akan mengalami pergeseran merah bila ruang
bertambah luas. Dalam guna, meluaskan angkasa dan perpindahan sumber
yaitu perspektif berlainan atas gejala itu juga: daripada sebuah sumber
memperagakan usaha, seseorang bisa secara alternatif dan sepadan
mengambil sebuah sumber diam dan ruang di sela sumber dan pengamat
yang memuai.
3. Efek gravitasi. Teori relativitas umum berisi bahwa perpindahan cahaya itu
lewat ronde gravitasi yang kuat akan mengalami pergeseran merah atau
biru. ' Ini dikenal sbg Pergeseran Einstein. Efek ini sangat kecil tetapi bisa
diukur di Bumi menggunakan efek Mossbauer. Namun efek ini cukup
berfaedah di tidak jauh lubang hitam dan sewaktu benda mendekat ke
cakrawala, perubahan merah menjadi tak terhingga. Pergeseran Merah
Gravitasi dinegosiasikan sbg keterangan pergeseran merah dari quasars di
1960-an, walaupun ini secara lapang tidak disetujui sekarang. Pergeseran
merah yang diteliti di astronomi bisa diukur karena spektrum emisi dan
absorbsi untuk atom yaitu khas dan dikenal dengan berpihak kepada yang
benar.
29
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bintang adalah benda angkasa berupa bola gas raksasa yang
memancarkan energinya sendiri dari reaksi inti dalam bintang, baik berupa
panas, cahaya maupun berbagai radiasi lainnya. Spektrum Bintang adalah
cahaya yang di peroleh dengan menggunakan spektrograf atau prima objektif
pada spektrograf, bayangan bintang pada titik fokus teleskop di lewatkan
sebuah celah. Spektrum merupakan suatu bukti adanya tingkat-tingkat energi
dalam suatu atom. Spektrum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (i)
spektrum emisi dan (ii) spektrum absorpsi.
Dalam astronomi, klasifikasi bintang adalah peng-klasifikasian bintang-
bintang berdasarkan kuat beberapa garis serapan pada pola spektrum, dan
besarnya luminositas. Klas spektrum ini disusun menurut penurunan suhunya
dan diberi kode dengan huruf yaitu: klas O, B, A, F, G, K, M. Tiap klas dibagi
lagi menjadi sepuluh bagian yang diberi tanda dari 0 sampai 9. Bintang-bintang
O, B, A disebut bintang panas sedangkan bintang G, K, M dinamakan bintang
dingin. Diagram Hertzsprung-Russell menunjukkan hubungan luminositas
(atau besaran lain yang identik, seperti magnitudo mutlak) dan temperatur
efektif (atau besaran lain, seperti indeks warna (B-V), atau kelas spektrum).
Bintang yang nampaknya tetap di bola langit ternyata bergerak dalam
berbagai arah relatif satu terhadap yang lainnya. Dari penelitian spektrum
bintang-bintang ternyata ditemukan adanya pola garis-garis spektrum yang
bergeser, ada yang bergeser ke daerah merah atau panjang gelombang panjang,
dan ada pula yang bergerak ke daerah ungu atau daerah panjang gelombang
pendek. Gejala ini dinamakan pula efek Doppler. Penampakan bintang di bola
langit ternyata tidak betul-betul tetap, tetapi mengalami perubahan posisi yang
biasanya dinyatakan dalam ‘detik busur pertahun’. Kecepatan perubahan posisi
bintang di bola langit dinamakan gerak sejati (proper motions). William
Herscheel adalah astronom yang pertama kali mengamati gerak matahari
berdasarkan gerak sejati bintang. Berdasarkan analisisnya terhadap gerak sejati
bintang ini, pada tahun 1783 dia menyimpulkan bahwa matahari kita bergerak
30
ke arah rasi Hercules. Sebagai konsekuensi dari teori relativitas umum Einstein,
cahaya juga mengalami efek gravitasi. Seperti halnya matahari, bintang adalah
benda yang massanya sangat besar sehingga cahaya yang lewat di dekatnya atau
dipancarkannya akan mengalami efek gravitasi.
3.2. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan bias
menjadi referensi bagi pembaca terkait fisika bintang khususnya pada materi
spektrum dan gerak bintang.
31
DAFTAR PUSTAKA
32