Dalam hal jual beli juga ada Taqrir dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam
ُكَّن ا َن ْش َت ِر ي الَّط َع اَم ِمَن الُّر ْك َب اِن ِج َز اًفا َفَن َه اَن ا َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه: َع ِن ْب ِن ُع َمَر َر ِض َي ُهللا َع ْن ُهَم ا َق اَل
َو َس َّلَم َأْن َن ِبْي َع ُه َح َّت ى َن ْنُقَلُه ِمْن َم َك اِنِه
Dari Abdulloh bin Umar, dia berkata, “Dahulu kami (para sahabat) membeli makanan
secara taksiran, maka Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam melarang kami menjual
lagi sampai kami memindahkannya dari tempat belinya”
[HR Muslim 1526]
Begitu juga dalam hal kasih sayang terhadap anak
َق َّب َل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْلَح َس َن ْب َن َعِلٍّي َو ِع ْن َد ُه اَأْلْق َر ُع ْبُن َح اِبٍس الَّت ِميِمُّي َج اِلًس ا َفَقاَل اَأْلْق َر ُع
ِإَّن ِلي َع َش َر ًة ِمْن اْلَو َلِد َم ا َق َّب ْلُت ِم ْن ُهْم َأَح ًد ا َفَن َظ َر ِإَلْيِه َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُثَّم َق اَل َم ْن اَل َي ْر َح ُم
اَل ُيْر َح ُم
“Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam pernah mencium Al Hasan bin Ali sedangkan
disamping beliau ada Al Aqro’ bin Habis At Tamimi sedang duduk.
Lalu Aqro’ berkata; “Sejatinya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak
pernah mencium mereka sekali pun.”
Maka Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam memandangnya dan
bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi”
1. Hadits tentang Doa Nabi Muhammad SAW kepada Orang yang Mendengar,
Menghafal, dan Menyampaikan Ilmu.
َع ْن َز ْيِد ْب ِن َثاِبٍت َقاَل َسِمْع ُت َر ُسوَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َنَّض َر الَّلُه اْم َر ًأ َسِمَع ِم َّنا َح ِد يًثا َفَح ِفَظُه َح َّتى ُيَبِّلَغُه َفُر َّب
َح اِم ِل ِفْق ٍه ِإَلى َمْن ُهَو َأْف َقُه ِم ْنُه َو ُر َّب َح اِم ِل ِفْق ٍه َلْيَس ِبَفِقيٍه
Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Semoga
Allah memperindah orang yang mendengar hadis dariku lalu menghafal dan
menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada
orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR.
Abu Dawud)
َع ْن ُع ْث َماَن َر ِض َي الَّلُه َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َخ ْيُر ُك ْم َمْن َتَع َّلَم اْل ُقْر آَن َو َع َّلَمُه
Dari Utsman ra, dari Nabi saw., beliau bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian
adalah seorang yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya.”. (HR. al-Bukhari)
Dari Abu Musa dia berkata; Rasulullah Saw. bersabda: ْا لُم ْؤ ِمُن ِلْل ُم ْؤ ِم ِن َك ْا لُبْنَياِن َيُش ُّد َبْعُض ُه َبْعًض ا
“Orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu
dengan yang lainnya saling mengokohkan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
َع ْن ُع َمَر َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل اَأْلْع َم اُل ِبالِّن َّيِة َو ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َن َو ى َفَم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى ِهَّللا
َو َر ُسوِلِه َو َم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه لُد ْن َي ا ُيِص يُبَه ا َأْو اْم َر َأٍة َي َتَز َّو ُج َه ا َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َه اَج َر ِإَلْيِه
Artinya:
Dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung
niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya
karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat
hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya,
maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan." (HR. Bukhari) [No. 54 Fathul Bari] Shahih.
Artinya:
Tidak akan masuk surga seseorang yang terdapat di dalam hatinya ketakabburan sekalipun sebesar
dzarrah, seorang laki-laki berkata: sesungguhnya laki-laki itu menyukai pakainnya dan sepatunya yang
baik, maka Rasulullah pun bersabda: sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai sesuatu yang indah,
takabbur itu menolak kebenaran karena meninggikan diri sendiri dan menghina orang lain (Tirmidzi,
n.d).
َو َخ ْيُر الَّصَد َقِة، َو اْبَد ْأ ِبَم ْن َت ُعْو ُل، َاْلَي ُد اْلُع ْلَي ا َخ ْيٌر ِمَن اْلَيِد الُّس ْفَلى: َع ْن َح ِكْي ِم ْب ِن ِح َز اٍم َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َع ِن الَّن ِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل
َو َم ْن َي ْس َتْغ ِن ُيْغ ِنِه ُهللا، َو َم ْن َي ْس َت ْع ِفْف ُيِع َّفُه ُهللا،َع ْن َظ ْه ِر ِغ ًن ى
Artinya:
Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda :
Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi
tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak
membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan
barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.”
Artinya:
Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda :
Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi
tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak
membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan
barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.”
Apakah ada Hadits Taqririyah tentang Ijtihad Sahabat? Tentu saja ada Hadits
Taqririyah yang membahas tentang hal tersebut. Berikut ini bunyi dari Hadits
Taqririyah tentang ijtihad sahabat, yaitu:
َع ْن اْبِن ُع َم َر َقاَل َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َلَنا َلَّم ا َر َجَع ِم ْن اَأْلْح َزاِب اَل ُيَص ِّلَيَّن َأَح ٌد اْلَع ْص َر ِإاَّل ِفي َبِني
ُقَر ْيَظَة َفَأْد َر َك َبْع َض ُهْم اْلَع ْص ُر ِفي الَّطِر يِق َفَقاَل َبْعُضُهْم اَل ُنَص ِّلي َح َّتى َنْأِتَيَها َو َقاَل َبْعُضُهْم َبْل ُنَص ِّلي َلْم ُيَر ْد ِم َّنا
َذ ِلَك َفُذ ِكَر ِللَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَلْم ُيَع ِّنْف َو اِح ًدا ِم ْنُهْم
Dari Ibnu ‘Umar berkata,”Nabi SAW berpesan kepada kami ketika beliau kembali
dari perang Ahzab, ”Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian shalat ‘Ashar
kecuali di wilayah Bani Quraizhah.”
Lalu tibalah waktu shalat ketika sebagian dari mereka masih di jalan. Sebagian dari
mereka berkata,”Kami tidak akan shalat kecuali telah sampai tujuan,”
Dan sebagian lain berkata, ”Namun, kami akan melaksanakan shalat, sebab beliau
tidaklah bermaksud demikian.” Maka kejadian tersebut diceritakan kepada Nabi
SAW, dan beliau tidak mencela seorang pun dari mereka.” [Hadits riwayat al-Bukhari
no. 894]
َفَحَضَرِت الصالة وليس معهما ماء؛ َفَتَيَّم َم ا، خرج َر ُج اَل ن في سفر: قال-رضي هللا عنه- عن أبي سعيد الخدري
- ثم أَتَيا رسول هللا، فأعاد َأَح ُدُهَم ا الصالة َو الُو ُضوَء ولم ُيِع ِد اآلخر، ثَّم وَج َدا الماء في الوقت،َص عيدا طِّيبا َفَص َّلَيا
وقال للذي توضأ.» َو َأْج َز َأْتَك َص اَل ُتَك، «َأَص ْبَت السنة: فذَك َر ا ذلك له فقال ِلَّلِذ ي َلْم ُيِع ْد-صلى هللا عليه وسلم
«لك األجر مَّرَتين:»وأعاد.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Ada dua orang pria keluar
bersafar. Lalu masuklah waktu shalat, namun mereka tidak membawa air.
Beberapa saat kemudian (belum keluar dari waktu shalat tadi), mereka berdua
mendapati air. Maka salah seorang dari mereka mengulang shalatnya dan wudhu,
namun yang satunya lagi tidak mengulangi shalat.
Setelah itu keduanya menemui Rasulullah SAW dan mereka menyampaikan persoalan
tersebut kepada beliau SAW.
Maka Rasulullah SAW berkata kepada yang tidak mengulangi shalat,”Kamu telah
menepati sunnah dan shalatmu sudah mencukupimu.” Lalu beliau berkata kepada
yang mengulangi shalat,”Kamu mendapatkan pahala dua kali.”
[Hadits riwayat Abu Dawud no. 338, hadits ini dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al-
Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 338]
Berikut ini contoh Hadits Taqririyah pendek dari Abdullah bin Mughaffal
radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata bahwa:
، َفِإَذ ا النبُّي َص َّلى ُهللا عليه وسَّلَم، َفاْلَتَفُّت، َفَنَز ْو ُت آِل ُخَذ ُه، َفَر َم ى إْنَس اٌن بِج َر اٍب فيه َشْح ٌم، ُكَّنا ُمَح اِص ِر يَن َقْص َر َخْيَبَر
َفاْسَتْح َيْيُت منه.
”Kami mengepung benteng Khaibar (milik Yahudi). Lalu ada seseorang dari Yahudi
melemparkan sebuah kantong kulit yang di dalamnya terdapat lemak. Lantas aku
mencarinya untuk kuambil. Kemudian aku menoleh, ternyata Nabi SAW. Aku
menjadi malu kepada beliau.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 3153]
, فالتفت فإذا رسول هللا متبسًم ا. ال أعطي اليوم أحًدا من هذا شيًئا:أصبت جراًبا من شحم يوم خيبر فالتزمته فقلت
هو لك:[وفي زيادة] فقال
”Aku mendapatkan sebuah kantong dari kulit berisi lemak pada perang Khaibar. Lalu,
barang itu kusimpan dan aku berkata, ”Aku tidak akan memberikan barang ini sedikit
pun kepada seorang pun pada hari ini.”
Lantas aku menoleh, ternyata ada Rasulullah SAW tersenyum, [di dalamnya ada
tambahan], beliau bersabda,”Itu buat kamu.”
[Hadits riwayat Muslim (1772) tanpa ada tambahan di akhir hadits. Riwayat yang ada
tambahan di akhir itu isnadnya shahih menurut Ar-Ruba’i di dalam Fathul Ghaffar
4/1812]
Selain itu, melalui Hadits Taqririyah tersebut diketahui bahwa disyariatkan untuk
memakan lemak yang disembelih oleh Ahli Kitab. Hal tersebut karena lemak yang
dimaksud diharamkan atas Ahli Kitab, tetapi tidak diharamkan untuk kita.
Ketika lemak tersebut diharamkan, sudah pasti Nabi Muhammad akan memberikan
larangan dan memberitahukan keharamannya.
Hadits Taqririyah juga ada yang membahas tentang dhab. Apa yang dimaksud dengan
dhab? Dhab merupakan hewan sejenis reptilia yang memiliki bentuk seperti tokek
atau bunglon. Dhab memiliki sifat tidak buas dan hanya memakan rerumputan atau
belalang saja.
Bagaimana contoh hadits yang membahas tentang dhab? Berikut ini salah satu Hadits
Taqririyah yang membahas tentang dhab, yaitu:
وهي- أْخ َبَرُه أَّنه َد َخ َل مع َر سوِل ِهَّللا صَّلى ُهللا عليه وسَّلم عَلى َم ْيُم وَنَة- َس ْيُف ِهَّللا:الذي ُيقاُل له- أَّن خاِلَد بَن الَو ِليِد
َفَقَّد َم ِت الَّضَّب، قْد َقِد َم ْت به ُأْخ ُتها ُح َفْيَد ُة بْنُت الحاِرِث ِم ن َنْج ٍد، َفَو َج َد ِع ْنَدها َض ًّبا َم ْح ُنوًذ ا-خاَلُتُه وخاَلُة اْبِن عَّباٍس
فأْهَو ى َر سوُل ِهَّللا صَّلى ُهللا، وكاَن َقَّلما ُيَقِّد ُم َيَد ُه ِلَطعاٍم حَّتى ُيَح َّدَث به وُيَسَّم ى له،ِلَر سوِل ِهَّللا صَّلى ُهللا عليه وسَّلم
، أْخ ِبْر َن َر سوَل ِهَّللا صَّلى ُهللا عليه وسَّلم ما َقَّد ْم ُتَّن له: َفقالِت اْمَر َأٌة ِم َن الِّنْس َوِة الُحُضوِر، عليه وسَّلم َيَد ُه إلى الَّضِّب
أَح راٌم الَّضُّب: فقاَل خاِلُد بُن الَو ِليِد، َفَر َفَع َر سوُل ِهَّللا صَّلى ُهللا عليه وسَّلم َيَد ُه َع ِن الَّضِّب،هو الَّضُّب يا َر سوَل ِهَّللا
فاْج َتَر ْر ُتُه فأَك ْلُتُه وَر سوُل ِهَّللا صَّلى: قاَل خاِلٌد، فأِج ُد ِني أعاُفُه، وَلِكْن َلْم َيُك ْن بَأْر ِض َقْو ِم ي، ال: يا َر سوَل ِهَّللا؟ قاَل
ُهللا عليه وسَّلم َيْنُظُر إَلَّي.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa bahwa Khalid bin Al-Walid
yang disebut dengan Pedang Allah – pernah memberitahunya. Khalid bin Al-Walid
pernah bersama Rasulullah SAW menemui Maimunah (istri Nabi SAW ). Maimunah
adalah bibi Khalid dan juga bibi Ibnu Abbas dari jalur ibu mereka.
Ketika itu, di rumah Maimunah ada daging Dhab yang dipanggang. Dhab itu
pemberian dari saudarinya, Hufaidah binti Al-Harits dari Najd. Lalu Dhab itu pun
dihidangkan kepada Nabi SAW.
Biasanya Nabi SAW jarang menjulurkan tangannya untuk mengambil suatu makanan
sampai diberitahu tentang makanan tersebut atau disebutkan namanya. Rasulullah
SAW saat itu menjulurkan tangannya untuk mengambil daging Dhab tersebut.
Lalu salah seorang wanita yang ada di situ berkata,”Beritahu Rasulullah SAW apa
yang kalian hidangkan kepadanya, itu Dhab wahai Rasulullah.” Lantas Rasulullah
SAW mengangkat tangannya menjauhi Dhab tersebut.
Lalu Khalid bin Al-Walid bertanya,”Apakah Dhab itu haram wahai Rasulullah?”
Rasulullah SAW menjawab,”Tidak. Cuma Dhab itu tidak ada di daerah kaumku
sehingga aku jadi enggan memakannya.”
Khalid bin al-Walid berkata, “Aku pun mengambilnya lalu menyantapnya, dan
Rasulullah SAW hanya memandangku.” [Hadits riwayat Al- Bukhari 5391]
Berikut ini salah satu contoh Hadits Taqririyah dan artinya yang membahas tentang
tayamum, yaitu:
َع ْن َع ْم ِرو ْبِن اْلَع اِص َقاَل اْح َتَلْم ُت ِفي َلْيَلٍة َباِر َدٍة ِفي َغ ْز َوِة َذ اِت الُّس اَل ِس ِل َفَأْش َفْقُت ِإْن اْغ َتَس ْلُت َأْن َأْهِلَك َفَتَيَّمْم ُت ُثَّم
َص َّلْيُت ِبَأْص َح اِبي الُّص ْبَح َفَذ َك ُروا َذ ِلَك ِللَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل َيا َع ْم ُرو َص َّلْيَت ِبَأْص َح اِبَك َو َأْنَت ُج ُنٌب
} َفَأْخ َبْر ُتُه ِباَّلِذ ي َم َنَعِني ِم ْن ااِل ْغ ِتَس اِل َو ُقْلُت ِإِّني َسِم ْع ُت َهَّللا َيُقوُل { َو اَل َتْقُتُلوا َأْنُفَس ُك ْم ِإَّن َهَّللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا
َفَض ِح َك َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو َلْم َيُقْل َشْيًئا
Dari Amru bin Al-‘Ash dia berkata,”Saya pernah bermimpi basah pada suatu malam
yang sangat dingin sekali ketika perang Dzatus Salasil, sehingga saya takut akan
binasa jika saya mandi.
Lalu saya pun bertayammum, kemudian shalat Shubuh mengimami para sahabatku.
Lalu hal itu mereka laporkan kepada Nabi SAW (setelah kembali ke Madinah). Beliau
bertanya, ”Amru, engkau shalat mengimami para sahabatmu dalam keadaan junub?”
Maka saya katakan kepada beliau tentang apa yang menghalangiku untuk mandi dan
saya katakan, ”Sesungguhnya saya pernah mendengar Allah berfirman, ”Dan
janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah Maha Penyayang
kepada kalian.” (An-Nisa’: 29]
Maka Rasulullah SAW tertawa dan tidak mengatakan apa-apa.” [Hadits riwayat Abu
Dawud (334) dan Ahmad (17845). Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih
dalam Shahih Abi Dawud no. 334]
فإِّني ال َأْد ِر ي َلَع ِّلي، ِلَتْأ ُخ ُذوا َم َناِس َكُك ْم: ويقوُل، َر َأْيُت النبَّي َص َّلى الَّلُه عليه وسَّلَم َيْر ِم ي عَلى َر اِح َلِتِه َيوَم الَّنْح ِر
ال َأُح ُّج َبْعَد َح َّج تي هِذ ه.
وإَذا َر َفَع، وإَذا َك َّبَر ِللُّر ُكوِع،أَّن َر سوَل الَّلِه َص َّلى ُهللا عليه وسَّلَم كاَن َيْر َفُع َيَدْي ِه َح ْذ َو َم ْن ِك َبْي ِه إَذا اْف َتَتَح الَّص اَل َة
وكاَن ال َيْف َعُل ذلَك في، َر َّبَنا وَلَك الَح ْم ُد، َس ِم َع الَّلُه ِلَمن َح ِم َدُه: وقاَل، َر َفَع ُهما َك ذلَك َأْيًض ا، َر ْأ َسُه ِم َن الُّر ُكوِع
الُّس ُج وِد.
كنُت في ِس َّك ِة الِم رَبِد فمَّر ْت جناَز ٌة معها ناٌس كثيٌر قالوا جناَز ُة عبِد الَّلِه بِن ُع َميٍر فَتِبعُتها فإذا أنا بَر ُج ٍل عليه
كساٌء رقيٌق على ُبرْي ِذ ينِتِه وعلى رأِس ِه ِخ رقٌة تقيِه من الَّشمِس فقلُت َمن هذا الِّدهقاُن قالوا هذا أَنُس بُن مالٍك فلَّما
ُو ِض عِت الجناَز ُة قام أَنٌس فصَّلى عليها وأنا خلَفُه ال يحوُل َبيني وبيَنُه شيٌء فقاَم عنَد رأِس ِه فكَّبَر أربَع تكبيَر اٍت
لم ُيِط ْل وَلم ُيسِر ْع ُثَّم ذهَب يقُعُد فقالوا يا أبا حمَز َة المرأُة األنصاِر َّيُة فقَّر بوها وعليها َنعٌش أخَض ُر فقام عنَد
َع جيَز ِتها فصَّلى عليها نحَو صالِتِه على الَّر ُج ِل ُثَّم جَلَس فقال الَعالُء بُن زياٍد يا أبا حمَز َة هكذا كاَن يفَعُل رسوُل
الَّلِه صَّلى الَّلُه عليِه وسَّلَم ُيصِّلي على الِج ناَز ِة كصالِتَك يكِّبُر عليها أربًعا ويقوُم عنَد رأِس الَّر ُج ُل وَع جيَز ِة
المرَأِة قال نَعم
Tiba-tiba aku melihat seorang pria dengan jubah tipis berada di atas kuda
pembawa beban. Di kepalanya terdapat sepotong kain yang melindunginya
dari terik matahari. Aku bertanya, ”Siapa tokoh ini?” Dia Anas bin Malik.
Ketika jenazah itu diletakkan, Anas bin Malik berdiri lalu menshalatkan jenazah
tersebut. Aku berada di belakangnya tanpa ada penghalang sama sekali.
Anas bin Malik berdiri pada sisi kepalanya kemudian bertakbir sebanyak
empat kali. Tidak lama, juga tidak cepat. Kemudian dia bergeser ke tempat lain
dan duduk. Orang-orang berkata, ”Wahai Abu Hamzah ada jenazah wanita
dari Anshar.”
Al-‘Ala’ bin Ziyad berkata, ”Wahai Abu Hamzah, demikiankah yang dilakukan
Rasulullah ﷺ, menshalatkan jenazah sebagaimana shalatmu. Bertakbir
pada shalat jenazah empat kali, berdiri di sisi kepala lelaki dan di sisi tengah
perempuan?” Anas bin Malik menjawab, ”Ya.”
[Hadits riwayat Abu Dawud dan dinyatakan sebagai hadits shahih oleh Al-
Albani di dalam Shahih Abi Dawud no. 3194][vii]
2. Hadits Fi’liyah
Yang dimaksud dengan hadist fi’liyah yaitu segala yang disandarkan kepada Nabi SAW
berupa perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadist tentang shalat diatas
kendaraan:
)َك ا َن الّن ِبُّي ص م َع َلى َر ا ِح َلِتِه َح يُث َت وَّج َه ْت ِبِه (متفق اليه
Artinya: Nabi SAW diatas tunggangannya, kemana saja tunggangnnya itu menghadap.
(H.R Mutafaq ‘alaih, juga at-Turmudzi dan Ahmad Amir bin Rabi’ah)