Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari -sehari kita sering mendengar kata


tawakal . bagia sebagian orang telah mengerti makna dari tawakkal
tersebut namun sebagian orang lainya belum paham mengenai makna
dari tawakal .dalam makalah ini akan menjelaskan tentang
pengertian ,makna tujua dan lain sebagainya tentang tawakal itu.
Sebagian orang menganggap bahwa tawakkal adalah sikap pasrah tanpa
melakukan usaha sama sekali.

Misalnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan
melaksanakan tes. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk
menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan
main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan,
" Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban . " Apakah semacam ini benar-
benar disebut tawakkal?! Semoga pembahasan di makala ini dapat menjelaskan
pada pembaca sekalian mengenai tawakkal yang sebenarnya dan apa saja manfaat
dari tawakkal tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian Tawakal ?


1.2.2 Apa hadits tentang orang yang tawakal akan diberi kemudahan mendapat
rezeki ?
1.2.3 Apa hadits tentang Doa berserah diri sebelum tidur ?
1.2.4 Apa hadits tentang Doa berserah diri takkala keluar rumah?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian Tawakal.


1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami hadis tentang orang yang tawakal akan
diberi kemudahan mendapat rezeki.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami hadis tentang doa berserah diri sebelum
tidur.
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami hadits tentang doa berserah diri takkala
keluar rumah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 Pengertian Tawakkal

2.1.2 Arti Etimologis

Tawakal (bahasaArab: ‫)تو ُكل‬atau tawakkul darikata wakala dikatakan, artiny


a, ‘meyerah kepadaNya’.

Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya


kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau
menanti akibat dari suatu keadaan.[1]

2.1.3 Arti Terminologis

Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari
keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar
meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya
Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan
inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah.
Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu
dan Maha Bijaksana. [2]

Dengan demikian, tawakkal kepada Allah bukan berarti penyerahan diri


secara mutlaq kepada Allah, melainkan penyerahan diri yang harus didahului
dengan ikhtiar secara maksimal.

[1] Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, At-Tawakkal Alallah Ta’al (Jakarta : PT Darul Falah,
2006), 1

3
2

Abu Mu’thy Balkhy berkata kepada Hatim al-‘Ashom : “Betulkah engkau


berjalan tanpa bekal di hutan ini hanya semata-mata bertawakal ? Jawabnya :
“Tidak, aku bepergian jauh pasti berbekal”, “Lalu apa bekalnya ?” Jawabnya :
“Empat perkara bekalku, yaitu :

a) Aku yakin bahwa dunia seisinya adalah milik allah SWT


b) Semua makhluk adalah hamba-Nya
c) Segala usaha/bekerja adalah semata hanya faktor penyebab saja,
sedangkan rizqi ada di tangan Tuhan
d) Dan aku yakin bahwa : “Ketentuan-Nya pasti berlaku bagi semua
makhluk”

Kata Abu Mu’hty : “Itulah bekal yang paling baik, karena bekalmu itu
sanggup menempuh perjalanan yang sangat jauh (akhirat), maka tiada artinya jika
hanya perjalanan diatas bumi (dunia).

2.1.4 Manfaat Tawakkal


Setelah kami jelaskan kedudukan tawakal, kami merasa senang untuk
menunjukkan sebagian buah yang agung yang bisa dipetik oleh orang yang
bertawakal setelah berhasil mewujudkan maqam ‘kedudukan yang sangat tinggi
dan mulia ini. Hal terpenting diantaranya adalah :
a) Mewujudkan iman.
b) Ketenangan jiwa dan rehat hati.
c) Kecukupan dari Allah segala kebutuhan orang yang bertawakal.
d) Sebab terkuat dalam mendatangkan berbagai manfaat dan menolak
berbagai mudlarat.
e) Mewariskan cinta Allah kepada sang hamba.
f) Mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para
musuh.

[2] Labib Mz, Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot &
Tashowwuf (Surabaya: Bintang Usaha Jaya), 55

4
g) Mewariskan kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokohan.
h) Mewariskan rezeki, rasa ridha dan memelihara dari kekuasaan syetan
i) Sebab masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

2.2 Hadis Orang Yang Tawakkal Akan Diberi Kemudahan Mendapat


Rezeki

َ‫سلَّ َم يَقُ ْو ُل لَ ْو أَنَّ ُك ْم تَت ََو َّكلُ ْون‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ى هللا‬
َّ ‫صل‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ :َ‫ع ْنهُ قَال‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن‬
ِ ‫ع َم َر َر‬ َ
)‫صا َوت َُر ْو ُح بِطانا (رواه الترمذي‬ً َ ْ َ َّ ُ ُ َ ُ َ َ ُّ َّ
ً ‫ تغدُو ِخ َما‬،‫على هللاِ َحق ت ََوك ِل ِه ل َرزَ قك ْم ك َما يَ ْرزق الطي َْر‬ َ َ
Artinya:

Dari Umar ra, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,’sekiranya kalian


bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, pastilah Allah
akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rizki pada
seekor burung. Pergi pagi hari dalam keadaan perut kosong, dan pulang sore
hari dalam keadaan perut kenyang. (HR. Tirmidzi)

2.2.1 Penjelasan Hadits


Hadits ini merupakan pokok dalam masalah tawakal kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan tetap melakukan sebab-sebab yang disyariatkan.
Dan melakukan sebab-sebab tersebut tidak bertentangan dengan tawakal itu
sendiri. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bapak orang-orang
yang bertawakal, beliau pernah memasuki kota Mekkah pada tahun penaklukan
kota tersebut (tahun ke delapan hijriyah), dan di kepala beliau terdapat helm besi
(yang digunakan untuk berperang). Beliau pun telah menjelaskan tentang
penggabungan tawakal dengan melakukan sebab dalam sebuah hadits dalam
Shahih Muslim (2664):

ِ‫علَى َما َي ْنفعُ َك َوا ْست َ ِع ْن ِبالل‬ ْ ‫اِ ْح ِر‬


َ ‫ص‬
Bersemangatlah terhadap apa-apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah
pertolongan kepada Allah…

5
Dan hadits Umar radhiallahu ‘anhu ini pun demikian, padanya terdapat
penggabungan melakukan sebab (usaha) dengan tawakal kepada Allah. Dan
melakukan sebab (usaha) dalam hadits disebutkan tentang seekor burung yang
pergi di pagi hari dengan perut kosong untuk mencari rezeki, dan kemudian ia
pulang kembali dengan perut yang penuh. Dan seorang manusia, tatkala ia
melakukan sebab (usaha), ia tidak boleh semata-mata bersandarkan pada usahanya
itu. Akan tetapi seharusnya ia menyandarkan usahanya kepada Allah dengan tetap
tidak melalaikan usaha dan mengambil sebab. Dan Allah telah mentaqdirkan
sebab dan akibat.
Ibnu Rajab berkata dalam Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam (2/496-497), “Hadits
ini merupakan pokok dalam masalah tawakal.Dan tawakal merupakan salah satu
sebab terbesar yang dapat mendatangkan rezeki. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

ِ‫ع َلى هللا‬


َ ‫ِب َو َمن يَتَ َو َّك ْل‬ ُ ‫ َويَ ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬. ‫ق هللاَ َي ْج َعل لَّهُ َم ْخ َر ًجا‬
ُ ‫ْث الَ َي ْحتَس‬ ِ َّ ‫َو َمن َيت‬
ُ‫فَ ُه َو َح ْسبُه‬
Artinya:
barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,
dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.[QS. Ath-Thalaq: 2-3]”.

Beliau berkata lagi, “Dan hakikat tawakal adalah kemurnian hati dalam
menyandarkan segala urusan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik
berupa mencari kebaikan (kemaslahatan) dan menolak kemadharratan, dan baik
itu perkara dunia maupun perkara akhirat. Semua permasalahan dan urusannya ia
sandarkan hanya kepada Allah. Dai ia pun merealisasikan keimanannya bahwa
tidak ada yang dapat memberi atau menolak atau memberikan madharrat atau
memberikan manfaat kecuali hanya Allah”.

6
2.2.2 Pelajaran dan faidah hadits:
a) Wajibnya bertawakal kepada Allah dan bersandar kepadanya dalam usaha
mencari segala yang ia butuhkan, dan mencegah segala yang tidak ia
inginkan.
b) Mengambil sebab (melakukan usaha) dengan tetap bertawakal kepada
Allah, dan hal itu tidak bertentangan dengan (makna) tawakal itu sendiri.

2.3 Hadis Tentang Doa Berserah Diri Sebelum Tidur.


َ ُ‫ضتُ أ َ ْم ِرى ِإلَي َْك َوأ َ ْل َجأْت‬
ً‫ظ ْه ِرى ِإلَي َْك َر ْغبَة‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ِإنِى أ َ ْسلَ ْمتُ َو ْج ِهى ِإلَي َْك َو َف َّو‬
َ ‫َو َر ْهبَةً إِلَي َْك الَ َم ْل َجأ َ َوالَ َم ْن َجا ِم ْن َك إِالَّ إِلَي َْك آ َم ْنتُ بِ ِكتَابِ َك الَّذِى أ َ ْنزَ ْل‬
‫ت َوبِ َنبِ ِي َك الَّذِى‬
‫ت‬َ ‫س ْل‬َ ‫أ َ ْر‬
Artinya:
"Ya Allah, sungguh aku serahkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku
kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harap dan
takut terhadap-Mu.Sesungguhnya tidak ada tempat berlindung dan
menyelamatkan diri dari (ancaman)-Mu kecuali kepada-Mu.Sungguh aku telah
beriman kepada Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan (beriman) kepada
Nabi-Mu yang telah Engkau utus."

Hal ini didasarkan kepada riwayat Bara' bin Azib Radhiyallahu 'Anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

‫علَى ِش ِق َك األ َ ْي َم ِن ث ُ َّم قُ ِل‬ َ ‫ض‬


َ ‫ط ِج ْع‬ ْ ‫صالَ ِة ث ُ َّم ا‬
َّ ‫ضو َء َك ِلل‬ ُ ‫ض َج َع َك َفت َ َوضَّأ ْ ُو‬
ْ ‫ت َم‬ َ ‫ِإذَا أ َ َخ ْذ‬
ً‫ظ ْه ِرى ِإ َلي َْك َر ْغ َبة‬ َ ُ‫ضتُ أ َ ْم ِرى ِإ َلي َْك َوأ َ ْل َجأْت‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ِإنِى أ َ ْس َل ْمتُ َو ْج ِهى ِإ َلي َْك َو َف َّو‬
َ ‫َو َر ْهبَةً ِإلَي َْك الَ َم ْل َجأ َ َوالَ َم ْن َجا ِم ْن َك ِإالَّ ِإلَي َْك آ َم ْنتُ ِب ِكتَا ِب َك الَّذِى أ َ ْنزَ ْل‬
‫ت َو ِب َن ِب ِي َك الَّذِى‬
ِ‫ط َرة‬ ْ ‫ع َلى ْال ِف‬ َ ‫ت‬ َ ‫ت َوأ َ ْن‬
َّ ‫ت ِم ْن َل ْي َلتِ َك ُم‬
َّ ‫آخ ِر َكالَ ِم َك فَإ ِ ْن ُم‬ ِ ‫اج َع ْل ُه َّن ِم ْن‬
ْ ‫ت َو‬ َ ‫س ْل‬َ ‫أ َ ْر‬
Artinya:
"Apabila kamu hendak tidur maka berwudhu'lah sebagaimana wudhu untuk
shalat. Kemudian berbaringlah miring ke kanan, lalu bacalah: "Ya Allah,
sungguh aku serahkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu,

7
dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harap dan takut
terhadap-Mu. Sesungguhnya tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan
diri dari (ancaman)-Mu kecuali kepada-Mu.Sungguh aku telah beriman kepada
Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan (beriman) kepada Nabi-Mu yang telah
Engkau utus."Jadikan kalimat-kalimat itu sebagai perkataan terakhirmu, karena
jika engkau mati pada malam itu maka engkau meninggal di atas fitrah." (HR.
Bukhari dan Muslim)

2.3.1 Membacanya Sesuai dengan Teks Hadits


Bara' bin Azib Radhiyallahu 'Anhu menuturkan, dia pernah mengulangi
doa yang diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tersebut, lalu dia membaca
dengan: Aamantu Birasuulika al-Ladzii Arsalta. Maka Beliau Shallallahu 'Alaihi
Wasallam menegurnya dan berkata: "Ucapkanlah: Aamantu Binabiyyika al-Ladzii
Arsalta."
Sebab pengingkaran Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tersebut
dikarenakan apa yang beliau ajarkan itu adalah zikir dan doa. Lafadz zikir adalah
tauqufiyah dalam penetapan lafadz dan pahalanya.Selayaknya mencukupkan pada
lafadz yang sesuai dengan huruf yang telah diajarkannya.Karena terkadang
balasan pahalanya terkait dengan huruf-huruf tersebut.Boleh jadi juga, wahyu
yang diterima oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah dengan kalimat ini
sehingga wajib dikerjakan sesuai dengan huruf yang telah diwahyukan kepada
beliau.Ini merupakan pendapat al-Hasan al-Bashri yang dipilih oleh Al-Maziri dan
ulama selainnya. (Lihat Syarh al-Nawawi terhadap hadits ini)
Selayaknya mencukupkan pada lafadz yang sesuai dengan huruf yang
telah diajarkannya.Karena terkadang balasan pahalanya terkait dengan huruf-
huruf tersebut.

2.3.2 Penjelasan Tenatang Tidur


Tidur adalah saudara kandung dari kematian.Sebabnya, saat tidur akal dan
gerakan kita hilang laksana mati. Hal sebagai bentuk permisalan dan penyerupaan,
seperti firman Allah Ta'ala:

8
َ ‫ضى أ َ َج ٌل ُم‬
‫س ًّمى‬ ِ ‫َو ُه َو الَّذِي َيتَ َوفَّا ُك ْم ِباللَّ ْي ِل َو َي ْعلَ ُم َما َج َر ْحت ُ ْم ِبالنَّ َه‬
َ ‫ار ث ُ َّم َي ْب َعث ُ ُك ْم ِفي ِه ِليُ ْق‬
َ‫ث ُ َّم ِإلَ ْي ِه َم ْر ِجعُ ُك ْم ث ُ َّم يُن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم تَ ْع َملُون‬
Artinya:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang
kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang
hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada
Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu
kamu kerjakan." (QS. Al An'am: 60)
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyatakan, "Allah Ta'ala
mengabarkan bahwa Dia mewafatkan hamba-hamba-Nya dalam tidur mereka di
waktu malam. Ini adalah wafat kecil, sebagaimana firman-Nya (dalam
mewafatkan Isa bin Maryam):

‫ط ِه ُر َك ِمنَ الَّذِينَ َكفَ ُروا‬


َ ‫ي َو ُم‬
َّ َ‫يك َو َرافِعُ َك ِإل‬
َ ِ‫سى ِإنِي ُمت َ َوف‬ َّ ‫ِإ ْذ قَا َل‬
َ ‫َّللاُ يَا ِعي‬
Artinya:
"Ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan
mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir." (QS. Ali Imran: 55)
Dalam firman-Nya yang lain,

‫علَ ْي َها‬ َ َ‫َام َها فَي ُْم ِسكُ الَّتِي ق‬


َ ‫ضى‬ ْ ‫س ِحينَ َم ْو ِت َها َوالَّ ِتي لَ ْم تَ ُم‬
ِ ‫ت ِفي َمن‬ َ ُ‫َّللاُ يَتَ َوفَّى األ ْنف‬
َّ
َ ‫ْال َم ْو‬
َ ‫ت َوي ُْر ِس ُل األ ْخ َرى ِإلَى أ َ َج ٍل ُم‬
‫س ًّمى‬
Artinya:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang
belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditentukan." (QS. Al-Zumar: 42)

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan dua jenis wafat: kubra (besar) dan
shugra (kecil). Demikianlah Dia menyebutkan hukum dua wafat, shugra lalu
kubra, dalam satu tempat ini."

9
Syaikh al-Sa'di rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan, "Bahwa Dia
(Allah) mewafatkan mereka pada waktu malam, wafat tidur, sehingga mereka
berhenti bergerak, badan mereka istirahat, lalu membangkitkan mereka ketika
bangun dari tidur agar mereka bisa mencari kebutuhan dien dan dunia mereka.Dan
Allah tahu amal-amal yang mereka kerjakan."
Al Thibbi menyebutkan tentang hikmah digunakannya kata maut (mati)
pada tidur, "Bahwa fungsi manusia diberi hidup untuk mencari ridla Allah, taat
pada-Nya, dan menjauhi murka dan siksa-Nya. Maka orang yang tidur tidak bisa
melakukan fungsi ini, dia seperti mayat, oleh karenanya (ketika bangun) dia
memuji Allah atas nikmat ini dan hilangnya penghalang-penghalang
(mendapatkan ridla Allah) tersebut."
fungsi manusia diberi hidup untuk mencari ridha Allah, taat pada-Nya, dan
menjauhi murka dan siksa-Nya. Maka orang yang tidur tidak bisa melakukan
fungsi ini, dia seperti mayat
Sedangkan makna meningal di atas fitrah dalam hadits di atas adalah
meninggal di atas Islam dan tauhid. Imam Al-Thibbi dalam memberi syarah hadits
di atas berkata, "Maksudnya adalah engkau meninggal di atas agama yang lurus,
millah Ibrahim 'alaihis salam. Karena Nabi Ibrahim 'alaihis salam telah berislam
dan tunduk patuh serta berkata, "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam."
Dan beliau telah datang kepada Allah dengan membawa hati yang salim
(bersih)."(Lihat Tuhfatul Ahwadzi Syarah al-Tirmidzi terhadap hadits tersebut).
Keutamaan meninggal di atas fitrah ini –berdasarkan hadits di atas- karena
meninggal dalam keadaan suci, melakukan apa yang disuka oleh Nabi (yakni tidur
di atas bagian kanan karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyukai untuk
mengutamakan yang kanan), dan menjadikan zikir sebagai amal terakhirnya.

10
2.3 Hadis Tentang Berserah Diri Tatkala Keluar Rumah

‫سلَّ َم ( َم ْن َق َل يَ ْعنِ ْي ِإذَا‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل َر‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ ‫ي هللا‬ ِ ‫ع ْن أَن ٍَس َر‬
َ ‫ض‬ َ
َ ‫علَى هللا َو الَ َح ْو َل َو الَ قُ َّوة َ ِإالَّ بِاللِ يُقَا ُل لَهُ ُه ِدي‬
‫ْت‬ َ ُ‫خ ََر َج ِم ْن بَ ْيتِ ِه بِس ِْم هللاِ ت َ َو َّك ْلت‬
‫ان) رواه أبو داود و الترمذي و النسائي و‬ ُ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ع ْنهُ ال‬
َ ‫ْت َوتَنَ َّحى‬ َ ‫ْت َو ُوقِي‬ َ ‫َو ُك ِفي‬
‫غيرهم و قال الترمذي حديث حسن‬
Artinya:
Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa mengucapkan
yakni jika keluar dari rumahnya Dengan Nama Allah aku telah bertawakkal
kepada Allah, tiada daya dan upaya terkecuali atas kuasa Allah maka kepada
orang itu dikatakanlah : Engkau telah di beri petunjuk, telah dicukupi, dan telah
diberi penjagaan. Setanpun akan menyingkir dari orang tersebut”
(HR. Abu Daud, Tirmidzi, Annasaai dan lainnya, berkata Tirmidzi hadits hasan).

Hadits ini hadirin hadirot Rahimakumullah, mengajarkan kepada kita


tentang 2 hal. Yang pertama tidak melepaskan diri kita dengan Allah SWT
dimanapun kapanpun dan dalam keadaan bagaimana pun contohnya ketika kita
keluar dari rumah, yang ke dua bersandar hanya kepada Allah SWT sehingga
hadits ini diajarkan kita oleh Baginda Rasul SAW didalam suatu ungkapan
haditsnya didalam riwayat imam Anas Ibn Malik

‫َم ْن قَ َل َي ْع ِن ْي ِإذَا خ ََر َج ِم ْن بَ ْيتِ ِه‬


“Siapa orang membaca ketika orang keluar dari rumahnya”. Dalam arti kata
rumah dia pribadi atau tempat dia ngontrak atau apapun intinya rumah, karena
didalam qo’idah rumah itu :
Ma’qudzun minal baitu tatii wahiyaa naumun lailan wa summya baitan lii
kafraatinnas al baytu tatii fihaa
“Dinamakan rumah karena banyaknya orang jiakalau tidur beristirahat
didalam tempat tersebut dinamakan rumah”.

11
Sebagian ulama mengatakan, Al Imam Al Qurtubi :
Quluu maa yasturuka min jihatikal arba’ fahuwa jidaarun: “Setiap sesuatu
yang menutupi badan mu dari 4 arah (kanan, kiri, depan, belakang) itu dinamakan
tembok”
Faaidzan tawwamat wattasholat yusamma baytan: “kalau 4 arah sudah
menutupi anda tersusun rapih dan tertutup maka dinamakan itu rumah (walaupun
gubuk, walaupun dia ngontrak)”. Jadi Nabi SAW bersabda:

َ ُ‫َم ْن قَ َل َي ْع ِن ْي إِذَا خ ََر َج ِم ْن بَ ْيتِ ِه بِس ِْم هللاِ ت َ َو َّك ْلت‬


ِ‫علَى هللا َو الَ َح ْو َل َو الَ قُ َّوة َ إِالَّ بِالل‬
ُ ‫ط‬
‫ان‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ع ْنهُ ال‬
َ ‫ْت َوتَ َن َّحى‬
َ ‫ْت َو ُوقِي‬ َ ‫يُقَا ُل لَهُ ُه ِدي‬
َ ‫ْت َو ُك ِفي‬
“Jikalau seseorang yang keluar dari rumahnya dia baca “ِ‫( ” ِبس ِْم هللا‬Saya keluar
rumah dengan nama Allah SWT)”. tadi kita dengar pelajaran dari habib ja’far

tentang masalah “ِ‫هللا‬ ‫ ”بِس ِْم‬yang begitu penting hukum-hukumnya yang layak kita
dengarkan, segala sesuatu menjadi berkaah jikalau kita mengucapkan nama Allah

SWT “ِ‫هللا‬
‫ ”بِس ِْم‬kita meminta kepada Allah SWT ketika kita keluar dari rumah
َ ُ‫”ت َ َو َّك ْلت‬
mengucapkan “ِ‫ ”بِس ِْم هللا‬minta tolong kepada Allah SWT, “‫علَى هللا‬

bersandar hanya kepada Allah SWT, meminta perlindungan kepada Allah SWT

berserah diri kepada Allah SWT, “ِ‫بِالل‬ َّ‫”و الَ َح ْو َل َو الَ قُ َّوةَ إِال‬
َ tiada daya dan
upaya kecuali dari Allah SWT. Ini 3 dzikir, yang pertama”ِ‫هللا‬ ‫”بِس ِْم‬ yang kedua

ucapan “‫هللا‬ َ ُ‫ ”ت َ َو َّك ْلت‬yang ketiga “ِ‫ ”الَ َح ْو َل َو الَ قُ َّوةَ ِإالَّ ِبالل‬artinya ‫الَ َح ْو َل‬
‫علَى‬
ِ‫ال قُ َّوة َ ِإالَّ ِبالل‬
َ ‫”و‬َ sudah diartikan langsung oleh Rasulullah SAW, sebagaimana
Al Imam Ibn Mas’ud ketika membaca “ِ‫ل َو الَ قُ َّوة َ ِإالَّ ِبالل‬ َ ‫ ”الَ َح ْو‬Nabi SAW
dengar lalu Nabi SAW bertanya “apa kamu tau artinya “laa hawlaa walaa
quwwata ilaa billah”?”, Al Imam Ibn Mas’ud menjawab “tidak ada daya kita
mencegah diri kita daripada melakukan perbuatan dosa, tawakkaltu alallah walaa
hawlaa walaa quwwata ilaa billah”. Kata Nabi SAW “Sesungguhnya engkau telah
mendapatkan petunjuk, sesungguhnya engkau telah dicukupi oleh Allah SWT,
sesungguhnya engkau telah dilindungi oleh Allah SWT berkat bacaan tersebut

12
(amiin)”, maka dijauhkan dari orang tersebut yang membaca kalilmat ini ketika ia
keluar dari rumahnya dijauhkan daripada syaitan.
Hadirin hadiorot rahimakumullah, hadits ini diriwayatkan oleh al Imam
Tirmidzi dan Imam Abu Daud, dan dihasankan oleh imam Tirmidzi, dalam
ungkapan hadits yang diriwayatkan murni oleh imam Abu Daud ada tambahan
hadits ini yaitu Rasul SAW bersabda :
Ketika orang membaca do’a ini, maka setan tersebut yang ada disitu saat
itu mengatakan kepada setan-setan yang lain “wahai setan-setan yang lain jangan
ganggu ini orang, karena dia sudah mendapatkan hidayah, dia sudah mendapatkan
kecukupan dari Allah SWT karena tawakkalnya, dia sudah dilindungi oleh Allah
SWT berkat doa tersebut”.
Jadi makanya kalau kita keluar rumah jangan lupa, yang pertama kita baca
“bismillah tawakkaltu alallah”.

َ ُ‫بِس ِْم هللاِ تَ َو َّك ْلت‬


ِ‫علَى هللا َو الَ َح ْو َل َو الَ قُ َّوة َ إِالَّ بِالل‬
Al Imam Aththibiy pernah berkata melalui ungkapan beliau, ketika
menyaksikan hadits ini doanya Nabi SAW.Ini 3 dzikir lengkap, yang pertama

bacaan “ِ‫هللا‬ ‫ ” ِبس ِْم‬kalau orang akan dikasih barokah oleh Allah SWT, yang kedua
membaca “‫ع َلى هللا‬ َ ُ‫ ”ت َ َو َّك ْلت‬dia bertawakkal kepada Allah SWT, berkat
tawakkalnya itu segala urusannya dimudahkan oleh Allah SWT, lalu dia baca “ َ‫ال‬
ِ‫ ” َح ْو َل َو الَ قُ َّوة َ إِالَّ بِالل‬berkat bacaan tersebut dia lindungi oleh Allah SWT dari
musibah. Makanya jangan sampai kita meninggalkan apa yang sudah diajarkan
oleh baginda kita Nabi Muhammad SAW mudah-mudahan perjalanan kita
dilindungi oleh Allah SWT, dijaga oleh Allah SWT dan urusan kita dikasih
barokah. (amiiin yaa robbal’alamiin)
Saya tidak berpanjang kalam, akan dilanjutkan nanti oleh Al Habib Baghri,
mudah mudahan kita mendengar tentang keutamaan rajab menjadi ilmu buat kita

dan juga tentang hukum-hukum dari “‫يم‬


ِ ‫الر ِح‬
َّ ‫من‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ِ‫ ”ب‬bisa kita pahami,
dan Dzikir faedah manfaat untuk selalu kita baca setiap kita keluar dari rumah

13
bisa kita istqomah membacanya “bismillah tawakkaltu alallah walaa hawlaa walaa
quwwata ilaa billahil aliyil adzim”.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika
dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang
hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa.Karena tawakal tidak identik
dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu
didahului dengan adanya usaha yang maksiman. Hilangnya usaha, berarti
hilanglah hakekat dari tawakal itu.

Oleh karenanya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada Allah,
dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawkalan ke
dalam diri kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam surga Allah tanpa adanya
hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits di atas. Amin.

Marilah kita bertawakal kepada Allah swt, atas apa yang sudah kita
perbuat . dan menyerahkan segala urusan hasil dari usah kita kepada nya. Amin.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, tidak menutup kemungkinan ada
kekurangan, jadi diharapkan kritikan dan saran dari pembaca sebagai bahan acuan
untuk penulisan makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Media Itsar, E-Book Islami (materi-materi pembinaan Da’wah sekolah)


“Tawakkal”. 2007
http://www.majelisrasulullah.org/2016/04/doa-yang-diajarkan-oleh-
rasulullah-saw-ketika-keluar-
http://www.voa-islam.com/read/doa/2012/09/18/20694/jadikan-doa-ini-
yang-terakhir-dibaca-menjelang-tidur/#sthash.7pDGa8EX.dpbsDo’a

16

Anda mungkin juga menyukai