HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................. 3
D. Manfaat........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4
BAB III GERHANA BULAN DIPANDANG DARI SAINS
A. Ranah Ontologi.............................................................................. 5
B. Ranah Epistimologi.........................................................................5
C. Ranah Aksiologi..............................................................................8
BAB III GERHANA BULAN DIPANDANG DARI AL-QUR’AN............. 10
1. Ranah Epistemologi...................................................................... 10
2. Ranah Aksiologi........................................................................... 11
BAB V PEMBAHASAN................................................................................14
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat bumi berada di antara matahari dan bulan. Tetapi ini pun belum tentu
segaris. Pada keadaan ini bumi melihat bundaran penuh permukaan bulan yang
tersinari oleh matahari, yang kita kenal dengan bulan purnama. Pada saat-saat
tertentu, bumi segaris dengan matahari dan bulan. Akibatnya bayangan bumi
menutupi bulan sedikit-demi sedikit. Itulah yang menyebabkan gerhana bulan.
Gerhana bulan merupakan salah satu dari fenomena alam. Gerhana bulan
yang mana merupakan salah satu pokok pembahasan di dalam mata pelajaran IPA
terpadu khususnya fisika dari jenjang SD, SMP, maupun SMA telah banyak
dibicarakan hanya saja belum banyak yang dapat menghubungkan antara
2
fenomena alam yang dijelaskan oleh para ilmuwan dengan yang terdapat di dalam
kitab suci Al-Quran. Di dalam ilmu sains, terdapat kekhususan mengenai gerhana
bulan, di mana kekhususan tersebut belum dijelaskan secara detail pada Al-Quran
terutama QS. Yasiin : 40 yang mana ayat ini menjelaskan tentang gerhana bulan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian oleh Jayusman Djusar tentang ”Fenomena Gerhana dalam Wacana Hukum
dan Astronomi” yang diposting pada tanggal 19 Juli 2011 di
http://jayusman.blog.iainlampung.ac.id/?p=107.
4
BAB III
A. RANAH ONTOLOGI
B. RANAH EPISTIMOLOGI
5
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih
dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar matahari yang dibelokkan
ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini
memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan,
bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga,
ataupun coklat.
6
Diagram gerhana bulan: Bayangan bumi yang menutupi bulan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Maraton )
7
C. RANAH AKSIOLOGI
8
4. Plato, murid Aristoteles dikenal sebagai ilmuan Yunani menggunakan
gerhana bulan sebagai bukti bahwa bumi berbentuk bola. Batas umbra
bumi yang berbentuk busur lingkaran sebenarnya merupakan bayang-
bayang bumi oleh matahari.
5. Kita dapat melihat dan mengamati reaksi binatang-binatang saat gerhana
berlangsung. Misalnya kokok ayam yang terkecoh karena mendadak
suasana yang gelap kembali terang seperti di pagi hari pada saat gerhana
matahari total.
6. Gerhana juga dapat dipergunakan untuk memperkaya karya seni fotografi
(Astrofotografi).
7. Selain memperkaya khazanah pengetahuan manusia tentang gerhana,
seperti menguji presisi, ketepatan, berbagai metoda perhitungan
kedudukan bulan dan matahari.
8. Manfaatkan kesempatan momen gerhana ini, untuk pendidikan anak
mempelajari sains tentang gerhana, fenomena alam menakjubkan yang
memuat tantangan intelektualitas manusia yang memikirkannya.
( http://jayusman.blog.iainlampung.ac.id/?p=107 )
9
BAB IV
Artinya :
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
( QS. Yasiin : 40 )
1. Ranah Epistemologi
Artinya :
Maksud dari potongan ayat tersebut adalah : Tidak benar dan tidak
mudah bagi matahari untuk mencapai bulan dalam kecepatan perjalanannya.
Karena matahari berjalan dengan kecepatan 1 derajat sehari, sedang bulan
berjalan dengan kecepatan 13 derajat sehari. Juga, karena masing-masing
mempunyai garis edar khusus yang keduannya tak mungkin bertubrukan.
10
2. Ranah Aksiologi
Artinya :
”dan malampun tidak dapat mendahului siang…” Dan tanda malam, yaitu
bulan takkan mendahului tanda siang, yaitu matahari. Maksudnya kekuasaan
bulan tak mungkin menempati tempat matahari. Karena, kedua-duanya berjalan
dengan perhitungan yang teratur, takkan berubah dan berganti.
Akan tetapi, para ulama sekarang berpendapat bahwa semua benda langit
berjalan pada garis-garis edarnya sendiri-sendiri di alam ether. Jadi, kalau begitu
benda-benda tersebut seolah-olah dekat dengan yang ada di laut yang luas. Di
antara bukti-bukti kekuasaan Allah dengan ciptaan-Nya yang indah adalah
pergantian, yakni senantiasa terjadi siang dan malam. Malam dipilah dari siang
dan siang pun dipilah dari malam. Sebagai hasil dari berputarnya bumi pada
11
sumbunya (rotasi) dari barat ke timur, maka muncul matahari pada salah satu ufuk
lainnya dengan sangat teratur dan indah.
Allah SWT sebagai pencipta langit dan bumi menjadikan garis edar
sendiri-sendiri bagi matahari maupun bulan, yang masing-masing beredar.
Sehingga yang satu tidak menutupi cahaya lainnya kecuali pada saat-saat tertentu
saja ketika terjadi gerhana matahari ataupun gerhana bulan. Jadi, sebagaimana
12
telah dikatakan bahwa matahari beredar mengelilingi bumi dalam gerakan
lahiriyah yang ditimbulkan dari beredarnya bumi sekeliling matahari. Gerakan
lahiriyah seperti ini seperti yang dirasakan penumpang kereta api ketika ia melihat
pohon-pohon dan tiang-tiang telepon, dan desa-desa tampak bergerak tanpa ia
merasakan gerakannya sendiri.
Di samping itu, kedua garis edar matahari dan bulan yang telah kita
sebutkan tidaklah berada satu bidang, tetapi yang satu condong terhadap lainnya.
Jika tidak demikian, tentu gerhana matahari atau bulan akan berulang satu bulan
sekali. (Ahmad Mushthafa Al-Maraghi. 1989. Hal : 13)
13
BAB V
PEMBAHASAN
14
Jadi dari ranah epistimologi dapat diketahui bahwa sains memberikan
penjelasan yang lebih detail mangenai gerhana bulan dibandingkan
penjelasan pada Al-Qur’an sehinga metode yang digunakan adalah
konfirmatif / klarifikatif.
15
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Herry Mohammad, Luqman Hakim Arifin, dan Sujoko. 2003. Tafsir Gerhana,
Imam Mahdi, dan Kiamat Menjelang diunduh dari
http://arsip.gatra.com/indek_berita.php pada tanggal 02 Januari 2011.
KF BUMI & ALAM Semesta. 2011. Jenis Gerhana Bulan di unduh dari
http://www.facebook.com/pages/KF-BUMI-ALAM-
Semesta/151513658247280 pada tanggal 02 Januari 2012.
18
BIODATA PENULIS
1. Nama : Sutinah
NIM : 09690022
NO HP : 087839998091
E-mail : ty6n2.to0n@ovi.com
NIM : 09690027
No HP : 085743300394
NIM : 09690042
NO HP : 085729348945
NIM : 09690043
NO HP : 085747976070
E-mail : lelylupher@yahoo.com
19