Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU FALAK

“HUBUNGAN ANTARA ILMU FALAK, ASTRONOMI DAN ASTROLOGI”

Dosen pengampuh :
H. M. Marifat Iman KH

Disusun oleh :
Liska Selarosa (1707025051)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PERBANKAN SYARIAH

2019

1
Kata pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu
Falak tentang Hubungan Ilmu falak, Astronomi dan Astrologi, Makalah Ilmu falak ini saya
susun dengan maksimal dan bantuan dari berbagai buku referensi sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat di dalam makalah ini. Oleh karena itu saya menerima segala kritik dan saran dari
dosen pengampu dan para pembaca sekalian, agar kami dapat menyempurnakan makalah
Ilmu falak ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah Ilmu falak ini dapat memberikan manfaat bagi
saya dan para pembaca sekalian.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 25 Juli 2019

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ...................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1 Ilmu Falak ....................................................................................................... 2
2.1.1 Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................... 2
2.1.2 Tujuan Mempelajari Ilmu Falak .............................................................. 4
2.1.3 Manfa’at Ilmu Falak ................................................................................ 4
2.1.4 Hukum Mempelajarai Ilmu Falak ........................................................... 5
2.2 Ilmu Astronomi ............................................................................................... 5
2.2.1 Perkembangan ilmu Astronomi .......................................................... 6
2.2.2 Perkembangan Ilmu Astronomi Islam................................................ 7
2.3 Ilmu Astrologi ............................................................................................ 9
2.4 Hubungan Ilmu falak, Astronomi dan Astrologi ............................................ 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika mendengar kata Ilmu falak, Astronomi dan Astrologi, pikiran kita
sudah merasakan kerancuan tentang perbedaan ketiga istilah tersebut. Pada
dasarnya ketiga istilah tersebut ada perbedaan dan hubungannya sehingga menarik
untuk dibahas.
Ilmu falak merupakan istilah yang digunakan oleh orang islam untuk
mempelajari benda-benda langit tersebut (bumi, matahari dan bulan) sebagai
kepentingan ibadah seperti arah kiblat, waktu-waktu shalat, awal bulan dan
Gerhana.
Untuk pengertian Astronomi adalah studi ilmiah dari bintang-bintang,
bulan, planet, galaksi, materi gelap dan lain-lain yang dapat diamati dengan
metode ilmiah: dengan menggunakan matematika, ilmuwan, komputer, teleskop
(optik dan radio), ataupun pesawat antariksa. Dan secara umum Astronomi adalah
ilmu yang mempelajari tentang tata lintas benda-benda angkasa (terutama bulan,
bumi, dan matahari).
Kita ketahui bahwa hampir semua orang ketika mendengar kata astrologi
akan teringat pada kolom ramalan bintang berdasarkan dua belas tanda zodiak
pada majalah, tabloid ataupun surat kabar, padahal astrologi sesungguhnya tidak
sebatas dua belas tanda zodiak saja. Secara umum, astrologi adalah bahasa, seni
dan ilmu pengetahuan yang mempelajari keterkaitan antara siklus benda-benda
langit dan kehidupan manusia di muka bumi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu Falak?
2. Apa pengertian Ilmu Astronomi?
3. Apa Pengertian Ilmu Astrologi?
4. Bagaimana hubungan Ilmu falak, Astronomi dan Astrologi?
1.3 Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian Ilmu Falak.
2. Menjelaskan pengertian Ilmu Astronomi.
3. Menjelaskan pengertian Ilmu Astrologi.
4. Menjelaskan bagaimana hubungan Ilmu falak, Astronomi dan Astrologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ilmu Falak

Menurut bahasa, falak artinya orbit atau peredaran/lintasan benda-benda


langit, sehingga ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan
benda-benda langit khususnya bumi, bulan dan matahari pada orbitnya masing-
masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit tersebut antara satu
dengan lainnya agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi. 1
ILmu falak secara terminology adalah ilmu pengatahuan yang
mempelajari benda-benda langit seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan
benda-benda langit lainnya degan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-
benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.2
Dalam bahasa inggris ilmu falak di sebut juga “Astronomi”, adapun
Asronomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh benda-benda langit itu terhadap nasib
seseorang di muka bumi. Astrologi inilah yang dikenal dengan Ilmu Nujum.3
Jika di amati secara spesifik memang terdapat perbedaan yang signifikan
antara ilmu falak dengan astronomi, dari sisi ruang lingkup bahasanya, astronomi
mengkaji seluruh benda-benda langit, baik matahari, palanet, satelit, bintang,
galaksi, nabula dan lainnya. Sedangkan ilmu falak ruang linhkup pembahasannya
hanya terbatas pada matahrari,bumi dan bulan. Itupun hanya posisinya saja
sebagai akibat dari pergerakannya.hal ini karena perintah ibadah tidak bisa lepas
dari waktu. Sedangkan waktu itu sendiri berpedoman pada peredaran benda-benda
langit dan semua itu berhubungan dengan posisi. Dengan demikian,mempelajari
ilmu falak sangatlah penting,sebab untuk kepentingan praktek ibadah.

2.1.1 Ruang Lingkup Pembahasan


Secara garis besar Ilmu Falak atau Ilmu Hisab dapat dikelompokkan pada
dua macam, yaitu ‘ilmiy dan amaly.
Ilmu Falak ‘Ilmiy adalah ilmu yang membahas teori dan konsep benda-
benda langit, misalnya dari asal muasal kejadiannya (cosmogony), bentuk dan tata
himpunannya (cosmologi), jumlah anggotanya (cosmografi), ukuran dan

1 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Teori dan Praktik, Buana Pustaka, Yogyakarta : 2004 Hlm 3
2 Maskufa, ilmu falak, gaung persada, jakarta 2010, hlm 1
3 KH Salamun Ibrahim, Ilmu Falak Pustaka Progresif, Bandung : 1995 hlm 39,

2
jaraknya (astrometrik), gerak dan daya tariknya (astromekanik), dan kandungan
unsur-unsurnya (astrofisika). Ilmu falak yang demikian ini disebut Theoritical
Astronomy.
Sedangkan ilmu falak ‘amaly adalah ilmu yang melakukan perhitungan
untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda langit antara satu dengan yang
lainnya. Ilmu falak ‘amaly ini disebut Practical Astronomy. Ilmu falak ‘amaly
inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan Ilmu Falak atau Ilmu Hisab.
Meskipun objek pembahasan ilmu falak ‘amaly ini mengenai kedudukan
benda-benda langit terutama matahari beserta planet-planetnya (sistim tata surya),
tetapi pembahasan dan kegiatan dalam ilmu falak hanyalah terbatas pada
pembahasan mengenai peredaran bumi, matahari dan bulan saja, karena peredaran
ketiga benda langit inilah yang mempunyai sangkut paut dengan pembahasan
Ilmu Falak untuk pelaksanaan ibadah.
Bahasan Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya Ilmu Falak ini
mempelajari 4 bidang, yakni:4
1. Arah kiblat dan bayangan arah kiblat
2. Waktu-waktu sholat
3. Awal bulan hijriyyah
4. Gerhana matahari dan bulan.
Ilmu Falak membahas arah kiblat pada dasarnya adalah menghitung
besaran sudut yang diapit oleh garis meridian yang melewati suatu tempat yang
dihitug arah kiblatnya dengan lingkaran besar yang melewati tempat yang
bersangkutan dan ka’bah, serta menghitung jam berapa matahari itu memotong
jalur menuju ka’bah.
Sedangkan ilmu falak membahas waktu-waktu sholat padaa dasarnya
adalah menghitung tenggang waktu antara ketika matahari berada di titik
kulminasi atas dengan waktu ketka matahari berkedudukan pada awal waktu-
waktu sholat.
Pembahsan awal bulan dalam ilmu falak adalah menghitung waktu
terjadinya ijtima’(konjungsi) yakni posisi matahari dan bulan berada pada satu
bujur astronomi, serta menghitung posisi bulan ketika matahari terbenam pada
hari terjadinya konjungsi itu.

4 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Teori dan Praktik, Buana Pustaka, Yogyakarta : 2004 hlm 4

3
Pembahasan gerhana adalah menghitung waktu terjadinya kontak antara
matahari dan bulan, yakni kapan bulan mulai menutupi matahari matahari dan
lepas darinya pada gerhana gerhana matahari, serta kapan pula bulan mulai masuk
pada umbra bayangan bumi serta keluar darinya pada gerhana bulan.

2.1.2 Tujuan Memplajari Ilmu Falak


Dengan memplajari ilmu Falak maka diharapkan akan dapat:
1. Menjelaskan berbagai konsep tentang dasar-dasar Astronomi yang berkaaitan
dengan penentuan waktu-waktu ibadah.
2. Menjelaskan peranan Ilmu Falak pada awal penentuaan waktu Sholat.
3. Melakukan penghitungan awal waktu Sholat dengan benar.
4. Menyusun jadwal waktu Sholat dan Imsyakiah.
5. Menghitung sekaligus mengukur arah Kiblat.
6. Menghitung sekaligus memprediksikan kapan waktu-waktu ibadah seperti awal
dan akhir puasa itu tiba.
7. Membuat kalender Masehi atau Hijriyah.
8. Mengkritisi arah kiblat dan mushala yang ada dan diasumsikan tidak sesuai
dengan teori-teori Ilmu Falak.
9. Menumbuhkan sifat toleran bila dari hasil hisab dipridiksi akan terjadi perbedaan
dalam berhari Raya misalnya.

2.1.3 Manfa’at Ilmu Falak


Dengan mempelari ilmu falak atau ilmu hisab, kita dapat memastikan ke
arah mana kiblat suatu tempat di permukaan bumi. Kita juga dapat memastikan
waktu shalat telah tiba atau matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa.
Dengan ilmu ini pula orang yang melakukan rukyatul hilal dapat mengarahkan
pandangannya dengan tepat ke posisi hilal, bahkan kita juga dapat mengetahui
akan terjadinya peristiwa gerhana matahari atau gerhana bulan berpuluh bahkan
beratus tahun yang akan datang.
Dengan demikian, ilmu falak atau ilmu hisab dapat menumbuhkan
keyakinan dalam melakukan ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’. Nabi
SAW bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah mereka yang
selalu memperhatikan matahari dan bulan untuk mengingat Allah” (HR.
Thabrani)

4
2.1.4 Hukum Mempelajarai Ilmu Falak
Mengingat betapa besar manfaat ilmu falak sebagaimana diterangkan di
atas, lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pelaksanaan ibadah, maka mempelajari
ilmu falak atau ilmu hisab itu hukumnya wajib, Landasan ilmu Falak dalam Al-
Qur’an berikut:
ْ َ‫س َوا ْلقَ َم َر ُك ٌّل فِي فَلَكٍ ي‬
َ ‫سبَ ُح‬
‫ون‬ َ ‫ق اللَّ ْي َل َوالنَّ َه‬
َ ‫ار َوالش َّْم‬ َ َ‫َو ُه َو الَّذِي َخل‬
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

ٍ‫ق النَّ َه ِار َو ُك ٌّل فِي فَلَك‬ َ ‫س َي ْن َب ِغي لَ َها أ َ ْن تُد ِْركَ ا ْلقَ َم َر َوال اللَّ ْي ُل‬
ُ ‫سا ِب‬ ُ ‫ال الش َّْم‬
َ ‫سبَ ُح‬
‫ون‬ ْ َ‫ي‬
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

َ ‫ورا َوقَد ََّر ُه َمنَ ِاز َل ِلت َ ْعلَ ُموا‬


‫ع َد َد‬ ً ُ‫س ِض َيا ًء َوا ْلقَ َم َر ن‬ َ ‫ُه َو الَّذِي َج َع َل الش َّْم‬
َ ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬ ِ ‫ص ُل اآليَا‬ ِّ ِ َ‫ق يُف‬ ِ ِّ ‫َّللاُ ذَ ِلكَ إِال بِا ْل َح‬
َّ ‫ق‬ َ َ‫اب َما َخل‬ َ ‫ين َوا ْل ِح‬
َ ‫س‬ َ ِ‫سن‬ ِّ ِ ‫ال‬
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Dan para ulama, misalnya Ibnu Hajar dan ar-Ramli berkata bahwa bagi
orang yang hidup dalam kesendirian, maka mempelajari ilmu falak itu fardlu
‘ain baginya. Sedangkan bagi masyarakat banyak hukumnya fardlu kifayah.5

2.2 Ilmu Astronomi


Manusia telah lama ‘berkenalan’ dengan langit. Bahkan ada sebuah
peninggalan berupa lukisan tua di La Pileta, Spanyolb yang berusia sekitar
35000 tahun. Lukisan itu diinterpretasikan sebagai gambar matahari.
Perjalanan panjang yang ditempuh manusia untuk sampai pada era astronomi
modern.

5 http://rukyatulhilal.org/falakiyah/index.html

5
Kini aspek ilmu pengetahuan tentang langit terkumpul dalam cabang
keilmuan astronomi. Astronomi dipahami sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang dikembangkan berbasis pengamatan. Objek langit yang dikaji dalam
astronomi mencakup tata surya, seperti komet, bulan, meteor, matahari, planet
dan asteroid, bisa juga dalam lingkup galaksi, bintang-bintang dan gugusan
bintang.

Sedangkan dalam Ensiklopedi- singkat astronomi dan ilmu yang


bertautan menyatakan bahwa astronomi adalah pengetahuan tentang benda
langit dan alam semesta, merupakan salah satu cabang pengetahuan ekskta
tertua. Satuan astronomi adalah jarak menengah antara matahari dan bumi, 150
juta kilometer. Satuan ini digunakan sebagai satuan panjang bagi ukuran di
dalam tata surya. Tahun astronomi ialah jumlah tepat waktu yang diperlukan
bumi mengelilingi matahari, dinyatakan dalam hari, jam, menit, dan
sekon. Berbeda dengan waktu sipil, atau kelender, yang dinyatakan dengan
bilangan bulat.

Dari berbagai pengertian, kemudian muncullah klasifikasi ilmu yang


mengambil objek langit dan bintang. Yakni ilmu astronomi dan ilmi astrologi.
Ilmu astronomi mempelajari benda-benda langit secara umum. Sedangkan
ilmu astrologi yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan
untuk mengetahui pegaruh benda-benda langit itu terhadap kehidupan
manusia, atau yang lebih dikenal dengan ilmu nujum.

2.2.1 Perkembangan ilmu Astronomi

Sepanjang sejarah manusia, pandangan manusia terhadap alam semesta


berubah-ubah sesuai dengan tingkat pengetahuan pada tiap-tiap zaman. Waktu
dulu, manusia pada umumnya memahami alam semesta hanya terbatas pada
apa yang bisa mereka lihat, bahkan terkadang ditambahkan dengan takhayuk
yang sifatnya fantastis. Bumi menurut mereka adalah sebagai pusat tata surya.
Berbagai gejala alam, seperti terjadinya gerhana, jatuhnya batu meteor, adanya
bintang berekor, dan sebagainya dianggap sebagai hal yang tidak beres.

Walaupun demikian, ada sebagian dari mereka yang telah memahami


kondisi alam semesta ini dengan rasionalnya. Seperti Aristoteles (384 – 322
SM) yang menyatakan bahwa pusat jagat raya adalah bumi. Sedangkan bumi
dalam keadaan tenang, tidak bergerak dan tidak berputar. Semua gerak benda-
benda angkasa mengitari bumi. Lintasan masing-masing benda angkasa
berbentuk lingkaran. Sedangkan peristiwa gerhana tidak lagi dianggap sebagai
adanya raksasa yang memakan bulan, melainkan sebagai peristiwa alam.
Selain itu, Claudius Ptolomeus (140 M) juga menyatakan pendapat serupa

6
tentang tata surya. Yakni bumi sebagai pusat tata surya. Pendapat kedua
ilmuwan ini kemudian dikenal dengan teori Geosentris. Lintasan benda-benda
langit tersebut berupa lingkaran di dalam bola langit. Sementara langit
merupakan tempat bintang-bintang sejati, sehingga mereka berada pada
dinding bola langit.

Walaupun pada abad sebelumnya, yakni sekitar abad III SM terdapat


seorang ilmuwan yang bernama Aristarchus. Dia menyatakan bahwa pusat tata
surya bukanlah bumi sebagaimana dikatakan oleh Aristoteles pada zaman
setelahnya, tetapi mataharilah yang menjadi pusat tata
surya (Heliosentris). Akan tetapi, kondisi sosial yang belum dapat menerima
hal itu, akhirnya pendapat ini meredup dan akhirnya tergantikan dengan teori
geosentris yang bertahan hampir XVIII abad.

Setelah bertahan cukup lama, akhirnya ada pendapat yang dengan


terang membantah teori geosentrisnya Ptolomeus. Dialah Nicholas Copernicus
(1473 – 1543) lewat bukunya yang berjudul ”Revolutionibus Orbium
Celestium” menyatakan bahwa matahari merupakan pusat dari suatu sistem
peredaran benda-benda langit, yang dikenal dengan teori Heliosentris. Setelah
Copernicus menyatakan pendapatnya, banyak ilmuwan yang mendukung,
seperti Galileo Galillei (1564 – 1642 M). dia juga berhasil membuat sebuah
teledkop yang dapat dengan jelas melihat relif permukaan bulan, noda-noda
matahari, saturnus dengan cincinnya yang indah, dan planet Yupiter dengan 4
buah satelitnya.[7] Disamping Galileo, ada juga Johannes Kepler (1571 -
1630) yang juga sependapat dengan Copernicus dan Galileo. Dia juga terkenal
dengan Hukum Kepler I, II, III.

2.2.2 Perkembangan Ilmu Astronomi Islam

Kajian ilmu astronomi dalam Islam biasa dikenal dengan istilah Ilmu
Falak. Namun ada pergolakan dalam membedakan antara ilmu perbintangan
dan ilmu astronomi. D.G. Fories dan A.G. Dickstehour mengatakan dalam
bukkunya “Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi” bahwa munculnya ilmu
astronomi baru telah melenyapkan ilmu perbintangan. Namun ilmu
perbintangan telah banyak membantu kemajuan ilmu stronomi pada abad-abad
pertengahan, membantu terbukanya observasi-observasi astronomis,
memperbaiki alat-alat yang dipergunakan oleh para astronomis, dari sinilah
berangkat ilmu astronomi mendapat kedudukan dalam sejarah ilmu
pengetahuan.

Sedangkan Ali Muhammad Ridlo mengatakan dalam bukunya “Asrul


Islam Ad Dzhahabi” : Ilmu astronomi bukan ilmu perbintangan. Falak adalah

7
ilmu, akan tetapi perbintangan bukan ilmu. Ilmu astronomi membahas
tentangkeluarga tata surya, diantaranya bumi yang kita tempati sekarang ini.
Dan juga membahas tentang garis edar planet-planet, jarak antara masing-
masing planet, kemiringan perjalanannya, dan jauhnya dari matahari.
Kesemuanya ini merupakan pembahasan-pembahasan ilmiah yang didasarkan
pada peneropongan, observatorium serta alat-alat astronomis lainnya. Hal ini
berbeda dengan perbintangan yang dihubung-hubungkan manusia dengan
masalah kebahagiaan atau kemalangan.di dalam perbintangan, orang berusaha
mengetahui hal-hal ghaib.

Di dalam buku Al Islam Fi Hadlratihi wa Nidlohimi, Anwar Ar rifa’i


menyatakan bahwa pada tahun 155 H/737 M orang Arab mulai
menerjemahkan sebuah buku karya Hermes yaitu “Miftah an Nujum”. Pada
masa daulah Abbasyiyah, yakni abad III Hijriyah, ilmu falak mulai mengalami
kemajuan yang berarti. Kegiatan penerjemahan karya-karya ke dalam bahasa
Arab mulai di giatkan. Diantara karya-karya itu adalah Kitab Siddhantha
Barahmagupta dari seorang pengembara India yang diserahkan pada
pemerintah Al Manshur dan diterjemakan oleh Muhammad Al Fazari.
Siddhantha Aryabhrataditerjemahkan oleh Ya’qub ibnu Thariq. Sedangkan
Almagest karya ptolomeus diterjemahkan oleh Hunain bin Ishaq.

Selain itu, masih ada beberapa karya yang diterjemahkan, yaitu The
Sphere in Movement karya Antolycus, Ascentions of The Signs karya Aratus,
dan Introduction to Asrronomiy karya Hipparchus. Karya-karya ini tidak hanya
sekedar ditejemahkan, aka tetapi kemudian ditindaklanjkuti dengan penelitian-
penelitian baru yang berkelanjutan sehingga menghasilkan teori-teori baru.

Dari sini kemudian muncul tokoh falak di kalangan umat Islam yang
sangat berpengaruh, yaitu Abu Ja’faar bin Musa al-Khawarizmi (780 847 M),
melalui beberapa penemuan, yaitu penemuan angka nol (0), sehingga
terciptalah sistem pecahan desimal sebagai kunci terpenting dalam
pengembangan ilmu hisab, penyusunan pertama tabel trigonometri daftar
logaritma yang masih berkembang hingga sekarang, serta penemuan
kemiringan zodiac sebesar 23,5 derajat atas ekuator. Adapun kitab-kitab karya
al – Khawarizmi antara lain, al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-
Muqabalah yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran para cendekiawan
Eropa, hingga diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Chester pada tahun 1140 M,
dan Surah al-Ardl.

Pada masa kholifah Al Makmun juga menghasilkan data-data yang


berpedoman pada buku Shindhind yang disebut “Tables of Makmun”dan oleh
orang Eropa mengenalnya dengan sebutan “Astronomos”. Pada perkembangan
selanjutnya, muncul banyak tokoh falak yang diantaranya :

8
1. Abu Ma’syar Al Falaky (788 – 885 M), adalah seorang ahli falak dari
Khurasan. Dia menemukan adanya pasang naik dan pasang surut air laut
sebagai akibat posisi bulan terhadap bumi. Karyanya antara lain, al-Madkhal
al-Kabir, Ahkam wal-Sinni wal-Kawakib, Itsbat al-Ulum, dan Haiat al-Falak.
2. Ibnu Jabir al-Baattany (858 – 929 M), dikenal dengan sebutan AlBatenius.
Karyanya yaitu memperbaiki perhitungan yang ada di dalam buku karya
Ptolomeus dalam judul baarunya Tabril al-Magesty, disamping karyanya
sendiri yang berjudul Tamhid al-Musthafa li Ma’na al-Mamar.
3. Abul Raihan Al Biruni (973 – 1048 M), cendekiawan asal paris. Mendapat
gelar Ustad fi al-Ulum (maha guru) karena selain ahli perbintangan, dia juga
menguasai berbagai disiplin ilmu seperti Matematika, geografi, dan fisika.
Karyanya antara lain, Al-Atsar Baqiyyat min al-Qurun al-Khaliyat, dan kitab
fenomenalnya yang berjudul Al-Qonun al-Mas’udi fi al-Haiat wa al-Nujumi.
Menurut Prof. Ahmad Baiquni, al-Birunilah yang pertama kali membantah
teori Ptolomeus, juga dipandang sebagai teori heliosentris.
4. Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Katsir al-Farghani, ahli falak
terkemuka pada masa kholifah Al Makmun. Di Barat ia lebih dikenal
denmgan Al Farganus. Karyanya antara lain, Jawami’ al-Ilm al-Nujum wa al-
Harakat al-Samawiyyat, Ushul ilm al-Nujum, Al-Madhkhal ila ilm al-Haiat al-
Falak, Futsuluts al-Tsalasain. Semuanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin oleh Hispalamsis dari Seville dan Gerard dari Cremona pada tahun 1493.
5. Maslamah Abul Qosim al—Majriti (950 – 1007 M), dia berhasil merubah
tahun Persi ke tahun Hijriyah dengan meletakkan bintang-bintang sesuai
dengan awal tahun Hijriyah.
6. Ali bin Yunus (w. 1009 M), meghasilkan sebuah karya yang berjudul Zaij al-
Kabir al-Hakimi, yang berisi tentang data astronomi matahari, bulan, dan
komet, serta perubahan titik equenox.
7. Abu Ali al-Hasan bin al-Haytam (965 – 1039 M), karyanya berjudul Kitab al-
Manadhir yang kemudian ditrjemahkan ke bahasa Latin dengan nama
“Optics” pada tahun 1572
8. Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad bin al-hasan Nashiruddin at-Thusi
1201 – 1274 M), karyanya antara lain, Al-Mutawaaith bain al-Handasah wa
al-Haiah, At – Tadzkir fi ilm al-Haiat, Zubdah al hatiah.
9. Muhammad Thurgay Ulughbeck (1394 – 1449 M), dia berhasil membangun
observatorium, dan karya monumentalnya berupa Jadwal Ulugh Beik (zij
Shulthoni). Kemudian muncul Nicholas Copernicus dengan Heliosentrisnya.6

2.3 Ilmu Astrologi


Menurut kamus Merriam-Webster, Astrologi (Astrology): “The divination of
the supposed influences of the stars and planets on human affairs and terrestrial
events by their positions and aspects.” Dari definisi tersebut jelas bahwa para
pakar astrologi percaya bahwa posisi benda-benda langit (planet dan bintang)

6 Thaha, Ahmadie. 1983. Astronomi dalam Islam. Surabaya : PT. Bina Ilmu

9
berpengaruh pada kehidupan manusia dan peristiwa masa depan yang akan terjadi
dapat diramalkan berdasarkan posisi benda langit tersebut.
Astrologi merupakan ramalan yang dibangun melalui interpretasi pengaruh
bintang-bintang dan planet-planet terhadap urusan-urusan di bumi dan nasib atau
takdir manusia. Pada zaman kuno astrologi tidak dapat dipisahkan dengan
astronomi. Astrologi mulai dikenal di Mesopotamia (millennium ketiga SM) dan
menyebar ke India, tetapi kemudian berkembang di peradaban Yunani. Astrologi
memasuki kebudayaan Islam sebagai bagian dari tradisi Yunani dan dikembalikan
ke budaya Eropa pada zaman pertengahan. Menurut tradisi Yunani, surga dibagi
berdasarkan menurut 12 rasi bintang zodiak, dan cahaya dan posisi bintang yang
pada berbagai interval tersebut mempengaruhi kejadian dan urusan manusia.
Astrologi juga merupakan bagian penting dalam peradaban Cina kuno. Horoskop
pada setiap bayi yang lahir menentukan seluruh titik waktu kehidupan mereka
(junctures of life). Pada pada zaman modern sekarang, astrologi masih dipercaya
secara luas untuk mempengaruhi kepribadian.
Astrologi memiliki perlengkapan yang disebut Horoskop yaitu sebuah
gambaran peta langit dengan bumi berada di pusatnya dan dikelilingi oleh pita
melingkar bergambar 12 rasi bintang yang disebut zodiak. Rasi zodiak ini
membagi persis lingkaran 360° menjadi 12 bagian sehingga masing-masing
lebarnya 30°. Ke 12 rasi zodiak itu adalah Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo,
Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn Aquarius, dan Pisces. Horoskop
dibuat oleh para astrolog untuk mengetahui dimana posisi matahari saat seseorang
dilahirkan. Ini adalah salah satu aliran astrologi yang paling populer dan paling
banyak penggemarnya termasuk di Indonesia. Kenapa mereka membagi lingkaran
langit menjadi 12 sama persis, ternyata alasannya adalah hal itu sudah merupakan
kesepakatan dari tradisi turun temurun sejak Claudius Ptelomeus mengenalkan
horoskop tersebut memasuki abad ke-2.

2.4 Hubungan Ilmu falak, Astronomi dan Astrologi


Ketika mendengar kata Astronomi, astrologi dan ilmu falak, pikiran kita
sudah merasakan kerancuan tentang perbedaan ketiga istilah tersebut. Pada
dasarnya ketiga istilah tersebut ada perbedaan dan hubungannya sehingga menarik
untuk dijelajahi bagaimana hubungan ketiga ilmu tersebut.
Astronomi adalah studi ilmiah dari bintang-bintang, bulan, planet, galaksi,
materi gelap dan lain-lain yang dapat diamati dengan metode ilmiah: dengan
menggunakan matematika, ilmuwan, komputer, teleskop (optik dan radio),
ataupun pesawat antariksa. Dan secara umum Astronomi adalah ilmu yang
mempelajari tentang tata lintas benda-benda angkasa (terutama bulan, bumi, dan
matahari).
Sedangkan kata falak bermakna orbit edarnya benda-benda angkasa,
sehingga ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-
benda langit khususnya bumi, bulan dan matahari pada orbitnya masing-masing.
Dalam hal ini ilmu falak sama artinya dengan astronomi, perbedaanya adalah ilmu

10
falak merupakan istilah yang digunakan oleh orang islam untuk mempelajari
benda-benda langit tersebut (bumi, matahari dan bulan) sebagai kepentingan
ibadah seperti arah kiblat, waktu-waktu shalat, awal bulan dan Gerhana.
Sedangkan astronomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-
benda langit secara umum. Sebenarnya antara astronomi dan ilmu falak tidak ada
dikhotomi, malahan yang sering salah paham adalah antara astronomi dan
astrologi.
Kita ketahui bahwa hampir semua orang ketika mendengar kata astrologi
akan teringat pada kolom ramalan bintang berdasarkan dua belas tanda zodiak
pada majalah, tabloid ataupun surat kabar, padahal astrologi sesungguhnya tidak
sebatas dua belas tanda zodiak saja. Secara umum, astrologi adalah bahasa, seni
dan ilmu pengetahuan yang mempelajari keterkaitan antara siklus benda-benda
langit dan kehidupan manusia di muka bumi. Astrologi sudah dikenal sejak jaman
Babilonia sekitar 4.000 tahun yang lampau. Pada saat sekarang ada tiga macam
astrologi yang cukup populer ialah astrologi barat, astrologi Tionghoa (Shio) dan
astrologi India (Iyotisha).
Pada hakekatnya ilmu falak yang berkembang dalam Islam, sebenarnya
muncul dari ilmu perbintangan (astrologi) sebagai warisan dari bangsa Yunani
dan Romawi. Karena pada saat itu kehidupan bangsa Arab berada di padang pasir
yang sangat panas dan terbuka. Kehidupan mereka sering berpindah-pindah
tempat. Apalagi di balik kehidupannya, mereka biasa bepergian jarak jauh untuk
melakukan perdagangan ke negeri tetangga. Sehingga mereka membutuhkan
waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan tersebut.
Di saat permulaan risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw., Ilmu falak
belum mengalami perkembangan yang signifikan. Karena pada saat itu umat
Islam hanya disibukkan dengan jihad perang dan menyebarluaskan ajaran Islam
ke seluruh pelosok dunia. Sehingga aktifitas untuk mengkaji tentang astronomi
sangat kurang sekali. Adapun jika ada, itu hanyalah sebatas pengetahuan-
pengetahuan langsung yang diberikan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw..
Namun belum ada kajian ilmiyahnya yang berdasarkan dari ilmu pengetahuan.
Lapangan pembahasan ilmu falak adalah langit dengan segala sesuatu yang ada di
dalamnya. Peradaban Babilonia, Cina, Mesir kuno, Persia, India, Yunani, adalah
peradaban yang telah menorehkan sejarah dalam pengamatan alam serta punya
gagasan masing-masing tentang alam semesta, dari peradaban-peradaban ini pula
lahirnya berbagai akselerasi astronomi modern. Dan hingga saat ini, penelitian
tentang alam semesta telah sampai pada kecemerlangannya dengan berbagai
penemuan yang menakjubkan, meski misteri tetap menyelip dibalik semesta ini.
Kemajuan IPTEK dapat mendeteksi pergerakan alam semesta yang maha luas ini.
Bulan beredar mengelilingi Bumi, Bumi berputar mengelilingi Matahari (revolusi)
disamping beredar dalam porosnya sendiri (rotasi), Mataharipun beredar
mengelilingi pusat galaksi, dimana setiap galaksi terdiri dari jutaan milyar bintang
yang bergerak di sekelilingnya.

11
Dahulu, pemahaman manusia terhadap alam semesta tidak lebih hanya
sekedar pengamatan, tanpa ada penjelasan teoritis maupun eksperimen seperti
yang lazim dilakukan untuk mengetahui suatu fenomena alam. Keteraturan dan
keindahan alam raya ini menjadi obyek wisata manusia dahulunya. Alam semesta
memang mengisyaratkan banyak hal, menyebabkan adanya berbagai macam
hukum fisika yang berbeda-beda. Dan kita, manusia, hidup di dalam salah satu
alam semesta itu, yang hukum-hukum fisikanya mendukung keberadaan kita.
Jagad raya memang punya milyaran misteri yang selalu menarik perhatian
manusia dari zaman ke zaman, dan dari sinilah muncul ilmu astronomi atau dalam
Islam disebut ilmu falak. Ilmu ini lahir berawal dari usaha manusia untuk
menyingkap berbagai rahasia yang terkandung di alam semesta. Astronomi selalu
ada dalam kehidupan, astronomi merupakan satu cabang ilmu pengetahuan tertua
yang terus dipelajari manusia hingga sekarang. Astronomi berkembang menjadi
cabang sains yang bukan hanya mengkaji posisi dan pergerakan benda-benda
langit, tetapi juga fisis dan evolusinya. Perkembangannya demikian pesat yang
menimbulkan lahirnya cabang-cabang baru, misalnya astrofisika (menitikberatkan
pada segi struktur dan komposisi fisis, bukan lagi posisi dan pergerakan benda
langit), kosmogoni (menitikberatkan pada asal-usul dan evolusi tata surya),
kosmologi (menitikberatkan pada asal-usul dan evolusi alam semesta), dan yang
baru adalah bioastronomi (menitik beratkan kemungkinan adanya kehidupan di
luar bumi). Teori-teorinya senantiasa diperbarui bila ada bukti-bukti lain yang
menyempurnakan atau menggugurkan teori semula. Melalui astronomi, manusia
mencoba mendeskripsikan apa dan bagaimana proses fenomena alam bisa terjadi
dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter yang bisa diamati
dan diukur, yang bisa benar bisa pula salah. Agama memperluas lagi spektrum
makna alam semesta bagi manusia tentang kehadiran benda-benda alam semesta.
Pada awal perkembangannya astronomi tidak bisa juga dipisahkan dengan
astrologi, keduanya mempelajari posisi dan perpindahan benda-benda langit.
Dasar dan orientasinya memang berbeda. Astronomi berdasar kajian ilmiah murni
yang menyatakan bahwa setiap teori mestinya dapat diuji kembali untuk
pembuktian kebenarannya. Orientasinya adalah mempelajari rahasia alam.
Sedangkan astrologi berdasarkan kepercayaan bahwa benda-benda langit
berpengaruh pada kehidupan dan masa depan manusia dan tidak memerlukan
pembuktian benar tidaknya “teori” yang dikembangkannnya. Orientasinya pada
peramalan kemungkinan kehidupan manusia.
Sebenarnya, landasan astrologi adalah observasi atau pengamatan. Itulah
sebabnya astrologi dapat dikatakan sesuatu yang ilmiah dan memiliki landasan
yang sama dengan sains. Proses observasi itu selanjutnya diikuti oleh
pengumpulan data hingga kemudian ditarik suatu hipotesis. Hasil pengamatan dan
penarikan hipotests ini lalu dihimpun selama berabad-abad sehingga menjadi ilmu
astrologi seperti yang kita kenal sekarang. Dengan demikian, astrologi tidak ada
hubungannya dengan dunia klenik dan mistik, sehingga seseorang yang berniat

12
untuk mempelajari astrologi tidak perlu mempunyai indra keenam dan kekuatan
ghoib seperti yang orang sebut kekuatan supranatural.
Dan pastinya akan timbul sebuah pertanyaan juga, apakah astrologi dapat
disamakan dengan ramalan? Jawabnya tentu tidak, dan kita lebih tepat
menyebutnya sebagai perkiraan atau predikisi. Sebagaimana ilmuwan
memprediksikan cuaca atau seorang pialang saham memperkirakan nilai saham,
demikian pula para astrolog berupaya memperkirakan peristiwa-peristiwa apa
yang bakal terjadi di masa mendatang. Bedanya hanya basis data yang
dipergunakan. Ilmuwan mempergunakan data-data iklim suatu negara sebagai
tolok ukurnya, pialang saham memanfaatkan data-data fluktuasi harga saham
dimasa lampau, sedangkan para astrolog menggunakan letak benda-benda langit
sebagai acuan penelaahannya.
Hendaknya, jika kita belum tahu secara pasti apa itu ilmu astrologi jangan
buru-buru untuk acuh padanya dan mengklaim langsung ilmu astrologi itu
berhubungan dengan dunia mistik, sebenarnya kegunaan dari mempelajari
keunikannya adalah untuk memahami diri kita sendiri serta peran kita di alam
semesta ini. Dan untuk memahaminya secara yakin kita perlu menggunakan
filasafat ilmu dengan meminjam teorinya August Comte tentang tiga tahap
perkembangan sejarah, yang pertama tahap teologis, yaitu manusia memahami
gejala-gejala alam sebagai hasil tindakan langsung dari kekuatan illahi. Yang
kedua tahap metafisis, pada tahap ini pelaku illahi yang personal digantikan oleh
prinsip-prinsip metafisika berupa kekuatan abstrak, seperti ’nature’, tahap postif-
ilmiah, pada tahap ini diwarnai oleh keyakinan yang cukup besar pada sains dan
teknologi.
Belajar dari teori tersebut, kita akan lebih mudah memahami apa itu
astronomi, ilmu falak dan astrologi, sehingga bisa menarik kesimpulan bahwa
astrologi itu sebenarnya tidak berhubungan dengan dunia mistik. Pembuatan peta
langit astrologis tidak didasari oleh ilmu ghaib, tetapi melalui serangkaian
perhitungan matematis dan astronomis yang rumit. Para astrolog semenjak zaman
ribuan tahun yang lampau telah melakukan pengamatan terhadap posisi relatif
benda-benda langit satu sama lain. Dan perlu diingat bahwa astrologi merupakan
perpaduan ilmu pengetahuan, seni dan filosofi. Astrologi ini mempelajari tentang
pengaruh sitem tata surya pada beragam bentuk kehidupan dan efeknya pada
manusia dan yang berkaitan dengan bumi. Astrologi juga memberikan panduan
pada semua aspek kehidupan, harmonisasi pikiran, tubuh, jiwa. Astrologi
memudahkan seseorang untuk memprediksi masa depan. Prediksi ini berdasarkan
pengamatan, persepsi, perhitungan dan percobaan. Karena sifatnya yang hanya
prediksi, analisis dengan astrologi mungkin saja meleset, kita sebagai manusia
memiliki kehendak bebas dalam memanfaatkan berbagai energi dialam semesta
ini dan pastinya ada yang terkandung positif atau negatif. Tetapi Masyarakat
sering keliru antara astrologi dengan astronomi. Astronomi mengedepankan

13
metode ilmiah dan keilmuan. Karena itu, astronomi tidak bisa memprediksi
kepribadian seseorang seperti astrologi. Astronomi tidak bisa
mempertanggungjawabkan dan menjelaskan ramalan bintang berdasarkan
keilmuan.
Astrologi memang berbeda dengan astronomi namun astronomi berakar
dari sebuah ilmu luar biasa temuan bangsa Babilonia kuno ini yang kemudian di
kuatkan oleh Galileo. Jika Astrologi hanya berdasarkan perkiraan dan membaca
pergerakan benda langit untuk melihat masa depan, Astronomi merupakan ilmu
tentang pengamatan kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya. Teori
Astrologi yang menempatkan bumi sebagai pusat dari alam semesta kemudian
disanggah oleh Coppernicus yang memberikan bukti bahwa bumilah yang
sesungguhnya mengelilingi matahari dan mataharilah yang menjadi pusat alam
semesta.
Inilah tonggak berdirinya ilmu astronomi yang kemudian disambut oleh
masyarakat sedunia. Ilmu astrologi memberikan sumbangsih yang besar kepada
perkembangan ilmu dunia dan menginspirasi beberapa ilmuwan seperti
Pythagoras, Plato, Aristotle, Galen, Paracelsus, Girolamo Cardan, Nicholas
Copernicus, Galileo Galilei, Tycho Brahe, Johannes Kepler, Carl Jung dan lain
sebagainya. Dan ilmu astrologilah yang pertama kali mengemukakan pergerakan
sistematis Matahari, Bulan, Planet dan Bintang, dan dari sinilah berbagai ilmu
seperti Astronomi, Matematika, Kesehatan dan ilmu psikologi berasal.
Kemudian dari sini pula ilmuwan-ilmuwan dunia berhasil menemukan rahasia
alam semesta dari skema bumi yang mengorbit matahari, teori heliosentris,
dinamika langit dan hukum gravitasi, hingga berbagai temuan fisika dan ilmu
pengetahuan yang kita pelajari hingga sekarang. Astrologi dan pembacaan
horoskop tidaklah selalu merugikan dan dituding sebagai barang haram, namun di
balik itu semua ilmu astrologi menyimpan rahasia-rahasia dunia yang menanti
untuk dikuak oleh para manusia.7

7 https://ardafa.wordpress.com/2010/11/28/hubungan-antara-astronomi-astrologi-dan-ilmu-
falak/

14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu falak merupakan istilah yang digunakan oleh orang islam untuk
mempelajari benda-benda langit tersebut (bumi, matahari dan bulan) sebagai
kepentingan ibadah seperti arah kiblat, waktu-waktu shalat, awal bulan dan
Gerhana.
Astronomi, yang secara etimologi berarti “ilmu bintang” (dari Yunani:
άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan
kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-
usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan
di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Astrologi menunjuk kepada yang mana pun di antara beberapa sistem
pengetahuan untuk mengerti, dan menterjemahkan tentang kenyataan dan
keberadaan manusiawi, berdasarkan posisi dan gerak-gerik relatif berbagai benda
langit, terutama Matahari, Bulan, planet, dan lunar node seperti dilihat pada waktu
dan tempat lahir atau lain peristiwa dipelajari. Astronomi, adalah ilmu yang
melibatkanpengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di
luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan
kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses
yang melibatkan mereka. Sedangkan Astrologi, mendasari ilmunya pada
pergerakan benda-benda langit antara lain matahari, planet-planet, bintang, dan
bulan. Para astrolog percaya bahwa posisi benda-benda langit ini berpengaruh
pada kehidupan manusia dan peristiwa masa depan yang akan terjadi dapat
diramalkan berdasarkan posisi benda langit tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA
M. Marifat Iman K.H, Modul Pengenalan istilah falakiyah, Jakarta. 2014/2015
Maskufa. Dra. Ilmu Falak, Gaung Persada Press Jakarta. 2010
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Teori dan Praktik, Buana Pustaka, Yogyakarta :
2004
Ibrahim KH Salamun, Ilmu Falak, Pustaka Progresif, Bandung : 1995
Thaha, Ahmadie. 1983. Astronomi dalam Islam. Surabaya : PT. Bina Ilmu

http://rukyatulhilal.org/falakiyah/index.html
https://ardafa.wordpress.com/2010/11/28/hubungan-antara-astronomi-astrologi-dan-
ilmu-falak/

16

Anda mungkin juga menyukai