Anda di halaman 1dari 12

SHALAT GERHANA BULAN DAN MATAHARI

A. Pengertian Shalat Gerhana Bulan Dan Matahari

Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf  ( ‫الخسوف‬ )
dan jugakusuf ( ‫الكس وف‬ )  sekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya
punya makna yang sama. Shalat gerhana matahari dan gerhana bulan sama-sama
disebut dengan kusuf dan juga khusufsekaligus.

Namun masyhur juga di kalangan ulama penggunaan istilah khusuf untuk gerhana
bulan dan kusuf untuk gerhana matahari. (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu oleh Dr.
Wahbah Az-Zuhaili jilid 2 halaman 1421).

Kusuf (gerhana matahari) adalah peristiwa dimana sinar matahari menghilang


baik sebagian atau total pada siang hari karena terhalang oleh bulan yang melintas
antara bumi dan matahari.

Khusuf (gerhana bulan) adalah peristiwa dimana cahaya bulan menghilang baik


sebagian atau total pada malam hari karena terhalang oleh bayangan bumi karena
posisi bulan yang berada di balik bumi dan matahari.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia bercerita bahwa pada masa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam terjadi gerhana matahari, lalu beliau mengerjakan
shalat bersama orang-orang. Maka beliau berdiri dan memanjangkan waktu
berdiri, lalu beliau ruku dan memanjangkannya.Kemudian beliau berdiri dan
memanjangkannya –berdiri yang kedua ini tidak selama berdiri pertama-.Setelah
itu, beliau ruku dan memanjangkan ruku, ruku-nya ini lebih pendek dari ruku
pertama.Selanjutnya, beliau sujud dan memanjangkannya. Kemudian beliau
mengerjakan pada rakaat kedua seperti apa yang beliau kerjakan pada rakaat
pertama. Setelah itu, beliau berbalik sedang matahari telah muncul.Lalu beliau
memberikan khutbah kepada orang-orang.Beliau memanjatkan pujian dan
sanjungan kepada Allah. Dan setelah itu, beliau bersabda :

،‫ َو َكبِّرُوْ ا‬،َ ‫ فَ ا ْدعُوا هَّللا‬،َ‫ فَإ ِ َذا َرأَ ْيتُم َذلِك‬،‫ت أَ َح ٍد َوالَ لِ َحيَاتِ ِه‬ ِ ‫س َو ْالقَ َم َر آيَتَا ِن ِم ْن آيَا‬
ِ ْ‫ الَيَ ْن َخ ِسفَا ِن لِ َمو‬،ِ ‫ت هَّللا‬ َ ‫إِ َّن ال َّش ْم‬
ُ َ َ َ ‫هَّللا‬ َ َ ‫هَّللا‬
َ‫ يَاأ َّمة‬،ُ‫ َو ِ َم ا ِمن أ َح ٍد أ ْغيَ ُر ِم ْن ِ أ ْن يَ ْزنِ َي َع ْب ُدهُ أوْ تَ ْزنِ َي أ َمتُ ه‬،‫ يَ ا أ َّمةَ ُم َح َّم ٍد‬: ‫ال‬ ُ َ ‫ َوت‬،‫صلُّوْ ا‬
َ َ‫َص َّدقُوْ ا ثُ َّم ق‬ َ ‫َو‬
‫ َولَبَ َك ْيتُ ْم َكثِ ْي ًر‬،ً‫ض ِح ْكتُ ْم قَلِ ْيال‬ َ
َ َ‫ ل‬،‫ُم َح َّم ٍد لَوْ تَ ْعلَ ُموْ نَ َماأ ْعلَ ُم‬

“Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda
kekuasaan Allah.Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang
dan tidak juga karena kehidupan seseorang.Oleh karena itu, jika kalian melihat hal
tersebut maka hendaklah kalian berdoa kepada Allah, bertakbir, shalat dan
bersedekah”. Setelah itu, beliau bersabda :
“Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang yang lebih cemburu dari
Allah jika hambaNya, laki-laki atau perempuan berzina.Wahai umat Muhammad,
seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit
tertawa dan banyak menangis” [Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani].

B. Penjelasan Gerhana Menurut Pandangan Mitologi, Sains, dan Islam

Berikut ini adalah penjelasan tentang gerhana baik dari dimensi mitologi, sains
maupun padangan islam.

1. Gerhana dalam Dimensi Mitos

Pada zaman dahulu, keterbatasan intelektual, ilmu pengetahuan dan sejalan


dengan keyakinan primitif manusia, setiap gejala alam selalu dikaitkan dengan
kekuatankekuatan supranatural, mitos-mitos dan keyakinan keagamaan.Mitos-
mitos yang muncul pada zaman dahulu, bahkan sebagian masih ada yang
mempercayainya hingga sekarang ini. Adapun mitos-mitos mengenai gerhana
matahari antara lain:

a. Di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, ada sebagian kelompok masyarakat


yang mempunyai kepercayaan bahwa gerhana yang terjadi karena adanya
sesosok raksasa besar (Buto) yang sedang berusaha menelan matahari.
Agar raksasa itu memuntahkan kembali matahari yang ditelannya, maka
orang-orang diperintahkan untuk menabuh berbagai alat, seperti
kentongan, bedug, bambu atau bunyi-bunyian lainnya.
b. Masyarakat Cina sekitar 20 abad yang lalu mempunyai keyakinan bahwa
gerhana matahari terjadi karena adanya seekor naga yang tidak terlihat
oleh mata sedang memakan matahari. Kemudian mereka membuat
kegaduhan dengan menabuh drum dan melepaskan anak panah ke langit.
Hal ini dilakukan agar sang naga ketakutan dan sinar matahari akan
muncul kembali. Pada suatu saat ada dua orang ahli perbintangan Cina
yang bernama His dan Ho. Mereka tidak dapat memperkirakan datangnya
gerhana. Kaisar yang berkuasa saat itu sangat marah karena ia tidak
mempersiapkan apa-apa untuk mengusir sang naga. Meskipun akhirnya
hari kembali terang, Kaisar tetap memerintahkan agar kedua astronom itu
dibunuh karena dianggap telah gagal.
c. Di India, masyarakatnya mempercayai bahwa ada seekor naga yang
bertanggung jawab atas terjadinya gerhana matahari. Selama gerhana,
masyarakat di sana membenamkan diri mereka ke dalam air sampai
sebatas leher mereka, dengan harapan matahari dapat mempertahankan
dirinya dari Naga.
d. Di Asia Tengah, gerhana matahari yang terjadi tanggal 28 Mei 585 M
mengakhiri perang dua negara timur tengah. Selama pertempuran, hari-
hari menjadi gelap seperti malam. Gerhana menyebabkan kedua negara
tersebut menyatakan perdamaian serta menghentikan pertempurannya.
e. Di Jepang, masyarakat setempat mempercayai bahwa racun telah jatuh
dari langit selama terjadi gerhana matahari. Untuk mencegah racun itu
jatuh ke dalam air, mereka menutupi seluruh sumur dan mata air selama
terjadinya gerhana.

Mitos Mengenai Gerhana Bulan, antara lain:

a. Bila terjadi peristiwa gerhana bulan dibulan Muharam, maka akan terjadi
wabah penyakit yang dibarengi harga semua kebutuhan pokok manusia
akan meningkat dan akan ada raja/pemimpin suatu negeri yang meninggal.
b. Bila kejadian gerhana bulan terjadi pada bulan Shafar, bermakna akan
selama tiga bulan tidak akan turun hujan, yang diselingi oleh angin
kencang.
c. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Rabiulawwal, bermakna sang
raja/pemimpin negeri sedang bersusah hati tanpa diketahui oleh rakyat
yang sedang berbahagia.
d. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Rabi’ al-akhir, bermakna akan ada
wabah penyakit yang menimpa orang miskin.
e. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Jumadi al-awwal, berarti akan ada
kebaikan yang seperti harga sandang pangan akan turun.
f. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Jumadi al-akhir, bermakna akan
datang hujan dan akan banyak hewan peliharaan yang mati.
g. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Rajab, bermakna kebutuhan hidup
akan mudah dan murah. Namun banyak manusia yang berselisih paham
h. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Sya’ban, bermakna akan datang
wabah penyakit menular. Tapi harga sandang pangan akan turun dan
mudah didapat.
i. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Ramadhan, bermakna akan datang
musim hujan yang berkepanjangan disertai kilatan dan gemuruh guntur.
j. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Syawal, bermakna semua harga
kebutuhan bahan pokok akan naik.
k. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Dzulqa’dah, bermakna banyak
rakyat yang akan menderita akibat kerusuhan di dalam negeri.
l. Bila gerhana bulan terjadi pada bulan Dzulhijjah, bermakna akan ada
kebaikan seperti akan selamat dan sejahtera bagi seluruh warga negeri.
m. Disarankan kepada anda untuk menyebutkan keinginan anda ketika bulan
purnama, bermakna agar segala keinginan anda terlaksana.
2. Gerhana Dalam Dimensi Sains

Gerhana, dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah kusuf untuk gerhana matahari
dan khusuf untuk gerhana bulan.Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah moon eclipse untuk gerhana bulan dan solar eclipse untuk gerhana
matahari.Pada dasarnya, istilah kufuf dan khusuf dapat digunakan untuk
menyebut gerhana matahari dan bulan.Namun, pada realitanya kata kusuf lebih
dikenal untuk matahari, dan khusuf untuk bulan.

Dalam bahasa Arab, kusuf mempunyai arti menutupi.Hal ini menunjukkan adanya
fenomena alam bahwa jika di adakan observasi dari bumi, bulan sedang menutupi
matahari, sehingga terjadilah gerhana matahari.Kemudian, kata khusuf berarti
memasuki, yang menggambarkan adanya fenomena alam bahwa bulan sedang
memasuki bayangan bumi, sehingga terjadilah gerhana bulan.

Gerhana matahari terjadi pada saat ijtima’ (konjungsi), yaitu ketika matahari,
bulan dan bumi berada pada suatu garis lurus.Sedangkan gerhana bulan
terjadipada saat istiqbal (oposisi), yakni saat matahari, bumi dan bulan berada
pada suatu garis lurus, sementara matahari berada pada jarak bujur astronomis 180
dari posisi bulan. Gerhana matahari terjadi pada fase bulan baru (new moon),
namun tidak setiap bulan baru akan terjadi gerhana matahari. Sedangkan gerhana
bulan terjadi pada fase bulan purnama (full moon), namun demikian tidak setiap
bulan purnama akan terjadi gerhana bulan. Hal ini disebabkan bidang orbit bulan
mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi mengitari matahari (bidang
ekliptika), namun miring membentuk sudut sebesar sekitar 5 derajat. Seandainya
bidang orbit bulan mengitari tersebut terletak tepat pada bidang ekliptika, maka
setiap bulan baru akan selalu terjadi gerhana matahari, dan setiap bulan purnama
akan selalu terjadi gerhana bulan. secara umum terbagi atas tiga tipe gerhana,
yakni gerhana matahari total, parsial dan cincin.

a. Tipe P atau parsial (ba’dhi), yaitu ketika hanya bagian kerucut penumbra
bulan mengenai permukaan bumi.
b. Tipe T atau total (kulli), yaitu gerhana sentral yang mana kerucut umbra
bulan mengenai permukaan bumi. Pada gerhana sentral, sumbu bayangan
bulan mengenai permukaan bumi. Pada tipe gerhana total ini, ada yang
disebut garis sentral, yaitu garis lurus yang menghubungkan titik pusat
matahari, titik pusat bulan dan tempat di permukaan bumi. Saat dikatakan
terjadi gerhana matahari total, hanya sebagian kecil saja tempat di
permukaan bumi yang dapat menyaksikan gerhana total. Sebagian besar
tempat yang lain hanya dapat menyaksikan secara parsial. Dan mayoritas
tempat di permukaan bumi tidak dapat menyaksikan baik total atau parsial,
entah karena di tempat tersebut matahari tidak berada di atas ufuk (waktu
malam), atau karena matahari di atas ufuk.
c. Tipe A, atau annular (cincin/halqi), yaitu jenis gerhana sentral yang mana
perpanjangan kerucut umbra bulan mengenai permukaan bumi.

Ada beberapa fakta yang berlaku bagi gerhana matahari dan bulan, yaitu :
a. Paling sedikit terjadi dua kali gerhana matahari setiap tahun, namun tidak
pernah lebih dari lima kali. Jumlah total gerhana (matahari dan bulan)
dalam satu tahun maksimal tujuh kali.
b. Terjadinya gerhana cenderung dalam bentuk pasangan: gerhana matahari –
gerhana bulan – gerhana matahari. Sebuah gerhana bulan selalu didahului
atau diikuti oleh gerhana matahari (selang dua pekan antara keduanya).
c. Susunan gerhana cenderung untuk kembali sama dalam suatu siklus
selama 18 tahun 11 hari 8 jam, atau yang dikenal dengan siklus Saros.
Namun susunan (pattern) tersebut tidak tepat sama.
d. Pada gerhana bulan, fase gerhana total dapat mencapai maksimum 1 jam
40 menit, sedangkan fase umbra yaitu parsial – total – parsial dapat
mencapai maksimum 3 jam 40 menit. Sementara durasi maksimum
terjadinya fase total pada gerhana matahari di ekuator dapat mencapai 7
menit 40 detik, sedangkan untuk gerhana cincin mencapai maksimum 12
menit 24 detik. Telah disebutkan bahwa jumlah gerhana dalam satu tahun
maksimal sebanyak tujuh kali. Tujuh kali gerhana dalam setahun ini dapat
terealisir dalam beberapa.

Pada dasarnya perhitungan gerhana matahari adalah menghitung waktu, yakni


kapan atau jam berapa terjadi kontak gerhana matahari. Untuk gerhana matahari
total dan cincin, akan terjadi empat kali kontak, yaitu:

a. Kontak pertama adalah ketika piringan bulan mulai menyentuh piringan


matahari, dan pada posisi inilah waktu dimulai gerhana.
b. Kontak kedua adalah ketika seluruh piringan bulan sudah menutupi
piringan matahari. Pada posisi ini waktu mulai total.
c. Kontak ketiga adalah ketika piringan bulan mulai menyentuh untuk keluar
dari piringan matahari. Pada saat ini waktu akhir total.
d. Kontak keempat adalah ketika seluruh piringan bulan sudah keluar lagi
dari piringan matahari, dan pada saat ini waktu gerhana telah berakhir.

Sedangkan pada gerhana matahari sebagian (ba’dhi) hanya dua kali kontak, yakni:

a. Kontak pertama adalah ketika piringan bulan mulai menyentuh piringan


matahari. Pada saat posisi ini waktu gerhana dimulai.
b. Kontak kedua adalah ketika piringan bulansudah keluar dari piringan
matahari. Pada saat ini waktu gerhana telah berakhir.

Selanjutnya, sama halnya dengan gerhana matahari, dalam perhitungan gerhana


bulan hakikatnya adalah menghitung kapan waktu terjadi gerhana bulan, pada saat
kapan mulai terjadi kontak. Untuk gerhana bulan sempurna (kulli) akan terjadi
empat kali kontak, yaitu:
a. Kontak pertama, ketika piringan bulan mulai menyentuh masuk pada
bayangan bumi, yang menandai dimulainya gerhana bulan.
b. Kontak kedua, ketika seluruh piringan bulan sudah memasuki bayangan
bumi. Pada saat ini dimulai waktu total.
c. Kontak ketiga, ketika piringan bulan mulai menyentuh untuk keluar dari
bayangan bumi. Pada posisi ini menandai waktu akhir total.
d. Kontak keempat, ketika seluruh piringan bulan sudah keluar dari bayangan
bumi. Pada saat ini waktu gerhana sudah berakhir.

Sedangkan untuk gerhana bulan sebagian (ba’dhi) hanya terjadi dua kali kontak,
yaitu:

a. Kontak pertama, apabila piringan bulan mulai menyentuh masuk pada


bayangan bumi, sekaligus menandai awal terjadi gerhana.
b. Kontak kedua, apabila pisingan bulan sudah keluar dari bayangan bumi,
yang menandai waktu gerhana telah berakhir.
3. Gerhana Dalam Dimensi Islam

Dalam kajian historis, pada zaman Nabi Muhammad saw. pernah terjadi gehana
matahari yang diriwayatkan dalam beberapa hadits shahih. Hanya saja hadits-
hadits tersebut tidak merinci waktu terjadinya gerhana. Hal ini dimungkinkan
sebab Nabi saw. lebih menekankan pada aspek tuntunan ibadah yang perlu
dilaksanakan ketika terjadi gerhana. Pada sisi lain, diriwayatkan bahwa putra Nabi
saw yang bernama Ibrahim (ibunya bernama Maria al-Qibtiya) meninggal saat
usianya masih belia, dan saat tersebut tengah terjadi gerhana matahari. Beberapa
riwayat menyebutkan bahwa ia lahir pada bulan Dzulhijah tahun 8 Hijriah, namun
dalam riwayat-riwayat itu tedapat perbedaan pendapat mengenai usia ketika
Ibrahim meninggal. Ada yang mengatakan 16 bulan, 18 bulan, dan ada juga yang
mengatakan satu tahun 10 bulan atau 22 bulan.Demikian pula hari dan bulan
kelahirannya terjadi perbedaan pendapat. Di antara hadits yang berkaitan dengan
gerhana dan kematian serta usia Ibrahim putra Nabi saw adalah :

a. Hadist pertama

“(Diriwayatkan) dari al-Mughirah bin Syu’bah ra., ia berkata: terjadi gerhana


matahari pada masa Rasulallah saw. pada hari meninggalnya Ibrahim (putra Nabi
saw.). Orang-orang berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim.
Maka Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak menjadi
gerhana karena mati dan hidupnya seseorang, jika kalian mengalaminya maka
berdoalah kepada Allah dan kerjakanlah shalat hingga selesai gerhana” (HR.
Bukhari dan Muslim) / (Ibnu Hajar, 2002: 107).

b. Hadist kedua

“Dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata: Ibrahim putra Nabi saw. meninggal ketika
dia berusia 16 bulan, maka Nabi bersabda: makamkanlah ia di pemakaman al-
Baqi’, ia akan mendapatkan ibu susu yang akan menyempurnakan susuannya di
surga” (Abd al-Razzaq, 1999: 494).

Atas kematian Ibrahim ini, Rasulullah pun mengeluarkan sabda sebagai ekspresi
kesedihan beliau, yakni:

“Air mata ini mengalir dan hati ini bersedih.Kami tidak berkata kecuali yang
diridhai Tuhanku.Sungguh, kami sangat sedih dengan kepergianmu wahai
Ibrahim” (HR. Bukhari, 1990: 1303).

Dari nash-nash hadits di atas menepis keyakinan atas berbagai mitos yang
berkembang di kalangan masyarakat. Secara manusiawi Rasulullah mengalami
kesedihan atas meninggal putranya tersebut, namun tidak lantas mengait-ngaitkan
kejadian gerhana, baik matahari maupun bulan dengan hal-hal yang bersifat
mitologis, akan tetapi beliau menunjukkan kepada umat manusia bahwa fenomena
tersebut adalah termasuk tanda-tanda keesaan dan keagungan Allah swt. yang
harus dihayati dengan penuh keimanan. Itulah aqidah yang harus dibangun dalam
diri setiap muslim, agar tidak terjerumus dalam ketidakbenaran dalam berakidah.

C. Hukum Shalat Gerhana Matahari Dan Bulan

Menurut NU Online, shalat gerhana matahari pertama kali disyariatkan


pada tahun kedua hijriyah.Sedangkan shalat gerhana bulan disyariatkan pada
tahun kelima hijriah.Mayoritas ulama menyarakan bahwa hukum menjalankan
shalat gerhana, baik gerhana matahari atau gerhana bulan adalah sunnah
mu’akkadah.

َ ِّ‫صل‬
‫ير ْك َعتَ ْينِ َك َسائِ ِرالنَّ َوا‬ َ ‫صلِّىلِ ُخسُوفِ ْالقَ َم ِرفُ َراد‬
َ ُ‫َىوي‬ َ ‫صاَل ةُ ُكسُوفِال َّش ْم ِس َو ْالقَ َم ِر ُسنَّةٌ ُم َؤ َّك َدةٌبِااْل ِ جْ َما ِعلَ ِك ْنقَالَ َمالِ ٌك َوأَب‬
َ ُ‫ُوحنِيَفَةَي‬ َ ‫َو‬
‫فِ ِل‬
“Menurut kesepakatan para ulama (ijma`) hukum shalat gerhana matahari
dan gerhana bulan adalah sunah mu’akkadah.Akan tetapi menurut Imam Malik
dan Abu Hanifah, shalat gerhana bulan dilakukan sendiri-sendiri dua rakaat
seperti shalat sunah lainnya,” (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’
Syarhul Muhadzdzab, Kairo, Darul Hadits, 1431 H/2010 M, juz VI, halaman
106).

Hukum shalat gerhana ini terbagi dua.Para ulama membedakan antara


hukum shalat gerhana matahari dan gerhana bulan. Shalat gerhana disyariatkan
kepada siapa saja, baik dalam keadaan muqim di negerinya atau dalam keadaan
safar, baik untuk laki-laki atau untuk perempuan

1. Gerhana Matahari (Kusuf)


Ulama mazbah Al-Hanafiyah mengatakan hukumnya wajib. Sedangkan,
Jumhur ulama yaitu Mazhab Al-Malikiyah, As-Syafi’iyah dan Al-
Malikiyah berketetapan bahwa hukum shalat gerhana matahari adalah
sunnah muakkad.
2. Gerhana Bulan (Khusuf)
Sedangkan dalam hukum shalat gerhana bulan, pendapat para ulama
terpecah menjadi tiga macam.Mazhab Al-Hanafiyah memandang bahwa
shalat gerhana bulan hukumnya hasanah.Mazhab Al-Malikiyah
berpendapat bahwa hukum shalat gerhana bulan adalah mandubah.
Sedangkan Mazhab As-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah berpendapat bahwa
hukum shalat gerhana bulan adalah sunnah muakkadah.

D. Tata Cara Shalat Gerhana Matahari Dan Bulan

Urutan Shalat GerhanaMatahari
Sebagai umat muslim, kita dianjurkan untuk menunaikan shalat gerhana matahari
berdasarkan dalil riwayat Nabi Muhammad Saw. Shalat gerhana matahari
biasanya dilakukan secara berjamaah, berikut adalah urutan shalat gerhana
matahari:

1. Mengucapkan niat di dalam hati saat takbir ihram sebagai imam atau makmum
2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil mengucapkan niat di dalam
hati
3. Membaca ta‘awudz, Surat Al-Fatihah, dan membaca surat pendek di dalam
Al-Qur’an
4. Rukuk
5. Itidal dan membaca doa bacaan itidal
6. Membaca ta’awudz, surat Al-Fatihah, dan surat pendek
7. Melakukan rukuk kedua
8. Itidal dan membaca doa bacaan itidal kedua
9. Sujud pertama
10. Duduk di antara dua sujud
11. Melakukan sujud kedua
12. Duduk istirahat sebelum melaksanakan rakaat kedua
13. Bangkit dari duduk dan melaksanakan rakaat kedua dengan gerakan yang
mirip dengan rakaat pertama (durasinya lebih pendek dibandingkan rakaat
pertama)
14. Lakukan duduk tasyahud akhir setelah dua kali sujud pada rakaat kedua.
15. Salam.
16. Membaca istigfar dan doa.

Niat Shalat GerhanaMatahari
Niat adalah salah satu bagian cara shalat gerhana matahari yang penting. Tanpa
niat, shalat tidak akan sah. Niat shalat gerhana matahari tentu saja berbeda dengan
shalat wajib 5 waktu. Niatnya bias diucapkan dalam bahasa Indonesia atau Arab.
Berikut adalah niat shalat gerhana matahari yang benar:

َ ُ‫ف ُسنَّةًأ‬ ْ
‫صلِّ ْي‬ ِ ‫اِ َما ًما ال َّش ْم‬/ ‫تَ َعا َل هّلِل ِ َمأ ُموْ ًما‬
ِ ْ‫س لِ ُكسُو‬

“Ushallisunnatan-likhusuufi-syamsiimaaman (untuk imam) / makmuman


(untukmakmum) lillalita’ala.“
Dalam bahasa Indonesia, lafalan tersebut berarti:

“Saya berniat mengerjakan salat sunah Gerhana Matahari sebagai imam (untuk
imam) / makmum (untuk makmum berjamaah) karena Allah semata.”

Point-Point Penting yang Wajib Diperhatikan

Tata cara shalat gerhana matahari berikutnya adalah memperhatikan poin-poin


penting yang wajib dilakukan sebelum atau ketika salat. Adapun poin-poin yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

 Shalat gerhana matahari dilakukan saat gerhana sedang berlangsung.


 Pelaksanaannya dianjurkan secara berjamaah di masjid, tetapi jika
berhalangan bias dilakukan di rumah.
 Apabila shalat gerhana matahari dilakukan secara berjamaah, jangan lupa
untuk menyebut, “As-shalatujami’ah”.
 Setelah shalat gerhana matahari selesai, imam disunahkan untuk
memberikan khotbah.
 Waktu khotbah tidak harus lama, dan bisa juga digunakan untuk
bersilaturahmi.
 Jika kamu melaksanakan shalat gerhana matahari sendirian, maka khotbah
tidak diwajibkan, sama peraturannya jika semua jamaahnya wanita.
 Namun, apabila salah satu dari jamaah wanita rela memberikan mauidlah,
maka tidak apa-apa.

NIAT DAN TATA CARA SHALAT GERHANA BULAN

NIAT SHALAT GERHANA BULAN:

َ ُ‫أ‬
‫صلِّ ْي ُسنَّةَلِ ُخسُوْ فِ ْالقَ َم ِر َر ْك َعتَ ْينِلِلَّ ِهتَ َعالَى‬

Ushallii Sunnatal Khusuufil-Qomari Rak’ataini Lillahi Ta’alaa.

Artinya: Saya niat (melaksanakan) shalat sunah gerhana bulan dua rakaat karena
Allah ta’ala.

Tata cara shalat gerhana bulan, yaitu:

1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.


2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.
3. Baca taawuz dan surat Al Fatihah. Setelah itu baca Surat Al Baqarah atau
selama surat itu, dibaca dengan jahar (lantang).
4. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat surat Al Baqarah.
5. Itidal, bukan baca doa itidal, tetapi baca surat Al Fatihah. Setelah itu baca
surat Ali Imran atau selama surat itu.
6. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat surat Al Baqarah.
7. Itidal. Baca doa itidal.
8. Sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama.
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua.
11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan
rakaat kedua.
12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang
sama dengan rakaat pertama. Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua pada
diri pertama dianjurkan membaca surat An Nisa. Sedangkan pada diri kedua
dianjurkan membaca surat Al-Maidah.
13. Salam.
E. Hikmah Peristiwa Gerhana Bulan dan Matahari

Banyak cerita khurafat dan tahayul beredar di masyarakat seputar terjadinya


gerhana. Namun syariat islam telah menyatakan dengan tegas nilai-nilai yang
terkandung dibalik terjadinya peristiwa tersebut, yaitu[6]:
1.      Munculnya syariat baru, yaitu shalat gerhana
Rasulullah SAW bersabda:
“Jika melihat gerhana tersebut, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah,
kerjakanlah shalat dan bershadaqahlah”.
2.      Menunjukkan salah satu keagungan dan kekuasaan Allah Yang Maha
Mengatur alam ini.
3.      Untuk menimbulkan rasa gentar dihati setiap hamba atas kebesaran Allah
dan dzat-Nya bagi siapa yang tidak taat kepada-Nya.
Referensi / Daftar Pustaka :

Al-Qur’an al-Quddus, Kudus: Mubarakah Thayyibah, 2012.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam, Jakarta: Dar
al-Kutub al-Islamiyah, 2002.

Al-Bukhari, Imam, Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999.

Al-Razzaq, Abd, al-Mushannaf, Beirut: Maktabah al-Islami, 1999.

Alimuddin, Jurnal al-Daulah, Makassar: UIN Alaudin, 2014.

Anwar, Syamsul, Interkoneksi Studi Hadits dan Astronomi, Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah, 1994.

Bin Shalih, Muhammad, Shahih Fiqh Sunnah, Riyadh: Maktabah Taufiqiyah,


2012.

Ghazali, Ahmad, Irsyad al-Murid, Sampang: LAFAL, 2005.

Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004.

Muslim, Imam, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Fikr, 1989.

https://lppi.ump.ac.id/index.php/styles/berita/110-shalat-gerhana-kusuf-dan-
khusuf

https://almanhaj.or.id/1938-shalat-gerhana-bulan-dan-shalat-gerhana-
matahari.html

Mujab, S., 2014. GERHANA; ANTARA MITOS,. Jurnal Pemikiran Hukum dan
Hukum Islam (YUDISIA), 5(1), pp. 84-101.

https://www.google.co.id/amp/s/id.theasianparent.com/shalat-gerhana-
matahari/amp

https://www.99.co/blog/indonesia/tata-cara-shalat-gerhana-matahari/

https://www.liputan6.com/news/read/4152967/niat-dan-tata-cara-salat-gerhana-
bulan

Anda mungkin juga menyukai