Anda di halaman 1dari 12

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Sering kita mendengar kata Tawakal, dan kata ini sungguh tidak asing lagi

di telinga bahkan anak kecil sekalipun. bertawakal kepada Allah atas segala

sesuatu, Dia memberi pahala dan tidak diberi balasan untuk-Nya, ataukah

bertawakal kepada makhluk yang pasti lemah seperti dirinya sendiri.

Tapi sadarkah kita akan hakikat tawakal itu sendiri?,atas hal inilah saya

menaruh perhatian yang sangat besar untuk menjelaskan apa itu tawakal. Dan

dengan ini semoga bermanfaat dan banyak member persfektif yang baru. Ketika

kita memfokuskan pandangan kepada semua amal hati.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah

diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian Tawakal ?

2. Bagaimana sumber Al-Qur‟an dan Hadits tentang Tawakal ?

3. Bagaimana derajat-derajat Tawakal ?

4. Bagaimana manfaat Tawakal ?

5. Bagaimana contoh Prilaku Tawakkal/ Ciri-ciri orang yang tawakal ?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
6. Mengetahui pengertian Tawakal.

7. Mengetahui sumber Al-Qur‟an dan Hadits tentang Tawakal.

2
3

8. Mengetahui derajat-derajat Tawakal.

9. Mengetahui manfaat Tawakal.

10. Mengetahui contoh Prilaku Tawakkal/ Ciri-ciri orang yang tawakal.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawakal

Kata tawakal berasal dari bahasa Arab At-Tawakkul yang dibentuk dari
kata wakkala, yang secara kebahasaan berarti menyerahkan, mempercayakan,
atau mewakili urusan kepada orang lain.1 Menurut istilah, tawakal adalah
menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha yang dilakukan kepada Allah,
serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya untuk mendapatkan manfaat atau
menolak madharat.2
Menurut Al-Harawi dalam Manazilu An-Sa’iri, tawakal merupakan
tingkatan spiritualitas yang sulit dicapai oleh orang awam, tapi mudah diraih oleh
insan pilihan. Tawakal adalah meyerahkan urusan kepada yang berkuasa
menanganinya dengan kepercayaan yang utuh, maksudnya ialah menyerahkan
seluruh perkara kepada Allah, bersandar kepada kekuasaan-Nya dalam mengatur
siklus alam semesta,mendahulukan perbuatan-Nya ketimbang perbuatan kita, dan
mengutamakan kehendak-Nya di atas kehendak kita.3
Tawakal juga berarti penyandaran hati kepada Allah dengan
mempercayai-Nya sepenuhnya, serta kasadaran hati untuk melarikan diri dari
pengawasan kekuatan dan sumber manapun.4 Tawakal adalah titik permulaan
dari berbagai hal yang khusus berhubungan dengan perintah atau perjalanan
ruhani, dengan menyandarkan diri kepada Allah dan bersikap penuh (tsiqoh)
kepada-Nya, kemudian dilanjutkan dengan menetapkan hati dalam kawasan
keberlepasan diri dari segala bentuk kekuatan dan daya manusia.

B. Sumber Al-Qur’an dan Hadits tentang Tawakal

1 Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur-„an (Jakarta: AMZAH, 2006) Hlm. 293-294
2 Ibid, Hlm. 294
3 Khasanah Islam, Klasik, Terapi Tawakal Oleh 10 Ulama Klasik Psikologi (Ahsan
Books,2011), 15.
4 Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf Untuk Kita Semua : Menepaki Bukit-Bukit Zamrut
Kalbu Melalui Istilah-Istilah Dalam Sufisme (Jakarta:Republika Penerbit,2014), 135.

4
Semua perintah dalam bertawakkal, biasanya selalu didahului oleh perintah
melakukan sesuatu.
Firman Allah SWT :

َ‫ٱَّللِ فَ ْه َيت َ َُ َّك ِم ْٱن ُمؤْ ِمىُُن‬


َّ ‫عهَى‬ َّ ََ ‫ان ِمى ُك ْم أَن ت َ ْفش َََل‬
َ ََ ‫ٱَّلل ُ ََ ِنيُّ ٍُ َما‬ َّ ‫ِإذْ ٌَ َّمت‬
ِ َ ‫طا ِئفَت‬
Artinya;“Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut, padahal
Allah adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang
mukmin bertawakal.”(QS. Ali Imron 3: 122)
Munasabah / Asbabun Nuzul QS. Ali Imran ayat 122
Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan perang
uhud (Syawal 3 H) Pada perang badar (Ramadhan 2 H) Kaum musyrikin menderita
kekalahan total dan banyak pemimpin mereka yang mati sehingga mereka terpaksa
kembali ke makkah dalam keadaan yang menyedihkan dan sangat memalukan, tetapi
mereka tidak tinggal diam dengan pimpinan Abu Sufyan dan orang-orang terkemuka
dikalangan kaum Quraisy, mereka menyiapkan kekuatan yang lebih besar untuk
membalas kekalahan mereka pada perang badar. Akhirnya mereka dapat
mengumpulkan tiga brigade dan brigade terbesar terdiri dari 3000 orang terbagi atas
700 orang tentara berbaju besi, 200 orang tentara berkuda dan selebihnya tentara
biasa dengan persenjataan yang lengkap. Disamping itu mereka membawa pula
beberapa orang perempuan untuk membangkitkan semangat bertempur dikalangan
mereka, dipimpin Hindun istri Abu Sufyan sendiri.
Pada mulanya Rasulullah ingin bertahan saja di madinah, tetapi kebanyakan
para sahabat berpendapat bahwa sebaliknya kaum muslimin menghadapi serangan
kaum musyrikin itu diluar kota Akhirnya Rasulullah menerima pendapat mereka dan
keluarlah beliau memimpin 1000 orang tentara untu menghadapi lebih dari 3000
tentara kaum musyrikin yang berkobar-kobar semangatnya.di tengah jalan atas
hasutan Abdullah bin Ubay bin Salul, 300 orang tidak ikut berperang dan kembali ke
Madinah sehingga mereka yang tinggal hanya 700 orang, di antara 100 orang berbaju
besi dan 2 orang berkuda.

5
Rasulullah memilih tempat dikaki bukit Uhud dan menyiapkan 50 orang
pemanah di atas bukit itu serta memerintahkan agar mereka jangan meninnggalkan
tempat walau dalam keadaan bagaimanapun. Kewajiban mereka memanah pasukan
kuda musuh yang hendak maju menyerang Karena kuda tidak tahan terhadap tusukan
panah. Demikianlah tentara yang hanya nerjumlah 700 orang itu Rasulullah
ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis untuk menghadapi musuh yang jauh
lebih besar dengan persenjataan lengkap.5
Tafsir QS. Ali Imron ayat 122
Ayat ini masih lanjutan uraian tentang apa yang diperintahkan oleh ayat
sebelumnya untuk direnungkan. Uraian ayat ini masih berkisar pada peristiwa yang
terjadi sebelum berkecamuknya perang. Hanya saja, dalam ayat ini mitra bicara
ditujukan kepada seluruh kaum muslimin, berbeda dengan ayat yang lalu yang hanya
ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. Ini karena penekanan pada ayat ini lebih
banyak menunjukkan aktivitas dan niat yang menyertai sebagian pasukan kaum
muslim yang akan terlibat dalam peperangan tersebut. Ketika itu, ada dua golongan
dari (pasukan) kamu, yaitu Bani Salamah yang merupakan segolongan dari suku
Khazraj dan Bani Haritsah dari suku Aus, yang terbesik dalam pikirannya untuk
menggagalkan niatnya berperang karena takut mati setelah mengetahui bahwa
sepertiga pasukan yang dipimpin oleh petinggi orang munafik, Abdullah Bin Ubay,
telah meninggalkan medan perang, padahal Allah adalah penolong bagi dua golongan
itu, karena keduanya terdiri dari orang-orang yang beriman dan apa yang terbetik
dalam pikiran mereka itu sangat manusiawi sehingga Allah mentoleransinya. Allah
akan menolong siapa saja yang beriman,karena itu hendaklah kepada Allah SWT saja
orang-orang mukmin bertwakal, tidak kepada selain-Nya, tidak juga kepada
perlengkapan dan personil, apalagi kalau personil itu terdiridari orang-orang munafik.
Penggalan terakhir ayat ini, menurut Al Biqa‟I , lebih baik dipahami
mengandung pesan sebagai berikut: Allah adalah penolong bagi kudua golongan itu,
karena mereka beriman dan berserah diri kepada-Nya, dan bukannya kehendak
mundur itu bersumber dari tekad mereka. Mereka bahkan menjadikan Allah sebagai

5 Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid II (Jakarta: Penerbit Lentera Abadi, 2010), 34-35

6
penolong dan berserah diri kepada-Nya, guna mengukuhkan kamu dan
menghindarkan kelemahan atasmu, karena itulah hendaklah semua kaum mukminin
percaya dan berserah diri kepada-Nya agar mereka semua pun memperoleh
pertolongan-Nya.
Agaknya makna inilah-yang merupakan pujian buat mereka- yang menjadikan
kedua golongan itu merasa berbahagia dengan turunnya ayat ini, karena dengan tegas
ayat ini menyatakan bahwa Allah swt Adalah penolong mereka. Demikian
diriwayatkan oleh Imam Bukhori.
Ada juga ulama yang memahami firman-Nya: padahal Allah adalah penolong
bagi kedua golongan itu, merupakan kecaman bagi kedua golongan itu. Mereka
dikecam karena bermaksud meninggalkan medan perang, padahal seharusnya mereka
tahu persis bahwa Allah akan membantu orang-orang mukmin dan tentu saja
membantu mereka juga kalau mereka benar-benar mukmin.6
Oleh rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya sebagai berikut :

: ‫سهَّ َم يَم ُ ُْ ُل‬


َ ََ ًِ ‫عهَ ْي‬
َ ُ‫ى هللا‬
َّ ‫صه‬
َ ‫هللا‬
ِ ‫س ُْ َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َز‬ َ : ‫ع ْىًُ لَ َم‬ َ ُ‫ى هللا‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ع َم َس َز‬ ُ ‫ع ْه‬ َ
ً ‫ ت َ ْغد َُْ ِخ َما‬،‫انطي َْس‬
‫صا‬ َّ ‫هللا َح َّك ت َ َُ َّك ِه ًِ نَ َسشَ لَكُ ْم َك َما يَ ْس ُش ُق‬
ِ ‫عهَى‬ َ َ‫نَ ُْأَوَّ ُك ْم تَت َ َُ َّكه ُ ُْن‬
َ ‫ح ِب‬
‫طاوًا‬ ُ َْ ‫ََت َ ُس‬
)‫(زَاي انتسمري‬

“Umar r.a. berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda :


“Andaikan kamu bertawakkal (menyerah) kepada Allah dengan sungguh-sungguh,
niscaya Allah akan memberi rizky kepadamu sebagaimana burung yang keluar
pagi dengan perut kosong (lapar) dan kembali pada senja hari dalam keadaan
sudah kenyang”. (HR. Turmudzi)7

C. Derajat-derajat Tawakal

6 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an Vol.2
(Penerbit Lentera Hati, 2000), 190-191
7 Labib Mz, Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot & Tashowwuf
(Surabaya: Bintang Usaha Jaya), 54

7
Pertama, keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya kepada wakil
yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih
sayangnya.

Kedua, keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil kepada
ibunya. Ia tidak mengenal selain ibunya dan segala urusan hanya
mengandalkannya. Ia adalah pikiran pertama yang terlintas dihatinya. Kedudukan
ini menuntut manusia untuk tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah
SWT. Kerena percaya pada kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya.

Ketiga, seperti pucatnya orang sakit, yang bisa terus berlangsung dan
terkadang lenyap. Jika engkau katakan apakah hamba boleh berencana dan
mengandalkan sebab-sebab.
Maka ketahuilah bahwa kedudukan ketiga menolak perencanaan secara
berlangsung selama ia tetap dalam keadaan itu. Kedudukan kedua menolak
perencanaan, kecuali dari segi pengandalan kepada allah SWT dengan berdoa dan
merengek seperti anak kecil yang hanya memanggil ibunya.8

D. Manfaat Tawakal
Setelah kami jelaskan kedudukan tawakal, kami merasa senang untuk
menunjukkan sebagian buah yang agung yang bisa dipetik oleh orang yang
bertawakal setelah berhasil mewujudkan maqam „kedudukan yang sangat tinggi
dan mulia ini. Hal terpenting diantaranya adalah :
1. Mewujudkan iman.
2. Ketenangan jiwa dan rehat hati.
3. Kecukupan dari Allah segala kebutuhan orang yang bertawakal.
4. Sebab terkuat dalam mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai
mudlarat.
5. Mewariskan cinta Allah kepada sang hamba.
6. Mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para musuh.

8 Imam Ghazali, Ihya’ Ulumuddin (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2004), 247

8
7. Mewariskan kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokohan.
8. Mewariskan rezeki, rasa ridha dan memelihara dari kekuasaan syetan
9. Sebab masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
E. Contoh Prilaku Tawakkal/ Ciri-ciri orang yang tawakal

Orang yang bertawakkal kepada Swt akan berprilaku antara lain :


1. Selalu bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak
tercapai apa yang diinginkannya.
2. Tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah.
3. Tidak meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu.
4. Menyerahkan dirinya atas semua keptusan kepada Allah Swt setelah
melakukan usaha dan ikhtiar secara sempurna.
5. Menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan keadaannya.
6. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang
lain.
Dan sebagai tanda tawakal kita kepada Allah, kita yakin bahwa segala
sesuatu yang datang pada diri kita, adalah yang terbaik bagi kita. Tiada keraguan
sedikit pun di dalam hati, apabila mempunyai perasaan untuk menghindarinya,
segala sesuatu yang menimpa kita. Meskipun hal itu terasa pait dan pedih bagi
kita, kalau hal itu datang dari-Nya, tentulah hal itu yang terbaik bagi kita. Inilah
bentuk tawakal sesungguhnya.
Barang siapa brtawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga. Allah Maha Kuasa untuk
mengirimkan bantuan kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara, termasuk
cara yang bagi manusia tidak masuk akal. Allah adalah satu-satunya tempat
mengadu saat kita susah. Allah senantiasa mendengar pengaduan hamba-hamba-
Nya. Dalam banyak hal, peristiwa-peristiwa di alam ini masih dalam koridor
sunnatulah. Artinya, masih dapat diurai sebab musababnya. Hal ini mengajarkan
kepada kita agar kita kreatif dan inovatif dalam kehidupan ini.9

9 Supriyanto, Tawakal Bukan Pasrah (Jakarta : QultumMedia, 2010), 98-99

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tawakal dari segi bahasa artinya menyerah kepada Allah. Dan dari segi
istilah adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya
yang bulat kepada Allah bahwa hanya Allah yang menciptakan dan mengatur
segala-galanya. Tawakkal kepada Allah bukan hanya berarti penyerahan diri
secara mutlaq kepada Allah, melainkan penyerahan diri yang harus didahului
dengan ikhtiar secara maksimal.
Derajat-derajat Tawakal ada tiga yaitu pertama keyakinannya kepada Allah
seperti keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya,
kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya. Yang kedua keadaanya
terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil kepada ibunya. Yang ketiga,
seperti pucatnya orang sakit.
Manfaat bertawakal yaitu, mewujudkan iman, memperoleh ketenangan jiwa
dan rehat hati, kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokoha, akan selalu
merasa cukup atas segala kebutuhan, mendatangkan berbagai manfaat dan
menolak berbagai mudlarat, mewariskan cinta Allah kepada sang hamba,
mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para musuh,
memperoleh rezeki, memelihara dari kekuasaan syetan, dan masuk surga tanpa
hisab dan tanpa adzab. Macam-macam tawakal ada dua yaitu, tawakal kepada
Allah dan tawakal kepada selain Allah. Ciri-ciri orang yang bertawakal yaitu,
selalu bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak
tercapai apa yang diinginkannya, tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah, tidak
meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu, menyerahkan dirinya
atas semua keptusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara
sempurna, menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan
keadaannya dan berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat
kepada orang lain.

10
11

B. Kritik dan Saran

Dalam proses pembuatan makalah ini tentu banyak kekurangan-

kekurangan yang masih perlu untuk saya tambahkan demi menyempurnakannya,

namun waktu dan terbatasnya referensi yang saya peroleh membuat takluput dari

segala bentuk baik materi maupun dalil-dalil yang kurang kuat barang kali. Oleh

karena itu kritikan dan saran pembaca sangat saya perlukan untuk memperbaiki

pada waktu-waktu yang akan datang.


Daftar Pustaka

Imam Ghazali (2004), Ihya’ Ulumuddin,Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji(2006), At-Tawakkal Alallah Ta’al, Jakarta : PT

Darul Falah.

LabibMz (2004), Memahami Ajaran Tasawuf, Surabaya :Bintang Usaha.

Abu Bakar Jabir Al-Zairi (2014), Minhajul Muslim, Jakarta :PustakaArafah.

Anda mungkin juga menyukai