Disusun Oleh :
Hafidhatun Nashiro
21
Prodi PGSD
2021-2022
i
KATA PENGANTAR
Hafidhatun Nashiro
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Menariknya dari penelitian ini adalah K.H. Mas Mansyur adalah salah
satu tokoh pembaharu Islam di Indonesia, yang mana ia ingin sekali
mencetak kader-kader generasi muda bangsa. Ketika ia menempuh
pendidikan di Mesir,keadaan negaranya sedang dijajah oleh Inggris dan
Turki, disinilah jiwa mudanya mulai bergetar karena menyaksikan dari
dekat dan kemudian timbullah nasionalisme Mesir. Ia sering
mendengarkan tokoh-tokoh ulama dari Mesir tiap kali menggembleng
semangat bangsa-nya ataupun membaca buah pikiran mereka yang
dicantumkan dalam berbagai surat kabar dan majalah. Timbullah dalam
pikirannya untuk membanding-bandingkan keadaan negara Mesir
dengan Tanah Airnya sendiri yang memang mempunyai nasib yang sama,
masing-masing merupakan tanah jajahan.
Ada suatu tempat yang paling berkesan yang pernah ia kunjungi
selama di Mesir. Tempat itu adalah Syanggit, sebuah desa di Selatan
Tripoli dan terletak ditengah-tengah gurun Libya. Ia tertarik kepada
Syanggit, karena desa itu memiliki sebuah pendidikan yang khas
semacam pesantren dengan kurikulum, sistem, dan disiplin pengajaran
serta pengelolahan yang mengagumkan, sehingga banyak menelurkan
kaum cerdik pandai dan pemimpin berbobot. Oleh karenya ia pernah
berangan dan bertanya, dapatkah kita mengadakan pondok seperti Syanggit
di Tanah Air.
Setibanya di Tanah Air, tahun 1916 ia terjun ke bidang
dakwah. Ia juga berniat untuk mencetek kader-kader bangsa. Salah satu
pendidikan kader adalah sekolahan atau madrasah. Maka dari itu ia
pun bersama-sama dengan beberapa Kiyai mulai mendirikan perkumpulan
serta perkuruan Nadhatul Wathon (Kebangkitan Tanah Air), dan organisasi
Taswirul Afkar (Bertukar Pikiran).
Selain dari pada itu, Mas Masnyur bersama KH. Wahab Hasbullah
mendirikan pula organisasi dengan nama “Jam’iyah Nadlatul Wathon”
dan mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda pada tahun 1916 M.
Pada tahun 1920, Mas Mansyur memutuskan untuk masuk ke ormas
3
2. Manfaat Subjektif
Untuk memenuhi salah satu persyaratan Tugas Individu , dilakukan
untuk menambah ilmu penegtahuan dan pemahaman dari sebuah
informasi atau fakta yang terjadi
BAB II
PEMBAHASAN
melahirkan dua orang anak yang bernama Muhammad dan Sofroh. Indruk
adalah keturunan Abdurrahman Basyeiban, ia adalah cicit Abu Bakar
Basyeiban yang silsilahnya sampai kepada Fatimah putri Nabi
Muhammad Saw. Abdurrahman menikah dengan Ratu Ayu Khadijah, putri
Pangeran Syarif Hidayatuulah (Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat). Ia
dikaruniai tiga anak dua putra dan seorang putri yang bernama Sulaiman,
Abdurrahim, dan Jene. Mereka menyeebar ke arah Timur untuk
menyebarkan agama Islam. Sulaiman sampai desa Kanigoro, Mojoagung,
Abdurrahim ke Segarapura, Pasuruan, dan Jene ke Jepara, Jawa Tengah.
yang sabar. Saat masih muda dulu, dia mempunyai ciri khas yang
sangat mudah dikenali. Sehari-hari ia selalu mengenakan sarung polikat
warna gelap, baju jas tutup putih dan kopyah hitam, kadang-kadang
saja menggunakan serban. Dalam penampilannya ia selalu mengesankan
sebagai seorang intelektual Muslim. Ia selalu berusaha menghargai
orang lain. Antara penampilan dan kualitas otak sepadan, namun tetap saja
masih dalam koridor kesahajaan.
Perjalanan panjang Mas Mansur sebagai tokoh pejuang dan ulama tak
lepas dari peran keluarga dan lingkungan di masa kecilnya. Sejak kecil ia
belajar agama langsung dari ayahnya, K.H. Ahmad Marzuki. Selain belajar
dari ayahnya, Mas Mansur juga belajar pada Kiai Muhammad Thaha,
pengasuh pesantren Sidoresmo. Pada tahun 1906, ia menginjak usia sepuluh
tahun, oleh ayahnya Mas Mansur dikirim ke pesantren Demangan,
Bangkalan, Madura. Di pesantren ini, selain mengkaji Al-Quran Mas
Mansur juga mendalami kitab Alfiah ibn Malik.
10
Belanda dan Jepang dari Tanah Air. Disana ia sering mendengarkan tokoh-
tokoh utama Mesir yang menggembleng semangat bangsanya, ataupun
membaca buah pikiran mereka yang dicantumkan dalam berbagai surat
kabar dan majalah. Secara otomatis timbullah pemikiran dalam dirinya
untuk membanding-bandingkan keadaan negara Mesir dengan Tanah Airnya
sendiri yang memang mempunyai nasib sama, masing-masing
merupakan tanah jajahan. dan Siyatul Islamiyah.Selama belajar di Al-
Azhar Mas Mansyur tinggal bersama para siswa lainnya yang berasal
dari Melayu di Ruaq Al-Malayu, sebuah asrama khusus mahasiswa
Melayu. Selama belajar disana pula setidaknya ia pernah bertemu muka
langsung dengan Syekh Rashid Ridha, adalah seorang murid Syekh
Muhammad Abduh yang menulis Tafsir Al-Manar.Dengan demikian Mas
Mansyur boleh dikatakan mengenal pemikiran-pemikiran dari Abduh, Al-
Afghani, dan Rasyid Ridha.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
14
Salah satu pemikiran K.H. Mas Mansur yang masih releven adalah 12
Langkah Muhammadiyah. Langkah ini dicetuskan Mas Mansur saat
menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hal ini
dilakukan sebagai jawaban dan antisipasi terhadap kondisi
Muhammadiyah dan juga bangsa Indonesia yang masih berada dalam
keterbelakangan.
3.2 Saran
Penelitian ini penulis akui masih jauh dari kata sempurna, bahkan tidak
dapat untuk dikatakan cukup baik. Akan tetapi, penulis berharap penelitian
ini dengan segala keterbatasan dan kekurangannya mampu dijadikan sebagai
bahan bacaan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
15
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/
https://library.ui.ac.id/
https://widyasari-press.com/peranan-k-h-mas-mansur-sebagai-tokoh-
muhammadiyah-pada-masa-pergerakkan-nasional/
16