FISIKA TERAPAN
“GERHANA BULAN”
DOSEN PENGAMPU:
SURYA HARYANDI, M.Pd
Dr. MUSTIKA WATI, M. Sc
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Penyusun
i| Fisika Terapan
DAFTAR ISI
ii | F i s i k a Terapan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanpa disadari sebenarnya bumi yaitu tempat kita tinggal selalu berputar
sesuai dengan sistem tata surya. Sistem tata surya kita yang terdiri dari 8 planet,
bulan, komet (asteroid) sering disebut juga tubuh atau anggota benda-benda
angkasa, dimana seluruh benda angkasa tersebut bergerak secara tetap. Peredaran
yang begitu teratur sudah merupakan ketetapan dari Allah SWT, Sang Maha
Pencipta alam semesta. Pusat dari benda-benda angkasa atau tata surya kita adalah
Matahari. Matahari dan bulan adalah benda langit yang familiar dari pandangan
manusia di bumi. Salah satu peristiwa yang diakibatkan oleh dinamisnya
pergerakan kedua benda tersebut adalah gerhana, baik matahari ataupun bulan.
Gerhana bulan diakibatkan oleh pergerakan bulan yang memasuki bayangan inti
bumi, sehingga cahaya bulan yang merupakan cahaya pantulan matahari tidak
dapat terlihat dari bumi kita. Sedangkan gerhana matahari adalah peristiwa
dimana bulan menghalangi sinar matahari yang menuju ke bumi, sehingga
matahari akan tidak nampak dari bumi (Khazin, 2004, hal. 187 - 191).
Betapa orang-orang zaman dahulu takut terhadap fenomena ini. Sewaktu
matahari ataupun bulan lenyap dari pemandangan, hal ini tampak benda langit itu
sungguh-sungguh meninggalkan ummat manusia. Gerhana, seperti komet,
disangka merupakan tanda-tanda kurang baik atau bencana. Namun seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan, sekarang kita sekarang mengetahui bahwa
fenomena itu dapat dijelaskan dengan sempurna secara logis. Fenomena gerhana
secara umum adalah suatu peristiwa jatuhnya bayangan benda langit ke benda
langit lainnya, yang kadangkala benda langit tersebut menutupi seluruh piringan
matahari, sehingga benda langit yang kejatuhan bayangan benda langit lainnya,
tidak bisa menerima sinar matahari sama sekali.
Fenomena gerhana ini sudah lama diamati oleh manusia, dan mereka
menamakan fenomena ini tergantung dari benda langit yang tertutupi, yaitu
1| Fisika Terapan
gerhana matahari dan gerhana bulan. Namun pada makalah ini secara khusus akan
membahas tentang gerhana bulan saja. Untuk lebih memahami perihal gerhana
bulan mulai dari penyebabnya, formulasi persamaan fisika yang berkaitan, jenis -
jenis gerhana, hingga dalam dimensi mitologinya, akan kami jelaskan dalam
pembahasan selanjutnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan gerhana bulan ?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya gerhana bulan?
3. Bagaimana proses terjadinya gerhana bulan ?
4. Apa saja jenis-jenis gerhana bulan ?
5. Bagaimana formulasi fisika yang berkaitan dengan gerhana bulan ?
6. Bagaimana kepercayaan atau mitos masyarakat tentang gerhana bulan ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian gerhana bulan.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gerhana bulan.
3. Untuk mengetahui proses terjadinya gerhana bulan.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis gerhana bulan.
5. Untuk mengetahui formulasi fisika yang berkaitan dengan gerhana
bulan.
6. Untuk mengetahui kepercayaan atau mitos masyarakat tentang gerhana
bulan.
2| Fisika Terapan
BAB II
PEMBAHASAN
3| Fisika Terapan
dalam satu garis, dan bumi berada di tengah (antara bulan dan matahari).
Kedudukan ini menyebabkan bulan tidak dapat menerima cahaya matahari untuk
beberapa saat. Kalau seluruh permukaan bulan masuk dalam kerucut bumi,
disebut gerhana sempurna atau total, kalau hanya sebagian, disebut gerhana
sebagian. Gerhana bulan terjadinya pada malam hari yang dapat disaksikan di
bumi. Gerhana bulan tidak menimbulkan kebutaan bagi yang melihatnya.
4| Fisika Terapan
Sumber : https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id
Jika posisi bulan, bumi dan matahari yang segaris dapat mengakibatkan
gerhana bulan, mengapa kita menemui peristiwa gerhana hanya pada waktu-waktu
tertentu saja? Pada gambar diatas, bulan baru terletak pada posisi 1. Revolusi
bulan ditunjukkan dengan perpindahan bulan dari posisi 1 ke posisi 2 dan
seterusnya. Bulan melakukan revolusi terhadap bumi selama lebih kurang satu
bulan lamanya. Jika bulan berevolusi selama satu bulan lamanya maka posisi
seperti ini akan selalu terjadi setiap bulan. Namun mengapa gerhana bulan tidak
selalu terjadi pada setiap bulan?
Berikut penjelasan untuk menjawab pertanyaan di atas. Seseorang bisa
memperkirakan terjadinya gerhana bulan pada masa yang akan datang
berdasarkan hasil penelitian selama bertahun-tahun. Diketahui bahwa bidang orbit
bulan yang mengelilingi bumi letaknya tidak lurus mendatar, melainkan memiliki
kemiringan sebesar 5,2°. Kondisi bidang orbit bulan yang miring ini
mengakibatkan tidak terjadinya gerhana pada setiap bulan. Hal ini dikarenakan
ketika bulan ada dalam posisi 5 (pada gambar posisi revolusi bulan) letaknya bisa
sedikit di atas atau di bawah bumi, sehingga posisi bulan, bumi dan matahari tidak
dalam satu garis lurus.
5| Fisika Terapan
Sumber : https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id
6| Fisika Terapan
mengitari matahari itu bentuknya elips. Lingkaran lintasan keliling bumi
mengitari matahari itu disebut ekliptika.
Gerhana bulan adalah sebuah peristiwa alam dimana cahaya matahari yang
jatuh ke bulan terhalang oleh bumi. Ini terjadi saat kedudukan bumi berada satu
garis lurus dengan matahari dan bulan. Gerhana bulan hanya bisa terjadi saat
bulan purnama karena bumi akan menutupi bulan yang berukuran jauh lebih besar
dan memiliki jarak yang relatif dekat. Gerhana bulan bisa terjadi dalam waktu
yang lumayan lama, yaitu sekitar 5 - 6 jam.
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan
tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan
bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat
mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi
dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang
ekliptika, maka tidak setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan
terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika
akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana
bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan
beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk
bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya.
7| Fisika Terapan
4) U2, adalah kontak II umbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan
dalam dengan umbra Bumi. U2 ini menandai dimulainya fase total dari
gerhana bulan.
5) Puncak Gerhana, adalah saat jarak pusat piringan Bulan dengan pusat
umbra/penumbra mencapai minimum.
6) U3, adalah kontak III umbra, yaitu saat piringan Bulan kembali
bersinggungan dalam dengan umbra Bumi, ketika piringan Bulan tepat
mulai akan meninggalkan umbra Bumi. U3 ini menandai berakhirnya fase
total dari gerhana bulan.
7) U4, adalah kontak IV umbra, yaitu saat piringan Bulan kembali
bersinggungan luar dengan umbra Bumi.
8) P3, adalah kontak III penumbra, yaitu saat piringan Bulan kembali
bersinggungan dalam dengan penumbra Bumi. P3 adalah kebalikan dari
P2.
9) P4, adalah kontak IV penumbra, yaitu saat piringan Bulan kembali
bersinggungan luar dengan penumbra Bumi. P4 adalah kebalikan dari P1,
dan menandai berakhirnya peristiwa gerhana bulan secara keseluruhan.
8| Fisika Terapan
2. Gerhana bulan sebagian
Pada gerhana ini, tidak seluruh bagian bulan terhalangi dari Matahari
oleh bumi. Gerhana matahari sebagian terjadi pada saat bumi berada di
daerah bayangan penumbra bulan. Sehingga masih ada sebagian sinar
Matahari yang terlihat.
3. Gerhana bulan penumbra
Pada gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan masuk ke dalam
penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian Bulan
yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra. Pada kasus
seperti ini, gerhana bulannya kita namakan gerhana bulan penumbral total.
9| Fisika Terapan
Pada satu tahun kalender, sedikitnya ada 2 gerhana matahari dan paling
banyak ada 5 gerhana matahari. Sebaliknya, di dalam satu tahun kalender tidak
akan ada gerhana bulan lebih dari 3 kali dan mungkin saja tidak akan terjadi
gerhana bulan sama sekali. Dan jika gerhana bulan dan gerhana matahari
digabungkan dalam satu tahun kalender, maka akan terdapat maksimum 7
gerhana, akan tetapi penggabungan gerhana tersebut hanya akan terjadi dari 5
gerhana matahari dan 2 gerhana bulan, atau 4 gerhana matahari dan 3 gerhana
bulan. Hanya saja dalam kasus ini semua gerhana matahari tersebut adalah
gerhana matahari sebagian (Shofiyullah, 2003).
Saros
1. Bulan Sinodis, yaitu interval waktu dari fase bulan baru kembali ke bulan
baru. Panjang bulan sinodis adalah 29,53059 hari = 29 hari 12 jam 44
menit.
2. Tahun Gerhana, yaitu interval waktu yang dibutuhkan bulan untuk
bergerak dari titik simpul kembali ke titik simpul tersebut. Panjang tahun
gerhana adalah 346,6 hari = 346 hari 14 jam 24 menit.
3. Bulan Anomalistis, yaitu interval waktu yang dibutuhkan bulan untuk
bergerak dari perigee kembali ke perigee lagi. Panjang bulan anomalistis
adalah 27,55455 hari = 27 hari 13 jam 19 menit.
10 | F i s i k a Terapan
19 tahun gerhana (6585,78 hari), keduanya hanya terpaut sekitar 11 jam. Artinya
pada selang satu periode saros, bulan akan kembali pada fase yang sama dan pada
titik simpul yang sama juga. Sementara itu, 223 bulan sinodis itu juga kurang
lebih sama dengan 239 bulan anomalistis ( 6585,537 hari), keduanya hanya
terpaut kurang dari 6 jam. Hal ini membuat selang satu periode saros selain
mengembalikan bulan pada fase yang sama dan pada titik simpul yang sama, juga
akan mengembalikan bulan pada jarak yang kurang lebih sama dari bumi. Oleh
karena itu, gerhana yang dipisahkan oleh periode saros akan memiliki
karakteristik yang mirip.
𝑠 =𝑣 ×𝑡
𝑠
𝑡=
𝑣
Dimana t merupakan waktu (jam), s adalah jarak (derajat) dan v adalah kecepatan
sudut (derajat / jam). Rumus ini akan sering Anda jumpai dalam perhitungan
gerhana bulan seperti untuk menentukan saat oposisi (Shofiyullah, 2003).
11 | F i s i k a Terapan
Untuk menghitung gerhana bulan, diperlukan data-data matahari antara
lain Ecliptic Longitude (ELM), True Geosentric Distance (TGD) dan Semi
Diameter (SDM) dan diperlukan juga data-data bulan antara lain Apparent
Longitude (ALB), Apparent Latitude (LB), Horizontal Parallax (PB) dan Fraction
Illumination (FIB). Data-data ini bisa Anda dapatkan antara lain dari data
Ephemeris hisab rukyat (Shofiyullah, 2003).
Fenomena gerhana ini bersifat alamiah dan terjadi pada saat-saat tertentu di
setiap tahun. Hal ini tak urung mendapat tanggapan yang berbeda dari
masyarakat. Di antara mereka ada yang suku menghubung - hubungkan fenomena
gerhana dengan kepercayaan – kepercayaan lokal yang tengah berkembang.
Bahkan ada yang mengaitkan kejadian gerhana dengan tanda kelahiran sataupun
kematian seseorang, atau merupakan tanda akan terjadinya musibah yang akan
menimpa penduduk (Ghazali, 2005).
Adapun beberapa mitos yang terdapat pada masyarakat mengenai gerhana
bulan, anatara lain :
12 | F i s i k a Terapan
maka mereka akan ke sawah atau ladang untuk menyirami tanaman-
tanaman tersebut agar tidak menjadi korban keganasan makhluk yang
tengah memakan bulan. Bagi mereka yang beternak, maka akan segera ke
tempat peternakan tersebut untuk membangunkan hewan ternak mereka,
agar selamat dari kejahatan gerhana.
2. Bila terjadi gerhana bulan dibulan Muharram, maka akan terjadi wabah
penyakit yang dibarengi harga semua kebutuhan pokok manusia akan
meningkat dan akan ada raja/ pemimpin suatu negeri/tempat yang
meninggal.
3. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Shafar, maka selama tiga hari tidak
akan turun hujan dan dibarengi dengan angin kencang.
4. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Rabiul awwal, bermakna
raja/pemimpin sedang bersusah hati tanpa sepengatahuan rakyatnya.
5. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Rabiul akhir, bermakna akan ada
wabah penyakit yang akan mengenai orang miskin.
6. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Jumadi awal, bermakna akan ada
kebaikan seperti harga yang turun.
7. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Jumadil akhir, bermakna akan
datang hujan dan akan banyak hewan peliharaan yang mati.
8. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Rajab, bermakna kebutuhan hidup
akan mudah dan murah. Namun banyak manusia yang berselisih paham.
9. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Sya’ban, bermakna akan datang
wabah penyakit menular. Tapi harga sandang pangan akan turun dan
mudah didapat.
10. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Ramadhan, bermakna akan datang
musim hujan yang berkepanjangan disertai kilatan dan gemuruh guntur.
11. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Syawal, bermakna semua harga
kebutuhan bahan pokok akan naik.
12. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Dzulqa’dah, bermakna banyak
rakyat yang akan menderita akibat kerusuhan di dalam negeri.
13 | F i s i k a Terapan
13. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Dzulhijjah, bermakna akan ada
kebaikan seperti akan selamat dan sejahtera bagi seluruh warga negeri.
14. Disarankan kepada anda untuk mandi di telaga pada waktu gerhana bulan,
bermakna akan membuat wajah dan tubuh anda bersinar, sehingga
membuat anda disayang semua orang.
15. Disarankan kepada anda untuk mandi sinar bulan purnama, bermakna akan
menimbulkan kharisma pada diri anda.
16. Disarankan kepada anda untuk menyebutkan keinginan anda ketika bulan
purnama, bermakna agar segala keinginan anda terlaksana
(putrajagabayq.blogspot.in).
Sementara itu, untuk beberapa penganut agama lain, gerhana Bulan dan
matahari memiliki makna tersendiri. Salah satunya bagi pemeluk agama Islam.
Umat Muslim mengucapkan doa khusus selama gerhana matahari atau Bulan.
Mereka pun melaksanakan salat gerhana atau khusuf. Di masa lalu, ada banyak
ketakutan dan takhayul seputar peristiwa-peristiwa seperti itu, dengan banyak
yang percaya bahwa gerhana adalah peringatan akan terjadinya bencana. Pernah
gerhana matahari muncul ketika putra Nabi Muhammad, Ibrahim, wafat.
Beberapa orang pada kala itu mengira matahari menjadi gelap karena adanya
tragedi ini dan alam bersedih atas meninggalnya anak laki-laki Rasul.
Namun ada pula yang menyebut bahwa kehadiran gerhana matahari dan
gerhana Bulan dikatakan sebagai pengingat tentang apa yang akan terjadi pada
Hari Penghakiman atau Hari Kebangkitan setelah akhir dunia.
Ketika ilmu astronomi berkembang dan mampu untuk memprediksi
gerhana, para ilmuwan pun bisa menjabarkannya dengan logis dan berdasarkan
14 | F i s i k a Terapan
sains. Menurut mereka, gerhana datang bukan karena reaksi tak terduga terhadap
peristiwa manusia saat ini, tetapi bagian dari proses di dalam kosmos dan ini
adalah hal yang normal yaitu siklus bintang, planet, dan Bulan terhadap matahari
sebagai pusat tata surya.
15 | F i s i k a Terapan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata ‘eclipse’ (gerhana) berhasal dari bahasa Yunani yaitu ekleipsis yang
berarti peninggalan atau pelalaian. Gerhana adalah fenomena astronomi yang
terjadi apabila sebuah benda angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda
angkasa lain. Sedangkan gerhana Bulan terjadi bila bumi berada di antara
matahari dan bulan dimana jika dilihat dari bumi bulan akan tertutup oleh
bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada
satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan
karena terhalangi oleh bumi. Perputaran bulan mengelilingi bumi (revolusi bulan)
dan perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi bumi) menyebabkan
terjadinya beberapa fenomena alam, salah satunya yaitu gerhana, baik itu gerhana
bulan maupun gerhana matahari. Jenis-jenis gerhana bulan: Gerhana Bulan Total,
Gerhana Bulan Sebagian, dan Gerhana Bulan Penumbra. Dalam menghitung
gerhana bulan dapat menggunakan formulasi fisika tentang “hukum gerak” karena
hubungannya erat sekali dengan perhitungan gerhana. Fenomena gerhana ini
bersifat alamiah dan terjadi pada saat-saat tertentu di setiap tahun. Hal ini tak
urung mendapat tanggapan yang berbeda dari masyarakat.
B. SARAN
Kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih sangat
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah yang akan datang
menjadi lebih baik lagi. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua
serta menambah pengetahuan kita.
16 | F i s i k a Terapan
DAFTAR PUSTAKA
Khazin, M. (2004). Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Buana
Pustaka.
17 | F i s i k a Terapan