Anda di halaman 1dari 5

Matkul Hadist

Arbain Nawawi ke-1 dan Terjemah


A. :‫َع ْن َأِم ْيِر اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َأِبْي َح ْفٍص ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َقاَل َسِم ْع ُت َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل‬
‫ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّيِة َو ِإَّنَم ا لُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى َفَم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه َفِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه َو َم ْن‬
‫َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص يُبَها َأِو اْمَر َأٍة َيْنِكُح َها َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَج َر ِإَلْيِه‬
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya semua amal tergantung
niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan. Maka, barangsiapa
berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan
barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka
hijrahnya untuk apa yang ia tuju. (HR. Bukhari dan Muslim
‫ الَّض ِع ْيِف َوِفـْي ُك ـٍّل َخ ـْيـٌر‬. ‫َاْلـُم ْؤ ِم ُن اْلَقـِو ُّي َخـْيٌر َو َأَح ُّب ِإَلـى ِهللا ِم َن اْلـُم ْؤ ِم ِن‬
B. Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah;
dan pada keduanya ada kebaikan
C. ‫َم َث ُل اْلُم ْؤ ِم ِن اَّلِذى َي ْق َر ُأ اْلُقْر آَن َم َث ُل اُألْت ُرَّج ِة ِر يُحَه ا َط ِّيٌب َو َط ْع ُمَه ا َط ِّيٌب َو َم َث ُل اْلُم ْؤ ِم ِن اَّلِذى َال َي ْق َر ُأ اْلُقْر آَن َم َث ُل‬
‫الَّت ْم َر ِة َال ِر يَح َلَه ا َو َط ْع ُمَه ا ُح ْلٌو َو َم َث ُل اْلُم َن اِفِق اَّلِذى َي ْق َر ُأ اْلُقْر آَن َم َث ُل الَّر ْيَح اَن ِة ِر يُح َه ا َط ِّيٌب َو َط ْع ُمَه ا ُمٌّر َو َم َث ُل اْلُم َن اِفِق‬
‫اَّلِذى َال َي ْق َر ُأ اْلُقْر آَن َك َم َث ِل اْلَح ْن َظ َلِة َلْيَس َلَه ا ِر يٌح َو َط ْع ُمَه ا ُمٌّر‬
Artinya: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah
utrujah yang memiliki wangi yang sedap dan rasa yang manis. Sedangkan
perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Quran ibarat buah tamar
(kurma) yang tidak memiliki bau namun rasanya manis. Adapun perumpamaan
seorang munafiq yang membaca Al-Quran ibarat buah raihanah yang memiliki
wangi yang sedap tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang munafiq yang
tidak membaca Al-Quran ibarat buah handzhalah yang tidak memiliki baud an
rasanya pahit.” (HR. Muslim, 1896)

D. ‫ِإَّن َر ُج ًال َس َأَل َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأِّي اْلُم ْس ِلِم ْيَن َخ ْيًر َقاَل َم ْن َسِلَم اْلُم ْس ِلُم وَن ِم ْن ِلَس اِنِه َوَيِدِه‬

“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang
yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.

E. ‫ اْلُم ْس ِلُم َأُخ ْو اْلُم ْس ِلِم ال َيْض ِلُم ُه واليخذله َو ال‬: ‫ َقاَل َر ُسْو َل ِهللا َص ّلى هللا َع َلْيِه َو َس ّلَم‬: ‫َع ْن أْبِن ُع َم َر َرِض ى هللا َع ْنه َقاَل‬
‫ُيْس ِلُم ُه‬
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata, “Rasulullah SAW bersabda:
Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan
menzalimi dan meremehkannya dan jangan pula menyakitinya.” (HR. Ahmad,
Bukhori dan Muslim).
F. ‫َم َثُل اْلُم ْؤ ِمِنيَن ِفي َتَو اِّد ِهْم َو َتَر اُح ِم ِهْم َو َتَع اُطِفِهْم َم َثُل اْلَج َسِد ِإَذ ا اْش َتَك ى ِم ْنُه ُعْض ٌو َتَداَعى َلُه َس اِئُر اْلَجَسِد ِبالَّسَهِر‬
‫َو اْلُح َّم ى‬
“Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi
bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh
tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan panas (turut merasakan sakitnya)”
Shahih Muslim 4685)
G. ‫ َفِإَّن الِّص ْد َق‬، ‫ َع َلْيُك ْم ِبالِّص ْد ِق‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َع ْبِد ِهللا بِن َم ْس ُعْو د َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
، ‫ َو َم ا َيَزاُل الَّرُجُل َيْص ُدُق َو َيَتَح َّرى الِّص ْد َق َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد ِهللا ِص ِّدْيًقا‬، ‫ َو ِإَّن اْلِبَّر َيْهِد ْي ِإَلى اْلَج َّنِة‬، ‫َيْهِد ْي ِإَلى اْلِبِّر‬
‫ َو َم ا َيَزاُل الَّرُجُل َيْك ِذ ُب َو َيَتَح َّرى‬، ‫ َو ِإَّن اْلُفُجْو َر َيْهِد ْي ِإَلى الَّناِر‬، ‫ َفِإَّن اْلَك ِذَب َيْهِد ْي ِإَلى اْلُفُجْو ِر‬، ‫َو ِإَّياُك ْم َو اْلَك ِذَب‬
‫اْلَك ِذَب َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد ِهللا َك َّذ اًبا‬
Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan
apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi
Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta
membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke
Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan
dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’”

H. ‫َد َخ َل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َلى ُأِّم َم ْع َبٍد َح اِئًطا َفَقاَل َيا ُأَّم َم ْع َبٍد َم ْن َغ َر َس َهَذ ا الَّنْخ َل َأ ُم ْس ِلٌم َأْم‬
‫َك اِفٌر َفَقاَلْت َبْل ُم ْس ِلٌم َقاَل َفَال َيْغ ِر ُس اْلُم ْس ِلُم َغْر ًسا َفَيْأُك َل ِم ْنُه ِإْنَس اٌن َو َال َد اَّبٌة َو َال َطْيٌر ِإَّال َك اَن َلُه‬
‫َص َد َقًة ِإَلى َيْو ِم اْلِقَياَم ِة‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasuki kebun Ummu Ma’bad,
kemudian beliau bersabda, “Wahai Ummu Ma’bad, siapakah yang menanam
kurma ini, seorang muslim atau seorang kafir? "
Ummu Ma’bad berkata, “Seorang muslim.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman
lalu dimakan oleh manusia, hewan atau burung kecuali hal itu merupakan shadaqah
untuknya sampai hari kiamat.”
(HR. Muslim, no. 1552)

٨( ‫) َو َم ْن َّيْع َم ْل ِم ْثَقاَل َذ َّر ٍة َش ًّر ا َّيَر ٗه‬٧( ‫َفَم ْن َّيْع َم ْل ِم ْثَقاَل َذ َّر ٍة َخْيًرا َّيَر ۚٗه‬

Artinya “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya” (Al-Zalzalah ayat 7-8).

Mengenai pembahasan di atas terdapat suatu cerita bahkan cerita ini adalah hadist dari
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menceritakan kisah ini kepada umatnya tentang 2 kisah
yaitu kisah seorang laki-laki dan perempuan pezina yang memberi minum anjing yang
kehausan.

‫ «ُع ِّذ بت امرأة في ِهَّرة‬:‫عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنهما أَّن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ وال هي َتركْتها تأكل ِم ن‬،‫ إذ حبستها‬،‫ ال هي أطعمتها وال َس قتها‬،‫ فدخلت فيها النار‬،‫َسَج َنْتها حتى ماتت‬
‫»َخ َش اِش األرض‬.
Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- bersabda, "Ada seorang wanita disiksa karena seekor kucing yang dia kurung
hingga mati kelaparan, lalu dengan sebab itu dia masuk neraka. Dia tidak memberinya makan
dan minum ketika mengurungnya, dan dia juga tidak melepaskannya supaya ia bisa memakan
serangga tanah."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih
Uraian

Di dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bercerita tentang seorang wanita yang
masuk neraka -kita berlindung kepada Allah darinya- sementara penyebabnya ialah dia
mengurung seekor kucing sampai mati karena tidak diberi makan dan minum maupun dilepas
supaya bisa memakan serangga tanah dengan mencari sendiri rezekinya. Bila seperti ini
ancaman pada penyiksa binatang, lalu bagaimana dosanya pada manusia yang tidak berdosa
yang Allah amanahkan kepada mereka seperti istri, anak, pembantu, dan lainnya

I. )‫ (ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬. ‫ َو ِإَذ ا اْؤ ُتِم َن َخ اَن‬، ‫ وِإَذ ا َو َعَد َأْخ َلَف‬، ‫ ِإَذ ا َح َّدَث َك َذ َب‬: ‫آَيُة َاْلُم َناِفِق َثالٌث‬.
‫ “َو ِإَذ ا َخاَص َم َفَج َر‬:‫َو َلُهَم ا ِم ْن َح ِد ْيِث َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َع ْم ٍرو‬.”
Tanda-tanda orang Munāfiq ada tiga:
1. kalau dia berbicara dia berdusta
2. kalau dia berjanji dia menyelisihi
3. kalau diberi amanah (diberi kepecayaan) dia berkhianat.
(Diriwayatkan oleh Imām Bukhāri dan Imām Muslim)

J. Allah swt berfirman dalam surah an-Nisa [4] ayat 31 yang berbunyi:

‫ِاْن َتْج َتِنُبْو ا َك َبۤا ِٕىَر َم ا ُتْنَهْو َن َع ْنُه ُنَك ِّفْر َع ْنُك ْم َس ِّيٰا ِتُك ْم َو ُنْد ِخ ْلُك ْم ُّم ْدَخ اًل َك ِر ْيًم ا‬
Artinya: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa [4]: 31).

Secara umum, surah an-Nisa [4] ayat 31 berisi tentang perintah menjauhi dosa besar. Di sana
diinformasikan bahwa Allah akan mengampuni kesalahan kecil manusia jika mereka
menjauhi dosa-dosa besar dan ia akan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya. Dengan
demikian, selama seseorang tidak melakukan dosa besar dan tidak pula melakukan maksiat,
ia akan diampuni oleh Allah swt.

Menurut Quraish Shihab, surah an-Nisa [4] ayat 31 berbicara tentang dampak positif
menjauhi dosa besar seperti memakan harta milik orang lain secara batil, pembunuhan, dan
tindakan aniaya. Siapa yang mampu menjauhi semua larangan Allah swt dan rasul disertai
dengan ketulusan beragama, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan kecil yang
ia lakukan dan memberinya ganjaran surga.

K. “Ya Rasulullah, apa 7 hal tersebut?”

Maka Nabi yang mulia mengatakan:

‫ َو الَّتَو ِّلي‬، ‫ َو َأْك ُل َم اِل اْلَيِتيِم َو َأْك ُل الِّر َبا‬، ‫ َو َقْتُل الَّنْفِس اَّلِتي َح َّر َم ُهَّللا ِإاَّل ِباْلَح ِّق‬، ‫ َو الِّسْح ُر‬، ‫لِّش ْر ُك ِباِهَّلل‬
‫ َو َقْذ ُف اْلُم ْح ِص َناِت اْلَغاِفاَل ِت اْلُم ْؤ ِم َناِت‬، ‫َيْو َم الَّز ْح ِف‬

Dosa kesyirikan kepada Allah, dosa sihir, dosa membunuh seorang jiwa yang
diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melainkan dengan alasan yang
hak, dosa memakan harta riba, dosa memakan harta anak yatim, dosa
berpaling dari medan perang dan dosa menuduh seorang wanita Muslimah
yang terhormat dengan tujuan yang keji.” (HR. Bukhari dan Muslim)

L Dalam al-Quran terhadap ayat yang dijadikan pedoman tentang ketaatan terhadap
pemimpin (ulil amri). Al-Quran surah an-Nisa ayat 59 :

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاِط ْيُعوا َهّٰللا َو َاِط ْيُعوا الَّر ُسْو َل َو ُاوِلى اَاْلْم ِر ِم ْنُك ْۚم َفِاْن َتَناَز ْع ُتْم ِفْي َش ْي ٍء َفُر ُّد ْو ُه ِاَلى ِهّٰللا‬
‫ࣖ َو الَّر ُسْو ِل ِاْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنْو َن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِۗر ٰذ ِلَك َخْيٌر َّو َاْح َس ُن َتْأِو ْياًل‬

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya. Asbabun nuzul dari ayat diatas dapat

diketahui dari hadits di bawah ini:

Artinya : “Ibnu Abbas r.a berkata : Ayat : “athiullaha wa athi’urrasula wa ulil amri
minkum (taatlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasulullah dan
Pemerintah dari golongan kamu). Ayat ini turun mengenai Abdullah bin Hudzafah bin
Qays bin Adi ketika diutus oleh Nabi SAW memimpin suatu pasukan (Bukhari,
Muslim).

M. Hadits Menuntut Ilmu

Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa semua orang diwajibkan menuntut ilmu, entah itu bagi
laki-laki maupun perempuan.

Anda mungkin juga menyukai