Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: Berilah kelapangan dalam
majelis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Mujaadilah : 11] [3]
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda ;
Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur-an beberapa kaum dan Allah pun
merendahkan beberapa kaum dengannya. [4]
Di zaman dahulu ada seseorang yang lehernya cacat, dan ia selalu menjadi bahan ejekan dan
tertawaan. Kemudian ibunya berkata kepadanya, Hendaklah engkau menuntut ilmu, niscaya
Allah akan mengangkat derajatmu.
Sejak itulah, orang itu belajar ilmu syari hingga ia menjadi orang alim, sehingga ia diangkat
menjadi Qadhi (Hakim) di Makkah selama 20 (dua puluh) tahun. Apabila ada orang yang
berperkara duduk di hadapannya, maka gemetarlah tubuhnya hingga ia berdiri. [5]
Orang yang berilmu dan mengamalkannya, maka kedudukannya akan diangkat oleh Allah di
dunia dan akan dinaikkan derajatnya di akhirat.
Imam Sufyan bin Uyainah (wafat th. 198 H) rahimahullaah mengatakan,
Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para
Nabi dan ulama. [6]
Allah pun telah berfirman tentang Nabi Yusuf alaihis salaam :
...Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki, dan diatas setiap orang yang
berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui. [Yusuf: 76]
Disebutkan bahwa tafsir ayat di atas adalah bahwasanya Kami (Allah) mengangkat derajat siapa
saja yang Kami kehendaki dengan sebab ilmu. Sebagaimana Kami telah mengangkat derajat
Yusuf alaihis salaam di atas saudara-saudaranya dengan sebab ilmunya.
Lihatlah apa yang diperoleh oleh Nabi Isa alaihis salaam berupa pengetahuan (ilmu) terhadap
Al-Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dengannyalah Allah Taala mengangkatnya kepada-Nya,
mengutamakannya serta memuliakannya.
Demikian juga apa yang diperoleh pemimpin anak Adam (yaitu Nabi Muhammad) shallallaahu
alaihi wa sallam berupa ilmu yang Allah sebutkan sebagai suatu nikmat dan karunia.
Allah Taala berfirman:
... Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur-an) dan hikmah (As-Sunnah)
kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah
yang dilimpahkan kepadamu sangat besar. [An-Nisaa: 113] [7]
[3]. Orang Yang Berilmu Adalah Orang-Orang Yang Takut Kepada Allah
Allah mengabarkan bahwa mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allah Taala, bahkan
Allah mengkhususkan mereka di antara manusia dengan rasa takut tersebut. Allah berfirman:
... Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. [Faathir: 28]
Ibnu Masud Radhiyallaahu anhu berkata,
Cukuplah rasa takut kepada Allah itu disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah tertipu dengan tidak
mengingat Allah disebut sebagai suatu kebodohan. [8]
Imam Ahmad rahimahullaah berkata,
Pokok ilmu adalah rasa takut kepada Allah. [9] Apabila seseorang bertambah ilmunya, maka
akan bertambah rasa takut-nya kepada Allah.
[4]. Ilmu Adalah Nikmat Yang Paling Agung
Allah Subhanahu wa Taala menyebutkan beberapa nikmat dan karunia-Nya atas Rasul-Nya
(Nabi Muhammad) shallallaahu alaihi wa sallam, dan menjadikan nikmat yang paling agung
adalah diberikannya Al-Kitab dan Al-Hikmah, dan Allah mengajarkan beliau apa yang belum
diketahuinya.
Allah berfirman:
... Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur-an) dan hikmah (As-Sunnah)
kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah
yang dilimpahkan kepadamu sangat besar. [An-Nisaa: 113] [10]
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:
Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan Al-Kitab (Al-Qur-an) dan yang sepertinya (AsSunnah) bersamanya... [11]
[5]. Faham Dalam Masalah Agama Termasuk Tanda-Tanda Kebaikan
Dalam ash-Shahiihain dari hadits Muawiyah bin Abi Sufyan (wafat th. 78 H) radhiyallaahu
anhu, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama
kepadanya. [12]
Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak diberikan pemahaman dalam agamanya tidak
dikehendaki kebaikan oleh Allah, sebagaimana orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah,
maka Dia menjadikannya faham dalam masalah agama. Dan barangsiapa yang diberikan
pemahaman dalam agama, maka Allah telah menghendaki kebaikan untuknya. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan pemahaman (fiqh) adalah ilmu yang mengharuskan adanya amal. [13]