angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa lain. Istilah ini
antara Bumi dan Matahari, atau gerhana bulan saat sebagian atau keseluruhan
penampang Bulan tertutup oleh bayangan Bumi. Namun, gerhana juga terjadi
pada fenomena lain yang tidak berhubungan dengan Bumi atau Bulan, misalnya
shalat kusuf (salat gerhana). Gerhana matahari terjadi 2-5 kali dalam setahun.
Biasanya, gerhana matahari terjadi sekitar dua minggu sebelum atau sesudah
gerhana bulan. jumlah gerhana Bulan dalam satu tahun bisa berkisar antara 0
yang sangat akrab dalam pandangan. Peredaran dan silih bergantinya yang sangat
Artinya: “Matahari dan bulan beredar dengan peraturan dan hitungan yang
tertentu.”3
Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan
terhadap matahari dan bulan. Yang sangat disayangkan ternyata keyakinan kufur
lalu, seperti di sebagian bangsa Cina, Jepang, Yunani, dan masih banyak lagi. 4
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah malam dan siang, serta
matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan
janganlah pula sujud kepada bulan dan sebaliknya hendaklah kamu
sujud kepada Allah yang menciptakannya, kalau betulah kamu hanya
beribadat kepada Allah.”5
diwariskan dari mulut ke mulut. Khayalan dan mitos tersebut diantaranya ialah
yang menyatakan bahwa gerhana terjadi karena matahari ditelan oleh raksasa
kepala yang besar dan mulut yang lebar. Ia mempunyai leher tetapi tidak
mempunyai badan. Oleh sebab itu, masyarakat yang memiliki kepercayaan seperti
akan menabuh semua alat yang dapat menimbulkan bunyi, misalnya memukul
mendengar bunyi-bunyian yang ribut tersebut akan lari dan memuntahkan kembali
bulan. Dalam konteks itu, Islam menepis mitos dan pandangan primitif abad ke-7
tentang gerhana, sekaligus menekankan dimensi religius, spiritual, dan sosial pada
gerhana itu sendiri sebagai misi kenabian Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat
adalah pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi, baik dari kematian maupun
kelahiran.
Pandangan primitif itu masih hidup saat Islam datang. Ketika putra Nabi
kepergian putra Nabi Muhammad S.A.W. Dalam konteks itulah Nabi Muhammad
S.A.W bersabda:
Artinya: “Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau
hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran
Allah ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan
gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian,”7
Dengan pernyataan dan anjuran Nabi S.A.W tersebut, Islam jelas menepis segi
mitis dan primitif dari pandangan masyarakat Arab pra-Islam tentang gerhana.8
Ada dua istilah dalam penamaan gerhana, Kusuf dan Khusuf. Keduanya
adalah sinonim. Jika kedua nama tersebut disebutkan secara bersamaan, maka
makna kusuf untuk gerhana matahari dan khusuf untuk gerhana bulan. Dua
penyebutan dengan nama yang berbeda seperti ini lebih masyhur di kalangan
keduanya bermakna dua gerhana, yaitu matahari dan bulan. Pada dua kejadian
alam ini, gerhana matahari dan bulan, ada shalat yang disyariatkan oleh
Rasulullah S.A.W.
Hukum shalat gerhana terdapat keterangan dari Abu Hanifah, beliau menghukuminya wajib dan
menjadikan batasan berdoa dan shalatnya dengan selesainya gerhana atau tersingkapnya
kembali cahaya matahari dan bulan.9
Jumhur ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah mu’akkadah
(sangat-sangat ditekankan). Mereka beralasan dengan membatasi shalat wajib hanya yang lima
waktu saja.10 Imam An Nawawi rahimahullah berkata, “para ulama bersepakat dalam kontek
ijma’ bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah.” 11 Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
“jumhar ulama bersepakat bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah mu’akkadah.” 12
Pendapat ini didasarkan pada firman Allah swt dan salah satu hadits Nabi
perihal tata cara shalat sunah gerhana bulan. Dalam Bidayatul Mujtahid, ia
ini:
Artinya, “Sebab perbedaan itu terletak pada perbedaan pandangan mereka dalam
memahami hadis Rasulullah S.A.W, „Matahari dan bulan adalah dua
tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian
atau kelahiran seseorang. Kalau salah seorang kalian melihat keduanya,
sebutlah nama Allah dan shalatlah sampai Allah membuka gerhana itu,
dan bersedekahlah,‟ HR Bukhari. Ulama yang memahami di sini
sebagai perintah shalat pada kedua gerhana dengan sebuah pengertian
yaitu sifat shalat yang telah dikerjakan Rasulullah S.A.W ada saat
gerhana matahari, memandang bahwa shalat pada gerhana matahari
dilakukan secara berjamaah.” Sedangkan ulama yang memahami hadis
ini dengan sebuah pengertian berbeda, sementara belum ada riwayat
yang menyebutkan bahwa Rasulullah S.A.W melakukan shalat gerhana
bulan padahal fenomena itu terjadi berkali-kali semasa beliau hidup,
berpendapat bahwa pengertian yang dapat ditarik dari teks hadis ini
adalah sekurang-kurang sebutan shalat dalam syara‟, yaitu shalat sunah
sendiri. Ulama ini seakan memandang bahwa pada asalnya kata „shalat‟
di dalam syarak bila datang perintah padanya harus dipahami dengan
konsep paling minimal yang mengandung sebutan itu dalam syariat
kecuali ada dalil lain yang menunjukkan hal yang berlainan. Ketika
sikap Nabi S.A.W menghadapi gerhana matahari berbeda dengan itu,
maka konsep terkait gerhana bulan tetap dipahami sebagai aslinya.
Sedangkan Imam Syafi‟i memahami sikap Nabi S.A.W dalam melewati
gerhana matahari sebagai penjelasan atas keijmalan perintah shalat oleh
Rasulullah S.A.W pada kedua gerhana tersebut sehingga konsep atas
amaliah gerhana bulan harus berhenti di situ.
Sementara Abu Amr bin Abdil Bar meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan
Utsman radiyallahu anhu bahwa keduanya melaksanakan shalat dua rakaat secara
berjamaah saat gerhana bulan dengan dua rukuk pada setiap rakaatnya seperti
pendapat Imam As-Syafi‟i,”22 Perbedaan pendapat ini berimbas pada bacaan di
dalam shalat itu sendiri. Tetapi dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa para
dimulainya gerhana atau ketika bulan tertutupi hingga gerhana berakhir alias
bulan terlihat seperti kondisi normal. Shalat gerhana bulan sebenarnya boleh
dilakukan sendiri atau tanpa perlu pergi ke masjid. Namun sangat disarankan
Shalat gerhana bulan ini dikerjakan 2 rakaat dengan dalam setiap rakaat
S.A.W mengeraskan bacaannya saat shalat gerhana bulan, beliau shalat empat kali
berikutnya adalah melakukan shalat gerhana bulan tersebut dengan tata cara
1. Takbiratul Ihram.
panjang.
3. Ruku'. Disunnahkan waktu ruku' lama, seperti waktu berdiri.
6. I'tidal.
7. Sujud.
9. Sujud kedua
10. Berdiri lagi (rakaat kedua), membaca surat Al Fatihah dan lainnya
13. Ruku' lagi. Disunnahkan waktu ruku' lebih pendek dari ruku' pertama.
14. I'tidal.
15. Sujud.
19. Salam.
Begitu salam selesai diucapkan, disunnahkan pula untuk berdoa. Berdoa di waktu
setelah shalat gerhana bulan adalah waktu yang mustajabah untuk berdoa.
Ketika fenomena gerhana terjadi, kita bisa melihat betapa Maha Kuasanya Allah, yang mampu
menggerakkan tata surya hingga terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari. Karena itulah
manusia harus bersegera sholat dengan rukuk dan sujud yang lama dalam shalay gerhana.
Tujuannya untuk menunjukkan penghambaan kita kepada Allah yang Maha Kuasa.
Dalam sabdanya, Rasulullah menjelaskan bahwa terjadinya gerhana adalah untuk menakut-
nakuti, agar manusia takut kepada Allah. Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya ketika tertutup cahaya matahari dan bulan (gerhana) bukanlah sebab karena ada
yang mati atau karena ada yang hidup, namun itu adalah tanda kuasa Allah untuk menakut-
nakuti hambaNya dengan terjadi gerhana tersebut”.
Dalam surat Al Isra ayat 59 Allah berfirman, “Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu
melainkan untuk menakuti”. Jelaslah gerhana matahari dan bulan, yang merupakan tanda
kekuasaan Allah, terjadi untuk menakut-nakuti umat manusia.
Karena itu, ketika gerhana bulan terjadi, orang yang beriman seharusnya merasa takut dan
menunjukkannya dengan bersegera menghadap Allah lewat sholat gerhana. Gerhana matahari
dan gerhana bulan bukanlah sekedar peristiwa yang disambut dengan euforia meriah dan rasa
takjub semata.
Tunduknya manusia kepada RabbNya bisa ditunjukkan dengan sujud dan rukuk yang lama
dalam sholat sunnah gerhana. Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar mendirikan sholat
dengan sujud dan rukuk yang panjang ketika gerhana terjadi. Hal itu merupakan keutamaan
sholat gerhana.
Ibnu Abbas menuturkan bahwa “Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, lalu beliau sholat dan orang-orang mengikuti sholat beliau. Kemudian beliau
berdiri dalam waktu yang sangat panjang sepanjang sekitar bacaan surat Al-Baqarah. Kemudian
beliau rukuk dengan rukuk yang sangat panjang. Kemudian beliau berdiri cukup panjang, namun
lebih pendek dari yang pertama. Kemudian beliau rukuk dengan rukuk yang cukup panjang,
namun lebih pendek daripada rukuk yang pertama” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai manusia, kita hendaknya senantiasa bersegera mematuhi perintah Allah. Sebagai utusan
Allah, Nabi Muhammad SAW juga memberikan panduan agar umat muslim bersegera untuk
beramal sholeh. Keutamaan sholat gerhana adalah sebagai kesempatan untuk bersegera
melakukan amal sholeh.
Dengan adanya gerhana bulan atau gerhana matahari, orang mukmin mendapat kesempatan
untuk membuktikan keimanannya. Hendaknya kita bersegera untuk mengerjakan sholat gerhana
ketika peristiwa itu terjadi.
Keutamaan sholat gerhana jika segera dilaksanakan tentu saja akan mendatangkan ridha dari
Allah. Bersegera mendirikan sholat ketika gerhana terjadi, berarti kita telah menunjukkan cinta
kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 31, “Katakanlah (wahai
Muhammad kepada umatmu): jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku
(Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian”.
Dari ayat tersebut, jelaslah bagi mereka yang bersegera mengikuti perintah Rasulullah untuk
melaksankan sholat sunnah ketika terjadi gerhana, maka Allah akan mencintainya dan
mengampuni dosa-dosanya.