Anda di halaman 1dari 5

Mengenal Lebih Jauh Penyakit Meningitis

Oleh : Salsabila Ro’iqoh


Tahun lalu tepatnya pada 8 April 2020 dunia hiburan Indonesia dikejutkan
dengan wafatnya penyanyi sekaligus aktivisi kemanusiaan yaitu Glenn Fredly
karena penyakit meningitis yang dideritanya. Bagi sebagaian besar masyarakat
Indonesia, meningitis masih terdengar asing dibandingkan dengan penyakit infeksi
lainnya. Meningitis secara umum merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya
peradangan atau infeksi pada sistem selaput pelindung otak dan sumsum tulang
belakang. Pada kondisi normal, otak dan sumsum tulang belakang manusia dibalut
oleh lapisan tipis seperti layaknya lapisan pada telur. Lapisan pembungkus otak dan
sumsum tulang ini secara medis dinamakan sebagai menigen. Peradangan pada
selaput pembungkus otak dan sumsum tulang tersebut menimbulkan masalah
kesehatan yang disebut meningitis.
Ada beberapa jenis meningitis yang perlu diketahui berdasarkan
penyebabnya. Pertama, meningitis virus. Jenis ini adalah yang paling umum
diderita hingga menyebabkan 85% kasus. Umumnya, meningitis virus disebabkan
oleh kelompok enterovirus, virus herpes simplex, virus HIV, virus West Nile atau
virus mumps. Pada kondisi ini, penderita akan mengalami gejala yang tergolong
ringan dan dapat pulih dengan sendirinya. Namun, pada beberapa keadaan, mereka
membutuhkan perawatan dan berpeluang memiliki kondisi yang memburuk.
Kedua, meningitis bakteri. Meningitis ini dapat disebabkan oleh berbagai macam
bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophilus
influenza, Listeria monocytogenes, dan Staphylococcus aureus. Selain sifatnya
yang menular, gejala meningitis pada jenis ini ini juga dapat muncul secara tiba-
tiba. Ketiga, meningitis jamur yang tergolong jarang terjadi. Meningitis ini
disebabkan oleh jamur yang menginfeksi tubuh dan menyebar dari aliran darah ke
otak atau sumsum tulang belakang. Namun, penderita kanker, AIDS dan orang yang
memiliki sistem imun lemah lainnya memiliki risiko yang lebih tinggi terserang
meningitis jamur. Keempat, meningitis parasit. Meningitis parasit disebabkan oleh
parasit yang ditemukan di dalam tanah, tinja, dan pada beberapa hewan seperti
siput, ikan mentah dan unggas. Mengonsumsi makanan yang berbahan dasar hewan
tersebut bisa menjadi penyebabnya. Kelima, Meningitis non-infeksi yang sifatnya
tidak menular dari manusia ke manusia. Meningitis jenis ini umumnya terjadi bukan
akibat infeksi bakteri, jamur ataupun virus namun akibat kondisi medis lainnya,
seperti cedera kepala, operasi otak, lupus, kanker, maupun akibat penggunaan obat
tertentu.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi 2 golongan. Pertama, meningitis Serosa yaitu radang selaput otak pada
araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebabnya
Mycobacterium tuberculosa (kuman TB), virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
Kedua, meningitis Purulenta yaitu radang bernanah yang disebabkan oleh infeksi
bakteri.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena meningitis sangat
beragam tergantung dari jenis meningitisnya. Namun, jenis meningitis virus dan
bakteri dapat menular melalui kontak langsung seperti melalui batuk atau bersin
(air liur atau lendir saluran pernapasan). Hal ini yang harus diwaspadai karena
setiap hari kita selalu kontak langsung dengan orang lain. Selain itu, ada pula
seseorang dapat terkena meningitis yaitu tidak mendapatkan jenis imunisasi tertentu
(misalnya vaksinasi Hib, MMR, pneumokokus, dan meningokokus), anak usia di
bawah lima tahun karena sistem kekebalan tubuh yang masih lemah sehingga rentan
terkena meningitis, individu yang memiliki daya tahan tubuh (imunitas) rendah, ibu
hamil, tinggal di tempat berlingkup komunitas seperti asrama (bersama-sama dalam
jumlah banyak), bepergian ke daerah rawan meningitis (contohnya area sub sahara
Afrika).
Gejala meningitis dapat berbeda-beda tergantung dari jenis, usia, dan
keparahan kondisi pasien. Adapun gejala umum yang biasanya muncul meliputi
demam tinggi, sakit kepala berat, leher kaku, sensitif terhadap cahaya, kejang, mual
atau muntah, sulit berkonsentrasi atau kebingungan, ruam, dan nafsu makan
berkurang. Pada bayi atau anak-anak di bawah 2 tahun terdapat beberapa gejala lain
yang lebih spesifik, seperti adanya benjolan dibagian kepala dan bayi terus
menangis tanpa henti. Ketika hal itu terjadi, segera bawa ke dokter agar segera
teratasi dan kondisi tidak semakin memburuk.

Menurut WHO (2010), bakteri penyebab meningitis menginfeksi lebih dari


400 juta orang, dengan tingkat kematian 25%. Terbanyak di Afrika dan Asia,
khususnya negara dengan tingkat kebersihan lingkungan yang belum memadai. Di
Amerika Serikat (1993) setidaknya 25.000 kasus baru meningitis bakterial muncul
setiap tahunnya. Penyebab meningitis bakterial yang terutama adalah Haemophilus
influenzae dengan proporsi 50%. Sedangkan lebih dari 30% kasus disebabkan oleh
Meningococcus dan Pneumococcus. Pada daerah sub Sahara Afrika, kejadian
meningitis epidemik berskala besar terjadi secara berulang, setiap 5 hingga 10 tahun
sekali. Kasus epidemik terakhir di Eropa dan Amerika terjadi pada tahun 1940an.
Bakteri meningococcus ini tetap menjadi penyebab utama kasus meningitis bakteri
pada anak-anak dan orang dewasa muda. Meskipun kejadian epidemiknya secara
berkala, tetapi jumlah kasusnya setiap tahun yang dilaporkan adalah sekitar 3000
kasus di Amerika dan sekitar 7700 kasus di Eropa.
Di Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Kesehatan, pada 2010
jumlah kasus meningitis secara keseluruhan mencapai 19.381 orang dengan rincian
laki-laki 12.010 pasien dan wanita 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang
meninggal dunia sebesar 1.025 orang (Kemenkes, 2010). Beberapa penelitian
terkait penyakit meningokokus seperti yang dilakukan Pusponegoro (1998)
menyebutkan pada tiga Rumah Sakit di Jakarta dan Tangerang terdapat 1 dari 6
kasus meningitis pada anak umur <5 tahun (16,7%) disebabkan oleh N.
meningitidis. Handayani (2006) dari hasil penelitian dan hasil survei rutin karier
meningitis meningokokus pada jemaah haji Indonesia pada tahun 1993-2003
menyebutkan bahwa pada jemaah haji Indonesia ditemukan adanya karier
meningokok sekitar 0,3%-11% dengan serogroup A, B C, dan W135.
Sebagian besar masyarakat belum mengetahui tentang penyakit meningitis,
penyebab dari penyakit meningitis, serta tindakan yang harus dilakukan bila
mengalami penyakit meningitis. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya survei
terhadap warga di Kelurahan Soataloara II Kecamatan Tahuna Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Hanya ada 27,9% masyarakat yang mendengar atau
mengetahui mengenai penyakit meningitis, 72,1% lainnya tidak mengetahui. Dari
hal tersebut, sebagai calon sanitarian harus memberikan sosialisasi mengenai
penyakit meningitis terhadap warga sekitar agar warga sekitar paham dan mengerti
mengenai penyakit meningitis dan upaya yang harus dilakukan agar terhindar dari
penyakit meningitis. Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu melakukan
imunisasi meningitis pada bayi agar kekebalan tubuh dapat terbentuk, mengurangi
kontak langsung dengan orang lain seperti tidak berbagi makanan atau minuman,
tidak berbagi barang pribadi seperti alat makan, handuk, sikat gigi, pakaian. Selain
itu, penerapan gaya hidup sehat harus dilakukan seperti menggunakan masker jika
sakit, rutin berolahraga, istirahat yang cukup, dan cuci tangan menggunakan sabun
agar menghambat penyebaran virus, jamur, dan bakteri.
Daftar Pustaka

[1] E. A. S. S. Pangandaheng, A. H. Mawuntu and W. Karema, "Gambaran Tingkat


Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Meningitis di Kelurahan
Soataloara II Kecamatan Tahuna," p. 114.

[2] Hariadi, B. Setiaji and T. Y. Miko, Panduan Deteksi dan Respon Penyakit Meningitis
Meningokokus, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit, 2019.
Diagram Alir

Jenis :

Penyakit Peradangan/infeksi pada 1.Meningitis virus (paling banyak


sistem selaput pelindung terjadi)
Meningitis
otak dan Sumsum tulang
belakang. 2.Meningitis bakteri (paling banyak
terjadi)

Umum Faktor 3.Meningitis jamur (jarang terjadi)


Risiko
4.Meningitis parasit (ditemukan dalam
1.Tidak mendapat Khusus tinja, hewan, tanah)
imunisasi meningitis
Kontak
2.Usia 5 thn kebawah langsung Pada cairan otak :
rentan terkena dengan
orang 1.Meningitis Serosa
3.Daya tahan tubuh
yang
rendah 2.Meningitis Purulenta

4.Ibu hamil

Gejala -Jenis Umum Pada


-Usia -Demam bayi benjolan
Adanya
di kepala dan
-Keparahan -Sakit kepala berat
terus menangis
kondisi
-Leher kaku
pasien
-Kejang
Kasus di Indonesia
-Mual/muntah

-Nafsu makan Tahun


berkurang

19.381 orang
1.025 meninggal 12.010 laki-laki

7.371 wanita

Upaya Imunisasi meningitis pada bayi


Pencegahan

Melakukan sosialisasi tentang pola hidup sehat


sehatsehat Meliputi

1.Tidak berbagi makanan, minuman, dan barang


pribadi

2.Cuci tangan menggunakan sabun

3.Menggunakan masker saat sakit

4.Rutin berolaahraga

Anda mungkin juga menyukai