SURVEI PEMETAAN
“Bencana Kekeringan”
Disusun Oleh:
KENDARI
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt.Yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Laporan Bencana Kekeringan di Kota Kendari” ini tepat pada waktunya.Adapun
tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas UAS pada mata
kuliah Survei Pemetaan. Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada
Bapak La Ode Muhammad Irsan.S.Pd,.M.Sc yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni ini.
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
penanggulangan bencana, kekeringan merupakan suatu kondisi ketersediaan air yang
jauh dibawah kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekomoni dan lingkungan
(Setiawan, 2007). Dari berbagai sudut pandang, Reed (1995), mengklasifikasikan
kekeringan menjadi 4 jenis yaitu kekeringan meteorologis, hidrologis, pertanian, dan
sosial-ekonomi. Dibandingkan dengan jenis kekeringan lainnya, kekeringan pertanian
sulit dipahami karena kekeringan pertanian dikaitkan dengan berbagai mata pelajaran
dan merupakan bidang interaksi untuk sistem alami dan sistem buatan, selain itu
pemahaman yang komprehensif terkait pemantauan kekeringan yang berhubungan
dengan indeks kekeringan pertanian masih belum jelas (Liu dkk, 2016).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui akurasi peta resiko bencana kekeringan
5
BAB II
KAJIAN TEORI
6
1. Kekeringan Meteorologis
Kekeringan yang berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah
normal dalam satu musim di suatu kawasan. Kekeringan Meteorologis berasal
dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat kekeringan relatif
terhadap tingkat kekeringan normal serta lamanya periode kering. Pengukuran
kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
2. Kekeringan Hidrologis
Kekeringan yang berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan
dan air tanah. Jenis kekeringan ini mencakup berkurangnya sumber-sumber
air seperti sungai, air tanah, danau, dan lokasi-lokasi penampung cadangan
air. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau
dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya hujan
sampai menurunya elevasi air sungai, waduk, danau dan elevasi muka air
tanah.
3. Kekeringan Agronomis
Kekeringan yang berhubungan dengan berkurangnya lengas tanah
(kandungan air dalam tanah), sehingga mampu memenuhi kebutuhan tanaman
tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan
pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologis.
4. Kekeringan Sosial Ekonomi
Kekeringan yang berkaitan dengan kondisi dimana pasokan komoditi
ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat terjadinya kekeringan
meteorologi, hidrologi dan agronomi (pertanian).
5. Kekeringan Hidrotopografi
Kekeringan hidrotopografi berkaitan dengan perubahan tinggi muka
air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan.
Adapun kekeringan akibat perilaku manusia utamanya disebabkan
karena ketidak taatan pada aturan yang ada. Kekeringan jenis ini dikenal
dengan nama Kekeringan Antropogenik, dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu:
7
1. Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat ketidak
taatan pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air.
2. Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat perbuatan
manusia.
1. Letak Geografis
Indonesia berada tepat di garis khatulistiwa. Letak dari negara ini
diapit 2 benua dan 2 samudera. Indonesia secara geografis juga terletak di
daerah “monsoon” yang merupakan fenomena alam di mana sangat sering
terjadi perubahan iklim secara ekstrem disebabkan perubahan tekanan udara
dari daratan.
Perubahan tersebut menyebabkan “jet steam effect” dari lautan yang
menghempas daratan dengan hawa panas. Hawa panas dan angin tersebut
membuat banyak daerah yang awalnya memiliki kandungan air, menjadi
kering. Hal tersebut diperparah apabila musim kemarau tiba.
3. Boros Air
Boros dalam penggunaan air tanah ternyata berimbas pada kekeringan
di beberapa daerah. Dampak boros air tersebut semakin parah ketika kemarau
8
tiba. Biasanya, penggunaan air berlebihan ini bisa disebabkan kebiasaan
menggunakan air untuk rumah tangga yang berlebihan atau penggunaan air
dalam jumlah besar oleh para petani untuk mengairi sawah. Jika dilakukan
terus menerus akan berdampak pada habisnya cadangan air.
5. Kerusakan Hidrologis
Kerusakan hidrologis yaitu kerusakan fungsi dari wilayah hulu sungai
karena waduk dan pada bagian saluran irigasinya terisi sedimen dalam jumlah
yang sangat besar. Akibatnya, kapasitas dan daya tampung air akan berkurang
sangat drastis dan hal tersebut akan memicu timbulnya kekeringan saat
datangnya musim kemarau.
6. Global Warming
Global warming atau yang berarti pemanasan secara global, memang
telah menjadi penyebab terjadinya kekeringan terbesar tidak hanya di
Indonesia, namun hampir di seluruh dunia. Memang, penyebab dari timbulnya
Global Warming sangat beragam, mulai dari polusi kendaraan dan pabrik,
hingga penggunaan berbagai zat kimia berbahaya.
9
2.4 Dampak Terjadinya Kekeringan
Sudah pasti, selama ada penyebab pasti akan ada dampak yang ditimbulkan. Banyak
sekali dampak yang mungkin ditimbulkan apabila tidak segera mengatasinya.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sumber Air Bersih Berkurang
Apabila sumber air bersih berkurang, maka kaan berdampak pada berkurangnya
konsumsi air minum yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dan ketika hal tersebut
terjadi, maka akan menyebabkan dehidrasi. Kondisi tubuh yang dehidrasi sangat
berbahaya jika terus-menerus dibiarkan. Salah satunya dapat menyebabkan kematian,
mengingat air memang menjadi kandungan yang penting bagi tubuh untuk bertahan
hidup.
Selain itu, kegiatan seperti mencuci, mandi, dan lain sebagainya juga akan berkurang
dan membuat kegiatan sehari-hari terganggu. Akan ada efek domino yang timbul
ketika kekeringan. Maka dari itu ada baiknya untuk selalu menjaga cadangan air yang
ada di Bumi.
2. Banyak Tanaman Mati
Tanaman merupakan salah satu sumber kehidupan bagi manusia. Ketika musim
kemarau datang, maka akan banyak tanaman mati karena tanaman tidak bisa
mendapatkan sumber air untuk hidup. Hanya ada beberapa tanaman saja yang bisa
bertahan hidup, seperti pohon jati dan kaktus.
3. Meningkatnya Polusi
Dampak selanjutnya ketika tanaman mati, maka polusii udara akan semakin
merajalela. Hal tersebut disebabkan tidak ada tanaman yang berfungsi sebagai agen
yang memproses gas karbondioksida untuk dijadikan oksigen bagi kehidupan
manusia. Maka dari itu, mari bersama-sama mencegah berbagai penyebab terjadinya
kekeringan tersebut, agar kehidupan dapat terus berjalan dan terhindar dari berbagai
bencana.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
3.3 Metode Pengumpulan Data
1. Metode observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur
yang terdapat pada suatu gejala-gejala dalam suatu penelitian.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data ketiga yang dilakukan peneliti untuk
melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian, sebagaimana teori yang
dikatakan sugiyono berikut ini: Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar (foto, sketsa)Berdasarkan teori
diatas dapat disimpulkan bahwa teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian
ini berupa foto lahan pertanian yang dilanda kekeringan serta foto desa yang
mengalami kekeiringan.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
1. Isian Lapangan Uji Akurasi Peta Resiko Bencana Kekeringan Kota Kendari
13
4 Kel. 1220 35’051” 04000’133’’ Tinggi Sedang
Anggalomerai,
Kec. Abeli
14
7 Kec. Mokoau, 1220 32’206” 04000’983’’ Tinggi Sedang
Kota Kendari
15
10 Kec. 1220 28’676” 04002’928’’ Tinggi Rendah
Ranometto
16
14 Kel. Korumba, 1220 31’054” 04000’572’’ Tinggi Sedang
Kec.
Mandonga
17
18 Anduonohu¸ 122°33´20.8” 4°02´12.2” Sedang Sedang
kec. Poasia
18
2. Hasil Pengolahan Data Menggunakan Metode Matrix Confusion
Melalui matrix kesalahan pada tabel diatas user`s accuracy, producer`s accuracy,
overall accuracy dan kappa accuracy dapat diperoleh secara matematis dengan cara
berikut.
19
3
t= x100 = 100%
3
7
s= x100 = 58%
12
3
r = x100 =60%
5
c. Perhitungan akurasi keseluruhan (Overall Accuracy) sebagai berikut.
(total tetap keseluruhan)
x100
jumlahkeselurusah
(T +S + R)
x100
JK
3+0+0
x100
20
3
x100 = 15%
20
d. Perhitungan Indeks Kappa accuracy sebagai begrikut.
Perkalian silang simpul
=(13x3)+(7x12)+(0x5)
=(39)+(84)+(0)
=123
KA Kappa Accuracy
[ ( 13 x 20 ) −123]
= x100
[ ( 20 x 20 ) −123]
[260−123 ]
= x100
[277]
137
= x100 = 49%
277
Menghitung Precision
Rumus precision = TP/(TP+FP)
Tinggi Sedang Rendah
20
TP 3 5 0
FP 7+3 0+2 0+0
Precission 3/(3+10) = 0,2 5/(5+2) = 0,7 0/(0+0) = 0
Menghitung Recall
Rumus Recall = TP/(TP+FN)
Tinggi Sedang Rendah
TP 3 5 0
FN 0+0 7+0 3+2
Recall 3/(3+0) = 1 5/(5+7) = 0,41 0/(0+5) = 0
21
20 Kekeringan Andounuhu, Kec. Poasia 3 2 1 6 (Sedang)
4.2 Pembahasan
Confussion Matrix merupakan suatu metode yang umum digunakan dalam
melakukan perhitungan akurasi pada konsep Data Mining. Confusion Matrix
digambarkan dengan tabel yang menyatakan jumlah data uji yang benar
diklasifikasikan dan jumlah data uji yang salah diklasifikasikan. Confusion Matrix
adalah tools yang digunakan untuk evaluasi model klasifikasi untuk memperkirakan
objek yang benar atau salah.
True positives adalah jumlah record positif yang diklasifikasikan sebagai
positif, false positives adalah jumlah record negatif yang diklasifikasikan sebagai
positif, false negatives adalah jumlah record positif yang diklasifikasikan sebagai
negatif, true negatives adalah jumlah record negatif yang diklasifikasikan sebagai
negative. Evaluasi dan validasi hasil dihitung menggunakan rumus akurasi, precision,
recall dan fmeasure berikut ini:
Akurasi
Perhitungan akurasi dilakukan dengan cara membagi jumlah data yang
diklasifikasi secara benar dengan total sample data testing yang diuji.
TP+TN
Accuracy=
TP+TN + FP+ FN
Precision
Menghitung nilai precision dengan cara membagi jumlah data benar yang
bernilai positif (True Positive) dibagi dengan jumlah data benar yang bernilai positif
(True Positive) dan data salah yang bernilai positif (False Negative).
22
TP
Precision=
TP+ FP
Recall
Sedangkan recall dihitung dengan cara membagi data benar yang bernilai
positif (True Positive) dengan hasil penjumlahan dari data benar yang bernilai positif
(True Positive) dan data salah yang bernilai negatif (False Negative).
TP
Recall=
TP+ FN
F-Measure
Nilai F-Measure didapat dari perhitungan pembagian hasil dari perkalian
precision dan recall dengan hasil penjumlahan precision dan recall, kemudian
dikalikan dua.
precision∗recall
𝐹 − 𝑀𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒 = 2 ∗
precision+ recall
23
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil uji akurasi peta resiko bencana kekeringan di Kota Kendari tingkat
ancaman bencana kekeringan di Kota Kendari, dengan tingkat ancaman kekeringan
tinggi yaitu di Kecamatan Andounuhu, Kambu dan Mokoau Kecamatan Kambu.
Sedangkan daerah yang tingkat ancaman rendah yaitu di Kecamatan Nambo, Abeli,
Baruga dan Mandonga.
5.2. Saran
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini masi jauh dari kata sempurna
oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran bagi para
pembaca.Tentang pembuatan laporan ini supaya pembuatan laporan kedepannya jauh
lebih baik dan sempurna terima kasih.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/autocover/
http://scholar.unand.ac.id/27627/2/bab%201%20Pendahuluan.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kekeringan
https://bpbd.bogorkab.go.id/6-penyebab-terjadinya-kekeringan-dan-dampaknya-bagi-
kehidupan-2/
25