Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas berkat
rahmat-Nya lah makalah yang berjudul “Kecepatan Orbit” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya meskipun terdapat banyak kekurangan didalamnya.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Ni Made
Pujani, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Dasar 6 yang telah memberikan arahan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada
penyelesaian makalah kali ini penulis juga mendapat dukungan serta masukan dari berbagai
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut
berperan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah penulis kali
ini.
Tak lupa pula penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas banyaknya
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun sangat penulis harapkan dari pembaca untuk memperbaiki serta menyempurnakan
penulisan makalah penulis kedepannya. Penulis sangat berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat serta dapat menambah pengetahuan bagi pembaca ataupun pihak lain
yang bersangkutan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
3.1 Simpulan.............................................................................................................................22
3.2 Saran...................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................24
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Bagi penulis
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang positif terhadap ilmu pengetahuan khususnya terkait
dengan Gerak Planet dan Satelit. Selain itu, diharapkan dapat melatih
kemampuan dalam menulis, lebih memperluas pengetahuan tentang
materi Gerak Planet dan Satelit, serta pembuatan makalah yang akan
dipresentasikan ini diharapkan dapat meningkatkan dan melatih
kemampuan berbicara dan kepercayaan diri di depan umum.
2. Bagi pembaca
Memberikan pengetahuan tambahan terkait dengan pandangan
kecepatan orbit. Sehingga nantinya dapat menambah pengetahuan
dan kepedulian pembaca terhadap Gerak Planet dan Satelit.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk menentukan kecepatan planet pada setiap titik pada orbitnya, kita
dapat meninjau dari gerak orbit planet yang berbentuk elips seprti yang terlihat
pada Gambar di bawah ini. Kita menganggap bahwa planet berada pada titik P
pada orbitnya. Garis hubung planet – matahari dalam orbitnya dinamakan vector
jejari.
Luas daerah yang disapu oleh vektor jejari per detik disebut kecepatan areal ( h ).
Sedangkan kecepatan orbit adalah kecepatan di mana benda-benda langit tersebut
berputar mengelilingi pusat massa sistem, khususnya di sekeliling badan yang
lebih masif.
P ∆
P
’ t T
luas elips
h= periode
ab
h= T (1)
Menurut hukum Kepler II, kecepatan areal untuk semua planet adalah
konstan. Misalnya planet bergerak dari P ke P’ dalam waktu ∆t, maka luas daerah
yang disapu oleh vektor jejari adalah ∆A, di mana,
A = h ∆t (2)
Misalkan ST adalah garis tegak lurus pada talibusur PP’, maka luas
SPP’ = h ∆t = ½ PP’.ST
v. ∆t = PP’ (3)
h lim it SPP'
luas t
t 0
1/2 PP ' ST 1 /2 v Δt ST
h=lim it
t→ 0 Δt = Δt
h = ½ v ST (4)
2
2h 4h
v= v 2=
ST atau ( ST )2 (5)
Dengan menggunakan dalil elips dapat dibuktikan bahwa :
1 a 2 1
ST 2
= 2 −
b r a ( ) (6)
4 π2 a3 2 1
2
v = 2
T
−
r a ( ) (7)
2 1
v =GM ( − )
2
r a (8)
½ mv2 =
GMm 2 1
2 r a
GMm GMm
= r 2a
GMm
½ mv2 - GMm =
r 2a
Ek + Ep = konstan (9)
Selain dengan peninjauan di atas, persamaan energi ini dapat pula ditinjau
dari sistem dua massa yang mengitari pusat massa bersama seperti misalnya pada
sistem planet – matahari. Misalkan sistem bumi – matahari seperti yang terlihat
pada Gambar di bawah ini. Pada sistem ini sebenarnya bukan bumi mengitari
matahari, tetapi bumi dan matahari itu mengitari pusat massa bersama. Demikian
pula sistem bumi – bulan, bumi – satelit, dan yang lainnya.
A’
r1 m
A M
m O r2
B
Apabila kecepatan orbit m dan M adalah v1 dan v2, maka besarnya gaya
sentripental pada m adalah,
mv12 G mM v 21 G M
= 2 = 2
r1 r atau
r1 r (11)
Mv 22 G mM v 22 G M
= 2 = 2
r2 r atau r2 r (12)
Apabila persamaan (11) dijumlahkan dengan persamaan (12), maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut.
2 2
v1 v2 GM G m
+ + 2
r1 r2 = r2 r
2 2
v1 v2 G (M +m )
+
r1 r2 = r2 (13)
2 2 r2
r1 = v1 dan = v2 (14)
T
T
2 2
(2 π r 1 /T ) (2 π r 2 /T ) G (M +m )
+
r1 r2 = r2
2 2
4 π r1 4 π r2 G (M +m )
2
+ 2
T T = r2
4 π2 r G (M +m )
T2 = r2
3
r G (M +m )
T2 = 4 π2
r3
T2 = C (15)
Persamaan ini dikenal dengan hukum Kepler III untuk benda yang mengorbit satu terhadap
yang lainnya. Bila persamaan ini kita masukkan ke dalam persamaan
4 π2 a3 2 1
2
v = 2
T
−
r a ( ) , maka persamaan energi menjadi sebagai berikut.
2 1
v 2 =G( M +m) ( −
r a )
(16)
( 2r − 1a )
v 2 =G( M +m)
akan menjadi sebagai berikut.
2 1
v =GM ( − )
2
r a =
GM ( 2r − 1r )
GM GM
v2=
r atau vc = √ r
(17)
Orbit lingkaran adalah jalur berbentuk lingkaran yang dilalui oleh suatu
objek yang berputar mengelilingi pusat akibat adanya pengaruh gaya gravitasi.
Dalam orbit melingkar, jarak objek akan konstan dengan pusat sehingga
kecepatannya persis.
Untuk suatu pesawat antariksa yang diluncurkan dari muka bumi, maka untuk bisa lepas dari
bumi maka orbit pesawat itu haruslah berbentuk orbit parabola Dari persamaan
2 GM
ve = √ r
(18)
ve ini disebut kecepatan lepas atau escape velocity, yaitu kecepatan minimal yang
harus dimiliki oleh pesawat atau benda agar dapat meninggalkan bumi atau
sistem.
Karena,
2 GM GM
ve = √ r =
√2
√ r
Jadi,
ve = √2 vc (19)
ve
d
a BUM
b
I
vc
c
Keterangan:
−11 2 2 24
2 (6 ,67 × 10 Nm /kg )(6, 02 × 10 kg)
ve = √ 6,370 × 106 m
Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu dan satelit juga merupakan benda yang dibawa oleh pesawat
ruang angkasa untuk diorbitkan pada orbit tertentu. Satelit-satelit ini yang
mengorbit bumi ada juga yang mengorbit planet-planet lain (Surya, 2003). Orbit
satelit umumnya berbentuk elips. Jarak terjauh (apogee) dan jarak terdekat
(perigee). Satelit dari bumi untuk setiap satelit ini berbeda-beda, misalnya Sputnik
1 mempunyai apogee 940 km dan perigee 234 km.
Gambar 5: satelit
Hal ini berarti untuk mengorbitkan suatu satelit, kita tidak bisa
meluncurkannya hanya dengan sekali tembakan dari permukaan bumi (di titik P
pada Gambar 4). Untuk bisa mengorbit maka roket pendorong harus dikirim
sampai ketinggian beberapa ratus kilometer dari permukaan bumi, baru
kemudian dibelokkan arahnya sehingga roket bergerak arah mendatar, yang
selanjutnya diberikan daya pendorong baru dalam arah mendatar dengan roket
pendorong baru seperti pada Gambar 5.
Kecepatan mendatar itu adalah vo. Ukuran dan bentuk orbitnya akan
sangat ditentukan oleh arah dan besarnya kecepatan yang diberikan oleh roket
pendorong pada titik ketinggian yang diberikan itu (titik P).
V0>ve V0>v
B
A e
P
D
C
BUM V0<ve V0=ve<
I vc
Q
Keterangan:
A = orbit hiperbola
B = orbit parabola
C = orbit elips
D = orbit lingkaran
Gambar di atas memperlihatkan arah kecepatan mendatar vo diberikan
pada titik P pada ketinggian tertentu dari permukaan bumi. Bila vo << vc, maka
lintasannya berbentuk elips dan sebagian besar dari lintasannya ini (lintasan A)
adalah bumi. Hal ini berarti satelit tidak bisa mengorbit dan jatuh ke bumi. Tetapi
bila vo sedikit lebih kecil dari vc maka orbitnya berbentuk elips dengan titik P
sebagai apogee. Satelit yang demikian ini akan melintas melalui parigee yang
terlalu rendah di atmosfer sehingga kemungkinan akan panas dan terbakar karena
gesekan dengan udara, atau orbitnya akan mengecil dan jatuh ke bumi (orbit B).
Apabila vo = vc maka orbit satelit akan tepat dalam orbit lingkaran (orbit C)
dan pusat bumi sebagai pusat orbit lingkaran ini. Bila vo sedikit lebih besar dari vc
maka orbitnya akan berbentuk elips dengan titik pengorbitan P sebagai parigee
(orbit D).
Jika vo = ve maka orbit satelit akan berupa parabola (orbit E) dan satelit
akan lepas dari bumi menuju angkasa luar.
Jika vo > ve orbit satelit akan berupa hiperbola (orbit F) dan bahkan bila v o
lebih besar lagi maka orbit satelit akan mendekati garis lurus (orbit G).
G V P
0
A
F
E
B
BUM
I
D C
Keterangan:
C = lingkaran
E = parabola
F = hiperbola
G = tegak lurus
Sudut 33,60 dengan bidang ekuator bumi. Ada satelit yang bidang orbitnya sejajar
dengan bidang ekuator bumi, misalnya satelit komunikasi Intelsat 3. Orbit seperti
ini dinamakan orbit ekuatorial. Ada juga orbit satelit yang bidang orbitnya
melalui kutub, orbit seperti ini dinamakan orbit polar. Orbit yang bidangnya
membentuk sudut antara 00 dan 900 dengan bidang ekuator bumi dinamakan orbit
eksentrik .
2.4 Orbit Geostasioner
Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit yakni satelit alam dan satelit buatan.
Berdasarkan orbit edarnya satelit dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu satelit
geostasioner dan satelit polar.
Orbit Satelit Geostasioner adalah suatu lintasan yang dilalui oleh suatu
pusat masa satelit yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi yang mempunyai
kedudukan tetap terhadap bumi. Orbit satelit geostationer berada di atas
khatulistiwa dengan ketinggian 36.000 km. (Pasal 33 Angka 2 UU Nomor 36
Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi).
(Gambar 9: Orbit geostasioner)
koreksi efek ini membutuhkan manuver kontrol orbit dengan delta-v maksimum
sekitar 2 m / s per tahun, tergantung pada bujur yang diinginkan.
Dengan tidak adanya pelayanan misi dari Bumi atau metode propulsi
terbarukan, konsumsi thruster propelan untuk stasiun-menjaga menempatkan
pembatasan pada masa satelit.
ini kadang disebut sebagai orbit Clarke. Dikenal pula istilah Sabuk Clarke
yang menunjukkan bagian angkasa 35.786 km dari permukaan laut rata-
rata di atas ekuator dimana orbit yang mendekati geostasioner dapat
dicapai.
3.1 Simpulan
v 2 =GM ( 2r − 1a )
berguna terutama untuk menghitung kecepatan satu benda angkasa pada
suatu titik dalam lintasannya ataupun menghitung massanya, seperti
misalnya menghitung kecepatan orbit maupun massa planet, bulan,
satelit, komet dan yang lainnya.
GM GM
v 2=
r atau vc = √ r Sedangkan persamaan untuk
menghitung
2 GM
kecepatan lepas adalah ve = √ r
3. Satelit adalah benda yang dibawa oleh pesawat ruang angkasa untuk
diorbitkan pada orbit tertentu. Untuk mengorbitkan suatu satelit, kita
tidak bisa meluncurkannya hanya dengan sekali tembakan dari
permukaan bumi, namun roket pendorong harus dikirim sampai
ketinggian beberapa ratus kilometer dari permukaan bumi, baru
kemudian dibelokkan arahnya sehingga roket bergerak arah mendatar,
yang selanjutnya diberikan daya pendorong baru dalam arah mendatar
dengan roket pendorong baru.
23