Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT yang memiliki sifat
Rahman dan Rahim. Dan dengan ridho serta hidayah nya yang menyertai
usaha-usaha hambanya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat
pada waktunya.
Adapun penyusunan makalah ini yang berjudul Pengelolaan Kualitas
Lingkungan Perairan di Sungai Citarum untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pengelolaan Kualitas Lingkungan. Dalam menyusun makalah, tentunya
banyak kekurangan-kekurangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membantu agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Banjarbaru, 10 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI...
BAB I

ii

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....

1.2 Tujuan Penulisan...

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan .....................

2.2 Pengertian Sungai.......................................................

2.3 Pencemar Air/ Sungai.........

2.4 Indikator Pencemar


2.5 Ciri-ciri dan Dampak Pencemaran
2.6 Keadaan Lingkungan Sekitar Sungai Citarum
2.7 Kualitas Sungai Citarum
2.8 Faktor Penyebab Pencemaran Sungai
2.9 Penanggulangan
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

12

3.2 Saran..

12

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum

II di Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi
krisis air di beberapa negara. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara kaya air namun
krisis air diperkirakan juga akan terjadi, sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan air
yang tercermin dari tingkat pencemaran air yang tinggi, pemakaian air yang tidak
efisien, fluktuasi debit air sungai yang sangat besar, kelembagaan yang masih lemah
dan peraturan perundang-undangan yang tidak memadai. Ketersediaan air di
Indonesia mencapai sekitar 15.000 meter kubik per kapita per tahun --masih di atas
rata-rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per tahun-- namun jika
ditinjau ketersediaannya per pulau akan sangat lain dan bervariasi. Pulau Jawa yang
luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya
mempunyai empat setengah persen dari total potensi air tawar nasional, namun pulau
ini dihuni oleh sekitar 65 persen total penduduk Indonesia. Kondisi ini
menggambarkan potensi kelangkaan air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat
ketersediaan air per kapita per tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia sekitar 1.750
meter kubik per kapita per tahun, masih di bawah standar kecukupan yaitu 2000
meter kubik per kapita per tahun.
Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya
akan tersedia sebesar 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Apabila fenomena ini
terus berlanjut maka akan terjadi keterbatasan pengembangan dan pelaksanaan
pembangunan di daerah-daerah tersebut karena daya dukung sumberdaya air yang
telah terlampaui. Potensi krisis air ini juga dikhawatirkan terjadi di Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan .
Masalah air di Indonesia ditandai juga dengan kondisi lingkungan yang makin
tidak kondusif sehingga makin mempercepat kelangkaan air. Kerusakan lingkungan
antara lain disebabkan oleh terjadinya degradasi daya dukung daerah aliran sungai
(DAS) hulu akibat kerusakan hutan yang tak terkendali sehingga luas lahan kritis

sudah mencapai 18,5 juta hektar. Di samping itu jumlah DAS kritis yang berjumlah
22 buah pada tahun 1984 telah meningkat menjadi 59 buah pada tahun 1998.
Berbicara mengenai sungai, maka mungkin bagi sebagian orang akan terlintas
bayangan mengenai air bersih nan bening yang mengalir diantara batuan besar, dan
banyak ikan-ikan hidup di dalamnya. Namun jika melihat kondisi objektif sungai
yang ada sekarang, bayangan awal itu pun sepertinya akan seketika pupus. Ya, sungai
yang ada sekarang ini sangat jauh berbeda keadaannya jika dibandingkan dengan
sungai-sungai yang ada beberapa puluh tahun ke belakang. Air sungai tidak berwarna
bening lagi, bau sungai yang menyengat dan pemandangan akan sampah-sampah
yang menumpuk di pinggir-pinggir sungai bahkan di dalam sungai bukan menjadi
sesuatu yang aneh lagi. Air sungai yang meluap kala hujan mengguyur yang
menyebabkan beberapa daerah terendam banjir pun banyak menjadi headline news di
beberapa media, dan ini memang sudah seperti sesuatu yang lumrah terjadi. Padahal
kita tahu bahwa alam tak akan mengaum jika tak ada campur tangan non-positif
manusia di dalamnya.
Pencemaran lingkungan sebagian besar disebabkan oleh pola hidup manusia
yang kurang peduli terhadap dampak yang akan terjadi, beda dengan pencemaran
alam atau perubahan iklim yang bisa menyebabkan bencana alam seperti gunung
meletus, longsor ataupun banjir. Dan tidak menutup juga ulah manusia terhadap
pencemaran lingkungan sekitar. Karena kegiatan manusia itulah, pencemaran
lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, yang
dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar
tidak mencemari lingkungan. Pencemaran memang telah terjadi dimana-mana, dan
pencemaran sungai merupakan salah satunya. Dan tentu saja hal ini tidak serta merta
terjadi, melainkan memang ada faktor-faktor yang berkontribusi di dalamnya.

1.2

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi pencemaran lingkungan yang terjadi


di sekitar anak sungai Cidurian dan sungai Citarum serta mencari solusi agar
pencemaran yang terjadi setidaknya sedikit berkurang.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan atau polusi adalah proses masuknya polutan ke dalam


suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut. Menurut
Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 tahun 1982,
pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Pengertian pencemaran lingkungan menurut SK menteri lingkungan hidup
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen
lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh
kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air atau udara menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Peristiwa penyebaran
bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada
daur materi baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu
keseimbangan. Penjelasan tersebut merupakan pengertian pencemaran lingkungan
ditinjau dari segi ilmu kimia lingkungan.
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun
disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan
biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat
dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti
terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan
adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari
lingkngan.
Polutan adalah suatu zat atau bahan yang kadarnya melebihi ambang batas
serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, sehingga merupakan bahan
pencemar lingkungan, misalnya: bahan kimia, debu, panas dan suara. Polutan tersebut
dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
dan akhirnya malah merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Bagaimana sifat-sifat polutan:


1. Merusak untuk sementara dan setelah bereaksi dengan lingkungan, zatnya tidak
merusak lagi.
2. Merusak setelah jangka waktu tertentu, misalnya DDT dan Pb.
Dalam kadar yang rendah, DDT dan Pb tidak mematikan manusia. Namun,
apabila zat ini tertimbun dalam lemak dengan jumlah yang melebihi batas normal
akan menimbulkan kerusakan jaringan.Berdasarkan lingkungan yang terkena polutan
(tempat terjadinya), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu:
1. Pencemaran air
2. Pencemaran tanah
3. Pencemaran udara
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan.
Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan
kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033%
di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat
memberikan efek merusak.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup
mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya
terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses
alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan
atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi
sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Manusia adalah merupakan
satu-satunya komponen lingkungan hidup biotik yang mempunyai kemampuan untuk
dengan sengaja merubah keadaan lingkungan hidup. Dalam usaha merubah
lingkungan hidupnya ini dengan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat
merubah keadaan lingkungan yang tercemar akibat berbuatannya ini menjadi keadaan
lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi terjadinya
pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mencegah terjadinya
pencemaran.
Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah
peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah
keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya
sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini perlu

mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena pencemaran


lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan kesehatan bahkan
dapat berakibat terhadap jiwa manusia.
2.2

Pengertian Sungai

Sungai adalah sistem pengairan air dari mulai mata air sampai ke muara
dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh sungai. Sungai
adalah fitur alami dan integritas ekologis, yang berguna bagi ketahanan hidup.
Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi
yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. sedangkan PP No.
35 Tahun 1991 tentang sungai, Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah
serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan
dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa,
atau ke sungai yang lain. Dengan melalui Sungai merupakan cara yang biasa bagi
air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar
seperti danau. Air dalam Sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti
hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air
sungai juga berasal dari lelehan es / salju.
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke
anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama.
Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri
dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara
sungai.
Air sungai dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan,misalnya
untuk mencuci, memasak, mandi, irigasi pertanian, dan sebagai sumber air minum.
Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk kehidupannya. Selain itu, sungaisungai besar digunakan sebagai sarana transportasi yang menghubungkan wilayah
satu dengan wilayah lainnya. Air sungai juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
tenaga air (PLTA).
Bantaran sungai berbeda dengan sempadan sungai. Bantaran sungai adalah
areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri luapan air sungai. Fungsi
bantaran sungai adalah tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat banjir
(high water channel). Menurut UU No. 35 1991 tentang sungai, menyebutkan

pengertian Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai di
hitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Sehubungan dengan itu
maka pada bantaran sungai di larang membuang sampah dan mendirikan bangunan
untuk hunian.
Sedangkan sempadan sungai adalah wilayah yang harus diberikan kepada
sungai. Sewaktu musim hujan dan debit sungai meningkat, sempadan sungai
berfungsi sebagai daerah parkir air sehingga air bisa meresap ke tanah. Di samping
itu, sempadan sungai merupakan daerah tata air sungai yang padanya terdapat
mekanisme inflow ke sungai dan outflow ke air tanah. Proses inflow outflow tersebut
merupakan proses konservasi hidrolis sungai dan air tanah pada umumnya. Secara
ekologis sempadan sungai merupakan habitat di mana komponen ekologi sungai
berkembang.
Kondisi sungai di Indonesia mengalami berbagai permasalahan diantaranya :
1.
2.
3.
4.

2.3

Pendangkalan sungai yang disebabkan endapan lumpur akibat erosi.


Sempadan sungai menyempit karena tumbuh permikiman liar di sekitar bantaran
sungai.
Rusaknya fungsi sempadan karena dikonversi untuk lahan pertanian,
perkebunan, dan perumahan.
Semakin berkembangnya permukiman di sepanjang bantaran sungai, sehingga
lingkungan rusak dan kotor.
Pencemaran Air/ Sungai

Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air


sehingga air tersebut tidak dapat di gunakan untuk tujuan penggunaannya.Yang
dimaksud dengan air tercemar air adalah air yang telah di masuki makhluk hidup
(mikro organisme), zat atau energi akibat kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebababkan air tidak berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Berdasarkan peruntukannya, air (tidak termasuk air laut) di
bagi empat golongan, yaitu:
1.
2.
3.

Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum.
Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.

4.

Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.

Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan


timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi
maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan eksistensi manusia, dan aktivitas
manusia serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran disebut bahan
pencemar atau polutan.
Faktor-faktor yang menentukan pencemaran :
1. Jumlah penduduk;
2. Jumlah sumberdaya alam yang digunakan oleh setiap individu;
3. Jumlah polutan yang dikeluarkan oleh setiap jenis sumberdaya alam;
4. Teknologi yang digunakan.
Pencemaran merupakan sebuah siklus yang selalu berputar dan saling
mempengaruhi satu dengan lainnya. Pada hakikatnya antara aktivitas manusia dan
timbulnya pencemaran terdapat hubungan melingkar berbentuk siklus. Agar dapat
hidup dengan baik manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia mengembangkan teknologi. Akibat sampingan dari
pengembangan teknologi adalah bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini merupakan stimulus agar
manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Tiap pencemaran mempunyai derajat pencemaran atau tahap pencemaran
yang berbeda didasarkan pada :
1. Konsentrasi zat pencemar
2. Waktu tercemarnya
3. Lamanya kontak antara bahan pencemar dengan lingkungan.
Menurut WHO, ditetapkan empat tahapan pencemaran :
1.

Pencemaran tingkat pertama

Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik dilihat dari
kadar zat pencemarannya maupun waktu kontaknya dengan lingkungan.
2. Pencemaran tingkat kedua
Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada pancaindera dan alat
vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem lainnya.

3. Pencemaran tingkat ketiga


Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan
menyebabkan sakit yang kronis.
4.

Pencemaran tingkat keempat

Pencemaran yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian dalam


lingkungan karena kadar zat pencemar terlalu tinggi. Untuk mencegah terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas
manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan
menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang
diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pencemaran Air, disebabkan oleh :
1. Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.
Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian
dimakan hewan atau manusia, orang yang memakannya akan mati. Untuk
mencegahnya, upayakan memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus
membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable (dapat terurai secara biologi)
dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obat ke
sungai. Pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air
(eutrofikasi), karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur
(blooming). Hal ini akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme
dalam air, karena oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air
terhalang dan tidak dapat masuk ke dalam air, sehingga kadar oksigen dan sinar
matahari berkurang.
Limbah pertanian terbagi atas dua kelompok yaitu :
a. limbah pertanian pra-panen
limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi yang terkumpul
sebelum atau sementara hasil utamanya diambil. Sebagai contoh daun, ranting,
atau daun yang gugur sengaja atau tidak biasanya dikumpulkan sebagai sampah
dan ditangani umumnya hanya dibakar saja.

b. Limbah pertanian panen


Limbah pertanian saat panen cukup banyak berlimpah. Golongan tanaman
serealia misalnya yang populer di Indonesia antara lain batang atau jerami saat
panen padi, jagung, dan mungkin sorgum.
Limbah industri pertanian adalah buangan dari pabrik/industri pengolahan
hasil pertanian. Seperti industri-industri lainnya justru limbah ini yang banyak
menimbulkan polusi lingkungan kalau tidak ditangani secara baik. Jenis industri ini
juga cukup banyak. Untuk memudahkan penanganannya limbah industri pertanian ini
bisa dikelompokkan berdasarkan komponen bahan bakunya, apakah limbah
karbohidrat, protein atau lemak demikian juga bias dikelompokkan berdasarkan
fasanya yang terbesar apakah cairan atau padatan. Untuk penanganannya, lim bah cair
biasanya dikelompokkan lagi berdasarkan BOD (Biological Oxygen Demand)-nya.
2. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga berupa berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan,
nasi, minyak, lemak, air buangan manusia), atau bahan anorganik misalnya plastik,
alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah yang tertimbun
menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir. Pencemar lain bisa berupa
pencemar biologi seperti bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut
dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan, akibatnya kadar oksigen
dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik
meningkat, akan ditemukan cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol.
Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya limbah organik dari
limbah pemukiman.
3. Limbah Industri
Limbah industri berupa polutan organik yang berbau busuk, polutan anorganik
yang berbuih dan berwarna, polutan yang mengandung asam belerang berbau busuk,
dan polutan berupa cairan panas. Kebocoran tanker minyak dapat menyebabkan
minyak menggenangi lautan sampai jarak ratusan kilometer. Tumpahan minyak
mengancam kehidupan ikan, terumbu karang, burung laut, dan organisme laut lainnya
untuk mengatasinya, genangan minyak dibatasi dengan pipa mengapung agar tidak
tersebar, kemudian ditaburi dengan zat yang dapat menguraikan minyak.

4. Penangkapan Ikan Menggunakan racun


Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari
tumbuhan), potas (racun kimia), atau aliran listrik untuk menangkap ikan. Akibatnya,
yang mati tidak hanya ikan tangkapan melainkan juga biota air lainnya.
(http://minamini.wordpress.com/tag/solusi-masalah-pencemaran-air/.)
2.4

Indikator Pencemaran

Untuk memantau pencemaran air sungai digunakan kombinasi parameter


fisika, kimia dan biologi. Tapi yang sering digunakan hanya parameter fisika seperti
temperatur, warna, bau, rasa dan kekeruhan air, ataupun parameter kimia seperti
partikel terlarut, kebutuhan oksigen biokimia (BOD), partikel tersuspensi (SS),
amonia (NH3). Bahan-bahan polutan bagi pencemaran air dalam bentuk pencemar
fisika, kimiawi dan biologis dibagi menjadi 8 kelompok yaitu:
1. Agen penyebab penyakit (bakteri, virus, protozoa, parasit).
2. Limbah penghabis oksida (limbah rumah tangga, kotoran hewan dan manusia,
bahan organik dan sebagainya).
3. Bahan kimia yang larut dalam air (asam, garam, logam beracun dan senyawa lain).
4. Pupuk anorganik (garam nitrat dan fosfat yang terlarut).\
5. Bahan kimia organik (minyak, bensin, plastik, pestisida).
6. Bahan sedimen atau suspensi (partikel tanah, pasir dan bahan anorganik lain yang
melayang dalam air).
7. Bahan-bahan radioaktif
8. Panas
Zat-zat organik akan mengalami pembusukan menghasilkan senyawasenyawa lain yang beracun, menurunkan kadar oksigen terlarut, meningkatkan suhu
dan menurunkan keasaman (PH), warna air akan berubah menjadi coklat kehitaman
dan apabila oksigen benar-benar habis akan mengeluarkan bau busuk yang
menyengat. Benda-benda yang dapat menyebabkan turun atau rusaknya kualitas air
berasal dari benda-benda yang berbentuk gas adalah sebagai berikut:

1. Gas Oksigen (O ) atau zat asam; diperlukan untk makhluk hidup yang berada di
udara, daratan maupun di dalam air.
2. Gas lain dalam air (CO , CO, H S): Gas CO terbentuk karena proses pembakaran
bahan-bahan minyak, batu bara dan lain-lain kurang sempurna, gas CO yang
berada di udara dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian, air tidak
terdapat CO, H S terjadi pada proses pembusukan zat-zat organik, penyebab bau
busuk.
2.5

Ciri-ciri dan Dampak Pencemaran

Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia atau mineral terutama oleh zat-zat atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan.
Adapun beberapa indikator bahwa air sungai telah tercemar adalah sebagai berikut:
1. Adanya perubahan suhu air. Air yang panas apabila langsung dibuang ke
lingkungan akan mengganggu kehidupan hewan air dan mikroorganisme lainnya.
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen. Air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai berkisar pH berkisar antara
6,57,5.
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. Air dalam keadaan normal dan bersih
pada umumnya tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih, tetapi
hal itu tidak berlaku mutlak, seringkali zat-zat beracun justru terdapat pada
bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air.
Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah
satu tanda terjadinya pencemaran. Apabila air memiliki rasa berarti telah terjadi
penambahan material pada air dan mengubah konsentrasi ion Hidrogen dan pH
air.
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut. Bahan buangan yang berbentuk
padat, sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air besama
koloidal, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air.
Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan
fotosintesis.
5. Adanya mikroorganisme. Mikroorganisme sangat berperan dalam proses
degradasi bahan buangan dari limbah industri ataupun domestik. Bila bahan
buangan yang harus didegradasi cukup banyak, maka mikroorganisme akan ikut

berkembangbiak. Pada perkembangbiakan mikroorganisme ini tidak tertutup


kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembangbiak pula.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Zat radioaktif dari berbagai
kegiatan dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak
ditangani dengan benar, baik efek langsung maupun efek tertunda.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.6

Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen.


Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi).
Pendangkalan dasar perairan.
Punahnya biota air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga air.
Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah.
Menjalarnya wabah muntaber.
Keadaan Lingkungan Sekitar Sungai Citarum

Sungai citarum mengalir dari hulunya di Gunung wayang selatan kota


Bandung mengalir ke utara dan bermuara di laut jawa. Citarum mengaliri 12 wilayah
administrasi kabupaten/kota. Citarum menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28
Juta masyarakat, Sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di
Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Dengan panjang sekitar 269
km mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Citarum merupakan
sumber dari denyut nadi perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross Domestic
Product) dengan hamparan industri yang berada di sepanjang sungai Citarum.
Citarum sungai terpanjang dan terbesar di propinsi Jawa barat. Dan sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya. Pemanfaatan sungai Citarum
sangat bervariasi dari hulu hingga hilir dari yang memenehui kebutuhan rumah
tangga, irigasi, pertanian, peternakan dan Industri. Dengan perkembangan industri di
Sepanjang DAS citarum dan tidak terkelolanya limbah industri merupakan salah satu
penyebab pencemaran sungai.
Ironisnya, berkebalikan dengan nilai historis dan signifikansi Citarum bagi
bangsa Indonesia, saat ini Citarum sedang mengalami krisis. Air yang mengalir
melalui Citarum telah tercemari oleh berbagai limbah, yang paling berbahaya adalah
limbah kimia beracun dan berbahaya dari industri. Saat ini di daerah hulu Citarum,
sekitar 500 pabrik berdiri dan hanya sekitar 20% saja yang mengolah limbah mereka,
sementara sisanya membuang langsung limbah mereka secara tidak bertanggung

jawab ke anak sungai Citarum atau ke Citarum secara langsung tanpa pengawasan
dan tindakan dari pihak yang berwenang (pemerintah).
Kondisi Citarum saat ini merupakan potret parahnya pengelolaan air
permukaan di Indonesia. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh 30 Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawabarat pada
tahun 2008 terhadap 35 sungai menunjukkan bahwa pada umumnya status mutu air
sudah tercemar berat.
Walaupun Indonesia memiliki sumber air permukaan sebanyak 6% dari
seluruh sumber air permukaan dunia, dan 21% dari total sumber air di wilayah Asia
Pasifik, namun masalah air bersih menjadi masalah yang terus menghantui
masyarakat di Indonesia. Lebih dari 100 juta warga Indonesia tidak memiliki akses
atas sumber air yang aman, dan lebih dari 70% warga Indonesia mengkonsumsi air
yang terkontaminasi. Penyakit yang diakibatkan konsumsi air yang tidak bersih
seperti diare, kolera, disentri, menjadi penyebab kematian balita kedua terbesar di
Indonesia. Dan setiap tahunnya, 300 dari 1.000 orang Indonesia harus menderita
berbagai penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak bersih dan aman.
2.7 Kualitas Sungai Citarum
Dari pemanfaatan sumber daya air di DAS Citarum terutama sungai Citarum
dan Anak-anak Sungainya yang beragam, telah memberikan dampak terhadap
peruntukan ungai tersebut sehingga tidak sesuai lagi dan menyebabkan terjadinya
pencemaran. Kondisi tersebut dapat dilihat dari beberapa parameter kimiawi dan
biologi yang dipantau pada tahun 2000
1. Parameter Oksigen Terlarut
Salah satu persyaratan untuk sumber air perikanan adalah kadar oksigen
terlarut harus memenuhi angka minimum yaitu 3 mg/l. kondisi tersebut hanya terjadi
di ruas Citarum Hulu atau Wangusagara, di waduk Saguling, waduk Cirata Waduk
Jatiluhur.(Tabel 2.7). Sedangkan di ruas-ruas Sungai Citarum yang lain pada musim
kemarau Oksigen terlarut rata-rata lebih kecil dari 1 mg/l dan pada musim penghujan
lebih kecil dari 2 mg/l.

Table 2.1. Kualitas Sungai Citarum Pareamter Oksigen Terlarut.

2. Parameter Biological Oxygen Demand (BOD)


Di seluruh ruas sungai Citarum, waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur sudah
tidak memenuhi syarat sebagai sumber air baku air minum atau golongan B karena
konsentrasinya di atas 6 mg/l. hal tersebut akan menaikan biaya pengolahan air baku
menjadi air minum, dimana masyarakat umum harus membayar akibat pencemaran di
sungai tersebut (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Kualitas Sungai Citarum Parameter BOD
No
Titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kadar BOD Musim Kemarau


(mg/I)
Juli
Agustus
I
II
I
II
12.75 10.13 0.46
11.00
48.98 52.68 51.00
37.00
43.87 49.01 46.00
38.00
40.82 48.32 32.00
43.00
45.87 51.35 98.00
60.00
50.86 54.15 93.00
62.00
45.87 50.24 65.00
55.00
21.43 25.37 11.00
19.00
12.43 12.48 12.00
11.00

Kadar DO Musim Penghujan (mg/I)


September
I
25.51
188.37
51.84
42.99
61.76
66.19
38.96
11.65
9.63

Oktober
I
21.00
57.00
71.00
69.00
103.00
160.00
151.00
21.00
17.00

Nopember
I
II
15.26
26.25
45.28
84.00
32.59
65.80
25.64
84.40
33.24
42.50
14.32
51.98
65.24
101.67
12.35
27.55
9.58
11.17

10
11
12
13
14

8.78
7.86
9.87
15.67
20.45

9.76
8.53
12.34
20.33
48.95

9.00
5.00
7.00
25.00
20.45

7.80
7.20
10.00
12.00
21.00

6.74
5.43
6.32
16.53
3.54

10.00
10.00
9.00
26.00
49.00

7.86
9.21
12.35
19.58
15.64

8.85
11.65
14.80
29.30
31.20

3. Parameter Chemical Oxygen Demand (COD)


Kadar COD Minimum di ruas ruas Sungai Citarum mencapai 14 mg/l dan
maksimum 120,76 mg/l pada musim kemarau dan pada musim penghujan minimum
12 mg/l dan maksimum 290 mg/l. Sedangkan di waduk waduk konsentrasi
minimum COD di musim kemarau 14,67 mg/l dan maksimum 43,56 mg/l dan musim
penghujan minimum 15 mg/l dan maksimum 43,0 mg/l. Kondisi Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 82-91 88tersebut tidak terpenuhi persyaratan air
sebagai air baku minum (golongan B) yang mempersyaratkan COD lebih kecil dari
10 mg/l. (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Kualitas Sungai Citarum Parameter COD
No.
titik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kadar COD Musim Kemarau


(mg/I)
Juli
Agustus
I
II
I
II
21.56
19.57
1.2
25
87.56
103.23 107.00 85
80.98
99.56
96.00
87
76.89
88.67
67.00
99
90.93
104.34 205.00 137
98.76
120.76 194.00 142
87.43
104.87 136.00 109
30.45
43.56
24.00
43
21.34
17.89
26.00
24
14.67
15.76
24.00
17
13.56
13.84
14.00
16
17.87
20.43
19.00
22
32.43
34.67
44.00
27
36.78
76.73
38.00
48

Kadar COD Musim Penghujan (mg/I)


September
I
45.3
290
117
97
139
149
88
27
22
15
12
17
38
8

Oktober
I
37
99
124
119
177
275
260
37
30
17
18
16
45
85

November
II
35.84
42
102.56 152
53.59
133
48.25
194
64.32
67
22.53
115
96.25
187
24.54
35
22.35 19.7
15.26 18.4
16.54 20.8
22.54 26.9
33.25 44.89
25.54 58.3

4. Parameter mikrobiologi
Fecal Coli merupakan indikator adanya pencemaran oleh limbah domestik
termasuk tinja manusia dan peternakan yang dapat menyebabkan penyakit diare.
Untuk itu sumber air baku air minum mempersyaratkan kadar fecal coli di dalam
sumber air baku tidak lebih dari 2000/100 ml. Kadar fecal coli di sungai Citarum
menunjukan rata rata di atas 5000/100 ml dan mencapai 160.000/100 ml. (Tabel-4)
Kondisi tersebut sudah harus menjadi perhatian serius untuk PDAM yang mengolah
air dari S. Citarum dan anaknya.
Tabel 2.4 Kualitas Sungai Citarum Parameter Fecal Coli

2.8

Faktor Penyebab Pencemaran Sungai

Faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di sungai Citarum ini


lebih dominan dari limbah pabrik yang memberi sumbangsih negatif terhadap kondisi
sungai Citarum. Pabrik-pabrik yang ikut menyumbang limbah ke sungai citarum
diantaranya pabrik yang terdapat di daerah Majalaya, Dayeuhkolot, Baleendah,
Banjaran, Rancaekek, dan lain-lain. Selain limbah dari pabrik dan limbah rumah
tangga, sumbangan limbah pun datang dari anak sungai Citarum itu sendiri, dimana
salah satunya adalah sungai Cidurian.

2.9

Penanggulangan

Ada beberapa solusi yang dapat dijadikan pertimbangan agar pencemaran


sungai yang terjadi sekarang ini setidaknya dapat sedikit berkurang, diantaranya yaitu
dengan pemerintah melakukan konservasi sumber daya air, sebagaimana yang tertulis
pada Undang-Undang Sumber Daya Air. Dalam Undang-Undang Sumber Daya Air,
dijelaskan bahwa konservasi sumber daya air salah satunya dapat dilakukan melalui
kegiatan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang dilakukan
dengan cara mengelola air sungai yang baik dan benar (Undang-Undang Sumber
Daya Air 2004). Pengendalian pencemaran tersebut dilakukan dengan mencegah
masuknya benda-benda yang dapat mencemarkan sumber air terutama sungai. Tujuan
dari pengelolaan dan pengendalian pencemaran air ialah mempertahankan serta
mengembalikan kualitas air sehingga menjadi lebih baik (Undang-Undang Sumber
Daya Air 2004).
Beberapa cara lain juga dapat dilakukan untuk mencegah masuknya bendabenda yang dapat mencemarkan sungai. Untuk pabrik-pabrik besar, biasanya
digunakan kolam indikator untuk mengetes apakah limbah yang akan dibuang ke
sungai mengandung zat kimia berbahaya atau tidak. Di dalam kolam indikator
tersebut dimasukkan ikan mas, yang nantinya akan bereaksi terhadap air yang
tercemar atau tidak. Ikan mas merupakan ikan yang cukup peka dan mudah stress bila
berada di lingkungan yang tidak baik. Dengan adanya ikan mas, dapat diketahui
dengan mudah apakah limbah yang dibuang berbahaya atau tidak.
Masuknya benda-benda yang mencemarkan sungai ini biasanya juga
disebabkan oleh adanya pemukiman di bantaran sungai. Pemerintah kota diharapkan
dapat melakukan relokasi terhadap pemukiman ini, sehingga bantaran sungai dapat
steril dari pemukiman warga. Selain melakukan relokasi, pemerintah juga diharapkan
melakukan kegiatan pembersihan sungai dari sampah secara rutin. Sampah yang
mengendap di sungai tentunya akan mengurangi kualitas air sungai.
Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu
bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran
lingkungan, diantaranya dengan membuang sampah pada tempatnya. Membuang
sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran airnya terhambat. Akibatnya,
samapah akan menumpuk dan membusuk. Sampah yang membusuk selain
menimbulkan bau tidak sedap juga akan menjadi tempat berkembang biak berbagai
jenis penyakit. Selain itu, bisa meyebabkan banjir pada musim hujan. Salah satu cara
untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah tangga adalah dengan
memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampah-sampah tersebut dipisahkan
antara sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, sampah organik ditimbun di
dalam tanah sehingga menjadi kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan

kaleng bekas dapat di daur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang
lainnya.
Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia, sebelum
dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi bahan pencemar
di perairan. Dengan demikian, bahan dari limbah pencemar yang mengandung bahanbahan yang bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem.
Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari keramaian
penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk dari limbah pabrik
dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat.
Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara
mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang
(recycle), mendaur pakai (reuse). Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang
kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia,
yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci,
memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.
Menciptakan tempat pembuangan sampah yang cukup dan memadai. Hal ini
mutlak dilakukan agar sistem pembuangan sampah dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Sampah menjadi kontribusi tertinggi dalam pencemaran air. Jika masalah
sampah dapat segera teratasi maka pencemaran air pun juga akan teratasi dengan
cepat.
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan
dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana. Usaha
pencegahan pencemaran air ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi
melibatkan berbagai faktor sebagai berikut:
1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga
memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah.
2. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah
di perairan.
3. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal ini
untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.
4. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi
dan barulah dibuang di perairan.

5. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan


menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan
umum.
6. Semua ketentuan di atas bila tidak dapat dipenuhi dapat dikenakan sanksi.
Segala upaya dapat saja dilakukan oleh pemerintah, namun cara mencegah
pencemaran sungai yang paling utama ialah dari dalam diri sendiri. Seseorang
seyogyanya sadar untuk tidak mencemari sungai, terutama dengan sampah. Sebagai
warga masyarakat, kita harus sadar akan lingkungan. Kita harus membiasakan diri
untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama membuang sampah ke sungai.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1

Kesimpulan
Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat. Selain untuk

pertanian, air Sungai Citarum juga digunakan untuk berbagai keperluan industri.
Sayangnya, industri ini pula yang jadi salah satu penyebab tercemarnya sungai
Citarum. Tak heran Citarum menyandang sebagai sungai paling tercemar di dunia.
Penanggulanggan terhadap pencemaran air sungai bisa dilakukan dengan konservasi
sumber daya air, merelokasi rumah-rumah penduduk dibantaran sungai serta
penyadaran diri masing-masing untuk tidak mencemari sungai. Melalui cara-cara
tersebut, diharapkan dampak yang ditimbulkan dari sungai yang tercemar dapat
teratasi. Peran Sungai Citarum sebagai sungai utama pada DAS Citarum mempunyai
arti yang sangat penting pada saat ini maupun masa yang akan datang. Pemanfaatanya
tidak saja bagi kepentingan masyarakat Jawa Barat dan kepentingan nasional.
Kualitas dan kualitas Sungai Citarum pada saat ini sudah sangat menghawatirkan,
penanganan secara berkelanjutan yang melibbatkan semua stake holders yang iawali
dengan participatory planning dengan kesepakatan-kesepakatan antara stake holders,
ditindaklanjuti dengan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaannya. Untuk ini
informasi, komunikasi antara pemerintah , masyarakat dan dunia usaha perlu dijalani
dengan baik, penguatan sistem pengawasan dan penegakan hukum perlu ditingkatkan
dan pelaksanaanya harus dilakukan secara konsisten. Pola insentif fan insentif sebagai
instrumen ekonomi lingkungan, dimana harus dikembalikan lagi peruntukannya
untuk pengelolaan lingkungan. Apabila instrumen-instrumen tersebut dapat
dilaksanakan dengan konsisten maka dengan mudah perubahan paradigma
pengelolaan DAS dari one river, one plan menjadi one river, one plan, one
management menjadi kenyataan dan itulah pengelolaan DAS yang berkelanjutan.

3.2

Saran

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, saran penyusun kepada


pemerintah agar lebih tanggap dalam menyikapi masalah pencemaran lingkungan,
dimana salah satunya adalah masalah pencemaran sungai dengan merekontruksi
kebijakan-kebijakan yang ada. Dan saran penyusun untuk warga (termasuk pesan
kepada kami sendiri) agar dapat lebih menjaga lingkungan beserta seluruh komponen
di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Armansyah, Wawang.2015. ,
http://www.belajarbagus.com/2015/02/pengertianpencemaran-lingkungan.html?m=1. Diakses Pada tanggal 10 Maret 2016.
Ahira, Anne. 2013. Cara Efektif Mengatasi Pencemaran Air. http://www.anneahira.com/caramengatasi-pencemaran-air.htm. Diakses tanggal 28 Maret 2013

Anonim.
2009.
http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/polusi-pencemaranlingkungan.html?m
%3D1&ei=u3FZJmB7&lc=idID&s=1&m=946&host=www.google.co.id&ts=
1457599944&sig=ALL1Aj6kg2QhBrHFdDqVX97eE0MT1l582w. Diakses
Pada tanggal 10 Maret 2016
Anonim. 2011. Definisi, Permasalahan dan Karakteristik Sungai di Indonesia.
http://tanjungpanduwijayan2011.blogspot.com/2011/04/definisi
permasalahan-dan-karakteristik.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Anonim. 2012. Pencemaran Sungai (Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara
Mengatasinya). http://weblogask.blogspot.com/2012/05/pencemaran-sungaipengertian-penyebab.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Anonim.
2014.
http://www.softilmu.com/2014/07/pengertian-dan-jenis-jenissungai.html?m=1. Diakses pada tanggal 10 Maret 2016.
Elz. 2012. Potensi Sungai Citarum terhadap Banjir di Bandung Selatan.
http://www.iPotensi Sungai Citarum Terhadap Banjir di Bandung Selatan.
Indosiar.com/ragam/potensi-sungai-citarum-terhadap-banjir-di-bandungselatan_21394.html, Diakses tanggal 28 Maret 2013
Inggriani,
Andewi.
2013.
Penanggulangan
Pencemaran
http://uphilunyue.blogspot.com/2013/03/penanggulangan-pencemaranair.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013

Air.

Minamini. 2010. Masalah Pencemaran Air. http://minamini.wordpress.com/tag/solusimasalah-pencemaran-air/. Diakses tanggal 28 Maret 2013

Prabowo,
Agung.
2013.
http://hanyasipemimpi.blogspot.co.id/2013/11/vbehaviorurldefaultvmlo_13.html?m=1. Diakses Tanggal 10 Maret 2016
Wibawa, Dicka. 2012.
http://dicka-wibawa.blogspot.co.id/2012/03/pengertianlimbah-pertanian.html?m=1. Diakses Tanggal 10 Maret 2016
Zuhra,

Fatimah.
2010.
Ciri-ciri
Air
Tercemar.
http://cupacupa91.blogspot.com/2010/03/ciri-ciri-air-tercemar.html. Diakses
tanggal 27 Maret 2013

Anonim.2013. http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/toxics/Air/citarum/ .
Diakses Tanggal 10 Maret 2016

http://uzi-agustin.blogspot.co.id/2013/10/laporan-observasi-identifikasi-sungai.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai