Anda di halaman 1dari 6

Hadits Arbain Nawawi ke-12:

Meninggalkan Hal yang Tidak


Bermanfaat
Arbain Nawawi (‫ )األربعين النووية‬adalah kumpulan hadits pilihan yang disusun
oleh Imam An Nawawi rahimahullah. Jumlahnya hanya 42 hadits, tetapi
mengandung pokok-pokok ajaran Islam.

Berikut ini hadits Arbain Nawawi ke-12 beserta penjelasan dan fiqih atau
kandungan hadits.

Daftar Isi
 Arbain Nawawi ke-12 dan Terjemah
 Penjelasan Hadits
 Kandungan Hadits dan Pelajaran Penting
o 1. Membangun Masyarakat Mulia
o 2. Prinsip Manajemen Waktu
o 3. Muslim Itu Menjaga Diri
o 4. Tanda Kuat dan Lemahnya Iman
o 5. Jalan Keselamatan
o 6. Pentingnya Tazkiyatun Nafs
 Video Hadits Arbain Nawawi ke-12

Arbain Nawawi ke-12 dan Terjemah

‫ ِم ْن ُحس ِْن‬ :‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ‫ قَا َل َرس ُْو ُل هللا‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫َع ْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫ِإ ْسالَ ِم ال َمرْ ِء تَرْ ُكهُ َما الَ يَ ْعنِ ْي ِه‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara tanda kesempurnaan Islam seseorang,
ia meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi dan
lainnya; hasan)
Penjelasan Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah
sahabat dari kabilah Bani Daus, Yaman. Di masa jahiliyah ia bernama Abdu
Syams, lalu di masa Islam namanya adalah Abdurrahman bin Shakr.

Abu Hurairah masuk Islam melalui dakwah Thufail bin Amr Ad Dausi. Ia
masuk Islam saat muda dan pada usia 26 tahun, ia hijrah ke Madinah
menyusul Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat itu Rasulullah telah
memenangkan Perang Khaibar.

Di Madinah, Abu Hurairah tinggal di Masjid Nabawi. Menjadi ahlus suffah. Tak
seperti mayoritas sahabat yang sehari-harinya bekerja, Abu Hurairah
memfokuskan diri untuk mulazamah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Ia selalu hadir ketika Rasulullah mengajar di Masjid Nabawi. Dan
ia selalu mengikuti ke mana pun Rasulullah pergi.

Maka dalam waktu singkat, Abu Hurairah mendengar demikian banyak hadits
dari Rasulullah. Dengan keistimewaannya yang tak pernah lupa hadits sejak
didoakan Rasulullah, ia menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadits. Meskipun hanya menjumpai Rasulullah 4 tahun, Abu Hurairah 5.347
hadits.

Abu Hurairah dikenal selalu menggunakan waktunya untuk hal-hal yang


bermanfaat. Menjauhi hal yang sia-sia. Sepeninggal Rasulullah, ia memiliki
rumah dan berkeluarga. Di sepertiga malam terakhir, ia membangunkan
keluarganya agar bisa sholat tahajud. Jadi, Abu Hurairah termasuk terdepan
dalam mengamalkan hadits yang ia riwayatkan ini.

Husn (‫ )حسن‬artinya adalah kebaikan. Bisa juga bermakna kesempurnaan. Laa


ya’niih (‫ )ال يعنيه‬artinya adalah tidak bermanfaat. Baik manfaat di dunia
maupun manfaat di akhirat. Bisa pula bermakna sia-sia.

Hadits ini pendek tetapi maknanya dalam dan mengandung pelajaran yang
sangat luas. Para ulama mengistilahkan dengan jawami’ul kalim (‫)جوامع الكلم‬
yakni kalimat yang singkat dan padat. Bahwa di antara tanda kebaikan islam
dan kesempurnaan iman seseorang adalah meninggalkan perkara yang sia-
sia. Perkara yang tidak bermanfaat baginya, baik di dunia maupun di akhirat.

Kandungan Hadits dan Pelajaran Penting


Hadits ini memiliki kandungan yang luas dan banyak pelajaran penting.
Hingga sejumlah ulama menyebutnya sebagai hadits yang menghimpun
kumpulan kebaikan (‫)جمع نصف الدين‬.

“Rasulullah menjelaskan hadits tersebut kepada kami dengan kalimat yang


singkat dan penuh manfaat, di dalamnya terkumpul kebaikan dunia dan
kebahagiaan akhirat,” kata Abu Hurairah ketika mengomentari hadits ini.

Berikut ini enam poin utama kandungan hadits Arbain Nawawi ke-12:

1. Membangun Masyarakat Mulia


Hadits ini menunjukkan bahwa Islam ingin membangun masyarakat mulia.
Masyarakat yang dipenuhi dengan kebaikan di dunia, yang kemudian
mengantarkan kepada kebaikan di akhirat. Ciri utama masyarakat mulia
adalah masyarakat yang menggunakan waktunya untuk hal-hal yang
bermanfaat dan menjauhi perbuatan yang sia-sia. Masyarakat yang
produktif.

Sebaliknya, masyarakat yang tidak produktif, masyarakat yang menyibukkan


waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, mereka adalah masyarakat yang
merugi. Sebagaimana semangat Surat Al Ashr:

ِّ ‫ص ْوا ِب ْال َح‬


‫ق‬ َ ‫ ِإاَّل الَّ ِذ‬. ‫ْر‬
ِ ‫ين َآ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
َ ‫ت َوتَ َوا‬ َ ‫ ِإ َّن اِإْل ْن َس‬. ‫َو ْال َعصْ ِر‬
ٍ ‫ان لَفِي ُخس‬
‫صب ِْر‬ َّ ‫اص ْوا بِال‬َ ‫َوتَ َو‬
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3)

2. Prinsip Manajemen Waktu


Hadits ini mengajarkan prinsip manajemen waktu. Yakni hanya mengisi
waktu dengan hal-hal bermanfaat. Sebaliknya, meninggalkan hal-hal yang
tidak bermanfaat.

Karenanya Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu tidak suka saat melihat
pemuda yang melamun. Sebab melamun tidak bermanfaat baik untuk dunia
maupun untuk akhirat. Melamun termasuk aktifitas yang sia-sia.

Demikian pula aktifitas lain yang tidak bermanfaat, harus ditinggalkan.


Apalagi kalau aktifitas itu justru merugikan orang lain dan merugikan akhirat
kita. Misalnya ghibah, membully orang, menyakiti orang lain, dan
sebagainya.

3. Muslim Itu Menjaga Diri


Islam menuntun seorang muslim untuk meninggalkan hal-hal yang tidak
bermanfaat bagi dirinya. Apalagi kalau hal itu merugikan orang lain.

Islam mengajarkan agar seorang muslim menjaga diri agar tidak melakukan
hal yang sia-sia. Apalagi kalau itu merugikan orang lain. Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

ُ‫ َو ْال ُمهَا ِج ُر َم ْن هَ َج َر َما نَهَى هَّللا ُ َع ْنه‬، ‫ون ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِد ِه‬
َ ‫ْال ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم ْال ُم ْسلِ ُم‬
“Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari lisan dan
tangannya. Dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang
Allah larang baginya.” (HR. Bukhari)

4. Tanda Kuat dan Lemahnya Iman


Hadits arbain nawawi ke-12 ini menunjukkan bahwa meninggalkan perkara
yang tidak bermanfaat merupakan tanda sempurnanya iman. Mahfum
mukhalafah-nya, menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat
merupakan tanda lemahnya iman.
‫ فَقَا َل‬.‫ال يَ ْعنِى َر ُج ٌل َأب ِْشرْ بِ ْال َجنَّ ِة‬ َ َ‫ك قَا َل تُ ُوفِّ َى َر ُج ٌل ِم ْن َأصْ َحابِ ِه فَق‬ ِ َ‫َع ْن َأن‬
ٍ ِ‫س ْب ِن َمال‬
َ‫ َأ َوالَ تَ ْد ِرى فَلَ َعلَّهُ تَ َكلَّ َم فِي َما الَ يَ ْعنِي ِه َأ ْو بَ ِخ َل ِب َما ال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
ُ ُ‫يَ ْنق‬
ُ ‫صه‬
Dari Anas bin Malik, ia berkata, seorang laki-laki dari kalangan sahabat nabi
meminta nasehat kepada beliau, kabarkan apa yang bisa memasukkan
surga. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apakah
engkau tidak tahu, seseorang terhalang dari surga karena mengucapkan
kata-kata yang tidak bermanfaat atau bakhil terhadap apa yang tak
mengurangi hartanya.”(HR. Tirmidzi)

5. Jalan Keselamatan
Tidaklah sebuah perkara akan berakibat mencelakakan manusia, kecuali
Allah haramkan perkara itu. Tidaklah suatu perbuatan menjerumuskan ke
dalam kehancuran, kecuali Allah larang perbuatan itu.

Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat adalah jalan keselamatan.


Sebab tidaklah seseorang bisa meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat
kecuali ia juga pasti bisa meninggalkan yang haram.

َ ‫ك َو ْليَ َسع‬
َ ُ‫ْك بَ ْيت‬
‫ك‬ َ ‫ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ َما النَّ َجاةُ قَا َل َأ ْم ِس ْك َعلَي‬
َ َ‫ْك لِ َسان‬ ُ ‫ال قُ ْل‬
َ َ‫َع ْن ُع ْقبَةَ ْب ِن َعا ِم ٍر ق‬
‫ك‬َ ِ‫ْك َعلَى َخ ِطيَئت‬ ِ ‫َواب‬
Dari Uqbah bin Amir, ia mengatakan, aku bertanya: Ya Rasulullah, apakah
jalan keselamatan itu? Beliau bersabda: “Jagalah lisanmu, hendaklah
rumahmu membuatmu merasa lapang (artinya: betahlah untuk tinggal di
rumah), dan menangislah karena dosa-dosamu.”  (HR. Tirmidzi)

6. Pentingnya Tazkiyatun Nafs


Hadits Arbain Nawawi ke-12 ini juga menunjukkan betapa pentingnya
tazkiyatun nafs. Pentingnya membersihkan hati. Dan di antara tanda hati
yang bersih adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.

Sebaliknya, ketika seseorang menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak


bermanfaat, itu merupakan tanda hatinya tidak bersih. Sebab ia jauh dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Tanda bahwa Allah berpaling


dari seseorang adalah jika seorang hamba menyibukkan diri dengan hal-hal
yang tak bermanfaat.”

Anda mungkin juga menyukai