YASIN / 36:39)
Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur kepada-Nya yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya. Tak lupa pula salam dan shalawat kami ucapkan kepada Nabi besar
Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini
karena itu kami sangat mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan tugas ini mendatang baik dari pembaca maupun pembimbing.
Akhirnya, semoga tugas yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jumlahnya, namun dalam perspektif al-Quran hanya terdiri dari matahari, bulan, dan
dan pasti. Menurut isyarat al-Quran masing-masing benda langit, beredar dan tidak
ada yang diam, termasuk matahari juga beredar. Dalam peredaran bulan, memiliki
ciri tersendiri, karena hanya bulan yang dalam peredarannya ditetapkan manzilah-
manzilah, sehingga bulan ketika dilihat dari bumi menunjukkan wujud yang
yang tidak sempurna. Dengan demikian, dapat dikenal dengan baik, kapan bulan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tafsir Qs. Yasin/36:39 tentang Bulan sebagai satelit bumi ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bulan berasal dari bahasa Latin “luna” yang kemudian sering disebut “lunar”.
Bulan adalah salah satunya satelit alam milik Bumi yang merupakan satelit alami
terbesar ke-5 di tata surya1. bulan adalah benda langit yang berbatu dan memiliki
diameter 3.467b km dan jarak rata-tata ke Bumi sebesar 348.000 km.2
Bulan dalam al-Quran disebut dengan istilah syahr () شهر, qamar ( ) قمر, dan
hilāl ( )هاللdiulang sebanyak 40 kali. Sedangkan, bulan dengan istilah qamar ()قمر,
dan hilāl ( )هاللsecara bergan-dengan diulang sebanyak 27 kali. Bulan dalam istilah
qamar ( ) قمرsaja diulang sebanyak 26 kali. Karena syahr ( ) شهرmerupakan kata yang
tidak menunjukkan pada pengertian bulan yang hakiki. Namun demikian, kata (شهر
) memiliki keterikatan dengan qamar dan hilāl, karena kata ini sebagai perhitungan
Kata qamar ( )قمرdan hilāl ( ) هاللbermakna bulan dalam arti hakiki. Keduanya
menyatakan makna bulan dalam arti hakiki, namun memiliki perbedaan maksud.
Kata qamar ( )قمرbermakna bulan yang sempurna. Ini dapat dipahami dari QS. al-
Insyiqah [84]: 18 (dan dengan bulan apabila jadi purnama / َ )وَٱ ۡلقمرَ َإذاَٱتَّسقyang
menghubungkan kata qomar dengan purnama. Begitu juga ketika al-Quran selalu
bulan yang sempurna ( ) قمرhanya sekali setiap bulan ()شهر, yaitu pada bulan purnama.
1
Hendra Wisesa, Mini Ensiklopedi Alam Semesta, (Yogyakarta:Gar ilmu, 2010),h.41
2
Robbin Kerrod, Bengkel Ilmu Astronomi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), h.140
2
3
Dengan demikian, kata qamar ( )قمرhanya berarti bulan purnama (ketika penampakan
bulan sempurna).
Kata hilāl ( )هاللdiungkapkan dalam al-Quran hanya satu kali dalam bentuk
jamak ()اهلة. Kata ini ditemui pada QS. al-Baqarah (2): 189. Ini dapat dipahami
bahwa hilāl itu berulangulang, tidak hanya sekali. Dalam arti, perjalanan bulan
dari sangat tipis menuju sempurna dan dari sempurna menuju tipis kembali dapat
“hilāl”. Ini berarti bahwa “hilāl” bermakna bulan yang tidak sempurna, nampak
sedikit, sebagian, separuh, atau hampir sempurna, ketika sempurna maka tidak
disebut hilāl, tetapi disebut qamar. Dengan kata lain penampakan qamar yang tidak
sempurna disebut hilāl, sedangkan kata qamar itu sendiri lebih berorientasi pada
Bulan adalah benda langit yang populer bagi penduduk bumi, kehadirannya
selalu disaksikan hampir setiap malam karena bulan merupakan satelit bumi. Karena
posisinya sebagai satelit, maka bulan akan selalu menyertai bumi setiap saat. Untuk
lebih jelasnya, kami akan menjelaskan tafsir QS.Yasin:36/39 tentag bulan sebagai
satelit bumi.
3
Pemaknaan kata hilal yang demikian, berbeda dengan pemaknaan hilal dalam pandangan
astronomi, dimana secara astronomi hilāl diartikan penampakan bulan yang halus seperti benang
yang tampak pada awal bulan.
4
ُقَد ۡ نَّر َ َٰ ه , Qaddarana>hu, memiliki makna kami jadikan jalannya pada manzil-
manzil.
ُ َمنَ ِاز َلAl-Mana>zil yaitu jamak dari manzil yang berarti jarak yang ditempuh oleh
3. Munasabah Ayat
ُ( َوٱلۡقَ َم َرُقَد ۡ نَّر َ َٰ هُ َمنَ ِاز َلDan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah)
Al-Maragi mengungkapkan tafsir ayat di atas dengan menyatakan, bahwa
bulan, yaitu 28 manzil, bahwa bulan setiap malam singgah pada manzil-manzil
tersebut satu per satu. Kemudian, tidak nampak lagi selama dua malam, atau satu
malam saja apabila umurnya tidak genap 30 hari. dan bila bulan berada pada
manzilnya yang terakhir, maka ia tampak tipis dan melengkung dan inilah yang
ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala berikutnya.
ُونُٱلۡ َق ِد ِي
ِ ( َح َّ َّٰتُعَاد ََُكلۡع ۡرجsehingga kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua)
Yakni, bulan berjalan pada manzil-manzilnya sampai manzil yang terakhir
sehingga ia pun nampak tipis dan melengkung dan berwarna kuning, di samping
Dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa, Bulan telah ditetapkan baginya
manzilah-manzilah (tempat peredaran) yang terbit pada malam di awal bulan dalam
keadaan sabit, berbentuk cahaya kecil. Kemudian, sedikit demi sedikit bertambah
pada malam yang kedua dan manzilnya semakin naik. Kemudian setiap kali manzilah
itu meninggi, semakin bertambah cahayanya, yang sebenarnya semakin sempurna
pada malam ke empat belas. Kemudian, ia mulai berkurang kembali sampai akhir
bulan, hingga seperti bentuk tandan tua. Ibnu ‘Abbas ra: “Itulah pokok (asal) tandan.
Dan Mujahid berkata : “al-‘Urju>nil Qadhi>m yaitu tandan yang kering (tua), Ibnu
4
Ahmad Musthafa Al-Mara>ghi. Tafsir Al-Maraghi, Terj. Bahrun Abubakar, Lc dkk. Terjemah
Tafsir Al-Maraghi Juz 22, 23, dan 24. (Semarang-Indonesia : PT. Karya Toha Putra Semarang,
1992).h.12-13.
6
‘Abbas ra. Mengartikannya sebagai hal tersebut, Allah swt menampakkan bulan dalam
Al-Ṭabari mengatakan bahwa kata manāzilah pada ayat di atas hanya untuk
bulan saja, bukan untuk matahari. Dia beragumentasi bahwa perhitungan syahr dan
sinīn hanya dapat diketahui dengan qamar.6 Dengan demikian, dapat dipahami
memiliki manzilah-manzilah, maka dapat dari bumi setiap malam dalam bentuk yang
berbeda-beda, sehingga ada bulan (hilāl) dan ada bulan (qamar). Oleh karena itu, akan
firman Allah swt dalm QS. Al-an’am /6:96 yang menjelaskan salah satu tujuan
perhitungan waktu.
ۡ ۡ ُ ۡ َ َ َٰ َ ٗ َ ۡ ُ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َّ َ ٗ َ َ َ ۡ َّ َ َ َ َ َ ۡ ۡ ُ َ
٣٩ََيزَٱل ََعل ِي َِم
َِ ِيرَٱل َع ِز
سَ َوٱلقم َرَحسباناَذل ِكَتقد
َ اَوٱلشم
َ لَسكن َ احَوجعلَٱَّلَِ ِقَٱ ِۡلصب
َ فال
Terjemahnya:
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Isyarat manzilah yang dimiliki oleh bulan diperkuat oleh hasil penelitian
yang menyatakan bahwa perjalanan bulan dari bulan mati (muhaq) sampai dengan
bulan purnama dan menuju bulan mati lagi memiliki fase-fase antara lain: 1). Bulan
5
Abu Fida Ismail Ibnu Katsir ad-Dimasqy, Luba>bt Tafsir in Ibni Katsir, tahqiq Abdullah bin
Muhammad bin Abdurrahman bin Ishak, Kairo: Musah Da>r al-Hila>l, 1994M. Terj Abdul Ghaffar dan
Abu Ihan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Syafi’i, 2019. Jilid 8, h26.
6
Al-Ṭabari, Muhammad bin Jarīr bin Yazid bin Kaśir bin Gālib al-Amlī 224-310 H, Jāmi’ al-
Bayān fī Ta’wīl al-Qurān, juz 24, tahqiq Ahmad Muhammad Syākir, Beirut: Muassah arRisalah, 2000
M/1420 H,, Juz 15, h 23.
7
baru/ bulan mati, 2) Kuartir pertama 3) Bulan purnama 4) Kuartir ketiga, yakni ketika
akibat adanya manzilah-manzilah. Dalam hal ini, wajah bulan nampak berbeda dari
waktu ke waktu, yang dimulai dengan muhāq (bulan mati) yakni ketika terjadi
peristiwa ijtimak antara bulan dan matahari, selanjutnya hilāl (bulan baru) yakni
ketika bulan bergerak maka ada bagian bulan yang menerima sinar dari matahari
terlihat dari bumi, berikutnya tarbi’ awwal (kwartir pertama) yakni ketika bulan
bergerak semakin jauh dari titik ijtimak, selanjutnya badr (bulan purnama) yakni
ketika terjadi peristiwa istiqbal dimana semua permukaan bulan menghadap matahari,
kemudian tarbi’ akhir (kwartir terakhir) ketika bulan meninggalkan matahari setelah
terjadinya peristiwa istiqbal, dan akhirnya kembali pada bentuk muhāq hingga pada
Peredaran bulan yang dikemukakan di atas dapat terjadi karena semua benda-
benda yang ada di langit telah ditundukkan oleh Allah, sebagaimana dinyatakan
dalam QS. Ibrahim (14): 33, Lukman (31): 29, Fāṭir (35): 13, dan Az-Zumar (39):5.
Konsistensi peredaran benda langit dapat terjadi karena setiap benda langit telah
7
Saadoe’ddin Djambek, Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tintamas, 1976, h. 5
8
Zubair Umar al-Jailani, al-Khulāsah alWafiyyah f al-Falak bijadwal al-Lughāritmiyyah,
Kudus: Menara Kudus, t.th, 42-43
8
1. Gerak Bulan
adalah 385.000,56 km9. Titik perigee bulan berjarak sekitar 363.300 km, sedangkan
titik apogee-nya mencapai sekitar 405.500 km. Meski jarak Bulan-Bumi cukup dekat
bahkan masih dalam jangkauan gravitasi bumi, bulan tidak sepenuhnya tertarik gaya
gravitasi bumi, sebab bulan memiliki gaya sentrifugal yang membuatnya tetap dapat
bertahan pada lintasannya.10 Namun akibat gaya sentrifugal bulan yang sedikit lebih
besar dibanding gaya gravitasi bumi-bulan, bulan semakin menjauh sekitar 3,8 cm
setiap tahunnya.11
Di dalam astronomi dikenal ada dua jenis gerak bulan yakni gerak hakiki dan
gerak semu.
Gerak bulan hakiki adalah gerak yang sebenarnya dilakukan oleh ketika
beredar di angkasa luar. Gerak hakiki bulan terdiri dari tiga macam gerak, yakni rotasi,
1) Rotasi Bulan.
Bulan berputar pada porosnya dengan periode sekitar 27 hari lebih 7 jam
dengan arah rotasi berlawanan dengan jarum jam. Lama rotasi bulan adalah sama
dengan lama revolusinya. Hal tersebut yang mengakibatkan permukaan bulan yang
9
Jean Meeus, Elements of Solar Eclips (1951-2200) bersatu Serikat dari Amerika:Willman-
Bell. Inc. 1989.h 312.
10
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012. h. 135
11
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak. h. 136
12
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak. h. 217
9
2) Revolusi Bulan.
Bulan mengelilingi bumi memerlukan waktu sekitar 27 hari 7j 43m 12d, sama
berlawanan dengan arah jarum jam. Lama revolusi bulan tersebut kemudian disebut
Bulan bergerak mengitari bumi, maka secara otomatis bulan juga bergerak
mengitari matahari bersama-sama dengan bumi. Hal tersebut yang menyebabkan
berpilin di mana titik awal revolusi bulan tidak bertemu titik akhirnya. Satu lingkaran
berpilin ini ditempuh bulan dalam waktu 29,5 hari. Adapun waktu yang diperlukan
bulan untuk mencapai titik awalnya yakni sekitar 365,5 hari atau setelah melewati 12
ketika diamati dari bumi bergerak secara semu dari arah timur ke barat. Pada saat yang
bersamaan bulan juga melakukan gerak revolusi. Akibatnya, setiap harinya bulan
terlambat terbit dari bintang tertentu sekitar 50 menit atau sekitar 13° busur.
Terhadap batahari, setiap hari bulan terlambat sekitar 12° busur atau 0,5° setiap
jamnya.15
setiap harinya, mulai dari sebatas garis kecil melengkung hingga semakin membesar
13
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2008.
hlm. 132
14
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak. h. 223
15
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak .h. 224
10
membentuk bulatan sem purna kemudian mengecil kembali. Peristiwa perubahan fase
fase penampakan semu bulan tersebut diakibatkan oleh fungsi elongasi bulan, yakni
sudut yang dibentuk bulan dari matahari ketika diamati dari bumi. bulan mencapai
fase purnama ketika sudut elongasinya sebesar 180° dan fase bulan mati pada sudut
0°.16
dengan periode sideris bulan. Waktu yang dibutuhkan oleh bulan untuk kembali ke
fase awal adalah sekitar 29,5305882 hari. Lama waktu tersebut kemudian disebut
2. Fase-fase Bulan
Bulan adalah benda langit yang tidak mempunyai sinar. Cahayanya yang
tampak dari bumi sebenarnya merupakan sinar matahari yang dipantulkan oleh bulan.
Dari hari ke hari bentuk dan ukuran cahaya ulan berubah-ubah sesuai dengan posisi
16
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak.h 225
17
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak . h.219-222
18
Muhyiddin Khazin, ilmu Falak....h133
11
Hal ini dinamakan fase bulan (Moon phase) dan terulang setiap sekitar 29,5
hari, yaitu waktu yang diperlukan bulan untuk mengelilingi bumi. Empat fase utama
yang penting bagi bulan antara lain19 1) Bulan Baru (New Moon); 2) Kuartal Pertama
(first Quarter); 3) Bulan Purnama (Full Moon); 4) Kuartal Ketiga atau Terakhir (Third
Quarter atau Last Quarter).
Empat fase di atas merupakan fase utama bulan. Selain fase utama tersebut,
juga terdapat delapan fase yang lebih detail. Delapan fase ini dpat dibedakan dalam
proses sejak waktu hila>l (Bulan baru) muncul sampai tidak ada (tidak tampak). Pada
dasarnya, ini menunjukkan delapan tahap bagian permukaan bulan yang terkena sinar
Matahari dan kenampakan geosentris bagian yang tersinari ini yang dapat dilihat di
Bumi. Kondisi yang dijelaskan dalam tahapan detail fase bulan ini dapat berlaku di
1) Fase Pertama
Pada saat bulan berada diantar bumi dan matahari yaitu pada saat ijtima’, sinar
Mamaka seluruh bagian bulan yang tidak menerima sinar matahari persis menghadap
ke bumi. Akibatnya, saat itu bulan tidak tampak dari bumi Peristiwa tersebut
matahari terlihat dari bumi. Bagian bulan ini terlihat sangat kecil dan berbentuk sabit.
2) Fase Kedua
19
Tono Saksono, Mengompromikan Hisab Rukyat, (Jakarta :Amythas Publicita, 2007),h.32
20
Muhyiddin Khazin, ilmu Falak....h133
21
Muhyiddin Khazin, ilmu Falak....h133
12
Semakin jauh bulan bergerak meninggalkan titik ‘ijtima’, semakin besar pula cahaya
bulan yang tampak ndari bumi. Hal ini disebabkan adanya bagian bulan yang tekena
sinar matahari terus bertambah besar sampai pada suatu posisi dimana bulan kehilatan
separuh. Ini terjadi sekitar tujuh hari kemudiaan setelah bulan mati, bulan akan
tampak dari bumi dengan bentuknya setengah lingkaran. Bentuk seperti inib disebut
3) Fase ketiga
Pada beberapa hari berikutnya, bulan akan tampak semakin membesar. Dalam
oistilah astronomi , fase ini disebut waxing gibbous monn atau waxing humped moon.
Waktu terbit bulan menjadi semakin melambat dibandingkan dengan matahri. Bulan
terbit pada sekitar jam 15.00 tepat di tengah lagit kita pada sekitar 21.00 dan
4) Fase Keempat
samapailah pada saat di mana bulan pada titik oposisi dengan matahari yaitu saat
istiqbal. Pada saat ini, Bumi persis sedang berada di antar bulan matahari. Bagian
bulan yang sedang menerima sinar matahari hampir seluruhnya terlihat dari bumi.
Akibatnya bulan tampak seperti bulatan penuh. Peristiwa ini dinamakan badr atau
bulan purnama.23
5) Fase Kelima
Sejak purnama sampai dengan terjadinya gelap total tanpa bulan, bagian bulan
yang terkena sinar matahari kembali mengecil di bagian dari sisi lain dalam proses
waxing gibbous moon. Menurut astronomi, proses ini disebut waning sehingga bulan
22
Muhyiddin Khazin, ilmu Falak....h133-134
23
Muhyiddin Khazin, ilmu Falak....h134
13
yang berada dalam kondisi ini dinamakan waning gibbous moon atau waning humped
moon. Pada fase ini, Bulan sekitar 9 jam lebih awal daripada matahari ini berarti bulan
terbit di sebelah timur pada sekitar pukul 21.00 berada tepat ditengah langit kita pada
6) Fase Keenam
Sekitar 3 minggu setelah hial, bagian permukaan bulan akan tampak setengah
kembali (setengah lingkaran). Namun bagian yang tampak dari bumi ini arahnya
kebalikan dari kuartal pertama. Fase yang demikian dinamakan kuartal terakhir atau
kuartal ketiga. Pada fase ini, Bulan terbit lebih awal sekitar jam 6 daripada matahari.
Ini berarti bulan terbit di sebelah timur pada sekiatr pukul 24.00 (tengah malam).
Teapt berada di tengah langit kita pada sekitar Matahari terbit, dan tenggelam di ufuk
Menurut Muhyiddin Khazin, proses dari tujuh hari setelah bulan purnama yang
membuat bulan akan tampak dari bumi dalam bentuk stengah lingkaran lagi disebut
7) Fase Ketujuh
Memasuki minggu akhir keempat sejak hila>l, bentuk permukaan bulan yang
terkena sinar matahari semakin mengecil sehingga membentuk bulan sabit tua
(warning crescent). bulan terbit di tengah langit kita sekitar jam 09.00 pagi, dan
8) Fase Kedelapan
Pada posisi ini bulan berada pada arah yang sama terhadap matahari. Bagian
bulan yang terkena sinar matahari adalah yang membelakangi bumi. Dengan demikian
24
Tono Saksono, Mengompromikan Hisab... h.37
25
Tono Saksono, Mengompromikan Hisab...h.38
14
bagian bulan yang menghadap ke bumi semuanya gelap. Ini merupakan kondisi tanpa
bulan, dimana pada fase ini bulan dan matahari terbit di ufuk timur sekitar jam 06.00,
berada di tengah langit kita pada sekitar jam 12.00 (tengah hari), dan tenggelam di
ufuk barat pada pukul 18.00. karena sisi gelap bulan yang menghadap kita, maka kita
tidak dapat melihat ilmu atsronomi, peristiwa ini disebut konjungsi dan terjadi bulan
baru. Menurut kalender China, kondisi seperti ini juga dijadikan sebagi tanda dari
selama satu tahun. Jenis kalender yang menggunakan bulan sebagai acuan disebut
fase-fase bulan setiap harinya selama 1 bulan. Dengan begitu, jumlah hari dapat dilihat
26
Tono Saksono, Mengompromikan Hisab...h.39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
manzilah-manzilah (tempat peredaran) yang terbit pada malam di awal bulan dalam
keadaan sabit, berbentuk cahaya kecil. Kemudian, sedikit demi sedikit bertambah
pada malam yang kedua dan manzilnya semakin naik. Kemudian setiap kali manzilah
itu meninggi, semakin bertambah cahayanya, yang sebenarnya semakin sempurna
pada malam ke empat belas. Kemudian, ia mulai berkurang kembali sampai akhir
Di dalam astronomi dikenal ada dua jenis gerak Bulan yakni gerak hakiki dan
gerak semu. 1). Bulan hakiki adalah gerak sebenarnya yang dilakukan oleh Bulan
ketika ketika beredar di angkasa luar, gerak Bulan terdiri dari tiga macam gerak, yakni
rotasi, revolusi dan gerak Bulan bersama Bumi mengitari Mtahari. 2) Gerak Semu
Bulan. Adapun Fase Pereradaran Bulan terbagi menjadi Empat fase antara lain 1)
Bulan Baru (New Moon); 2) Kuartal Pertama (first Quarter); 3) Bulan Purnama (Full
Moon); 4) Kuartal Ketiga atau Terakhir (Third Quarter atau Last Quarter).
15
DAFTAR PUSTAKA
Abu Fida Ismail Ibnu Katsir ad-Dimasqy, Luba>bt Tafsir in Ibni Katsir, tahqiq
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishak, Kairo: Musah Da>r al-
Hila>l, 1994M. Terj Abdul Ghaffar dan Abu Ihan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsir,
Pustaka Imam Syafi’i, 2019.
Al-Mara>ghi, Ahmad Musthafa. Tafsir Al-Maraghi, Terj. Bahrun Abubakar, Lc dkk.
Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 22, 23, dan 24. Semarang-Indonesia : PT. Karya
Toha Putra Semarang, 1992.
Al-Ṭabari, Muhammad bin Jarīr bin Yazid bin Kaśir bin Gālib al-Amlī 224-310 H,
Jāmi’ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qurān, juz 24, tahqiq Ahmad Muhammad Syākir,
Beirut: Muassah arRisalah, 2000 M/1420 H.
Djambek, Saadoe’ddin. Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tintamas, 1976.
Hambali, Slamet. Pengantar Ilmu Falak, Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012.
Jean Meeus, Elements of Solar Eclips (1951-2200) bersatu Serikat dari
Amerika:Willman-Bell. Inc. 1989.
Kerrod, Robbin. Bengkel Ilmu Astronomi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.
Khazin, Muhyiddin .Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka,
2008.