Anda di halaman 1dari 3

UPA Semangat Baru

01 Maret 2023

Hadits Arbain Nawawi ke-12:


Meninggalkan Hal yang Tidak Bermanfaat

Penjelasan Hadits

:‫هللا عَلَ ْي يه َ َس ى ََّل‬


ُ ‫هللا َص ىَّل‬
‫ قَا َل َر ُس ْو ُل ي‬:‫ قَا َل‬،ُ‫هللا َع ْنه‬ ُ ‫ِض‬ َ ‫َع ْن َأ يِب ه َُرْي َر َة َر ي‬
‫يم ْن ُح ْس ين إ ْس َال يم إمل َ ْر يء تَ ْر ُك ُه َما َال ي َ ْعني ْي يه‬
ِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Di antara tanda kesempurnaan Islam seseorang, ia
meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi dan lainnya;
hasan)

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah
sahabat dari kabilah Bani Daus, Yaman. Di masa jahiliyah ia bernama Abdu
Syams, lalu di masa Islam namanya adalah Abdurrahman bin Shakr.
Abu Hurairah masuk Islam melalui dakwah Thufail bin Amr Ad Dausi. Ia masuk
Islam saat muda dan pada usia 26 tahun, ia hijrah ke Madinah menyusul
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat itu Rasulullah telah memenangkan
Perang Khaibar.
Di Madinah, Abu Hurairah tinggal di Masjid Nabawi. Menjadi ahlus suffah. Tak
seperti mayoritas sahabat yang sehari-harinya bekerja, Abu Hurairah
memfokuskan diri untuk mulazamah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Ia selalu hadir ketika Rasulullah mengajar di Masjid Nabawi. Dan ia
selalu mengikuti ke mana pun Rasulullah pergi.
Maka dalam waktu singkat, Abu Hurairah mendengar demikian banyak hadits
dari Rasulullah. Dengan keistimewaannya yang tak pernah lupa hadits sejak
didoakan Rasulullah, ia menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadits. Meskipun hanya menjumpai Rasulullah 4 tahun, Abu Hurairah
meriwayatkan 5.347 hadits.
Abu Hurairah dikenal selalu menggunakan waktunya untuk hal-hal yang
bermanfaat. Menjauhi hal yang sia-sia. Sepeninggal Rasulullah, ia memiliki
rumah dan berkeluarga. Di sepertiga malam terakhir, ia membangunkan
keluarganya agar bisa sholat tahajud. Jadi, Abu Hurairah termasuk terdepan
dalam mengamalkan hadits yang ia riwayatkan ini.
Husn (‫ )حسن‬artinya adalah kebaikan. Bisa juga bermakna kesempurnaan. Laa
ya’niih (‫ )ال يعنيه‬artinya adalah tidak bermanfaat. Baik manfaat di dunia maupun
manfaat di akhirat. Bisa pula bermakna sia-sia.
Hadits ini pendek tetapi maknanya dalam dan mengandung pelajaran yang
sangat luas. Para ulama mengistilahkan dengan jawami’ul kalim (‫ )جوامع الكلم‬yakni
kalimat yang singkat dan padat. Bahwa di antara tanda kebaikan islam dan
kesempurnaan iman seseorang adalah meninggalkan perkara yang sia-sia.
Perkara yang tidak bermanfaat baginya, baik di dunia maupun di akhirat.

Kandungan Hadits dan Pelajaran Penting


Hadits ini memiliki kandungan yang luas dan banyak pelajaran penting. Hingga
sejumlah ulama menyebutnya sebagai hadits yang menghimpun kumpulan
kebaikan (‫)جمع نصف الدين‬.
“Rasulullah menjelaskan hadits tersebut kepada kami dengan kalimat yang
singkat dan penuh manfaat, di dalamnya terkumpul kebaikan dunia dan
kebahagiaan akhirat,” kata Abu Hurairah ketika mengomentari hadits ini.

Berikut ini enam poin utama kandungan hadits Arbain


Nawawi ke-12:
1. Membangun Masyarakat Mulia
Hadits ini menunjukkan bahwa Islam ingin membangun masyarakat mulia.
Masyarakat yang dipenuhi dengan kebaikan di dunia, yang kemudian
mengantarkan kepada kebaikan di akhirat. Ciri utama masyarakat mulia adalah
masyarakat yang menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat dan
menjauhi perbuatan yang sia-sia. Masyarakat yang produktif.
Sebaliknya, masyarakat yang tidak produktif, masyarakat yang menyibukkan
waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, mereka adalah masyarakat yang
merugi. Sebagaimana semangat Surat Al Ashr:
‫ات َوت ََو َإص ْوإ يِبلْ َح ِّ يق َوت ََو َإص ْوإ يِب ىلص ْ يب‬ ‫ إ ىال ى يإَّل َين َأ َم ُنوإ َو َ يَعلُوإ ى‬. ‫ُْس‬
‫إلصا يل َح ي‬ ٍ ْ ‫ إ ىن ْإالن ْ َس َان لَ يفي خ‬. ‫ْص‬
‫َوإلْ َع ْ ي‬
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
ِ ِ ِ
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3)

2. Prinsip Manajemen Waktu


Hadits ini mengajarkan prinsip manajemen waktu. Yakni hanya mengisi waktu
dengan hal-hal bermanfaat. Sebaliknya, meninggalkan hal-hal yang tidak
bermanfaat.
Karenanya Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu tidak suka saat melihat pemuda
yang melamun. Sebab melamun tidak bermanfaat baik untuk dunia maupun
untuk akhirat. Melamun termasuk aktifitas yang sia-sia.
Demikian pula aktifitas lain yang tidak bermanfaat, harus ditinggalkan. Apalagi
kalau aktifitas itu justru merugikan orang lain dan merugikan akhirat kita.
Misalnya ghibah, membully orang, menyakiti orang lain, dan sebagainya.

3. Muslim Itu Menjaga Diri


Islam menuntun seorang muslim untuk meninggalkan hal-hal yang tidak
bermanfaat bagi dirinya. Apalagi kalau hal itu merugikan orang lain.
Islam mengajarkan agar seorang muslim menjaga diri agar tidak melakukan hal
yang sia-sia. Apalagi kalau itu merugikan orang lain.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:


َ ‫إلْ ُم ْس ي َُّل َم ْن َس ي ََّل إلْ ُم ْس يل ُم‬
ُ ‫ َوإلْ ُمه يَاج ُر َم ْن ََهَ َر َما َنَ َى ى‬، ‫ون يم ْن يل َسا ين يه َوي َ يد يه‬
‫إَّلل َع ْن ُه‬
“Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari lisan dan
tangannya. Dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang
Allah larang baginya.” (HR. Bukhari)

4. Tanda Kuat dan Lemahnya Iman


Hadits arbain nawawi ke-12 ini menunjukkan bahwa meninggalkan perkara yang
tidak bermanfaat merupakan tanda sempurnanya iman. Mahfum mukhalafah-
nya, menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan tanda
lemahnya iman.
ُ ‫ فَقَا َل َر ُس‬.‫ِْش يِبلْ َجنى ية‬
‫ول ى ي‬
‫إَّلل‬ ْ ‫ْصا يب يه فَقَا َل ي َ ْع يِن َر ُج ٌل َأب ي‬ َ ْ ‫اِل قَا َل ت ُُو ي ِّ َِف َر ُج ٌل يم ْن َأ‬
ٍ ‫َع ْن َأن َ يس ْب ين َم ي‬
‫ َأ َو َال تَدْ يرى فَلَ َع ى َُّل تَ ََكى َم يفميَا َال ي َ ْعنيي يه َأ ْو َ يَب َل يب َما َال ي َ ْن ُق ُص ُه‬-‫صَّل هللا عليه وسَّل‬-
Dari Anas bin Malik, ia berkata, seorang laki-laki dari kalangan sahabat nabi
meminta nasehat kepada beliau, kabarkan apa yang bisa memasukkan surga.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apakah engkau tidak
tahu, seseorang terhalang dari surga karena mengucapkan kata-kata yang tidak
bermanfaat atau bakhil terhadap apa yang tak mengurangi hartanya.”(HR.
Tirmidzi)

5. Jalan Keselamatan
Tidaklah sebuah perkara akan berakibat mencelakakan manusia, kecuali Allah
haramkan perkara itu. Tidaklah suatu perbuatan menjerumuskan ke dalam
kehancuran, kecuali Allah larang perbuatan itu.
Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat adalah jalan keselamatan. Sebab
tidaklah seseorang bisa meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat kecuali ia
juga pasti bisa meninggalkan yang haram.
Dari Uqbah bin Amir, ia mengatakan, aku bertanya: Ya Rasulullah, apakah jalan
keselamatan itu? Beliau bersabda: “Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu
membuatmu merasa lapang (artinya: betahlah untuk tinggal di rumah), dan
menangislah karena dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi)

6. Pentingnya Tazkiyatun Nafs


Hadits Arbain Nawawi ke-12 ini juga menunjukkan betapa pentingnya tazkiyatun
nafs. Pentingnya membersihkan hati. Dan di antara tanda hati yang bersih adalah
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
Sebaliknya, ketika seseorang menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat, itu merupakan tanda hatinya tidak bersih. Sebab ia jauh dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Tanda bahwa Allah berpaling dari
seseorang adalah jika seorang hamba menyibukkan diri dengan hal-hal yang tak
bermanfaat.”

Anda mungkin juga menyukai