Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................. 3
D. Manfaat........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4
BAB III GERHANA BULAN DIPANDANG DARI SAINS
A. Ranah Ontologi.............................................................................. 5
B. Ranah Epistimologi.........................................................................5
C. Ranah Aksiologi..............................................................................8
BAB III GERHANA BULAN DIPANDANG DARI AL-QUR’AN............. 10
1. Ranah Epistemologi...................................................................... 10
2. Ranah Aksiologi........................................................................... 11
BAB V PEMBAHASAN................................................................................14
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam fenomena alam yang terjadi, sering kali terjadi peristiwa-peristiwa


yang unik yang biasanya disadari atau tidak. Kita mengetahui bahwa bumi
mengitari matahari sebagai pusat tatasurya. Sementara itu bumi kita memiliki
satelit yakni bulan. Bulan di samping mengitari bumi, bersama-sama dengan
bumi mengitari matahari. Akibatnya bulan kadang-kadang berada di antara
matahari dan bumi. Pada saat lain bumi yang berada di antara matahari dan bulan.

Saat bumi berada di antara matahari dan bulan. Tetapi ini pun belum tentu
segaris. Pada keadaan ini bumi melihat bundaran penuh permukaan bulan yang
tersinari oleh matahari, yang kita kenal dengan bulan purnama. Pada saat-saat
tertentu, bumi segaris dengan matahari dan bulan. Akibatnya bayangan bumi
menutupi bulan sedikit-demi sedikit. Itulah yang menyebabkan gerhana bulan.

Dalam Al-Quran, Allah seringkali menyeru manusia untuk mempelajari


alam dan menyaksikan “ayat-ayat” yang ada padanya. Semua makhluk hidup dan
tak hidup di jagat raya ini dipenuhi “ayat” yang menunjukkan bahwa alam
semesta seisinya telah diciptakan. Di samping itu, alam ini adalah pencerminan
dari ke Mahakuasaan, ilmu dan kreasi pencipta-Nya. Adalah wajib bagi manusia
untuk memahami ayat-ayat ini melalui akalnya, sehingga ia pun pada akhirnya
menjadi hamba yang tunduk dan patuh di hadapan Allah. Dalam ajaran Islam,
gerhana adalah peristiwa astronomi biasa yang tidak dihubungkan dengan mitos
atau kepercayaan tertentu. Dalam makalah ini selanjutnya akan dibahas seputar
pembahasan gerhana bulan dari sudut pandang sains dan Al-Quran.

Gerhana bulan merupakan salah satu dari fenomena alam. Gerhana bulan
yang mana merupakan salah satu pokok pembahasan di dalam mata pelajaran IPA
terpadu khususnya fisika dari jenjang SD, SMP, maupun SMA telah banyak
dibicarakan hanya saja belum banyak yang dapat menghubungkan antara

2
fenomena alam yang dijelaskan oleh para ilmuwan dengan yang terdapat di dalam
kitab suci Al-Quran. Di dalam ilmu sains, terdapat kekhususan mengenai gerhana
bulan, di mana kekhususan tersebut belum dijelaskan secara detail pada Al-Quran
terutama QS. Yasiin : 40 yang mana ayat ini menjelaskan tentang gerhana bulan.

B. RUMUSAN MASALAH

Sebagai acuan untuk menarik kesimpulan, dibuat rumusan masalah


sebagai berikut :
1. Bagaimana gerhana bulan dipandang dari segi sains?
2. Bagaimana gerhana bulan dipandang dari segi Al-Quran, khususnya pada QS.
Yasiin : 40?
3. Bagaimanakah hubungan kedua sudut pandang mengenai gerhana bulan?

C. TUJUAN

1. Mengetahui ranah integrasi-interkoneksi pada kajian “Gerhana Bulan” di


pandang dari perspektif sains dan islam.
2. Mengetahui model integrasi-interkoneksi pada kajian “Gerhana Bulan” di
pandang dari perspektif sains dan islam.

D. MANFAAT

Dengan makalah ini, diharapkan akan menambah keimanan kita kepada


Allah SWT sekaligus Al-Quran. Al-Quran memanglah pedoman manusia
sepanjang masa. Salah satu kesempurnaannya dibuktikan adanya keajaiban-
keajaiban sains yang salah satunya adalah “Gerhana Bulan” itu sendiri.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hasil-hasil penelitian / kajian terdahulu yang terkait dengan tema


“Gerhana Bulan” dipandang dari perspektif sains dan islam adalah :

Kajian oleh Jayusman Djusar tentang ”Fenomena Gerhana dalam Wacana Hukum
dan Astronomi” yang diposting pada tanggal 19 Juli 2011 di
http://jayusman.blog.iainlampung.ac.id/?p=107.

Abstrak : Gerhana adalah peristiwa yang jarang atau langka. Di tengah-tengah


masyarakat masih terdapat kesalahan dan kekurangfahaman terhadap peristiwa
gerhana. Gerhana adalah peristiwa astronomi biasa yang tidak dihubungkan
dengan mitos atau kepercayaan tertentu. Ketika berterjadi gerhana di suatu daerah
disyari’atkan untuk melaksanakan salat gerhana dan melakukan observasi
gerhana, sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah.

4
BAB III

GERHANA BULAN DIPANDANG DARI SAINS

A. RANAH ONTOLOGI

Definisi gerhana adalah penggelapan dalam bahasa Latinnya


ekleipsis. Gerhana merupakan suatu istilah untuk menjelaskan suatu gejala
gelap yang terjadi bila benda langit terhalang benda langit lain. Gerhana
berakibat sinar dari suatu benda langit terhalang sebagian atau seluruhnya.
Contoh gerhana yaitu gerhana bulan atau dalam bahasa Inggrisnya adalah
Moon Eclipse sedangkan gerhana matahari dalam bahasa Inggrisnya adalah
Solar Eclipse atau Sun Eclipse.
( http://www.kumpulanistilah.com/2011/07/pengertian-gerhana.html)

B. RANAH EPISTIMOLOGI

Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang


bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara
matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari
tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.

Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang


beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan
terhadap bidang ekliptika, maka tidak setiap oposisi bulan dengan matahari
akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit
bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang
disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana
bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan
membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik
oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti
dengan gerhana matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang
menghubungkan antara matahari dengan bumi.

5
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih
dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar matahari yang dibelokkan
ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini
memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan,
bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga,
ataupun coklat.

Berbeda dengan gerhana matahari, peristiwa gerhana bulan dapat


diamati secara langsung dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama
sekali. Namun demikian akan lebih indah jika ada binokuler atau “keker”
ataupun teleskop untuk melihatnya lebih dekat sehingga nampak jelas batas
antara daerah gelap dan terang di permukaan bulan. Ketika gerhana bulan
sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana
tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana bulan (salat khusuf).
( http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Maraton )

Gambar-Gambar Peristiwa Gerhana Bulan

1.1 Diagram Gerhana Bulan

6
Diagram gerhana bulan: Bayangan bumi yang menutupi bulan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Maraton )

Skema kenampakan gerhana bulan


(http://arsip.gatra.com/indek_berita.php)

Kenampakan perbedaan antara gerhana bulan dan gerhana matahari


( http://jayusman.blog.iainlampung.ac.id/wp-
content/uploads/2011/07/gerhana2.jpg )

7
C. RANAH AKSIOLOGI

Selanjutnya hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa


gerhana antara lain:

1. Gerhana adalah peristiwa alam yang menunjukkan ketundukan alam pada


Khaliqnya (Penciptanya). Maka selayaknya kita juga menunjukkan
ketaatan kepada Allah dengan melakukan salat gerhana. Matahari dan
bulan tak pernah penyalahi hukum-Nya, sehingga manusia pun dapat
memperkirakan secara tepat waktu terjadinya gerhana. Manusia karena
nafsunya sering kali, sengaja atau tak sengaja, menyalahi hukum Allah,
maka sudah selayaknya peristiwa gerhana mengingatkan kita untuk
memperbanyak istighfar.
2. Matahari dan bulan bisa beriringan dan berdampingan memperlihatkan
keharmonisan yang kadang menunjukkan fenomena cincin atau
mahkotanya yang indah (korona) yang biasanya tidak terlihat. Ini
mengajarkan kita untuk juga dapat berjalan beriringan dan berdampingan
dengan sesama manusia, maka sudah selayaknya itu direpresentasikan
dalam bentuk anjuran memperbanyak sedakah. Lalu khatib pun perlu
mengingatkan bahwa gerhana matahari adalah fenomena alam yang tidak
terkait dengan kelahiran atau kematian seseorang dan tidak terkait dengan
nasib manusia atau bencana alam, tetapi merupakan sebagian tanda-tanda
kebesaran-Nya di alam.
3. Menyaksikan gerhana bulan total ataupun gerhana yang lainnya,
merupakan momen yang langka bahkan GMT hanya dapat dilihat sekali
seumur hidup (asumsi usia manusia kurang dari 100 tahun). Beberapa
ratus juta tahun mendatang, generasi penerus planet bumi hanya akan
mendengar dongeng tentang gerhana. Pada waktu itu matahari akan
berevolusi menjadi bintang raksasa, membesar dimensinya, diameter sudut
matahari akan lebih besar dari bulan. Dengan demikian tidak akan pernah
lagi terjadi gerhana bulan total. Walaupun dalam jangka waktu yang masih
sangat lama tapi hukum alam memberi keyakinan hal itu akan terjadi.

8
4. Plato, murid Aristoteles dikenal sebagai ilmuan Yunani menggunakan
gerhana bulan sebagai bukti bahwa bumi berbentuk bola. Batas umbra
bumi yang berbentuk busur lingkaran sebenarnya merupakan bayang-
bayang bumi oleh matahari.
5. Kita dapat melihat dan mengamati reaksi binatang-binatang saat gerhana
berlangsung. Misalnya kokok ayam yang terkecoh karena mendadak
suasana yang gelap kembali terang seperti di pagi hari pada saat gerhana
matahari total.
6. Gerhana juga dapat dipergunakan untuk memperkaya karya seni fotografi
(Astrofotografi).
7. Selain memperkaya khazanah pengetahuan manusia tentang gerhana,
seperti menguji presisi, ketepatan, berbagai metoda perhitungan
kedudukan bulan dan matahari.
8. Manfaatkan kesempatan momen gerhana ini, untuk pendidikan anak
mempelajari sains tentang gerhana, fenomena alam menakjubkan yang
memuat tantangan intelektualitas manusia yang memikirkannya.
( http://jayusman.blog.iainlampung.ac.id/?p=107 )

9
BAB IV

GERHANA BULAN DIPANDANG DARI ISLAM (QS.YASSIN : 40 )

Allah berfirman dalam QS.Yassin ayat 40 :

Artinya :

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”

( QS. Yasiin : 40 )

1. Ranah Epistemologi

Artinya :

“ Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan...”

Maksud dari potongan ayat tersebut adalah : Tidak benar dan tidak
mudah bagi matahari untuk mencapai bulan dalam kecepatan perjalanannya.
Karena matahari berjalan dengan kecepatan 1 derajat sehari, sedang bulan
berjalan dengan kecepatan 13 derajat sehari. Juga, karena masing-masing
mempunyai garis edar khusus yang keduannya tak mungkin bertubrukan.

10
2. Ranah Aksiologi

Artinya :

“…dan malampun tidak dapat mendahului siang dan masing-masing beredar


pada garis edarnya”

”dan malampun tidak dapat mendahului siang…” Dan tanda malam, yaitu
bulan takkan mendahului tanda siang, yaitu matahari. Maksudnya kekuasaan
bulan tak mungkin menempati tempat matahari. Karena, kedua-duanya berjalan
dengan perhitungan yang teratur, takkan berubah dan berganti.

”dan masing-masing beredar pada garis edarnya…” Dan masing-masing,


bumi, matahari, maupun bulan, beredar pada falaknya bagaikan berenangnya ikan
dalam air. Jadi, matahari berjalan pada garis edarnya sendiri, sedang bumi
berjalan mengelilingi matahari dalam setahun dan berputar pada dirinya.

Para ahli falak zaman dahulu beranggapan bahwa benda-benda langit


tinggal diam saja pada falaknya. Jadi, sebuah benda langit takkan beredar sendiri.
Akan tetapi harus ada pembawa yang membawanya, dan pembawa itulah yang
akan membawannya beredar. Namun, bagaimanakah sesuatu yang tidak
mempunyai kebebasan dan tidak punya kemampuan untuk berjalan bisa beredar,
padahal dia bahkan dipanggul oleh yang lain.

Akan tetapi, para ulama sekarang berpendapat bahwa semua benda langit
berjalan pada garis-garis edarnya sendiri-sendiri di alam ether. Jadi, kalau begitu
benda-benda tersebut seolah-olah dekat dengan yang ada di laut yang luas. Di
antara bukti-bukti kekuasaan Allah dengan ciptaan-Nya yang indah adalah
pergantian, yakni senantiasa terjadi siang dan malam. Malam dipilah dari siang
dan siang pun dipilah dari malam. Sebagai hasil dari berputarnya bumi pada

11
sumbunya (rotasi) dari barat ke timur, maka muncul matahari pada salah satu ufuk
lainnya dengan sangat teratur dan indah.

Selain matahari nampak melakukan peredaran lahiriyah di tengah


masyarakat bintang-bintang, sebagai akibat dari beredarnya bumi mengelilingi
matahari sekali dalam setahun, maka terbukti pula oleh para ahli akhir-akhir ini,
bahwa matahari itu juga mempunyai gerakan lain yang hakiki. Yang pertama,
beredarnya matahari pada porosnya 1 kali pada tiap kira-kira 26 hari. Hal itu
ditunjukkan oleh peneropongan terhadap noda-noda matahari, yaitu bintik-bintik
hitam yang nampak pada permukaannya dari masa ke masa, yang ternyata tempat-
tempatnya tidak tetap di permukaan matahari, dan menempuh jarak antara dua
tepi bulatan matahari dalam tempo 13 hari lamanya. Kedua, peredaran matahari
mengelilingi pusat alam semesta dengan kecepatan kira-kira 200 mil per detik.
Jadi matahari adalah salah satu di antara jutaan bintang yang membentuk alam
semesta, dan yang terbukti bahwa alam semesta atau sistem bintang itu beredar
mengelilingi pusatnya, karena matahari tidak tetap pada pusatnya maka matahari
mempunyai gerakan berkeliling.

Para ahli falak dahulu membagi bintang-bintang yang terletak di sekitar


lintasan beredarnya bulan menjadi 28 gugusan yang masing-masing disebut
manzilah bulan. Setelah bulan menyelesaikan peredaranya pada lintasan edarnya
dengan berpindah dari satu manzilah ke manzilah yang lain maka ia pun kembali
lagi sebagaimana semula menjadi bulan sabit (hilal) yang kecil dan berbentuk
lengkung pada awal bulan. Ia bisa dilihat dalam cahaya remang malam (syafak)
setelah terbenamnya matahari. Sedang warnanya kuning seperti tandan pohon
kurma , karena unsur-unsur cahayanya yang lain tercerai berai pada lapisan udara
sebelum sampai ke mata pemirsa.

Allah SWT sebagai pencipta langit dan bumi menjadikan garis edar
sendiri-sendiri bagi matahari maupun bulan, yang masing-masing beredar.
Sehingga yang satu tidak menutupi cahaya lainnya kecuali pada saat-saat tertentu
saja ketika terjadi gerhana matahari ataupun gerhana bulan. Jadi, sebagaimana

12
telah dikatakan bahwa matahari beredar mengelilingi bumi dalam gerakan
lahiriyah yang ditimbulkan dari beredarnya bumi sekeliling matahari. Gerakan
lahiriyah seperti ini seperti yang dirasakan penumpang kereta api ketika ia melihat
pohon-pohon dan tiang-tiang telepon, dan desa-desa tampak bergerak tanpa ia
merasakan gerakannya sendiri.

Demikianlah agaknya gerakan matahari di tengah-tengah bintang-bintang


lainnya pada garis edar yang luas dengan garis tengah 93 juta mil. Ia menempuh
satu kali putaran penuh dalam masa satu tahun. Gerakan seperti ini ditunjukkan
oleh berpindahnya matahari di tengah buruj dengan standard satu buruj pada
setiap bulan, atau satu derajat setiap hari.

Adapun beredarnya bulan mengelilingi bumi, relatif lebih kecil.


Diperkirakan garis tengahnya sekitar 24.000 mil, dan bulan bisa menempuh sekali
putar dalam waktu satu bulan atau satu manzil dalam satu hari atau 13 derajat
setiap hari. Gerakan bulan mengelilingi mentari ini adalah gerakan hakiki. Dan hal
itu bisa diperhatikan secara mudah dengan memperhatikan kedudukan bulan di
tengah bintang lainnya dari malam ke malam.

Di samping itu, kedua garis edar matahari dan bulan yang telah kita
sebutkan tidaklah berada satu bidang, tetapi yang satu condong terhadap lainnya.
Jika tidak demikian, tentu gerhana matahari atau bulan akan berulang satu bulan
sekali. (Ahmad Mushthafa Al-Maraghi. 1989. Hal : 13)

13
BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan ranah ontologi, epistimologi, dan aksiologi dari


pandangan sains maupun islam dapat diketahui bahwa keduanya saling
berkaitan. Dimana dalam surat Yassin ayat 40 yang dalam penggalannya
yang artinya ”Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan...” dalam
(tafsir Al-Maraghi ) Tidak benar dan tidak mudah bagi matahari untuk
mencapai bulan dalam kecepatan perjalanannya. Karena matahari berjalan
dengan kecepatan 1 derajat sehari, sedang bulan berjalan dengan kecepatan
13 derajat sehari. Juga, karena masing-masing mempunyai garis edar khusus
yang keduannya tak mungkin bertubrukan.

Sedangkan dalam sains Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau


keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila
bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama,
sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh
bumi.

Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang


beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan
terhadap bidang ekliptika, maka tidak setiap oposisi bulan dengan matahari
akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit
bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang
disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana
bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan
membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik
oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti
dengan gerhana matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang
menghubungkan antara matahari dengan bumi.

14
Jadi dari ranah epistimologi dapat diketahui bahwa sains memberikan
penjelasan yang lebih detail mangenai gerhana bulan dibandingkan
penjelasan pada Al-Qur’an sehinga metode yang digunakan adalah
konfirmatif / klarifikatif.

Menurut tafsir Al-Maraghi(1993:13) mengatakan bahwa kekuasaan


bulan tak mungkin menempati tempat matahari. Karena, kedua-duanya
berjalan dengan perhitungan yang teratur, takkan berubah dan berganti. ”dan
masing-masing beredar pada garis edarnya…” Dan masing-masing, bumi,
matahari, maupun bulan, beredar pada falaknya bagaikan berenangnya ikan
dalam air. Jadi, matahari berjalan pada garis edarnya sendiri, sedang bumi
berjalan mengelilingi matahari dalam setahun dan berputar pada dirinya. Dari
penggalan tafsir tersebut tidak mungkin benda-benda langit dapat berputar
sendiri dengan teratur tanpa ada yang mengatur.

Pada ranah aksiologi menggunakan metode informatif karena


memberikan informasi kepada sains bahwa gerhana bulan akan menunjukan
kekuasaan dan kebesaran Allah. Peristiwa gerhana merupakan peristiwa alam
biasa yang secara astronomis dapat dihitung dan diprediksi kapan akan
terjadi. Peristiwa gerhana bukan tanda kelahiran atau kematian seseorang
namun gerhana merupakan momen merenungkan kembali tanda ke-Maha
Besar-an Allah. Untuk itu umat Islam memberi makna akan kehadiran
gerhana melalui ibadah berupa salat gerhana yang dilakukan secara sendirian
maupun berjamaah di masjid-masjid atau mushalla serta memperbanyak
takbir dan sedekah.

Dari pemaparan- pemaparan di atas, dapat di ketahui bahwa model


yang digunakan dalam menjelaskan ketiga ranah tersebut menggunakan
model klarifikatif/ konfirmatif karena sains menjelaskan lebih detail dari pada
penjelasan al-qur’an.

15
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pandangan sains, gerhana merupakan suatu istilah untuk


menjelaskan suatu gejala gelap yang terjadi bila benda langit terhalang benda
langit lain. Gerhana berakibat sinar dari suatu benda langit terhalang sebagian
atau seluruhnya. Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan
penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada
di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar
matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Jenis-jenis
gerhana bulan ada 4, yaitu :

1. Gerhana Bulan Total


2. Gerhana Bulan Sebagian
3. Gerhana Bulan Penumbral Total
4. Gerhana Bulan Penumbral Sebagian

Dari pandangan Al-Quran, kami menggunakan ranah epistemologi


dan aksiologi. Ranah epistemologi menggunakan model konfirmatif /
klarifikatif karena sains memberikan penjelasan yang lebih detail mangenai
gerhana bulan dibandingkan penjelasan pada Al-Quran. Sedangkan pada
ranah aksiologi menggunakan metode informatif karena Al-Quran
memberikan informasi kepada sains bahwa gerhana bulan akan menunjukan
kekuasaan dan kebesaran Allah. Sehingga manusia senantiasa beribadah
(dalam hal ini yaitu melaksanakan sembahyang dua rakaat / shalat gerhana,
berdoa kepada Allah, dan memperbanyak sedekah).

16
B. SARAN

Sebagai umat muslim setidaknya dapat menyeimbangkan dua


disiplin ilmu yaitu ilmu umum dan agama. Dalam bahasan kali ini adalah
ilmu sains dan agama. Karena melalui studi intergrasi dan interkoneksi ini
akan ditemukan kesamaan ataupun melengkapi di antara keduanya. Sehingga,
kemiripan ini akan semakin membuktikan kebesaran Allah SWT.

Demikian makalah ini dibuat, kritik dan saran yang membangun


sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Mushthafa, Ahmad. 1989. Terjemah Tafsir Al-maraghi 23.


Semarang : CV. Toha Putra.

Anonim. 2011. Gerhana Bulan diunduh dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Maraton pada tanggal 25
Desember 2011.

Anonim. 2010. Memaknai Gerhana Matahari dan Bulan diunduh dari


http://h3rdh33.multiply.com/journal/item/50/ pada tanggal 26 Oktober
2011.

Anonim. Tanpa Tahun. Pengertian Gerhana diunduh dari


http://www.kumpulanistilah.com/2011/07/pengertian-gerhana.html
pada tanggal 02 Januari 2012.

Djusar, Jayusman. 2011. Fenomena Gerhana Dalam Wacana Hukum Islam


Dan Astronomi diunduh dari
http://jayusman.blog.iainlampung.ac.id/?p=112 pada tanggal 02
Januari 2012.

Herry Mohammad, Luqman Hakim Arifin, dan Sujoko. 2003. Tafsir Gerhana,
Imam Mahdi, dan Kiamat Menjelang diunduh dari
http://arsip.gatra.com/indek_berita.php pada tanggal 02 Januari 2011.

KF BUMI & ALAM Semesta. 2011. Jenis Gerhana Bulan di unduh dari
http://www.facebook.com/pages/KF-BUMI-ALAM-
Semesta/151513658247280 pada tanggal 02 Januari 2012.

18
BIODATA PENULIS

1. Nama : Sutinah

NIM : 09690022

NO HP : 087839998091

E-mail : ty6n2.to0n@ovi.com

2. Nama : Ambar Sari Indraningrum

NIM : 09690027

No HP : 085743300394

3. Nama : Trisnaning Ari M

NIM : 09690042

NO HP : 085729348945

4. Nama : Laili Muyassaroh

NIM : 09690043

NO HP : 085747976070

E-mail : lelylupher@yahoo.com

19

Anda mungkin juga menyukai