Berikut ini hadits Arbain Nawawi ke-12 beserta penjelasan dan fiqih atau
kandungan hadits.
Daftar Isi
Arbain Nawawi ke-12 dan Terjemah
Penjelasan Hadits
Kandungan Hadits dan Pelajaran Penting
o 1. Membangun Masyarakat Mulia
o 2. Prinsip Manajemen Waktu
o 3. Muslim Itu Menjaga Diri
o 4. Tanda Kuat dan Lemahnya Iman
o 5. Jalan Keselamatan
o 6. Pentingnya Tazkiyatun Nafs
Video Hadits Arbain Nawawi ke-12
Abu Hurairah masuk Islam melalui dakwah Thufail bin Amr Ad Dausi. Ia
masuk Islam saat muda dan pada usia 26 tahun, ia hijrah ke Madinah
menyusul Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat itu Rasulullah telah
memenangkan Perang Khaibar.
Di Madinah, Abu Hurairah tinggal di Masjid Nabawi. Menjadi ahlus suffah. Tak
seperti mayoritas sahabat yang sehari-harinya bekerja, Abu Hurairah
memfokuskan diri untuk mulazamah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Ia selalu hadir ketika Rasulullah mengajar di Masjid Nabawi. Dan
ia selalu mengikuti ke mana pun Rasulullah pergi.
Maka dalam waktu singkat, Abu Hurairah mendengar demikian banyak hadits
dari Rasulullah. Dengan keistimewaannya yang tak pernah lupa hadits sejak
didoakan Rasulullah, ia menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadits. Meskipun hanya menjumpai Rasulullah 4 tahun, Abu Hurairah 5.347
hadits.
Hadits ini pendek tetapi maknanya dalam dan mengandung pelajaran yang
sangat luas. Para ulama mengistilahkan dengan jawami’ul kalim ()جوامع الكلم
yakni kalimat yang singkat dan padat. Bahwa di antara tanda kebaikan islam
dan kesempurnaan iman seseorang adalah meninggalkan perkara yang sia-
sia. Perkara yang tidak bermanfaat baginya, baik di dunia maupun di akhirat.
Berikut ini enam poin utama kandungan hadits Arbain Nawawi ke-12:
Karenanya Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu tidak suka saat melihat
pemuda yang melamun. Sebab melamun tidak bermanfaat baik untuk dunia
maupun untuk akhirat. Melamun termasuk aktifitas yang sia-sia.
Islam mengajarkan agar seorang muslim menjaga diri agar tidak melakukan
hal yang sia-sia. Apalagi kalau itu merugikan orang lain. Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
ُ َو ْال ُمهَا ِج ُر َم ْن هَ َج َر َما نَهَى هَّللا ُ َع ْنه، ون ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِد ِه
َ ْال ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم ْال ُم ْسلِ ُم
“Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari lisan dan
tangannya. Dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang
Allah larang baginya.” (HR. Bukhari)
5. Jalan Keselamatan
Tidaklah sebuah perkara akan berakibat mencelakakan manusia, kecuali
Allah haramkan perkara itu. Tidaklah suatu perbuatan menjerumuskan ke
dalam kehancuran, kecuali Allah larang perbuatan itu.
َ ك َو ْليَ َسع
َ ُْك بَ ْيت
ك َ ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ َما النَّ َجاةُ قَا َل َأ ْم ِس ْك َعلَي
َ َْك لِ َسان ُ ال قُ ْل
َ ََع ْن ُع ْقبَةَ ْب ِن َعا ِم ٍر ق
كَ ِْك َعلَى َخ ِطيَئت ِ َواب
Dari Uqbah bin Amir, ia mengatakan, aku bertanya: Ya Rasulullah, apakah
jalan keselamatan itu? Beliau bersabda: “Jagalah lisanmu, hendaklah
rumahmu membuatmu merasa lapang (artinya: betahlah untuk tinggal di
rumah), dan menangislah karena dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi)