Puji dan syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT yang memiliki sifat
Rahman dan Rahim. Dan dengan ridho serta hidayah nya yang menyertai
usaha-usaha hambanya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat
pada waktunya.
Adapun penyusunan makalah ini yang berjudul Pengelolaan Kualitas
Lingkungan Perairan di Sungai Citarum untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pengelolaan Kualitas Lingkungan. Dalam menyusun makalah, tentunya
banyak kekurangan-kekurangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membantu agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI...
BAB I
ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan .....................
12
3.2 Saran..
12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum
II di Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi
krisis air di beberapa negara. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara kaya air namun
krisis air diperkirakan juga akan terjadi, sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan air
yang tercermin dari tingkat pencemaran air yang tinggi, pemakaian air yang tidak
efisien, fluktuasi debit air sungai yang sangat besar, kelembagaan yang masih lemah
dan peraturan perundang-undangan yang tidak memadai. Ketersediaan air di
Indonesia mencapai sekitar 15.000 meter kubik per kapita per tahun --masih di atas
rata-rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per tahun-- namun jika
ditinjau ketersediaannya per pulau akan sangat lain dan bervariasi. Pulau Jawa yang
luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya
mempunyai empat setengah persen dari total potensi air tawar nasional, namun pulau
ini dihuni oleh sekitar 65 persen total penduduk Indonesia. Kondisi ini
menggambarkan potensi kelangkaan air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat
ketersediaan air per kapita per tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia sekitar 1.750
meter kubik per kapita per tahun, masih di bawah standar kecukupan yaitu 2000
meter kubik per kapita per tahun.
Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya
akan tersedia sebesar 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Apabila fenomena ini
terus berlanjut maka akan terjadi keterbatasan pengembangan dan pelaksanaan
pembangunan di daerah-daerah tersebut karena daya dukung sumberdaya air yang
telah terlampaui. Potensi krisis air ini juga dikhawatirkan terjadi di Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan .
Masalah air di Indonesia ditandai juga dengan kondisi lingkungan yang makin
tidak kondusif sehingga makin mempercepat kelangkaan air. Kerusakan lingkungan
antara lain disebabkan oleh terjadinya degradasi daya dukung daerah aliran sungai
(DAS) hulu akibat kerusakan hutan yang tak terkendali sehingga luas lahan kritis
sudah mencapai 18,5 juta hektar. Di samping itu jumlah DAS kritis yang berjumlah
22 buah pada tahun 1984 telah meningkat menjadi 59 buah pada tahun 1998.
Berbicara mengenai sungai, maka mungkin bagi sebagian orang akan terlintas
bayangan mengenai air bersih nan bening yang mengalir diantara batuan besar, dan
banyak ikan-ikan hidup di dalamnya. Namun jika melihat kondisi objektif sungai
yang ada sekarang, bayangan awal itu pun sepertinya akan seketika pupus. Ya, sungai
yang ada sekarang ini sangat jauh berbeda keadaannya jika dibandingkan dengan
sungai-sungai yang ada beberapa puluh tahun ke belakang. Air sungai tidak berwarna
bening lagi, bau sungai yang menyengat dan pemandangan akan sampah-sampah
yang menumpuk di pinggir-pinggir sungai bahkan di dalam sungai bukan menjadi
sesuatu yang aneh lagi. Air sungai yang meluap kala hujan mengguyur yang
menyebabkan beberapa daerah terendam banjir pun banyak menjadi headline news di
beberapa media, dan ini memang sudah seperti sesuatu yang lumrah terjadi. Padahal
kita tahu bahwa alam tak akan mengaum jika tak ada campur tangan non-positif
manusia di dalamnya.
Pencemaran lingkungan sebagian besar disebabkan oleh pola hidup manusia
yang kurang peduli terhadap dampak yang akan terjadi, beda dengan pencemaran
alam atau perubahan iklim yang bisa menyebabkan bencana alam seperti gunung
meletus, longsor ataupun banjir. Dan tidak menutup juga ulah manusia terhadap
pencemaran lingkungan sekitar. Karena kegiatan manusia itulah, pencemaran
lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, yang
dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar
tidak mencemari lingkungan. Pencemaran memang telah terjadi dimana-mana, dan
pencemaran sungai merupakan salah satunya. Dan tentu saja hal ini tidak serta merta
terjadi, melainkan memang ada faktor-faktor yang berkontribusi di dalamnya.
1.2
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sungai
Sungai adalah sistem pengairan air dari mulai mata air sampai ke muara
dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh sungai. Sungai
adalah fitur alami dan integritas ekologis, yang berguna bagi ketahanan hidup.
Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi
yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. sedangkan PP No.
35 Tahun 1991 tentang sungai, Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah
serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan
dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa,
atau ke sungai yang lain. Dengan melalui Sungai merupakan cara yang biasa bagi
air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar
seperti danau. Air dalam Sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti
hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air
sungai juga berasal dari lelehan es / salju.
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke
anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama.
Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri
dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara
sungai.
Air sungai dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan,misalnya
untuk mencuci, memasak, mandi, irigasi pertanian, dan sebagai sumber air minum.
Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk kehidupannya. Selain itu, sungaisungai besar digunakan sebagai sarana transportasi yang menghubungkan wilayah
satu dengan wilayah lainnya. Air sungai juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
tenaga air (PLTA).
Bantaran sungai berbeda dengan sempadan sungai. Bantaran sungai adalah
areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri luapan air sungai. Fungsi
bantaran sungai adalah tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat banjir
(high water channel). Menurut UU No. 35 1991 tentang sungai, menyebutkan
pengertian Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai di
hitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Sehubungan dengan itu
maka pada bantaran sungai di larang membuang sampah dan mendirikan bangunan
untuk hunian.
Sedangkan sempadan sungai adalah wilayah yang harus diberikan kepada
sungai. Sewaktu musim hujan dan debit sungai meningkat, sempadan sungai
berfungsi sebagai daerah parkir air sehingga air bisa meresap ke tanah. Di samping
itu, sempadan sungai merupakan daerah tata air sungai yang padanya terdapat
mekanisme inflow ke sungai dan outflow ke air tanah. Proses inflow outflow tersebut
merupakan proses konservasi hidrolis sungai dan air tanah pada umumnya. Secara
ekologis sempadan sungai merupakan habitat di mana komponen ekologi sungai
berkembang.
Kondisi sungai di Indonesia mengalami berbagai permasalahan diantaranya :
1.
2.
3.
4.
2.3
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum.
Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4.
Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.
Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik dilihat dari
kadar zat pencemarannya maupun waktu kontaknya dengan lingkungan.
2. Pencemaran tingkat kedua
Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada pancaindera dan alat
vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem lainnya.
Indikator Pencemaran
1. Gas Oksigen (O ) atau zat asam; diperlukan untk makhluk hidup yang berada di
udara, daratan maupun di dalam air.
2. Gas lain dalam air (CO , CO, H S): Gas CO terbentuk karena proses pembakaran
bahan-bahan minyak, batu bara dan lain-lain kurang sempurna, gas CO yang
berada di udara dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian, air tidak
terdapat CO, H S terjadi pada proses pembusukan zat-zat organik, penyebab bau
busuk.
2.5
Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia atau mineral terutama oleh zat-zat atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan.
Adapun beberapa indikator bahwa air sungai telah tercemar adalah sebagai berikut:
1. Adanya perubahan suhu air. Air yang panas apabila langsung dibuang ke
lingkungan akan mengganggu kehidupan hewan air dan mikroorganisme lainnya.
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen. Air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai berkisar pH berkisar antara
6,57,5.
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. Air dalam keadaan normal dan bersih
pada umumnya tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih, tetapi
hal itu tidak berlaku mutlak, seringkali zat-zat beracun justru terdapat pada
bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air.
Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah
satu tanda terjadinya pencemaran. Apabila air memiliki rasa berarti telah terjadi
penambahan material pada air dan mengubah konsentrasi ion Hidrogen dan pH
air.
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut. Bahan buangan yang berbentuk
padat, sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air besama
koloidal, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air.
Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan
fotosintesis.
5. Adanya mikroorganisme. Mikroorganisme sangat berperan dalam proses
degradasi bahan buangan dari limbah industri ataupun domestik. Bila bahan
buangan yang harus didegradasi cukup banyak, maka mikroorganisme akan ikut
jawab ke anak sungai Citarum atau ke Citarum secara langsung tanpa pengawasan
dan tindakan dari pihak yang berwenang (pemerintah).
Kondisi Citarum saat ini merupakan potret parahnya pengelolaan air
permukaan di Indonesia. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh 30 Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawabarat pada
tahun 2008 terhadap 35 sungai menunjukkan bahwa pada umumnya status mutu air
sudah tercemar berat.
Walaupun Indonesia memiliki sumber air permukaan sebanyak 6% dari
seluruh sumber air permukaan dunia, dan 21% dari total sumber air di wilayah Asia
Pasifik, namun masalah air bersih menjadi masalah yang terus menghantui
masyarakat di Indonesia. Lebih dari 100 juta warga Indonesia tidak memiliki akses
atas sumber air yang aman, dan lebih dari 70% warga Indonesia mengkonsumsi air
yang terkontaminasi. Penyakit yang diakibatkan konsumsi air yang tidak bersih
seperti diare, kolera, disentri, menjadi penyebab kematian balita kedua terbesar di
Indonesia. Dan setiap tahunnya, 300 dari 1.000 orang Indonesia harus menderita
berbagai penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak bersih dan aman.
2.7 Kualitas Sungai Citarum
Dari pemanfaatan sumber daya air di DAS Citarum terutama sungai Citarum
dan Anak-anak Sungainya yang beragam, telah memberikan dampak terhadap
peruntukan ungai tersebut sehingga tidak sesuai lagi dan menyebabkan terjadinya
pencemaran. Kondisi tersebut dapat dilihat dari beberapa parameter kimiawi dan
biologi yang dipantau pada tahun 2000
1. Parameter Oksigen Terlarut
Salah satu persyaratan untuk sumber air perikanan adalah kadar oksigen
terlarut harus memenuhi angka minimum yaitu 3 mg/l. kondisi tersebut hanya terjadi
di ruas Citarum Hulu atau Wangusagara, di waduk Saguling, waduk Cirata Waduk
Jatiluhur.(Tabel 2.7). Sedangkan di ruas-ruas Sungai Citarum yang lain pada musim
kemarau Oksigen terlarut rata-rata lebih kecil dari 1 mg/l dan pada musim penghujan
lebih kecil dari 2 mg/l.
Oktober
I
21.00
57.00
71.00
69.00
103.00
160.00
151.00
21.00
17.00
Nopember
I
II
15.26
26.25
45.28
84.00
32.59
65.80
25.64
84.40
33.24
42.50
14.32
51.98
65.24
101.67
12.35
27.55
9.58
11.17
10
11
12
13
14
8.78
7.86
9.87
15.67
20.45
9.76
8.53
12.34
20.33
48.95
9.00
5.00
7.00
25.00
20.45
7.80
7.20
10.00
12.00
21.00
6.74
5.43
6.32
16.53
3.54
10.00
10.00
9.00
26.00
49.00
7.86
9.21
12.35
19.58
15.64
8.85
11.65
14.80
29.30
31.20
Oktober
I
37
99
124
119
177
275
260
37
30
17
18
16
45
85
November
II
35.84
42
102.56 152
53.59
133
48.25
194
64.32
67
22.53
115
96.25
187
24.54
35
22.35 19.7
15.26 18.4
16.54 20.8
22.54 26.9
33.25 44.89
25.54 58.3
4. Parameter mikrobiologi
Fecal Coli merupakan indikator adanya pencemaran oleh limbah domestik
termasuk tinja manusia dan peternakan yang dapat menyebabkan penyakit diare.
Untuk itu sumber air baku air minum mempersyaratkan kadar fecal coli di dalam
sumber air baku tidak lebih dari 2000/100 ml. Kadar fecal coli di sungai Citarum
menunjukan rata rata di atas 5000/100 ml dan mencapai 160.000/100 ml. (Tabel-4)
Kondisi tersebut sudah harus menjadi perhatian serius untuk PDAM yang mengolah
air dari S. Citarum dan anaknya.
Tabel 2.4 Kualitas Sungai Citarum Parameter Fecal Coli
2.8
2.9
Penanggulangan
kaleng bekas dapat di daur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang
lainnya.
Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia, sebelum
dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi bahan pencemar
di perairan. Dengan demikian, bahan dari limbah pencemar yang mengandung bahanbahan yang bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem.
Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari keramaian
penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk dari limbah pabrik
dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat.
Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara
mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang
(recycle), mendaur pakai (reuse). Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang
kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia,
yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci,
memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.
Menciptakan tempat pembuangan sampah yang cukup dan memadai. Hal ini
mutlak dilakukan agar sistem pembuangan sampah dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Sampah menjadi kontribusi tertinggi dalam pencemaran air. Jika masalah
sampah dapat segera teratasi maka pencemaran air pun juga akan teratasi dengan
cepat.
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan
dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana. Usaha
pencegahan pencemaran air ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi
melibatkan berbagai faktor sebagai berikut:
1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga
memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah.
2. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah
di perairan.
3. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal ini
untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.
4. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi
dan barulah dibuang di perairan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat. Selain untuk
pertanian, air Sungai Citarum juga digunakan untuk berbagai keperluan industri.
Sayangnya, industri ini pula yang jadi salah satu penyebab tercemarnya sungai
Citarum. Tak heran Citarum menyandang sebagai sungai paling tercemar di dunia.
Penanggulanggan terhadap pencemaran air sungai bisa dilakukan dengan konservasi
sumber daya air, merelokasi rumah-rumah penduduk dibantaran sungai serta
penyadaran diri masing-masing untuk tidak mencemari sungai. Melalui cara-cara
tersebut, diharapkan dampak yang ditimbulkan dari sungai yang tercemar dapat
teratasi. Peran Sungai Citarum sebagai sungai utama pada DAS Citarum mempunyai
arti yang sangat penting pada saat ini maupun masa yang akan datang. Pemanfaatanya
tidak saja bagi kepentingan masyarakat Jawa Barat dan kepentingan nasional.
Kualitas dan kualitas Sungai Citarum pada saat ini sudah sangat menghawatirkan,
penanganan secara berkelanjutan yang melibbatkan semua stake holders yang iawali
dengan participatory planning dengan kesepakatan-kesepakatan antara stake holders,
ditindaklanjuti dengan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaannya. Untuk ini
informasi, komunikasi antara pemerintah , masyarakat dan dunia usaha perlu dijalani
dengan baik, penguatan sistem pengawasan dan penegakan hukum perlu ditingkatkan
dan pelaksanaanya harus dilakukan secara konsisten. Pola insentif fan insentif sebagai
instrumen ekonomi lingkungan, dimana harus dikembalikan lagi peruntukannya
untuk pengelolaan lingkungan. Apabila instrumen-instrumen tersebut dapat
dilaksanakan dengan konsisten maka dengan mudah perubahan paradigma
pengelolaan DAS dari one river, one plan menjadi one river, one plan, one
management menjadi kenyataan dan itulah pengelolaan DAS yang berkelanjutan.
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Armansyah, Wawang.2015. ,
http://www.belajarbagus.com/2015/02/pengertianpencemaran-lingkungan.html?m=1. Diakses Pada tanggal 10 Maret 2016.
Ahira, Anne. 2013. Cara Efektif Mengatasi Pencemaran Air. http://www.anneahira.com/caramengatasi-pencemaran-air.htm. Diakses tanggal 28 Maret 2013
Anonim.
2009.
http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/polusi-pencemaranlingkungan.html?m
%3D1&ei=u3FZJmB7&lc=idID&s=1&m=946&host=www.google.co.id&ts=
1457599944&sig=ALL1Aj6kg2QhBrHFdDqVX97eE0MT1l582w. Diakses
Pada tanggal 10 Maret 2016
Anonim. 2011. Definisi, Permasalahan dan Karakteristik Sungai di Indonesia.
http://tanjungpanduwijayan2011.blogspot.com/2011/04/definisi
permasalahan-dan-karakteristik.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Anonim. 2012. Pencemaran Sungai (Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara
Mengatasinya). http://weblogask.blogspot.com/2012/05/pencemaran-sungaipengertian-penyebab.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Anonim.
2014.
http://www.softilmu.com/2014/07/pengertian-dan-jenis-jenissungai.html?m=1. Diakses pada tanggal 10 Maret 2016.
Elz. 2012. Potensi Sungai Citarum terhadap Banjir di Bandung Selatan.
http://www.iPotensi Sungai Citarum Terhadap Banjir di Bandung Selatan.
Indosiar.com/ragam/potensi-sungai-citarum-terhadap-banjir-di-bandungselatan_21394.html, Diakses tanggal 28 Maret 2013
Inggriani,
Andewi.
2013.
Penanggulangan
Pencemaran
http://uphilunyue.blogspot.com/2013/03/penanggulangan-pencemaranair.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Air.
Minamini. 2010. Masalah Pencemaran Air. http://minamini.wordpress.com/tag/solusimasalah-pencemaran-air/. Diakses tanggal 28 Maret 2013
Prabowo,
Agung.
2013.
http://hanyasipemimpi.blogspot.co.id/2013/11/vbehaviorurldefaultvmlo_13.html?m=1. Diakses Tanggal 10 Maret 2016
Wibawa, Dicka. 2012.
http://dicka-wibawa.blogspot.co.id/2012/03/pengertianlimbah-pertanian.html?m=1. Diakses Tanggal 10 Maret 2016
Zuhra,
Fatimah.
2010.
Ciri-ciri
Air
Tercemar.
http://cupacupa91.blogspot.com/2010/03/ciri-ciri-air-tercemar.html. Diakses
tanggal 27 Maret 2013
Anonim.2013. http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/toxics/Air/citarum/ .
Diakses Tanggal 10 Maret 2016
http://uzi-agustin.blogspot.co.id/2013/10/laporan-observasi-identifikasi-sungai.html?
m=1