Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas berkat
rahmat-Nya lah makalah yang berjudul “Kecepatan Orbit” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya meskipun terdapat banyak kekurangan didalamnya.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Ni Made
Pujani, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Dasar 6 yang telah memberikan arahan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada
penyelesaian makalah kali ini penulis juga mendapat dukungan serta masukan dari berbagai
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut
berperan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah penulis kali
ini.

Tak lupa pula penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas banyaknya
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun sangat penulis harapkan dari pembaca untuk memperbaiki serta menyempurnakan
penulisan makalah penulis kedepannya. Penulis sangat berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat serta dapat menambah pengetahuan bagi pembaca ataupun pihak lain
yang bersangkutan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Singaraja, 11 Desember 2019

Penulis

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................3

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................4

1.4 Manfaaat Penulisan..............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5

2.1 Kecepatan Areal dan Persamaan Energi..............................................................................5

2.2 Orbit Lingkaran dan Kecepatan Lepas...............................................................................10

2.3 Mengorbit Satelit................................................................................................................13

2.4 Orbit Geostasioner..............................................................................................................16

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................22

3.1 Simpulan.............................................................................................................................22

3.2 Saran...................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................24

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Astronomi adalah cabang ilmu alam yang meneliti benda
langit (seperti bintang, planet, komet, dan lainnya ) serta fenomena-
fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar
belakang kosmik). Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi dari benda-
benda langit seperti asal usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan
bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan
perkembangan alam semesta.
Di dalam astronomi, tiga hukum Kepler tentang gerak planet adalah: (1)
Setiap planet bergerak dengan lintasan ellips dan matahari berada di salah satu
fokusnya, (2) Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu
sama dan (3) Periode kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak
rata-ratanya dari matahari. Ketiga hukum di atas dikemukakan oleh seorang ahli
matematika dan astronomi dari Jerman bernama Johanes Kepler (1571-1630) yang
menjelaskan gerak planet di dalam tatasurya. Hukum di atas menjabarkan gerakan
dua benda yang saling mengorbit.
Belakangan diketahui pula bahwa orbit dari planet- planet bukanlah
lingkaran tetapi elips. Orbit pertama kali dianalisis secara matematis
oleh Johannes Kepler yang merumuskan hasil perhitungannya dalam hukum
Kepler tentang gerak planet. Dia menemukan bahwa orbit dari planet dalam tata
surya kita adalah berbentuk elips dan bukan lingkaran atau episiklus seperti yang
semula dipercaya. Orbit dari sebuah pelanet tentunya memiliki kecepatan yang
berbeda beda. Kecepatan orbit badan, umumnya planet ataupun satelit
alami adalah kecepatan di mana benda-benda langit tersebut berputar
mengelilingi pusat massa sistem, khususnya di sekeliling badan yang lebih masif.
Dari pembahasan dalam makalah ini akan dibahas mengenai kecepatan orbit lebih
lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang adalah sebagai berikut:
1.1.1 Bagaimana Kecepatan Areal dan Persamaan Energi?
3
1.1.2 Bagaimana Orbit Lingkaran dan Kecepatan Lepas?
1.1.3 Bagaimana Mengorbit Satelit?
1.1.4 Bagaimana Orbit Geostasioner?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui Kecepatan Areal dan Persamaan Energi
1.3.2 Untuk mengetahui Orbit Lingkaran dan Kecepatan Lepas
1.3.3 Untuk mengetahui Mengorbit Satelit
1.3.4 Untuk mengetahui Orbit Geostasioner

1.4 Manfaaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang positif terhadap ilmu pengetahuan khususnya terkait
dengan Gerak Planet dan Satelit. Selain itu, diharapkan dapat melatih
kemampuan dalam menulis, lebih memperluas pengetahuan tentang
materi Gerak Planet dan Satelit, serta pembuatan makalah yang akan
dipresentasikan ini diharapkan dapat meningkatkan dan melatih
kemampuan berbicara dan kepercayaan diri di depan umum.
2. Bagi pembaca
Memberikan pengetahuan tambahan terkait dengan pandangan
kecepatan orbit. Sehingga nantinya dapat menambah pengetahuan
dan kepedulian pembaca terhadap Gerak Planet dan Satelit.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kecepatan Areal dan Persamaan Energi

Untuk menentukan kecepatan planet pada setiap titik pada orbitnya, kita
dapat meninjau dari gerak orbit planet yang berbentuk elips seprti yang terlihat
pada Gambar di bawah ini. Kita menganggap bahwa planet berada pada titik P
pada orbitnya. Garis hubung planet – matahari dalam orbitnya dinamakan vector

jejari.
Luas daerah yang disapu oleh vektor jejari per detik disebut kecepatan areal ( h ).
Sedangkan kecepatan orbit adalah kecepatan di mana benda-benda langit tersebut
berputar mengelilingi pusat massa sistem, khususnya di sekeliling badan yang
lebih masif.

P ∆
P
’ t T

Gambar 1. Orbit planet ke matahari

luas elips
h= periode

 ab
h= T (1)

di mana a = setengah sumbu panjang

b = setengah sumbu pendek

Menurut hukum Kepler II, kecepatan areal untuk semua planet adalah
konstan. Misalnya planet bergerak dari P ke P’ dalam waktu ∆t, maka luas daerah
yang disapu oleh vektor jejari adalah ∆A, di mana,
A = h ∆t (2)

Misalkan ST adalah garis tegak lurus pada talibusur PP’, maka luas

SPP’ = h ∆t = ½ PP’.ST

Untuk limit ∆t 0, panjang lintasan sama dengan talibusur, maka

v. ∆t = PP’ (3)

di mana v adalah kecepatan orbit planet

Untuk mencari kecepatan areal di P yaitu :

h  lim it SPP'
luas t
t 0

1/2 PP ' ST 1 /2 v Δt ST
h=lim it
t→ 0 Δt = Δt
h = ½ v ST (4)

lurus pada garis singgung di P. Dari persamaan (4) diperoleh,

2
2h 4h
v= v 2=
ST atau ( ST )2 (5)
Dengan menggunakan dalil elips dapat dibuktikan bahwa :
1 a 2 1
ST 2
= 2 −
b r a ( ) (6)

Dengan memasukkan persamaan (6) ke dalam persamaan (5), maka diperoleh


sebagai berikut.
a 2 1
v 2 =4 h2 ( −
b2 r a )
2
2
v =4
π ab
T ( ) [ ba ( 2r − 1a )]
2

4 π2 a3 2 1
2
v = 2
T

r a ( ) (7)

Dengan memasukkan persamaan T2 = (4π2/GM) R3 ke dalam persamaan (7) maka


diperoleh persamaan sebagai berikut.
( GM
v 2 =4 π 2
4π ) ( 2 1
r a)
2

2 1
v =GM ( − )
2
r a (8)

Jadi, persamaan (8) inilah yang disebut dengan persamaan energi.

Apabila persamaan ini dikalikan dengan ½ m, maka akan diperoleh

½ mv2 =
GMm  2 1 
  
2 r a

GMm GMm
= r  2a

GMm
½ mv2 - GMm =
r 2a

Ek + Ep = konstan (9)

Persamaan (9) ini adalah persamaan dari hukum kekekalan energi


sehingga disebut juga persamaan energi. Persamaan ini berguna untuk
memecahkan persoalan antariksa terutama mengenai gerak benda dalam tata
surya.

Selain dengan peninjauan di atas, persamaan energi ini dapat pula ditinjau
dari sistem dua massa yang mengitari pusat massa bersama seperti misalnya pada
sistem planet – matahari. Misalkan sistem bumi – matahari seperti yang terlihat
pada Gambar di bawah ini. Pada sistem ini sebenarnya bukan bumi mengitari
matahari, tetapi bumi dan matahari itu mengitari pusat massa bersama. Demikian
pula sistem bumi – bulan, bumi – satelit, dan yang lainnya.
A’

r1 m
A M
m O r2
B

Gambar 2. Menghitung massa planet

Dua massa A dan B yang jaraknya r, massanya masing-masing m dan M.


Kedua massa ini mengitari pusat massa bersama O. Ketika m berada di A, maka
M berada di B.

Jarak OA = r1 dan OB = r2 dan r = r1 + r2, maka berlaku hubungan sebagai berikut.

mr1 = Mr2 (10)

Apabila kecepatan orbit m dan M adalah v1 dan v2, maka besarnya gaya
sentripental pada m adalah,

mv12 G mM v 21 G M
= 2 = 2
r1 r atau
r1 r (11)

Serta untuk besarnya gaya sentrifugal pada benda M adalah,

Mv 22 G mM v 22 G M
= 2 = 2
r2 r atau r2 r (12)
Apabila persamaan (11) dijumlahkan dengan persamaan (12), maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut.
2 2
v1 v2 GM G m
+ + 2
r1 r2 = r2 r

2 2
v1 v2 G (M +m )
+
r1 r2 = r2 (13)

Untuk periode planet T, maka

2 2 r2
r1 = v1 dan = v2 (14)
T
T

Dengan mensubstitusikan persamaan (14) ke persamaan (13), maka diperoleh


persamaan sebagai berikut.

2 2
(2 π r 1 /T ) (2 π r 2 /T ) G (M +m )
+
r1 r2 = r2
2 2
4 π r1 4 π r2 G (M +m )
2
+ 2
T T = r2

4 π2 r G (M +m )
T2 = r2

3
r G (M +m )
T2 = 4 π2

r3
T2 = C (15)
Persamaan ini dikenal dengan hukum Kepler III untuk benda yang mengorbit satu terhadap
yang lainnya. Bila persamaan ini kita masukkan ke dalam persamaan

4 π2 a3 2 1
2
v = 2
T

r a ( ) , maka persamaan energi menjadi sebagai berikut.

2 1
v 2 =G( M +m) ( −
r a )
(16)

Untuk sistem bumi – matahari di mana m massa bumi dan M massa


matahari maka dapat dipandang m << M sehingga m bisa diabaikan, maka
persamaan energi akan kembali sesuai dengan hukum kekekalan energi di mana
Ek + Ep = konstan.
Hal ini berlaku untuk semua sistem benda yang mengorbit yang massanya jauh
lebih kecil dari massa benda yang dikelilinginya. Oleh karena itu, persamaan
energi ini sangat berguna terutama untuk menghitung kecepatan satu benda
angkasa pada suatu titik dalam lintasannya ataupun menghitung massanya, seperti
misalnya menghitung kecepatan orbit maupun massa planet, bulan, satelit, komet
dan yang lainnya.
2.2 Orbit Lingkaran dan Kecepatan Lepas

Apabila satelit mengorbit dalam bentuk lingkaran, berarti r = a sehingga persamaan

( 2r − 1a )
v 2 =G( M +m)
akan menjadi sebagai berikut.
2 1
v =GM ( − )
2
r a =
GM ( 2r − 1r )
GM GM
v2=
r atau vc = √ r
(17)

Orbit lingkaran adalah jalur berbentuk lingkaran yang dilalui oleh suatu
objek yang berputar mengelilingi pusat akibat adanya pengaruh gaya gravitasi.
Dalam orbit melingkar, jarak objek akan konstan dengan pusat sehingga
kecepatannya persis.
Untuk suatu pesawat antariksa yang diluncurkan dari muka bumi, maka untuk bisa lepas dari
bumi maka orbit pesawat itu haruslah berbentuk orbit parabola Dari persamaan

v 2 =G( M +m)( 2r − 1a ) bila orbitnya parabola maka a = ∞, dengan demikian


2 1
v =GM ( − ∞ )
2
r

2 GM
ve = √ r
(18)

Dengan G adalah konstanta gravitasi universal (G=6.67×10-11 m3 kg-1 s-2), M


adalah massa planet, bintang atau benda lain, dan r adalah jarak dari pusat
gravitasi

ve ini disebut kecepatan lepas atau escape velocity, yaitu kecepatan minimal yang
harus dimiliki oleh pesawat atau benda agar dapat meninggalkan bumi atau
sistem.

Dalam ilmu fisika, kecepatan lepas adalah kecepatan ketika energi


kinetis dan energi potensial gravitasi suatu objek adalah nol. Inilah kecepatan
yang dibutuhkan untuk "terlepas" dari medan gravitasi tanpa dorongan lebih
lanjut.
ve ini disebut kecepatan lepas atau velocity escape, yaitu kecepatan minimal yang
harus dimiliki oleh pesawat atau benda agar dapat meninggalkan bumi atau sistem.

Karena,

2 GM GM
ve = √ r =
√2
√ r

Jadi,

ve = √2 vc (19)

Dengan demikian bentuk orbit suatu benda yang diluncurkan seperti


satelit, peluru balistik ataukah pesawat ruang angkasa akan sangat bergantung dari
kecepatannya. Misalkan suatu benda angkasa pada jarak r kecepatannya v, maka
bila:

v < ve orbitnya akan berupa elips (a)

v = vc orbitnya akan berupa lingkaran (b)

v = ve orbitnya akan berupa parabola

v > ve orbitnya akan berupa hiperbola


Gambar 3. Analisis kecepatan lepas oleh Isaac Newton. Proyektil A dan B jatuh
kembali ke Bumi. Proyektil C mencapai orbit lingkaran, D orbit elips.
Proyektil E lepas.

ve
d

a BUM
b
I

vc
c

Gambar 4. Gerak roket yang ditembakkan dari ketinggian h dari


muka bumi dengan kecepatan v

Keterangan:

(a) elips jatuh ke bumi


(b) lingkaran
(c) orbit elips/parabola
(d) parabola/hiperbola
Dengan mengambil jejari bumi r = 6,370 x 106 m, maka didapatkan kecepatan
lepas di muka bumi adalah sebagai berikut.
2 GM
ve = √ r

−11 2 2 24
2 (6 ,67 × 10 Nm /kg )(6, 02 × 10 kg)
ve = √ 6,370 × 106 m

ve = 11,2 km/s = 1,12 x 104 m/s

Jadi untuk meninggalkan planet Bumi, kecepatan lepas yang dibutuhkan


sebesar 11,2 km/detik (sekitar 40.320 km/jam atau 25.000 mph). Sedangkan
kecepatan 42,1 km/detik dibutuhkan untuk lepas dari gravitasi Matahari dan
keluar dari tata surya.

Berdasarkan data pengukuran, jejari bulan adalah 1,74 x 10 6 m dan massa


bulan 7,36 x 1022 kg, maka dengan cara yang sama didapat kecepatan lepas di
bulan adalah 2,38 km/s. Berarti kecepatan lepas di bulan jauh lebih kecil, yaitu
sekitar seperlima kali kecepatan lepas di bumi. Kecepatan rata-rata molekul-
molekul gas di permukaan bumi jauh lebih kecil dari kecepatan lepas ini. Oleh
karena itulah bumi mampu mengikat atmosfer sehingga tetap berada di
permukaan bumi (tidak lepas meninggalkan bumi). Sedangkan kecepatan lepas di
permukaan bulan yang sangat kecil sulit mengikat molekul udara di permukaan
bulan sehingga molekul udara mudah lepas meninggalkan permukaan bulan.
Inilah yang menyebabkan permukaan bulan tidak memiliki atmosfer.
2.3 Mengorbit Satelit

Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu dan satelit juga merupakan benda yang dibawa oleh pesawat
ruang angkasa untuk diorbitkan pada orbit tertentu. Satelit-satelit ini yang
mengorbit bumi ada juga yang mengorbit planet-planet lain (Surya, 2003). Orbit
satelit umumnya berbentuk elips. Jarak terjauh (apogee) dan jarak terdekat
(perigee). Satelit dari bumi untuk setiap satelit ini berbeda-beda, misalnya Sputnik
1 mempunyai apogee 940 km dan perigee 234 km.
Gambar 5: satelit

Suatu benda yang ditembakkan dari permukaan bumi seperti misalnya


roket atau peluru kendali, maka benda tersebut dapat dipandang sebagai satelit
yang mengitari bumi. Bentuk orbitnya bergantung dari kecepatan roket tersebut.
Misalkan kecepatan roket adalah vo, maka bila vo ≥ ve maka orbitnya akan
berbentuk parabola atau hiperbola seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4
lintasan yang berarti roket akan lepas meninggalkan bumi. Bila v o ≤ vc, maka
orbitnya bisa berbentuk elips atau lingkaran seperti lintasan C dan D. Orbitnya
akan berbentuk lingkaran bila vo < vc < ve. Namun, karena roket diluncurkan dari
muka bumi, maka lintasannya akan memotong bumi seperti lintasan C dan D pada
Gambar 4. Oleh karena itu, roket akan menumbuk bumi di bagian lain dari
permukaan bumi, atau dengan kata lain bahwa roket itu akan selalu jatuh ke bumi.

Hal ini berarti untuk mengorbitkan suatu satelit, kita tidak bisa
meluncurkannya hanya dengan sekali tembakan dari permukaan bumi (di titik P
pada Gambar 4). Untuk bisa mengorbit maka roket pendorong harus dikirim
sampai ketinggian beberapa ratus kilometer dari permukaan bumi, baru
kemudian dibelokkan arahnya sehingga roket bergerak arah mendatar, yang
selanjutnya diberikan daya pendorong baru dalam arah mendatar dengan roket
pendorong baru seperti pada Gambar 5.

Kecepatan mendatar itu adalah vo. Ukuran dan bentuk orbitnya akan
sangat ditentukan oleh arah dan besarnya kecepatan yang diberikan oleh roket
pendorong pada titik ketinggian yang diberikan itu (titik P).
V0>ve V0>v
B
A e

P
D
C
BUM V0<ve V0=ve<
I vc
Q

Gambar 6: Lintasan benda yang ditembakkan dari permukaan bumi


dengan kecepatan awal vo

Keterangan:
A = orbit hiperbola
B = orbit parabola
C = orbit elips
D = orbit lingkaran
Gambar di atas memperlihatkan arah kecepatan mendatar vo diberikan
pada titik P pada ketinggian tertentu dari permukaan bumi. Bila vo << vc, maka
lintasannya berbentuk elips dan sebagian besar dari lintasannya ini (lintasan A)
adalah bumi. Hal ini berarti satelit tidak bisa mengorbit dan jatuh ke bumi. Tetapi
bila vo sedikit lebih kecil dari vc maka orbitnya berbentuk elips dengan titik P
sebagai apogee. Satelit yang demikian ini akan melintas melalui parigee yang
terlalu rendah di atmosfer sehingga kemungkinan akan panas dan terbakar karena
gesekan dengan udara, atau orbitnya akan mengecil dan jatuh ke bumi (orbit B).

Apabila vo = vc maka orbit satelit akan tepat dalam orbit lingkaran (orbit C)
dan pusat bumi sebagai pusat orbit lingkaran ini. Bila vo sedikit lebih besar dari vc
maka orbitnya akan berbentuk elips dengan titik pengorbitan P sebagai parigee
(orbit D).
Jika vo = ve maka orbit satelit akan berupa parabola (orbit E) dan satelit
akan lepas dari bumi menuju angkasa luar.

Jika vo > ve orbit satelit akan berupa hiperbola (orbit F) dan bahkan bila v o
lebih besar lagi maka orbit satelit akan mendekati garis lurus (orbit G).

G V P
0
A
F
E
B

BUM
I

D C

Gambar 7. Berbagai orbit satelit

Keterangan:

A = elip jatuh di bumi

B = elip dengan apogee P

C = lingkaran

D = elip dengan perigee P

E = parabola

F = hiperbola

G = tegak lurus

Bidang orbit masing-masing satelit membentuk sudut yang berbeda-beda


dengan bidang ekuator bumi, misalnya satelit komunikasi Eksplorer 1 membentuk

Sudut 33,60 dengan bidang ekuator bumi. Ada satelit yang bidang orbitnya sejajar
dengan bidang ekuator bumi, misalnya satelit komunikasi Intelsat 3. Orbit seperti
ini dinamakan orbit ekuatorial. Ada juga orbit satelit yang bidang orbitnya
melalui kutub, orbit seperti ini dinamakan orbit polar. Orbit yang bidangnya
membentuk sudut antara 00 dan 900 dengan bidang ekuator bumi dinamakan orbit
eksentrik .
2.4 Orbit Geostasioner
Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit yakni satelit alam dan satelit buatan.
Berdasarkan orbit edarnya satelit dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu satelit
geostasioner dan satelit polar.

(Gambar 8: Peredaran satelit)

Satelit geostasioner adalah satelit yang terletak tepat di atas khatulistiwa


bumi dan berputar mengelilingi bumi dalam orbit lingkaran. Satelit ini
mengelilingi bumi dengan kecepatan revolusi satelit yang sama dengan
kecepatan perioda dan arah (barat ke timur) yang persis sama dengan bumi, yang
membuatnya terlihat tampak diam (stasioner) dari permukaan bumi. Ketinggian
satelit ini tepat di atas katulistiwa dengan ketinggian 35.786 km (22.240 statute
miles) atau sekitar 36.000 km (22.369 statute miles). Ungkapan geostasioner
berkembang dari fakta bahwa jenis satelit ini terlihat diam di langit ketika
diamati dari permukaan bumi. Jalur orbit satelit geostasioner disebut Sabuk
Clarke, untuk menghormati Arthur
C. Clarke.

Orbit Satelit Geostasioner adalah suatu lintasan yang dilalui oleh suatu
pusat masa satelit yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi yang mempunyai
kedudukan tetap terhadap bumi. Orbit satelit geostationer berada di atas
khatulistiwa dengan ketinggian 36.000 km. (Pasal 33 Angka 2 UU Nomor 36
Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi).
(Gambar 9: Orbit geostasioner)

Orbit geostasioner sangat berguna karena ia dapat menyebabkan sebuah


satelit seolah olah diam terhadap satu titik di permukaan Bumi yang berputar.
Akibatnya, sebuah antena dapat menunjuk pada satu arah tertentu dan tetap
berhubungan dengan satelit. Satelit mengorbit searah dengan rotasi Bumi pada
ketinggian sekitar 35,804 km (22.240 statute miles) di atas permukaan tanah.

Sebuah orbit geostasioner hanya dapat dicapai pada ketinggian sangat


dekat dengan 35.786 km (22.236 mil), dan langsung di atas khatulistiwa. Ini
setara dengan kecepatan orbital dari 3.07 km / s (1.91 mi /
s) atau jangka waktu 1.436 menit, yang setara dengan hampir tepat satu hari
sidereal atau 23,934461223 jam. Hal ini memastikan bahwa satelit terkunci
untuk periode rotasi bumi dan memiliki jejak stasioner di tanah. Semua satelit
geostasioner harus terletak di cincin ini. Kombinasi gravitasi bulan, gravitasi
matahari, dan mendatarkan bumi di kutub menyebabkan gerak presesi bidang
orbit benda geostasioner, dengan jangka waktu sekitar 53 tahun dan gradien
kemiringan awal sekitar 0.85 derajat per tahun, mencapai kemiringan maksimal
15 derajat setelah 26,5 tahun. Untuk mengoreksi gangguan orbital ini, manuver
station keeping orbital biasa diperlukan, sebesar delta-v sekitar 50 m / s per
tahun.

(Gambar 10: cara kerja satelit)

Di bumi sinyal-sinyal ini diterima oleh satelit parabola dan


diterjemahkan dengan bantuan komputer elektronik. Satelit komunikasi yang
modern dapat menangani lusinan saluran TV dan ribuan panggilan telepon
sekaligus. Dalam mengoperasikan alat-alat dalam satelit termasuk alat-alat
sinyal radio ini, satelit menggunakan tenaga yang berasal dari sel surya. Sel ini
mengubah energi matahari menjadi arus listrik. Karena periode bumi telah
diketahui yaitu 23 jam 56 menit atau sama dengan 86160 s, dan massa bumi M =
5,98 x 1024 kg, maka kita bisa menentukan berapa ketinggian satelit ini dengan
menggunakan hukum Kepler III.
1/3
T2 4 π2 T 2 GM
R3 = GM atau R =
( 4 π2 )
Dengan memasukkan harga T, M dan G ke dalam persamaan tersebut,
maka diperoleh besarnya nilai R = 4,217 x 107 m. Berarti satelit itu berada pada
ketinggian 42,174 x 106 m dari pusat bumi. Karena jejari bumi 6,370 x 106 m,
berarti ketinggian satelit dari permukaan bumi adalah 35,804 x 106 atau 35,804
km.
Efek kedua yang akan diperhitungkan adalah penyimpangan bujur,
disebabkan oleh asimetri Bumi – Khatulistiwa sedikit elips. Ada dua stabil (pada
75.3 ° E, dan pada 104.7 ° W) dan dua tidak stabil (pada 165,3 ° E, dan pada
14,7 ° W) titik ekuilibrium. Setiap objek geostasioner ditempatkan di antara
titik-titik ekuilibrium akan (tanpa tindakan apapun) perlahan-lahan dipercepat ke
posisi ekuilibrium stabil, menyebabkan variasi bujur periodik.

koreksi efek ini membutuhkan manuver kontrol orbit dengan delta-v maksimum
sekitar 2 m / s per tahun, tergantung pada bujur yang diinginkan.

Angin dan radiasi matahari tekanan juga mengerahkan pasukan kecil


pada satelit yang dari waktu ke waktu, menyebabkan mereka untuk perlahan-
lahan melayang jauh dari orbit yang ditentukan mereka.

Dengan tidak adanya pelayanan misi dari Bumi atau metode propulsi
terbarukan, konsumsi thruster propelan untuk stasiun-menjaga menempatkan
pembatasan pada masa satelit.

Walaupun orbit geostasioner dapat menjaga suatu satelit berada pada


tempat yang tetap di atas ekuator,perturbasi orbital dapat menyebabkan satelit
secara perlahan-lahan berpindah dari lokasi geostasioner. Perturbasi orbital
adalah fenomena di mana orbit satelit berubah akibat satu atau lebih pengaruh
eksternal seperti anomali distribusi gravitasi bumi, gangguan gaya tarik dari
bulan, benturan meteor atau benda- benda lain, atau tekanan radiasi matahari.
Satelit melakukan koreksi dengan melakukan manuver yang dikontrol oleh
stasiun di Bumi, manuver ini dikenal dengan manuver utara-selatan (North-
South Correction) dan manuver barat-timur (West-East Correction). Manuver-
manuver ini menggunakan roket-roket kecil (thrusters)yang ada pada badan
satelit dan arahnya diatur sesuai dengan arah koreksi. Penyalaan roket-roket
kecil ini akan menkonsumsi bahan bakar yang dibawa satelit dari bumi sebagai
bekal. Apabila bekal ini habis, maka habislah umur operasi satelit – karena
ketika ia menyeleweng dari orbitnya, tiada jalan lagi bagi operator dari bumi
untuk mengoreksinya dan mengembalikannya ke tampat seharusnya ia berada.

2.4.1 Manfaat Satelit Geostasioner

Ide satelit geostasioner untuk kegunaan komunikasi dipublikasikan


pada tahun 1928 oleh Herman Potočnik. Orbit geostasioner dipopulerkan
pertama kali oleh penulis fiksi ilmiah Arthur C. Clarke pada tahun 1945
sebagai orbit yang berguna untuk satelit komunikasi. Oleh karena itu, orbit

ini kadang disebut sebagai orbit Clarke. Dikenal pula istilah Sabuk Clarke
yang menunjukkan bagian angkasa 35.786 km dari permukaan laut rata-
rata di atas ekuator dimana orbit yang mendekati geostasioner dapat
dicapai.

Karena posisi nya yang tetap, satelit geostasioner mampu


memonitor suatu daerah secara terus-menerus. Satelit geostasioner
memiliki keunggulan dalam resolusi waktu. Citra yang diperoleh satelitini
merupakan citra real time, artinya begitu kamera mengambil gambar maka
langsung ditampilkan, sehingga memungkinkan forecaster untuk
memonitor proses dari sistem cuaca yang besar sepertifronts, storms dan
hurricanes. Arah dan kecepatan angin juga bisa diperkirakan berdasarkan
monitoring pergerakan awan. Akan tetapi satelit geostasioner memiliki
kekurangan dalam resolusi ruang. Area yang diamati terbatas hanya pada
area tertentu saja. Selain itu resolusi wilayahnya terlalu kasar karena letak
satelit geostasioner yang tinggi. Oleh karena itu satelit geostasioner lemah
dalam pencitraan pada ruang sempit tapi cocok untuk memonitor sistem
cuaca besar.

Satelit geostasioner berjenis satelit komunikasi dan berfungsi untuk


peramalan cuaca, TV satelit, radio satelit, dan sebagian besar jenis
komunikasi global.
(Gambar 11: Satelit Geostasioner)

Satelit-satelit geostasiner dapat digunakan sebagai satelit TV.


Sebuah perusahaan penyiaran TV memancarkan suatu sinyal mikrowave
pada frekuensi yang telah ditentukan (12 – 14 GHz) dari pemancar yang
ada di bumi, frekuensinya dinamakan frekuensi uplink. Kemudian satelit

menerima sinyal dan memancarkannya kembali ke bumi dalam frekuensi


yang berbeda yaitu frekuensi downlink. Frekuensi downlink harus berbeda
untuk menghindari interferensi (gangguan) dengan sinyal uplink.

(Gambar 12: Antena Parabola)

Ketika mencapai bumi, sinyal difokuskan menggunakan parabola


dan diterjemahkan oleh receiver. Karena satelit ini jauh dari Bumi, sinyal
akan mencakup area yang luas. Satelit TV menggunakan sinyal digital
terkompresi; frekuensi tinggi (12-14 GHz) memberikan bandwidth yang
luas, memungkinkan transfer data yang cepat. Sinyal dari satu satelit dapat
memancarkan ke banyak saluran TV, hingga mencapai 200 saluran TV.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah tersebut di atas,


selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hukum Kepler II, kecepatan areal untuk semua planet

v 2 =GM ( 2r − 1a )
berguna terutama untuk menghitung kecepatan satu benda angkasa pada
suatu titik dalam lintasannya ataupun menghitung massanya, seperti
misalnya menghitung kecepatan orbit maupun massa planet, bulan,
satelit, komet dan yang lainnya.

2. Persamaan untuk menghitung kecepatan orbit lingkaran adalah

GM GM
v 2=
r atau vc = √ r Sedangkan persamaan untuk
menghitung

2 GM
kecepatan lepas adalah ve = √ r

3. Satelit adalah benda yang dibawa oleh pesawat ruang angkasa untuk
diorbitkan pada orbit tertentu. Untuk mengorbitkan suatu satelit, kita
tidak bisa meluncurkannya hanya dengan sekali tembakan dari
permukaan bumi, namun roket pendorong harus dikirim sampai
ketinggian beberapa ratus kilometer dari permukaan bumi, baru
kemudian dibelokkan arahnya sehingga roket bergerak arah mendatar,
yang selanjutnya diberikan daya pendorong baru dalam arah mendatar
dengan roket pendorong baru.

4. Orbit Geostasioner adalah orbit yang sedemikian hampir berbentuk


lingkaran yang diorbit oleh satelit buatan yang sedemikian sehingga
periode orbitnya tepat sama dengan periode rotasi bumi yaitu 24 jam.
Biasanya satelit geostasioner ini digunakan untuk mengawasi keadaan
cuaca di suatu daerah tertentu ataupun untuk sarana telekomunikasi
seperti untuk siaran TV, telepon, dan digunakan untuk penginderaan
jarak jauh, satelit mata-mata, dan yang lainnya.
3.2 Saran
Saran yang bisa penulis sampaikan adalah hendaknya makalah tentang
Pergerakan Planet ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk
mempelajari lebih jauh mengenai astronomi.
DAFTAR PUSTAKA

Suwitra. 2001. Astronomi Dasar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha


Pujani, Ni Made. 2017. Bahan Ajar Fisika Dasar 6. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
N. Setiawan.2016.SATELIT. Dalam
https://www.academia.edu/24093840/MAKALAH_FISIKA_SATELIT_. Diakses 10
Desember 2019.
Lestaari, Muliyani. 2017. Satelit Geostasioner. Tersedia pada
https://www.academia.edu/16540093/SATELIT_GEOSTASIONER?auto=download
. Diakses pada 10 Desember 2019.
Wikipedia. 2016. Kecepatan Orbit (online) Tersedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecepatan_orbit Diakses Pada 10 Desember 2019

23

Anda mungkin juga menyukai