Anda di halaman 1dari 15

Fenomena Gerhana Dalam Hukum Islam Dan Astronomi

Eneng Sa'adah Fauziah


Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor
Email : safasaadahfauziah@gmail.com
Rachmad Risqy Kurniawan
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor
Email : rah.rizqy@gmail.com

Abstract : Phenomena of eclipse in Islamic law and astronomy eclipses Rare or rare
occurrences. It’s probably what always cause and gets the attention and
incomprehension of eclipse events in the general public. Even more the new order’s
reign is forbidden for muslims to observe A total eclipse of the time. The error and
incompetence have resulted in an impact psychological and public fear of eclipse
events.
The real eclipse is Ordinaly astronomical events unrelated to certain mythsor beliefs.
When there was an eclipse in the area designated to perform the eclipse and perform
observe the eclipse, as one of the signs of god’s power.
Keywords : the meaning of eclipse, Eclipse according to the Qur’an and scholars,
Eclipse Myth
Abstrak : Fenomema gerhana dalam hukum islam dan astronomi. Gerhana adalah
peristiwa yang jarang atau langka. Hal tersebut mungkin yang selalu menyebabkan dan
mendapatkan perhatian serta kekurang fahaman terhadap peristiwa gerhana di
masyarakat umum. Terlebih pada masa pemerintahan orde baru terdapat larangan bagi
ummat Islam untuk melakukan pengamatan gerhana matahari total pada masa itu,
kesalahan dan kekurang fahaman ini menyebabkan dampak psikologis dan ketakutan
masyarakat terhadap peristiwa gerhana.
Sejatinya gerhana adalah peristiwa astronomi biasa yang tidak berhubungan dengan
mitos atau kepercayaan tertentu. Ketika terjadi gerhana di suatu daerah disyari’atkan
untuk melaksanakan shalat gerhana dan melakukan observasi gerhana, sebagai salah
satu tanda kekuasaan Allah Swt.,.
Kata Kunci : Pengertian gerhana, Gerhana menurut Al- qur’an dan Ulama, Mitos
gerhana
Pendahuluan
Telah kita ketahui dengan bersama bahwa bumi mengitari matahari sebagai pusat
tata surya. Sementara itu bumi kita memiliki satelit yaitu bulan. Bulan disamping
matahari mengitari bumi, bersama sama dengan bumi mengitari matahari. Akibatnya
bulan terkadang ada diantara matahari dan bumi. Dan Ketika bulan berada diantara
matahari dan bumi belum tentu segaris, bulan bisa berada lebih rendah atau lebih
tinggi dari garis hubung antara matahari dan bumi. Apabila suatu waktu bulan berada
tepat segaris antara matahari dan bumi, bulan akan menghalangi cahaya matahari yang
menuju beberapa daerah di permukaan bumi. Dan ini terjadinya gerhana matahari.
Gerhana matahari total akan terlihat dari wilayah kecil di bumi. Orang orang akan
melihat gerhana total saat berada ditengah bayangan bulan Ketika menyentuh bumi.
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Langit akan menjadi sangat gelap seperti malam hari. Proses terjadinya gerhana
matahari total adalah saat matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus.
Ketika bumi berada diantara matahari dan bulan, akan tetapi posisinya belum tentu
segaris. pada saat keadaan ini bumi mengahadap ke arah bulan dengan penuh yang
tersinari oleh matahari, dan yang kita kenal itu bulan purnama. Pada saat tertentu bumi
segaris dengan bulan dan matahari dan juga mengakibatkan bayangan bumi menutupi
bulan sedikit demi sedikit. Dan inilah yang dinamakan terjadinya gerhana bulan.
Dalam ajaran Islam gerhana adalah suatu penelitian astronomi biasa yang tidak
dikaitkan dengan mitos atau hal hal tertentu. Juga tidak ada ritual ritual yang harus di
lakukan saat terjadinya gerhana, baik gerhana matahari atau gerhana bulan. Dan
selanjutnya saya akan membahas gerhana matahari dan bulan di sudut pandang
astronomi dan syari’at Islam.
GERHANA SALAH SATU TANDA KEKUASAAN ALLAH
Abu Mas’ud R.a menceritakan bahwa Rasulullah SAW., bersabda : “ Matahari dan
bulan tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang. Akan tetapi, matahari dan
bulan merupakan dua dari sekian banyak tanda tanda kekuasaan Allah. Setiap kali
kalian menyaksikan gerhana, ingatlah kepada Allah, ucaplah lafadz ‘Allahu Akbar’ (
Allah Mahabesar ),’ lakukanlah shalat, dan bersedekahlah.” ( H.R Bukhori )
Aisyah R.a berkata, “ Suatu saat, terjadi gerhana matahari semasa hidup Rasululah
SAW., Nabi SAW memimpin orang orang melakukan shalat, lalu berdiri dan membaca
bacaan Al-qur’an yang Panjang dalam shalat tersebut. Kemudian, beliau rukuk cukup
lama. Beliau bangkit lagi dan membaca bacaan Al-qur’an yang Panjang lagi. Namun,
lamanya berdiri lebih pendek dari berdiri yang pertama. Beliau melakukan rukuk cukup
lama lagi, tetapi tetapi lebih pendek dari yang pertama. Kemudian beliau bersujud dan
memanjangkan sujudnnya. Beliau melakukan hal yang sama pada rakaat kedua
sebagaimana beliau lakukan pada rakaat pertama dan kemudian menyudahi shalat
tersebut. Pada saat itu, gerhana matahari telah selesai. Beliau menyampikan khutbah.
Setelah memuji dan memuliakan Allah, beliau mengucapkan kata kata, ‘ Matahari dan
bulan adalah dua tanda di antara tanda tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang. Oleh karena itu, kapan
pun kalian menyaksikan gerhana, ingatlah Allah dan ucapkanlah takbir ( Allahu Akbar
, lakukanlah shalat dan bersdekahlah.”” ( HR. bukhori dan Muslim )
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhori melalui jalur Ibnu Abbas. Juga
diriwayatkan oleh Imam Malik, An-Nasa’I, dan Abu Dawud.
Ketika bulan melintas diantara matahari dan bumi disitu akan terjadi gerhana
matahari. Yang nantinya akan menyebabkan gerhana matahari total atau Sebagian.
Pada bagian bumi dan zona tertentu akan terjadi gerhana matahari yang langsung
menghadap matahari, kita akan mengetahuinya ketika cahaya matahari sedikit demi
sedikit meredup. Adapun di zona bumi sebelah utara dan selatan, hanya terjadi gerhana
matahari Sebagian. Mengapa demikian? Karena yang meredup hanya bagian tertentu
saja dan yanga terkena gerhana matahari tidak seluruh yang ada di bumi akan
merasakannya secara langsung akan tetapi hanya sebagian saja. Dan ketika kita
menjauh dari daerah yang terkena gerhana maka akan hilang pula lah gerhana tersebut.
Sains telah mengungkapkan bahwa ketika bulan diikuti oleh umbra atau disebut
juga bayangan berbentuk kerucut, bayangan tersebut akan mengikuti karena bulan
menutupi cahaya / sinar matahari, yang dalam peredarannya mengelilingi bumi,
bayangan kerucut bulan tersebut bergerak memebrsamai bulan.
Terkenal pada jazirah Arab bahkan sampai daerah lainnya kebanyakan
berkeyakinan bahwa fenomena ini ada sangkut pautannya dengan kematian dan
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


kehidupan seseorang karena kepercayaan mereka Rasulullah SAW menyangkal semua
itu takhayyul dan menegaskan bahwa keduanya merupakan fenomena alam yang sering
terjadi juga salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wata’alaa.
PENGERTIAN GERHANA
Dalam bahasa Arab di artikan Kusuf dan khusuf yang seringkali digunakan untuk
penyebutan gerhana matahari atau gerhana bulan. Pemaknaan ini di ambil dari kamus
Al- Bisri yang di istilahkan gerhana bulan dengan khusuf Al- Qamar sedangkan gerhana
matahari dengan kusuf Asy-Syams.
Mari kita lihat dari segi asal kata khusuf berasal dari khasafa ( fi'il madhi)
sedangkan kusuf berasal dari kata kasafa. Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhlor,
mengartikan khasafa dengan arti menenggelamkan segala isinya, sedangkan kata
kasafa dengan menutupi atau menghalangi.
Ada juga pemaknaan kasafa dalam banyak kamus termasuk munjid menunjukan
makna yang sama, yaitu sama dengan kata hajaba yang diartikan penutup. Dilihat dari
kata hajaba yang diartikan penutup menunjukkan dalam fenomena ini ada hal atau
objek yang tertutupi dengan objek lainnya. Dalam hal ini bulan menutupi sinar
matahari baik Sebagian maupun keseluruhan.
Sebagian ulama diantaranya Al-Laits bin Sa’ad mengungkapan, bahwa kata khusuf
digunakan untuk arti seluruh sinar, sedangkan kata kusuf dipakai untuk makna
hilangnya Sebagian sinar. Dikatakan pula kata khusuf artinya hilangnya warna
keduanya, sedangkan kata kusuf artinya perubahan warna.
Kita seringkali menggunakan dalam bahasa sehari hari kita untuk mendeskripsikan
keadaan yang bersangkut paut dengan kemerosotan atau kehilangan ( secara total atau
Sebagian ) kepopuleran, kekuasaan atau kesuksesan seseorang, kelompok atau negara.
Gerhana juga dapat berkonotasi sebagai kesuraman sesaat ( terpredeksi, berulang atau
tidak ) dan masih diharapkan bisa berakhir dalam astronomi gerhana ini diartikan ketika
arah pandang pengamat tertutup oleh benda langit lainnya yang lebih dekat dengan
pengamat lainnya. Peristiwa ini terjadi ketika sinar matahari tertutup oleh bulan baik
sebagian atau keseluruhan yang mengakibatkan jikalau dilihat dari bumi tidak nampak
secara keseluruhan pada saat gerhana matahari total dan sebagian. Gerhana matahari
terjadi pada siang hari Ketika konjungsi, yaitu pada saat matahari, bulan dan bumi itu
berada pada bujur astronomi yang sama serta bayangan bulan akan mengenai bumi
juga.
Sedangkan gerhana bulan adalah peristiwa dimana Sebagian atau keseluruhan saat
wajah bulan dalam fase purnama tertutup oleh bayangan bumi. Sehingga bulan menjadi
tampak gelap. Terkadang sebagian disaat gerhana Sebagian, dan keseluruhan disaat
gerhana total. Dan itu terjadi Ketika bumi berada diantara matahari dan bulan pada satu
bujur astronomi yang sama, maka dari itu sinar matahari tidak bisa menggapai bulan
karena terhalangi oleh bumi.
Seperti yang kita lihat dan posisi kita berada di bumi dengan adanya bulan dan
matahari adalah salah satu objek benda langit. Maka dengan konjungsi bulan ini bisa
menjadi acuan / pedoman untuk menentukan awal bulan dalam system penanggalan
kalender kamariyah / hijriyah yang tentunya degan ahli di bidangnya.
Akan tetapi ada hal lain yang menyebabkan tidak akan terjadi gerhana bulan, baik
setiap konjungsi maupun gerhana matahari setiap fullmoon, fullmoon yaitu disebut juga
dengan bulan purnama yaitu ketika Kedudukan bidang orbit bulan mengelilingi bumi
berbentuk sudut 5,1° terhadap bidang orbit bumi mengelilingi matahari ( bidang
ekliptika ). Atau sering di katakan pula bidang orbit bulan mempunyai inklinasi 5,1°
dari bidang ekliptika itulah yang di ungkapkan oleh para ahli di bidang astronomi.
Banyak ulama dan para ahli astronomi lainnya mengatakan bahwa gerhana
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


matahari terjadinya ketika bulan menutupinya baik itu sebagian atau keseluruhan dan
apabila terjadinya gerhana bulan yaitu ketika bulan tertutupi oleh bayangan bayangan
bumi yang mana keadaan bumi waktu terjadinya sejajar.
Bisa kalian lihat di internet, buku astronomi atau yang lainnya untuk melihat
gambar bagaimana terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan, juga bisa juga
kalian meneliti secara langsung bagaimana saat terjadinya fenomena ke dua gerhana
tersebut yang pastinya memakai alat yang bisa di pakai untuk meneliti secara jelas dan
akurat.
Telah kita ketahui bersama bahwa gerhana ada dua bagian yaitu gerhana matahari
dan gerhana bulan, akan tetapi dari gerhana matahari dan gerhana bulan tersebut
terbang lagi dan masing masing gerahan terbagi menjadi 3 bagian :
Gerhana matahari ada 3 bagian :
1. GMT ( gerhana matahari total )
Gerhana matahari total di sebut juga dengan kusuf kulli dalam bahasa arab
sedangkan dalam bahasa ilmiah disebut juga dengan Total solar eclipse. Pengertian dari
Gerhana Matahari Total sendiri yaitu ketika bundaran matahari tertutupi oleh bundaran
bukan secara keseluruhan yang mana diameter sudut matahari lebih besar dari pada
diameter sudut bulan. Maka akan kemungkinan besar terhalanginya cahaya matahari.
Sebagaimana telah diamati oleh para ahli bahwa durasi selama adanya gerhana
matahari biasanya kurang lebih 7 menit dan biasanya pula 7 menit tersebut termasuk
durasi maksimal. Daerah yang terkena gerhana matahari saat adanya gerhana matahari
yaitu daerah yang hanya terkena bayangan umbra bulan yang menyebabkan hanya
sebagian daerah saja yang mengalami gerhana matahari tersebut.
Gerhana matahari total juga diawali dan diakhiri dengan adanya gerhana sebagian.
Karena sebelum bulan menutupi matahari dengan sepenuhnya bulan tersebut akan
melewati matahari secara perlahan tidak secara langsung tepat berada ditengah tengah
matahari, maka dari itu apabila terjadinya gerhana matahari total akan diawali dan
diakhiri dengan gerhana matahari sebagian.
2. GMC ( Gerhana Matahari Cincin )
Gerhana matahari cincin disebut juga kusuf halqi atau kusuf khotam dalam bahasa
arab, sedangkan dalam bahasa ilmiah disebut juga dengan Annular solar eclipse.
Kenapa bisa dinamakan gerhana matahari cincin? Karena gerhana matahari cincin ini
terjadi ketika bundaran bulan itu tepat berada di tengah bundaran matahari yang mana
diameter sudut bulan lebih kecil dari pada diameter sudut matahari, yang mana akan
menimbulkan gambar yang seperti cincin karena cahaya matahari yang terpancar hanya
berada di pinggirnya saja maka apabila dilihat persis seperti cincin yang biasanya
dipake oleh kalangan manusia yang berbentuk lingkaran. Untuk durasinya sendiri para
ilmuwan belum ada yang tahu pasti berapa lama nya terjadinya gerhana matahari karena
fenomena gerhana matahari cincin ini sangatlah langka.
3. GMS ( Gerhana Matahari Sebagian )
Gerhana matahari sebagian dalam bahasa arab di sebut juga dengan kusuf ba'dhi,
ba'dhi yang jikalau diartikan menurut kamus munawwir yang artinya sebagian, menurut
kata ilmiah gerhana matahari sebagian juga disebut dengan partial solar eclipse .
Telah kita kupas sedikit diatas bahwa gerhana sebagian bisa terjadi saat gerhana
matahari total yang mana mengawali dan mengakhiri. Pengertiannya sendiri yaitu
ketika sebagian bundaran bulan menutupi sebagian bundaran matahari yang berada di
daerah penumbra atau berada pada bayangan kabur bulan yang menyebabkan
terlihatnbya matahari tidak normal atau cahaya yang nampak tidak seperti biasanya dan
hanya sebagian saja yang terlihat terang.
Gerhana bulan
Sebelumnya kita harus tau apa itu gerhana bulan? Gerhana bulan terjadi pada saat
Sebagian wajah bulan atau keseluruhan dalam fase purnama tertutup oleh bayangan
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


bumi. Terjadinya apabila bumi berada pada posisi diantara matahari dan bulan
bertepatan pula secara satu garis lurus yang sama, maka dari itu cahaya matahari tidak
bisa menggapai bulan karena terhalang perbedaan oleh bumi.
Menurut ilmu pengetahuan gerhana bulan terjadi apabila bulan sedang dalam posisi
membelakangi cahaya atau bertolak belakang dengan matahari. Akan tetapi akibat orbit
miring terhadap bidang orbit semua matahari ( ekliptika ), maka oleh sebab itu tidak
setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan.
Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan dua buah
titik potong yang disebut titik node, Apa itu titik node ? Titik node yaitu titik dimana
ketika terlihat bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi disaat
bulan yang berposisi pada titik node tersebut. Berapakah bulan membutuhkan waktu
untuk berputar dari satu titik oposisi dan Kembali lagi ke titik nya ? Dan ternyata bulan
membutuhkan waktu sekitar 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi dan
kembali lagi ke titik oposisi tersebut. Maka dilihat dari kebiasaan nya, apabila terjadi
gerhana bulan maka akan diikuti dengan matahari. Mengapa demikian ? Karena kedua
titik node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara matahari dan bumi.
Sudah terlihat perbedaan antara gerhana matahari dan gerhana bulan. Gerhana matahari
itu terjadi disaat konjungsi dan gerhana bulan terjadi pada oposisi.
Terdapat dua jenis gerhana bulan beda halnya dengan gerhana matahari :
1. GBT ( Gerhana Bulan Total )
Gerhana bulan total disebut dalam bahasa arab yaitu khusuf kulli yang mana kulli
jikalau di artikan dalam kamus munawwir yang berarti " Seluruhnya " , sedangkan
dalam bahasa ilmiah disebutkan pula sebagai total Lunar eclipse.
Pengertian dari pada gerhana bulan total sendiri yaitu apabila berlangsungnya
gerhana bulan teejadinya fenomena bulan yang memasuki kawasan umbra bumi pada
saat bulan tepat pada daerah penumbra, telah kita sebutkan bahwa penumbra yaitu
bayangan umbra yang akan mengakibatkan muka bulan tertutup oleh bumi secara
keseluruhan, sehinnga bulan tersebut masuk ke daerah umbra yaitu daerah yang sangat
gelap. Itulah kenapa apabila terjadi gerhana bulan total akan terlihat sangat gelap di
daerah yang terkena gerhana bulan total. Bisa kita lihat sendiri apabila adanya gerhana
bulan total akan teras gelap secara keseluruhan.
Akan tetapi yang sebenarnya terjadi tidak sama dengan apa yang kita kira pada
peristiwa gerhana bulan ini. Seringkali bulan masih dapat terlihat oleh mata kita sendiri
dan keadaan kita berada di bumi yang pastinya kita melihat dengan memakai peralatan
untuk melihat benda benda jauh. Kenapa bisa terjadi demikian? Ini di karenakan masih
adanya sinar matahari yang di belokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan
kebanyakan sinar yang di belokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah
sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, dan ada
beberapa macam warna menurut para peneliti dan para ahli di bidangnya apabila kita
melihatnnya ( gerhana bulan ) yaitu : merah tembaga, jingga, ataupun coklat. Semuanya
itu bisa terjadi karena bisa jadi di penglihatan kita karena kita melihat dengan jarak jauh
dan pastinya para ilmuwan sendiri sudah merumuskannya.
2. GBS ( Gerhana Bulan Sebagian )
Gerhana bulan sebagian dalam bahasa arab di sebut dengan khusuf Ba'dhi yang
mana lagi lagi dalam kamus munawwir diartikan Ba'dhi yaitu " Sebagian " Sedangkan
dalam bahasa ilmiah nya bisa disebut dengan Partial Lunar Eclipse.
Pengertian dari gerhana bulan sebagian yaitu selama gerhana bulan berlangsung,
jadi hanya Sebagian bundaran bulan saja yang memasuki Kawasan umbra bumi beda
dengan halnya gerhana total yang seluruhnya memasuki Kawasan umbra bumi. Ketika
itu dimana tidak semuanya bulan terhalangi sinar matahari oleh bumi, sedangkan
sebagian permukaan bulan yang lainnya berada di daerah penumbra. Maka dari itu ada
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Sebagian sinar matahari yang sampai ke permukaan bulan. Dan yang kita lihat sesuai
dengan teori ilmiah sebagian masih terkena cahaya matahari dan tidak seluruhnya
terkena, bisa kita lihat di berbagai buku ilmiah lain untuk melihat bagaimana gambaran
terjadinya gerhana bulan sebagian.
Dalam pengertian diatas kita bisa membedakan setiap fenomena gerhana yang
terjadi di permukaan bumi dan mengenal bahasa bahasa lain dari gerhana matahari
ataupun gerhana bulan, bisa kita pelajari lebih tentang pengertian dan pembagian
gerhana ini kepada para ahli ilmuan langsung dengan mewawancarainya.
Tidak sampai pengertian dan pembagian nya saja kita akan membahas sedikit lebih
jauh dari pengertian dan pembagian nya ini, mari kita lihat dari segi bayangan yang
terbentuk, gerhana ini dapat di bedakan menjadi gerhana umbra dan penumbra.
1. Gerhana Umbra
Apa itu gerhana umbra ? Yaitu daerah bayangan inti yang berbentuk
kerucut dan warna gelap karena tertutupnya cahaya / tidak ada sama sekali
cahaya. Gerhana umbra ini terjadi pada saat tepat berada di daerah penumbra.
Gerhana umbra ini bersifat total, cincin ataupun sebagian. Pada saat gerhana
bulan total, keseluruhan bagian bulan masuk ke dalam bayangan inti / umbra
bumi. Adapun pada saat gerhana matahari total, keseluruhan bagian matahari
tertutup oleh bulan. Sedangkan pada gerhana matahari hanya Sebagian yang
tertutup bayangan inti adalah sebagiannya. Gerhana anti – umbra hanya terjadi
pada saat gerhana matahari cincin. Dan gerhana anti – umbra ini terjadi pada
saat matahari tepat berada di daerah anti – umbra ( daerah bayangan umbra
yang menutupi / mengahalangi bagian titik pusat matahari ), dimana akan
terjadi seluruh bundaran bulan yang gelap berada dalam bundaran matahari.
Bedanya dengan gerhana matahari total adalah dimana saat terjadi gerhana
matahari total seluruh bagian matahari akan tertutup oleh bulan, sedangkan pada
saat gerhana matahari cincin yaitu seluruh bundaran bulan yang gelap dalam
bundaran matahari namun terdapat juga bagian luar matahari yang tidak
tergelapi sehingga membentuk cincin. Bedanya dengan gerhana matahari
sebagian, tidak seluruh bundaran bulan menutupi bundaran matahari dan
sebagian bundaran bulan diluar bundaran matahari.
2. Gerhana Penumbra
Gerhana penumbra yaitu bayangan yang kabur di sekeliling umbra.
Biasanya daerah penumbra hanya mendapat sedikit sinar atau samar samar. Bagi
penduduk bumi suka membedakan perubahan kecemerlangan bulan purnama
ataupun matahari sebelum berlangsung gerhana penumbra dengan saat bulan
atau matahari barada pada penumbra. Maka akan terjadi keredupan yang
terkadang sulit diamati / dibedakan oleh mata bulatnya manusia, karena apa?
Karena cahayanya hanya beberapa persen saja ( kurang dari 1 % ). Karena itu
mata bulat manusia melihat bulan purnama / matahari tanpa perubahan saat
gerhana penumbra
PENGAMATAN GERHANA
Hasil pengamatan mengatakan bahwa jikalau mau melihat / mengamati matahari
tidak boleh melihatnya secara langsung oleh mata, baik telanjang ataupun memakai alat
optic seperti contohnya: kamera, binocular, teleskop dan benda lainnya. Dikarenakan
jika melakukan hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada mata sementara
bahkan sampai permanen (mengalami kebutaan).
B. Raplh Chou menjelaskan bahwa 99 % cahaya matahari terlindung oleh bulan
pada peristiwa gerhana matahari, sehingga wilayah umbra bumi enjadi gelap. Namun,
tetap ada cahaya radiasi dari matahariyang sampai ke bumi, dan sampai ke mata (
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


apabila kita langsung menatap dengan mata bulat kita ). Dan perlu diingat, cahaya
matahari terdiri dari berbagai gelombang sinar baik dari sinar tampak ( pelangi : me – ji
– ku – hi – bi – ni – u ) maupun sinarnya tampak seperti UV yang berenergi
berfrekuensi tinggi hingga sinarnya dengan gelombang radio yang berenergi dan
berfrekuensi rendah. Perilaku pupil mata manusia pada malam hari ternyata sama saat
terjadinya gerhana matahari. Pada saat gerhana, pancaran cahaya matahari terhalang
Sebagian oleh bulan sehingga bumi menjadi gelap. Sehingga reaksi pupil mata secara
alami membesar. Dan disaat orang menatap langsung ke matahari yang terlindung oleh
bulan, pupil mata tidak bereaksi secara signifikan, padahal radiasi sinar UV tetap
menembus ke bumi, menembus ke retina mata, yang sedang merusak sel batang dan
kerucut mata.
Akan terjadi fatal apabila kita melihat gerhana secara langsung atau dengan mata
yang tanpa alat karena terdapat sinar sinar yang berbahaya seperti sibar UV yang tetap
menerobos masuk yang dimana akan menghasilkan reaksi kimia dan akan merusak
pada mata. Swlain sinar UV terdapat pula sinar inframerah atau disebut juga infared
yang didalamnya mengandung fotokuagulasi yang mengakibatkan akan memanggang
sel batang dan kerucut pada mata. Jangan mencoba untuk melihat gerhana secara
langsung baik dalam durasi lama ataupun pendek.
Secara pengamatan gerhana matahari yang boleh dilakukan dengan secara langsung
oleh mata bulat kita yaitu ketika terjadi fase gerhana matahari total yakni lebih tepatnya
ketika matahari benar benar tertutup oleh bulan ( 100 % ).
Akan tetapi bukan berarti kita tidak dapat menyaksikan fenomena alam yang
menakjubkan dan salah satu kekuasaan Allah SWT., fenomena yang jarang sekali
terjadi ini banyak orang yang ingin mengenangnya. Maka dari itu peneliti mempunyai
beberapa cara untuk melihat gerhana matahari yang aman bagi mata kita.
Salah satu peniliti yakni : Hanief Trihantono dalam pengamatan Gerhana Bulan
Total dan AR Sugeng Riyadi dalam Gerhana Matahari cincin mengamati peristiwa
sebagai berikut :
a. Menggunaknan negatif film atau klise yang sudah terbakar. Amati matahari
dengan menggunakan filter yang aman, dan jangan melihatnnya secara terus
menerus. Amati paling lama 2 menit, kemudian berhenti dan baru amati lagi
setelah 3 menit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan pada mata
seandainya ada cacat pada filter yang kita gunakan.
b. Cara paling aman adalah dengan cara memantulkannya di layar, baru kita
melihat hasilnya dilayar tersebut. Misalnya teleskop kita arahkan ke matahari,
lalu kita pasangkan pada lensa okuler selembar kertas dengan diatur posisinya
sehingga gambarfokus, maka kita mendapatkan hasilnya dilayar tersebut.
c. Bisa juga menggunakan media ember besar atau baskom berisi air jernih yang
di letakkan pada tempat terbuka ataupun lewat kolam.
Gerhana matahari akan bahaya bila kita meneliti langsung dengan mata kepala kita
beda halnya dengan gerhana bulan yang bisa di amati / di teliti secara langsung oleh
mata kita. Namun demikian aka lebih indah jika kita memakai salah satu alat untuk
melihat sesuatu yang jaraknya jauh dan akan tampak lebih jelas batas antara daerah
gelap dan terang di permukaan bumi seperti binokuler atau “keker” ada pula teleskop.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK GERHANA MATAHARI DAN GERHANA
BULAN
Terdapat beberapa aspek yang berbeda antara gerhana matahari dan gerhana bulan,
antara lain :

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


No gerhana matahari Gerhana Perbedaan
bulan
1. Sinar matahari yang ditutupi Bulan yang di tutupi Keadaan sinarnya
oleh bulan oleh bayangan bumi
2. Pada saat konjungsi ( yaitu Pada saat oposisi ( Waktu terjadi
kedudukan bulan searah dengan yaitu kedudukan
matahari bulan berlawanan arah
dengan matahari
dilihat dari bumi )
3. Terjadi pada siang hari Terjadi pada malam Waktu pengamatan
Hari
4. Maksimal 7 menit 58 detik Maksimal 3 jam Durasi gerhana
5. Matahari digelapi dari kanan ke Bulan di gelapi dari Keadaan gelapnya
kiri kiri ke kanan apabila menghadap
ke utara
6. Gerhana matahari waktunya di Sedangkan gerhana Wilayah / daerah
tentukan oleh Gerakan bulan di seluruh yang yang mengalami
bayangan bulan melintasi suatu mengalami malam daerah
daerah. Jadi, berbeda dengan yang sama
gerhana bulan, dan lebih detail
nya kita harus melihat data
gerhana untuk setiap daerah
Dengan adanya tabel diatas mempermudah kita untuk mengetahui perbedaan
antara gerhana matahari dan gerhana bulan. Mari kita telaahi lebih dalam. Bagian
yang pertama gerhana matahari terjadi ketika sinar matahari ditutupi oleh bulan
sedangkan gerhana bulan di tutupi oleh bayangan bumi dan itu perbedaan nya di
keadaan sinarnya.
Yang kedua perbedaannya pada waktu gerhana nya, apabila gerhana matahari
terjadi pada saat konjungsi, apa itu konjungsi? Konjungsi yaitu kedudukan bulan nya
serah dengan kedudukan matahari sedangkan gerhana bulan terjadi pada saat oposisi,
apa itu oposisi? Oposisi yaitu ketika kedudukan bulan itu berlawanan arah dengan
matahari jika kita melihatnya dari bumi.
Yang ketiga kita lihat dari waktu pengamatannya yang telah diamati oleh orang
yang ahli di bidang nya yaitu apabila gerhana matahari terjadi pada siang hari dan
gerhana bulan terjadi pada malam hari sesuai dengan datang nya bulan dan matahari
untuk menyinari bumi dengan sinarnya masing masing.
Yang keempat yaitu durasi selama gerhana, berapa si durasi gerhana baik
matahari ataupun bulan? Yang telah di amati dan yang biasanya terjadi durasi gerhana
matahari itu maksimal 7 menit 58 detik dan mungkin bisa jadi lebih pendek dari durasi
maksimal ini sedangkan gerhana bulan itu paling lama maksimal bisa sampai 3 jam
kurang lebih karena gerhana bulan terjadi pada malam hari yang durasi nya cukup
panjang juga.
Yang kelima dilihat dari keadaan gelapnya apabila kita lihat dari sebelah utara
yang mana matahari digemari dari bagian kanan ke kiri yang mana apabila terjadi
gerhana matahari diawali dan diakhiri dengan gerhana matahari sebagian sedangkan
gerhana bulan di gelapi dari kiri ke kanan sebaliknya dari gerhana matahari yang akan
tetapi gerhana bulan tidak di awali dengan gerhana sebagian baik dia mengawali
ataupun mengakhiri.
Yang terakhir kita membahas tentang daerah atau wilayah mana sajakah yang
terkena gerhana. Gerhana matahari mengenai waktu yaitu waktunya di tentukan oleh
gerakan bayangan bulan yang melintasi suatu daerah, jadi berbeda dengan gerhana
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


bulan yang akan mengalami gerhana yaitu seluruh yang mengalami malam yang sama
akan terkena gerhana bulan. Jika ingin mengetahui lebih kita harus melihat data
terjadinya gerhana disetiap daerah.
Dengan pembahasan tersebut kita sebagai manusia yang awwam terhadap ilmu
pengetahuan bisa mengetahui dengan jelas apa perbedaan gerhana matahari dan
gerhana bulan tanpa harus meneliti karena para ahli dengan kecerdasan nya bisa
menumpahkan penelitian nya dalam sebuah buku dan kita yang hanya bisa mengetahui
dengan membacanya.
SYARAT TERJADINYA GERHANA MATAHARI
Menurut Tim Penyusun Naskah IDI Hukum, Islam Untuk Disiplin Ilmu Astronomi;
Buku Dasar Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum Jurusan / Program
Studi Astronomi mengatakan bahwa pada bidang orbit bulan dan ekliptika berpotongan
pada dua titik simpul. Garis simpul penghubung titik simpul beregresi ke arah barat
dengan periode 18,6 tahun. Pada fase bulan baru, bulan dan matahari berada pada bujur
ekliptika yang sama. Kerucut umbra bulan tidak selalu dapat menyentuh bumi ( yang
menyebabkan terjadi gerhana). Gerhana terjadi dekat dengan titik simpul. Titik simpul
beregresi ke barat oleh karena itu matahari lebih cepat mencapai titik simpul. Periode
matahari dari titik simpul kembali lagi ke titik simpul yang sama dinamakan satu tahun
gerhana = 346, 62 hari ( rata rata ). Periode ini lenih pendek 18, 63 hari dengan periode
sideris ( 365, 25 hari ).
PENSYARI’ATAN SHALAT GERHANA
Agama Islam mensyari'atkan beberapa hal yang terkait dengan peristiwa gerhana
a. Perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, shalat gerhana dan sedekah. Dari 'Aisyah
R.A, Nabi SAW., bersanda : " Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua
diantara tanda tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian
seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo'alah
kepada Allah SWT., bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahkah.
b. Melakukan observasi gerhana dengan menyaksikan salah satu bukti kekuasaan
Nya. Di dalam hadits Nabi dijelaskan: Dari Al-Mughirah Ibn Syu'bah R. A. (
diriwayatkan bahwa) ia berkata : Terjadi gerhana matahari pada hari
meninggalnya ibrahim. Lalu ada orang yang mengatakan terjadinya gerhana itu
karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW., bersabda :
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda tanda kebesaran Allah.
Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu
melihat hal itu, maka shalat dan berdo'alah kepada Allah. ( HR. Bukhari).
c. Ketika terjadinya gerhana serulah para jama'ah untuk melaksanakan shalat
gerhana yang dilakukan dengan berjama'ah tanpa adanya adzan dan iqomah
seperti hadits dibawah ini. Hadits Aisyah mengatakan : " Aisyah radhiyallahu
'anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah
terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggik
jama'ah dengan : Ash-shalatu jami'ah ( mari kita lakukan shalat berjama'ah).
Orang orang lantas berkumoul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan
empat kali ruku' dan empat kali sujud dalam duaraka'at. "
d. Shalat gerhana dilakukan secara berjama'ah di masjid. Salah satu dalil yang
menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari 'Aisyah bahwasannya Nabi
Saw., mengendarai kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam melewati kamar istrinya ( yang dekat dengan
masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. Dalam riwayat lain
dikatakan bahwa Nabi mendatangi tempat shalatnya ( yaitu masjidnya) yang
biasa dia shalat di situ. Ibn Hajar mengatakan
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


: " Yang sesuai dengan ajaran Nabi adalah mengerjakan shalat gerhana di
masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat
dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lenih mudah melihat berakhirnya
gerhana ".
Syekh Muhammad Ibn Sholeh Al-Utsaimin mengatakan bahwa shalat gerhana
secara jama'ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada dirumah, dia juga boleh
melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil berdasarkan sabda Nabi SAW., :
Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah. " Perintah ini baik untuk
kaum laki laki maupun perempuan. Berdasarkan hadits Bukhari, " Shalat
wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari. "
1. Seperti apa yang di ajarkan Rasulullah SAW., bahwa setelah shalat gerhana
dilaksanakan nya khutbah sesuai tuntunan Nabi, Rasulullah SAW., berkhutbah
di hadapan orang banyak, dan dalam khutbahnya beliau memuji dan
menyanjung Allah, kemudian bersabda :" Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak
terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal
tersebut maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakankah shalat dan
bersedekahlah. "Bukan hanya aspek dalam ibadahnya saja akan tetapi ada juga
aspek perenungan ayat ayat kauniyah nya. Oleh karenanya disarankan
kepada para jama'ah pada saat puncak nya gerhana ada kesempatan untuk
melihat langsung proses gerhana tersebut.
Hadits hadits yang sebelumnya merupakan sunnah fi'liyah yang menggambarkan
perbuatan Rasulullah SAW., melakukan shalat saat terjadinya gerhana dan sunnah
qauliyah yang berisi perintah Nabi SAW., untuk melakukan shalat pada saat terjadi
gerhana. Para jumhur ulama berpendapat bahwa hukum melaksanakan shalat gerhana
bulan ataupun shalat gerhana matahari itu hukumnya sunnah muakkad.
Shalat gerhana terdiri dari dua raka'at dapat dilaksanakan berjama'ah di masjid
maupun sendiri ( munfarid ). Dalam pelaksanaannya setelah melaksanakan sholat
gerhana diiringi dengan khutbah ataupun tanpa khutbah. Shalat gerhana tersebut
terdapatbeberapa perbedaan dalam tata cara melaksanakan nya.
PENDAPAT PARA ULAMA :
1. Abu Hanifah mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat
sunnah seperti biasanya. Dalil yang dikatakan imam Abu Hanifah dan yang
senada dengannya, ialah hadits Abu Bakrah, ia berkata, " Pernah terjadi gerhana
matahari pada zamnn Rasulullah SAW., maka Rasulullah keluar dari rumahnya
seraya menyeret selendangnya sampai akhirnya tiba di masjid. Orang orang pun
ikut melakukan apa yang dilakukannya, kemudian Rasulullah Saw., shalat
bersama mereka dua raka'at. " (H. R Bukhori ).
2. Mayoritas ulama yang lain Imam Malik, imam Syafi'i dan imam Ahmad
Hambali menyatakan bahwa shalat gerhana itu seperti shalat hari raya yakni
dua raka'at, hanya ada perbedaan setiap raka'at ada dua kali ruku'. Setelah ruku'
pertama yang agak panjang kembali berdiri lalu membaca Al- Fatihah dan surat
lainnya baru ruku' lagi setelah itu barulah dilanjutkan dengan i'tidal dan sujud
begitupun seterusnya sampai salam. Lalu pelaksanakan shalat gerhana ini di
tutup dengan khutbah. Pendapat ini berdasarkan hadits diantaranya :
Hadits Ibnu Abbas, ia berkata, " Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Nabi
SAW., maka beliau shalat dan orang orang ikut shalat bersamanya. Beliau berdiri
sangat lama (seperti) membaca surat al -Baqarah, kemudian rukuk yang kama, lalu
berdiri, lama sekali berdirinaa namun berdiri yang kedua lebih pendek dari berdiri yang
pertama. Kemudian ruku' lama sekali ruku'nya namun ruku' yang kedua lebih pendek
dari ruku' pertama... " ( H.R Bukhori ) .
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Hadits kedua, dari Aisyah Radhiallahu'anha ia berkata, " Bahwasanya
Rasulullah SAW., pernah melaksanakan shalat ketika terjadi gerhana matahari.
Rasulullah berdiri kemudian bertakbir kemudian membaca, panjang sekali
bacaannya, kemudian rukuk dan panjang sekali ruku'nya, kemudian
mengangkat kepalanya ( i'tidal ) seraya mengucapkan : " Sami'allahuliman
hamidah, " Kemudian berdiri sebagaimana berdiri yang poertmaa, kemudian
membaca, panjang sekali bacaannya namun bacaan yang kedua lebih pendek
dari bacaan yang pertama, kemudian rukuk dan panjang sekali ruku'nya, namun
lebih pendek dari rukuk yang pertama, kemudian sujud, panjang sekali sujudnya,
kemudian dia berbuat pada raka'at yang kedua sebagaimana yang dilakukan
pada raka'at pertama, kemudian salam " (H. R Bukhori dan Muslim) .
HIKMAH DAN MITOS DIBALIK PERISTIWA GERHANA
Peristiwa gerhana ini adalah fenomena alam yang langka yang secara astronomi bisa
di prediksi kapan akan terjadi dan dimana saja terjadi gerhana, dan gerhana ini tidak
ada sama sekali sangkut pautannya dengan hal hal mitos seperti di kaitkan dengan
kematian atau kehidupan seseorang. Maka dari itu Rasulullah menegaskan dalam
beberapa hadits
nya agar ummat islam ketika ada gerhana menganjurkan untuk perbanyak dzikir, takbir,
tasbuh dan ibadah lainnya. Ini adalah salah satu contoh fenomena alam yang patut kita
renungkan atas kemahabesaran Allah SWT..
" Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua macam tanda dari tanda tanda
kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukan karena kematian
seseorang atau kehiduoannya. Maka jikalau kamu melihatnya, berdo'alah kepada Allah,
bertakbirlah, bersedekahkah serta shalatlah. ( H. R Bukhari dan Muslim ).
Banyaknya kepercayaan masyarakat tentang mitos adanya kematian ketika gerhana
ini disangkut pautkan dengan hadits Nabi yang menceritakan tentang putra Rasulullah
yang meninggal. Mitos lainnya yang berkembang di masyarakat antara lain sebagai
berikut :
• Masyarakat biasa ketika terjadi gerhana biasa melakukan apa yang dilakukan
oleh masyarakat sebelumnya yaitu memukul mukul pohon kelapa dan
sejenisnya dengan tujuan untuk membangunkan bulan dan matahari agar tidak
dimakan gerhana. Hal yang dilakukan masyarakat tersebut tidak masuk akal
menurut ilmu pengetahuan.
• Beda dengan sebagian kepercayaan masyarakat di pedesaan pulau Jawa
menganggap kejadian gerhana dengan ada buto ( buta kalarahu ) yang
memakan bulan. Orang orang terdahulu atau masyarakat akan beramai ramai
menabuh lumping / lesung ( tempat penumbuk kayu ) agar buto nya takut dan
cepat hilang. Tindakan ini pun masih tidak masuk akal.
• Di kotabumi, Lampung utara, di saat terjadinya gerhana sejumlah ibu hamil
bersembunyi di bawah ranjang. Itu dilakukan sejumlah ibu hamil agar anak
yang di kandungnya ketiak lahir kelak tidak ada cacat dalam tubuhnya. Lalu,
ibu hamil tersebut diminta memakai sarung, kemudian neneknya mengusap
perut calon ibu itu sebanyak tiga kali usapan sembari memohon agar janin
yang di kandungnya terhindar dari baka ( bahaya ). Mereka percaya, ritual itu
dilakukan agar bayi yang di lahirkan wajahnya tidak hitam.
Selain mitos adapula pelajaran pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil dari kejadian
atau fenomena gerhana ini. Antara lain yaitu :
• Gerhana adalah peristiwa alam yang menunjukkan ketundukam alam pada
Khaliqnya (penciptanya). Maka dari itu selayaknya kita juga menunjukkan
ketaqwaan kita kepada Allah selaku hambanya dengan melaksanakan shalat
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


gerhana ketika terjadinya fenomena tersebut. Matahari dan bulan tidak pernah
menyalahi hukum - Nya, sehingga manusia pun dapat memperkirakan secara
tepat waktu terjadinya gerhana. Manusia karena nafsunya seringkali, sengaja
atau tidak sengaja dalam menyalahi hukum Allah.. Maka sudah selayaknya
peristiwa gerhana ini mengingatkan kita untuk memperbanyak istighfar,
mengingat kekuasaan Allah yang maha kuasa.
• Matahari dan bulan bisa beriringan dan berdampingan memperlihatkan
keharmonisan yang kadang menunjukkan fenomena cincin atau mahkotanya
yang indah disebut juga dengan korona ( perhatikan struktur korona yang tidak
simetri bundar, hal ini menujukkan adanya aktivitas di permukaan matahari.
Korona matahari merupakan plasma dengan temperatur berjuta derajat ) yang
biasanya tidak terlihat. Bagi para saintis, momentun gerhana matahari total
dapat dijadikan sumber data " membongkar rahasia matahari ", terutama
struktur matahari, ledakan serta fenomena temperatur matahari. Fenomena ini
pula mengajarkan kita untuk selalu dapat berjalan beriringan dan
berdampingan dengan sesama manusia, maka dari itu sudah selayaknya
direpresentasikan dalam bentuk anjuran memperbanyak sedekah. Lalu khotib
pun perlu mengingatkan kepada para jama'ah nya ketika menyampaikan
khutbah setelah terjadi gerhana bahwa fenomena alam ini tidak ada kaitannya
dengan kelahiran atau kematian seseorang, palagi orang awwam harus di
fahamkan betul tengah fenomena iniini, juga tidak ada sama sekali keterkaitan
dengan nasib manusia atau bebcana alam, akan tetapi merupakan sebagian
tanda tanda kebesaran-Nya di alam semesta ini.
• Menyaksikan gerhana matahari total ataupun gerhana yang lainnya,
merupakan momen yang langka bahkan gerhana matahari total hanya dapat
dilihat sekali seumur hidup ( asumsi usia manusia kurang dari 100 tahun ).
Beberapa ratus juta tahun mendatang, generasi penerus planet bumi hanya
akan mendengar dongeng tentang gerhana. Pada waktu itu matahari akan
berevolusi menjadi bintang raksasa, membesar dimensinya, diameter sudut
matahari akan lebih besar dari bulan. Dengan demikian tidak akan pernah lagi
terjadi gerhana matahari total. Walaupun dalam jangka waktu yang masih
sangat lama tapi hukum alam member keyakinan hal itu akan terjadi.
• Fenomena gerhana ini telah menarik perhatian sejak awal peradaban manusia.
Pada zaman Babylonia ( 2000 SM - 1000 SM ) di lembah sungai Eufrat dan
Tigris telah mengenal silus Saros, siklus terjadunya gerhana tiap 223 kali
periode sinodis bulan atau 6585,3 hari disaat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi masih sangat sederhana. Thales ( dari Miletus, 624 SM - 547 SM
) termasuk ilmuan dan filosof yang mentransmisikan pengetahuan tentang
siklus Saros dari Babylonia ke Yunani.
• Murid dari Aristoteles yaitu salah satunya Plato yang di kenal sebagai
ilmuwan Yunani menggunakan gerhana bulan sebagai bukti bahwa bumi
berbentuk bola. Batas umbra bumi yang berbentuk busur lingkaran sebenarnya
merupakan bayang bayang bumi oleh matahari.
• Kita dapat melihat dan mengamati bagaimana reaksi binatang binatang saat
gerhana berlangsung. Okeh, kita ambil salah satu binatang yaitu ayam, ayam
akan berkokok yang saling bersahutan karena mendadak suasana yang tadinya
gelap kembali terang seperti pagi hari. Dan itu terjadi disaat gerhana matahari
total.
• Untuk memperkaya karya seni fotografi bisa juga diambil dari foto gerhana
saat kejadian berlangsung tentunya dengan memakai alat atau disebut juga
karya Astrofotografi.
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


• Selain memperkaya pengetahuan manusia tentang gerhana, seperti menguji
presisi, ketepatan, berbagai metode perhitungan kedudukan bulan dan
matahari dan masih banyak pelajaran serta hikmah yang bisa diambil dari
fenomena gerhana ini.
• Memanfaatkan sebaik baiknya kesempatan momen yang langka ini yaitu
dimana saat terjadinya gerhana, untuk pendidikan anak mempelajari sains
tentang gerhana, karena fenomena alam yang menakjubkan juga membuat
tantangan intelektualitas manusia yang memikirkannya. Allah berfirman dalam
surat Al-furqon [ 25 ] : 45 dan 46

ِ ْ ‫) مُثَّ قَ ب‬45(‫الشمس علَي ِه دلِي ًل‬ ِ ۤ ِ ِ


‫ضا‬
ً ‫ضنٰهم ال َْي نَا قَ ْب‬َ ْ َ ْ َ َ ْ َّ ‫ف َم َّد الظ َّل َول َْو َشا َء ََلََعلَهٗ َساكنًا مُثَّ َج َعلْنَا‬ َ ِ‫اَََلْ تَ َر ا ٰٰل َرب‬
َ ‫ك َك ْي‬
)46(‫يا‬ ِ
ً ْ ‫يَّس‬
Apakah kamu tidak memperhatikan ( penciptaan ) Tuhanmu, bagaimana dia
memanjangkan ( dan memendekkan ) bayang bayang dan kalau dia menghendaki
niscaya Dia menjadikan tetap bayang bayang itu, kemudian kami jadikan matahari
sebagai petunjuk atas bayang bayang itu. Kemudian kamu menarik bayang bayang itu
kepada kami dengan tarikan yang perlahan lahan .
Ada sebuah kisah yang menarik untuk kita simak yang pastinya terkait dengan
peristiwa gerhana matahari. Tokohnya adalah seorang ahli ilmu falak Indonesia beliau
yaitu Turaikhan Adjhuri ( penggagas kalender menara Kudus ). Beliau dia nggak
berbeda, tidak sejalan menentang pemerintah dimasa Orde Baru dan sempat pula di
interogasi karena perbedaan penentuan waktu idul fitri yang berbeda dengan
pemerintah yang menyeru agar masyarakat bersembunyi di rumah rumah Ketika
gerhana matahari total pada tahun 1983 ( seribu sembilan ratus delapan puluh tiga )
dengan menganjurkan ummat melihat gerhana dan mendirikan shalat kusuf. Ia
mencoba menyadarkan ummat islam Indonesia bahwa gerhana mataharai adalah
sebuah fenomena alam / peristiwa astronomi yang tidak perlu ditakuti. Dan banyak
pelajaran penting serta hikmah yang bisa di petik / di ambil dibalik peristiwa tersebut .
Dari apa yang telah diuraikan di atas ada yang harus kita garis tebali yaitu kita ambil
dari hadits yang pertma “ Jikalau kamu melihatnya “ Hadits tersebut menyebabkan
terdapatnya beberapa perbedaan pemahaman seperti pada permasalahan penentuan
awal bulan hijriyyah ( qomariyyah ). Apakah harus melihat secara langsung atau cukup
dengan perhitungan astronomi. Bagaimana kalau tertutup awan? Dan beberapa
pertanyaan lainnya. Permasalahan ini tidaklah serumit pada permasalahan awal bulan
qamariyyah karena shalat gerhana merupakan ibadah sunnah bukan wajib seperti puasa
Ramadhan maupun pelaksanaan wuquf di padang Arafah bagi jama'ah haji dan ibadah
wajib lainnya.
Pertama, pensyari'atan pelaksanann shalat gerhana adalah pada saat terjadinya
gerhana umbra. Karena jika gerhana penumbra itu biasanya tidak begitu dirasakan
Kejadiannya oleh masyarakat secara umum. Jadi pada saat terjadi gerhana umbra lah
shalat gerhana dilaksakan.
Kedua, pensyari'atan pelaksanaan shalat gerhana hanya di peruntukkan bagi
daerah daerah yang mengalami gerhana. Apabila suatu daerah tidak dilewati / dilintasi
oleh gerhana maka tidak di syari'atkan untuk melaksanakan shalat gerhana.
Ketiga, gerhana matahari waktunya ditentukan oleh gerhana bayangan bulan
melintasi suatu daerah jadi kita harus melihat data gerhana untuk setiap daerahnya.
Kalau tidak cermat, kita bisa bisa mengumumkan informasi kepada masyarakat
lainnya dengan keliru. Seperti halnya yang pernah dimuat di Harian Pikiran Rakyat
selasa, 20 Januari 2009 yaitu tentang seruan ormas Ormas Islam terkait dengan
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


gerhana. Pada pengumuman itu disebutkan waktu gerhana merujuk pada data global
gerhana matahari. Sehingga pada saat yang telah dijelaskan tersebut gerhana belum
terjadi, belum melewati daerah yang telah diumumkan. Dan yang dirujuk seharusnya
adalah data yang menjelaskan saat gerhana matahari melintas di daerah tersebut.
Ibnu Qudamah menegaskan bahwa waktu shalat gerhana itu adalah sejak mulai
terjadinya kusuf hingga berakhirnya. Jika waktu itu terlewatkan, maka tidak ada qadha.
Karena diriwayatkan dari Nabi SAW., bahwa beliau bersabada : " Apabila kamu
melihat hal itu, maka berdo'alah kepada Allah dan kerjakan shalat sampai matahari itu
terang ( selesai gerhana ) .
Jadi Nabi SAW., menjadikan berakhirnya gerhana sebagai akhir waktu shalat. Apabila
gerhana berakhir ketika shalat masih berlangsung, maka sholatnya diselesaikan dengan
dipersingkat. Jika matahari terbenam dalam keadaan gerhana dengan terbenamnya
matahari, demikian pula apabila matahari terbit saat gerhana bulan ( di waktu pagi )
Imam al - Rafi'i menegaskan, sabda Nabi SAW., menyatakan, " Apabila kamu melihat
gerhana, maka shalatlah sampai matahari terang ( selesai gerhana ) " . Menujukkan arti
bahwa shalat tersebut tidak di laksanakan sesudah selesainya gerhana. Yang dimaksud
selesainya gerhana ialah berakhirnya gerhana secara keseluruhan.
Imaan al - Nawawi menyatakan " Waktu shalat gerhana berakhir dengan lepasnya
seluruh piringan matahari dari gerhana. Jika baru sebagian yang lepas dari gerhana,
maka ( orang yang belum melakukan shalat gerhana ) dapat melaksanakan shalat untuk
gerhana yang tersisa seperti kalau gerhana hanya sebagian saja.
KESIMPULAN
Permasalahan seputar gerhana ini bagi ummat islam Indonesia tidak begitu familiar,
atau bahkan banyak pula yang mengabaikannya. Sebagaimana diungkapkan
sebelumnya, pada masa pemerintahan orde baru dilarangnya ummat islam untuk
melakukan pengamatan gerhana matahari total pada masa itu. Kesalahan dan
kekurangfahaman inilah yang menyebabkan dampak psikologis ketakutan masyarakat
terhadap peristiwa gerhana. Disamping itu gerhana adalah peristiwa yang jarang atau
langka. Perlu kiranya sosialisasi fikih gerhana ini ditengah masyarakat agar tidak terjadi
kebingungan dan kesalahfahaman, terlebih pada masyarakat yang awwam baik dalam
agama maupun pengetahuan.
Ketika terjadinya gerhana di suatu daerah islam mengajarkan untuk melaksanakan
sholat, perbanyak dzikir, istighfar, takbir sebagaimana yang telah di jelaskan
sebelumnya. Dengan adanya gerhana ini kita bisa melihat langsung salah satu kekuasaan
Allah Subhanahu Wata’alaa.
Fenomena gerhana bulan maupun gerhana matahari tidak ada kaitannya dengan
kehidupan atau kematian seseorang, dan tidak ada ritual ritual yang harus di praktikan
ketika gerhana berlangsung seperti yang dilakukan orang orang terdahulu yang
mempercayai bahwa gerhana bisa membahayakan terutama bagi seorang ibu yang
sedang mengandung sang bayi. Hal itu hanyalah mitos belaka yang seharusnya tidak di
percayai oleh masyarakat karena apa yang dilakukan tidak memasuki akal menurut
pengetahuan.
Banyak hal yang belum kita ketahui mengenai gerhana bulan ataupun matahari karena
tidak sepenuhnya terungkap apa yang terjadi selama gerhana, kita hanyalah manusia
biasa yang banyak kekurangannya dengan hal ini kita patut mensyukuri bahwa kita masih
bisa melihat dan sedikit mengenal apa itu gerhana melalui perantara para ilmuwan, para
ulama dan peneliti peneliti lainnya yang telah melakuakn penelitian terhadap gerhana
dan di tuangkan dalam bukunya. Wallahua’alam

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Daftar Pustaka
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/07/22/alasan-ilmiah-kegelapan-di-siang-hari/
http://unik.kompasiana.com/2010/01/15/gerhana/
http://pakarfisika.wordpress.com
http://langitselatan.com/2010/01/04/gerhana-bulan-sebagian-dan-gerhana-matahari-
cincin-di- awal-tahun-2010/
http://www.scribd.com/doc/9987281/Tatacara-Salat-Gerhana
http://ustadzridwan.com/tata/-cara-salat-gerhana
http://t-djamaluddin,spaces.live.com
http://www.nu.or.id
http://www.scribd.com/doc/56620200/panduan-sholat-gerhana
http://Tempo.co,Jakarta-gerhanamatahari
Sabiq, Sayyid, Fiqh al-sunnah, jilid 1, Beirut: Dar alFikr, t.t. Naik, Zakir, Miracles of
Al-Qur’an & As-Sunnah; Aqwam, 2015

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Anda mungkin juga menyukai