Anda di halaman 1dari 11

Nama : Agustina Natalia Rindi Bima

Nim : 2106050006

Kelas / Semester : A/ V

Program Studi : Biologi

Tugas MK : Ekologi Lahan Kering

Dosen Pengampu : Prof. M. L. GaoL, M.Si, Ph.D

Pertemuan 3.

PERTANYAAN

1. Jelaskan kaitan Vegetasi dengan kekeringan?.


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kekeringan Meteorologi dan data apa yang
diperlukan dalam mengukur kekeringan meteorologi?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kekeringan hidrologis dan data apa yang diperlukan
dalam mengukur kekeringan hidrologis?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kekeringan pertanian pertanian dan data apa yang
diperlukan dalam mengukur kekeringan pertanian?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kekeringan sosial ekonomi dan data apa yang
diperlukan dalam mengukur kekeringan sosial ekonomi?
6. Apa perbedaan Kekeringan Alamiah dan Kekeringan Antropogenik. Berikan contohnya.
7. Jelaskan apa itu El Nino dan apa itu La Nina, dan beri penjelasan apa dampaknya
terhadap pertanian jika terjadi.
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan indeks kekeringan.
9. Jelaskan secara singkat apa itu Standar Indeks Curah Hujan (The Standard Precipitation
Index, SPI).
10. Jelaskan secara singkat apa itu The Palmer Drought Severity Index (PDSI)I).
11. Jelaskan apa itu: El Nino Southern Oscillation (ENSO).
JAWABAN

1. Kaitan Vegetasi dan Kekeringan:


Kekeringan dapat disebabkan karena suatu wilayah tidak mengalami hujan atau
kemarau dalam kurun waktu yang cukup lama atau curah hujan di bawah normal,
sehingga kandungan air di dalam tanah berkurang atau bahkan tidak ada. Konsumsi air
yang berlebihan pun dapat menjadi penyebab kekeringan, hal tersebut disebabkan
konsumsi air berlebih tidak diimbangi dengan sumber air yang berlebih pula. Konsumsi
air berbanding terbalik dengan sumber air, artinya bencana ini dapat terjadi saat
konsumsi air sudah melampaui batasnya namun sumber air hanya mengeluarkan air
dengan jumlah yang sama (terbatas).
Vegetasi pun dapat menjadi penyebab dari bencana kekeringan ini, wilayah yang
masih memiliki vegetasi yang lebat pasti memiliki cadangan air yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan wilayah yang tidak memiliki vegetasi atau lahan gundul. Vegetasi
yang gundul artinya air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) pun pasti akan
berkurang, karena fungsi akar sendiri menyerap dan menyimpan air dari hujan. Air yang
tersimpan di dalam akar tersebut dapat digunakan sebagai cadangan ketika musim
kemarau telah tiba. Hal ini berarti, ketika musim kemarau datang daerah yang memiliki
sedikit pohon akan memiliki cadangan air yang sedikit pula karena pohon-pohon
tersebut sudah tergantikan oleh bangunan-bangunan khususnya di daerah perkotaan.
2. Maksud dan data pengukuran kekeringan meteorologi:
 Yang dimaksud dengan kekeringan meteorologi merupakan kekeringan yang
berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Dalam
pandangan meteorologi, kekeringan terjadi ketika curah hujan kurang dari normal
dan ditandai dengan perubahan pola cuaca. Oleh karena itu, kekeringan pada
hakikatnya adalah kekeringan yang diakibatkan oleh defisit curah hujan. Secara
klimatologis, apabila curah hujan di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu lebih
kecil dari rata-rata curah hujan di wilayah tersebut pada periode yang sama, maka
kekeringan terjadi di wilayah tersebut karena makhluk (tumbuhan, hewan, manusia)
telah sesuai dengan curah hujan rata-rata yang diterima di wilayah itu dan jika
terjadi kekurangan curah hujan, kehidupan mereka akan terancam. Definisi lain
untuk kekeringan Meteorologi melibatkan kekurangan curah hujan atau perubahan
intensitas dan kecepatan hujan yang mengakibatkan penurunan kekeruhan dan
kelembaban relatif serta peningkatan suhu, evapotranspirasi, radiasi dan angin
topan. Definisi kekeringan meteorologi bervariasi di berbagai negara dan dalam
periode waktu yang berbeda dan dengan demikian menerapkan definisi yang umum
di suatu wilayah bisa jadi tidak tepat di bagian lain dunia. Pentingnya pandangan
meteorologi dihasilkan dari fakta bahwa parameter meteorologi dapat menjadi
indikator pertama terjadinya kekeringan. Kekeringan meteorologis didefinisikan
berdasarkan tingkat kekeringan, dibandingkan dengan jumlah normal atau rata-rata,
dan durasi periode kering. Definisi kekeringan meteorologi harus spesifik wilayah,
karena kondisi atmosfer yang mengakibatkan kekurangan curah hujan sangat
spesifik wilayah. Keragaman definisi meteorologi di berbagai negara
menggambarkan mengapa tidak mungkin menerapkan definisi kekeringan yang
dikembangkan di satu bagian dunia ke bagian dunia lain.
 Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya
kekeringan. Kekeringan meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah
normal dalam satu musim. Kekeringan meteorologis biasanya didefinisikan sebagai
kurangnya curah hujan selama periode waktu yang telah ditentukan. Ambang batas
yang dipilih, seperti 50% dari curah hujan normal selama jangka waktu enam bulan
akan bervariasi menurut lokasi sesuai dengan kebutuhan pengguna atau aplikasi
(SAARC, 2010). Kumpulan data yang diperlukan untuk menilai kekeringan
meteorologi adalah informasi curah hujan harian, suhu, kelembaban, kecepatan dan
tekanan angin serta penguapan.
3. Maksud dan data pengukuran kekeringan Hidrologis:
 Yang dimaksud dengan kekeringan Hidrologis merupakan Kekeringan hidrologis yang
berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini
diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air
tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi
muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis
bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan. Kekeringan hidrologis berkaitan
dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis
biasanya didefinisikan oleh kekurangan air pada permukaan dan persediaan air
bawah permukaan relatif terhadap kondisi rata-rata pada berbagai titik dalam waktu
semusim.
 Kumpulan data yang diperlukan untuk menilai kekeringan hidrologi adalah luas dan
volume air permukaan, aliran permukaan, pengukuran aliran sungai, infiltrasi,
fluktuasi muka air, dan parameter akuifer.
4. Maksud dan data pengukuran kekeringan Pertanian:
 Yang dimaksud dengan kekeringan Pertanian merupakan kekeringan yang
berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah)
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu
tertentu dalam wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala
kekeringan meteorologis. Kekeringan pertanian berhubungan dengan kekurangan
kandungan air tanah di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu yang memengaruhi penurunan
produksi pertanian. Kekeringan pertanian didefinisikan sebagai kurangnya
ketersediaan air tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan makanan
ternak dari curah hujan normal selama beberapa periode waktu tertentu.
Kekeringan pertanian terjadi ketika kelembaban tanah kurang dari kebutuhan
tanaman akan air. Akibatnya, tanaman mengalami ketegangan dan hasil menurun.
Karena tanaman yang berbeda memiliki kebutuhan air yang berbeda, maka konsep
ini berbeda di setiap tanaman. Kekeringan pertanian dihasilkan dari kekurangan
curah hujan, peningkatan suhu dan angin di mana volume dan penyebaran temporal
curah hujan menjadi faktor yang paling signifikan.
 Kumpulan data yang diperlukan untuk menilai kekeringan pertanian adalah tekstur
tanah, kesuburan dan kelembaban tanah, jenis dan luas tanaman, kebutuhan air
tanaman, hama dan iklim.
5. Maksud dan data pengukuran kekeringan Sosial Ekonomi:
 Kekeringan sosial ekonomi berkaitan dengan kekeringan yang memberi dampak
terhadap kehidupan sosial ekonomi seperti: rusaknya tanaman, peternakan,
perikanan, berkurangnya tenaga listrik dari tenaga air, terganggunya kelancaran
transportasi air, menurunnya pasokan air baku untuk industri domestik dan
perkotaan. Kekeringan sosial ekonomi berkaitan dengan kondisi dimana pasokan
komoditas ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat kekeringan meteologi,
hidrologi dan pertanian. Kekeringan sosial ekonomi berbeda nyata dari kekeringan
yang lain karena mencerminkan hubungan antara penawaran dan permintaan untuk
beberapa komoditas atau ekonomi yang baik (seperti air, pakan ternak atau
pembangkit listrik tenaga air) yang tergantung pada curah hujan. Kekeringan sosial
ekonomi terjadi ketika sumber daya air yang dibutuhkan untuk konsumsi industri,
pertanian dan rumah tangga kurang dari yang dibutuhkan sehingga situasi ini
mengakibatkan anomali sosial ekonomi. Kekeringan ini merupakan konsekuensi dari
proses lingkungan yang kompleks yang memengaruhi komunitas manusia.
 Kumpulan data yang diperlukan untuk menilai kekeringan sosial ekonomi adalah
populasi dan tingkat pertumbuhan manusia dan hewan, kebutuhan air dan pakan
ternak, tingkat kegagalan panen, dan jenis industri dan kebutuhan air.
6. Perbedaan Kekeringan Alamiah dan Kekeringan Antropogenik:
1. Kekeringan alamiah:
 Kekeringan meteorologis, dikarenakan curah hujan yang kurang. Kekeringan
Meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu
musim.
 Kekeringan hidrologis, kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan
air tanah.
 Kekeringan pertanian, kekurangan kandungan air di dalam tanah sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu
pada wilayah yang luas. Kekeringan Pertanian berhubungan dengan kekurangan
kandungan air di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas.
 Kekeringan Sosial Ekonomi berkaitan dengan kondisi dimana pasokan komoditi
ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat kekeringan meteorologi,
hidrologi, dan pertanian.

2. Kekeringan Antropogenik:

 Kekeringan yang disebabkan karena ketidak-patuhan pada aturan terjadi karena:


 Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan akibat ketidak-
patuhan pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air.
7. Pengertian El Nino dan La Lina serta dampaknya bagi pertanian:
 El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi
normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini
meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan
mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. El Nino adalah fenomena perubahan
iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut
Pasifik bagian timur. El Nino terjadi selama periode rentang 2-7 tahun dan bertahan
hingga 12-15 bulan. Dampak El Nino terhadap anomali iklim di Indonesia berupa
kemarau panjang dapat berpotensi mengganggu produksi padi pada musim tanam
kedua, dan mengubah pola tanam untuk musim tanam berikutnya. Fenomena El
Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang yang
menyebabkan hari hujan berkurang di musim hujan sedangkan La Nina
menyebabkan curah hujan bertambah yang menyebabkan hari hujan semakin
panjang di musim kemarau. Meskipun sama-sama perubahan suhu di permukaan
laut, El Nino La Nina memiliki perbedaan. La Nina hanya terjadi selama 6-7 tahun
sekali. Sedangkan El Nino rata-rata terjadi sekali dalam 4 tahun. El Nino berlangsung
menjelang akhir tahun, tepatnya menjelang bulan Desember.
 Dampak dan pengaruh iklim sangat nyata dan beresiko pada bidang pertanian
melalui dampak kekeringan, kebasahan atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau “
frost”, angin, kelembaban tinggi dan lain-lain yang dapat mengakibatkan rendahnya
hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga tidak ketidakstabilan produksi.
Terjadinya El Nino disebabkan oleh meningkatnya suhu perairan di Pasifik timur dan
tengah yang mengakibatkan meningkatnya suhu dan kelembaban pada atmosfer
yang berada diatasnya. Dimana peristiwa ini menyebabkan pembentukan awan yang
juga meningkatkan curah hujan pada kawasan tersebut.Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa La Nina adalah fenomena
perubahan iklim akibat adanya anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik yang
meningkatkan curah hujan di Indonesia.
8. Pengertian indeks kekeringan:
Indeks menurut pengertian yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI,
Balai Pustaka 2003 adalah rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yang mungkin
menjadi ukuran suatu ciri tertentu atau petunjuk. Sedangkan berdasarkan teori yang
dikembangkan Spiegel 1961, indeks adalah sebuah disain pengukuran statistik untuk
melihat perubahan sebuah variabel atau hubungan antara kelompok variabel dengan
fungsi waktu, lokasi geografi atau karakteristik lain. Menurut indikator kekeringan yang
diberikan, tingkat keparahan dan durasi kekeringan diwakili oleh indeks. Sebuah indeks
mengasimilasi parameter meteorologi dan hidrologi yang berbeda termasuk curah
hujan, suhu, evapotranspirasi, limpasan dan indikator pasokan air lainnya ke dalam satu
nilai numerik atau formula dan memberikan gambaran yang komprehensif tentang
pengambilan keputusan.
9. Deskripsi Standar Indeks Curah Hujan (The Standard Precipitation Index, SPI):
Standard Precipitation Index (SPI) menunjukkan curah hujan aktual dibandingkan
dengan probabilitas curah hujan untuk berbagai kerangka waktu. SPI adalah indeks
berdasarkan curah hujan saja. Ini dapat digunakan pada berbagai skala waktu, yang
memungkinkannya berguna untuk aplikasi pertanian jangka pendek dan hidrologi jangka
panjang. Peristiwa kekeringan terjadi setiap saat SPI terus menerus negatif dan
mencapai intensitas -1,0 atau kurang. Acara berakhir ketika SPI menjadi positif. Oleh
karena itu, setiap peristiwa kekeringan memiliki durasi yang ditentukan oleh awal dan
akhir, dan intensitas untuk setiap bulan saat peristiwa tersebut berlanjut. Jumlah positif
SPI untuk semua bulan dalam peristiwa kekeringan dapat disebut "besarnya"
kekeringan. McKee dkk mengembangkan SPI pada tahun 1993. Indeks ini diperoleh
dengan selisih curah hujan dari rata-rata untuk skala waktu tertentu dan kemudian
membaginya dengan standar deviasi. Itu hanya bergantung pada data curah hujan dan
dihitung untuk periode 3, 6, 12, 24 dan 48 bulan. SPI adalah alat analisis untuk data
curah hujan. Ini bertujuan untuk menetapkan nilai numerik untuk curah hujan sehingga
perbandingan berbagai daerah dengan iklim yang sangat berbeda menjadi mungkin.
SPI membandingkan curah hujan kumulatif dari stasiun atau wilayah tertentu dalam
interval tertentu (misalnya 3 bulan terakhir atau 6 bulan terakhir) dengan rata-rata
curah hujan dalam interval yang sama selama semua periode statistik. Secara
konseptual, SPI menunjukkan standar deviasi di atas atau di bawah rekor rata-rata. SPI
digunakan untuk skala waktu yang berbeda berdasarkan probabilitas presipitasi. Selain
itu, memprediksi kekeringan sebelum terjadi dan membantu memperkirakan tingkat
keparahan kekeringan, indeks ini secara komputasi kurang canggih dari indeks Palmer
juga.
Saat ini, para perencana dan pengambil keputusan yang menangani kekeringan
mengetahui bahwa SPI adalah indeks multiguna dan memahami pentingnya indeks
tersebut. Selain itu, mereka menyadari bahwa nilai input data di SPI dapat diubah dan
menggambarkan ini sebagai batasan indeks ini. Perhitungan SPI untuk masing-masing
wilayah dilakukan berdasarkan data curah hujan yang tercatat dalam jangka panjang
untuk periode tertentu. Laporan curah hujan jangka panjang telah dilengkapi dengan
distribusi probabilitas; oleh karena itu, rata-rata standar presipitasi untuk setiap wilayah
dalam periode tertentu ditetapkan ke nol dan standar deviasi adalah 1. Selanjutnya,
McKee et al pada tahun 1993 menetapkan kriteria untuk terjadinya kekeringan dalam
skala waktu yang berbeda berdasarkan skor SPI. Seperti yang mereka katakan, jika skor
negatif SPI diamati secara konsisten, kekeringan dikatakan telah terjadi, dan jika
mencapai nilai -1 atau kurang, kekeringan dianggap parah; dengan demikian, tanda
positif dari skor SPI berarti akhir dari kejadian kekeringan. Oleh karena itu, setiap
peristiwa kekeringan memiliki periode yang ditandai dengan awal, akhir, dan tingkat
keparahannya pada bulan tertentu.
Metode Indeks kekeringan SPI adalah indeks yang digunakan untuk menentukan
penyimpangan curah hujan terhadap normalnya dalam satu periode yang panjang
(bulanan, dua bulanan, tiga bulanan dan seterusnya). Metode SPI dikembangkan oleh
McKee et al tahun 1993. Metode ini merupakan model untuk mengukur defisit curah
hujan pada berbagai periode berdasarkan kondisi normalnya. McKee et al (1993)
menggunakan klasifikasi dibawah ini untuk mengidentifikasikan intensitas kekeringan,
dan juga kriteria kejadian kekeringan untuk skala waktu tertentu. Kekeringan terjadi
pada waktu SPI secara berkesinambungan negatif dan mencapai intensitas kekeringan
dengan SPI bernilai -1 atau kurang, sedangkan kekeringan akan berakhir apabila nilai SPI
menjadi positif.
10. Deskripsi The Palmer Drought Severity Index (PDSI):
Palmer Drought Severity Index (PDSI) telah digunakan paling lama untuk memantau
kekeringan. PDSI memungkinkan untuk mengkategorikan berbagai tingkat kebasahan
dan kekeringan yang menonjol di suatu area. PDSI dihitung berdasarkan data curah
hujan dan suhu, serta Kadar Air Tersedia (AWC) lokal dari tanah.
PDSI dikembangkan oleh Palmer pada tahun 1965. PDSI mendasarkan konsep
kekeringan pada suhu, curah hujan dan kelembaban tanah. Indeks ini digunakan dalam
skala waktu bulanan dan untuk menghitung PDSI, empat faktor utama diperlukan
melalui formulasi yang kompleks: curah hujan, suhu, kelembaban tanah dan
evapotranspirasi. PDSI adalah algoritma kelembaban untuk tanah yang dihitung untuk
daerah yang relatif homogen. Ini adalah salah satu sistem peringatan kekeringan yang
paling canggih dan akurat. PDSI merupakan indeks kekeringan komprehensif pertama
dan metode yang efektif untuk menentukan kekeringan jangka panjang (skala bulanan),
namun tidak cocok untuk karakterisasi kekeringan jangka pendek (skala mingguan).
Pada tahun 1984 Alley membahas dua keuntungan dari indeks Palmer yang
menyebabkan populer:
1. PDSI meningkatkan kekuatan pengambilan keputusan perencana sehubungan
dengan evaluasi dan pengukuran anomali iklim di suatu wilayah.
2. PDSI memberikan gambaran spasial dan temporal sejarah kekeringan.

Metode Indeks Kekeringan Palmer berguna untuk mengetahui kekeringan yang telah
terjadi terutama di daerah semiarid dan beriklim sub-humid kering. Menurut National
Drought Mitigation Center (2006), Indeks Palmer lebih baik digunakan pada area yang
luas dan topografi yang seragam. Metode ini mempertimbangkan faktor iklim, tanah dan
tanaman serta didasarkan pada prinsip neraca air. Curah hujan, suhu dan faktor lengas
tanah sebagai parameter utama dalam menurunkan nilai Indeks Palmer. Indeks
kekeringan Palmer, kadang-kadang disebut indeks keparahan kekeringan Palmer dan
sering disingkat PDSI, adalah indeks kekeringan regional yang biasa digunakan untuk
memantau kejadian kekeringan dan mempelajari luas area dan tingkat keparahan
episode kekeringan. Indeks menggunakan data curah hujan dan suhu untuk mempelajari
pasokan dan permintaan kelembaban menggunakan model neraca air sederhana. Ini
dikembangkan oleh ahli meteorologi Wayne Palmer, yang pertama kali menerbitkan
metodenya dalam makalah tahun 1965 Meteorological Drought for the Office of
Climatology of the U.S. Weather Bureau. Indeks Kekeringan Palmer didasarkan pada
model penawaran dan permintaan kelembaban tanah. Pasokan relatif mudah dihitung,
tetapi permintaan lebih rumit karena bergantung pada banyak faktor, tidak hanya suhu
dan jumlah kelembaban dalam tanah tetapi juga faktor yang sulit dikalibrasi termasuk
evapotranspirasi dan laju pengisian ulang. Palmer mencoba mengatasi kesulitan ini
dengan mengembangkan algoritme yang mendekatinya berdasarkan data, curah hujan,
dan suhu yang paling tersedia. Indeks tersebut terbukti paling efektif dalam menentukan
kekeringan jangka panjang, hitungan beberapa bulan, tetapi tidak sebaik dengan kondisi
selama hitungan minggu.

11. Definisi El Nino Southern Oscillation (ENSO):


ENSO adalah salah satu fenomena iklim terpenting di Bumi karena kemampuannya
untuk mengubah sirkulasi atmosfer global, yang pada gilirannya mempengaruhi suhu
dan curah hujan di seluruh dunia. Ada 3 tahapan ENSO yakni dapat menggunakan suhu
air permukaan di Pasifik khatulistiwa timur untuk menunjukkan kondisi sebagai salah
satu dari tiga fase sistem El Nino-Southern Oscillation (ENSO) — netral (atau “normal”),
hangat (El Nino), dan dingin (La Nina). Siklus ENSO mengacu pada variasi yang koheren
dan terkadang sangat kuat dari tahun ke tahun dalam suhu permukaan laut, curah
hujan, tekanan udara permukaan, dan sirkulasi atmosfer yang terjadi di seluruh
Samudra Pasifik khatulistiwa/ equatorial Pacific Ocean.
Peristiwa ENSO tidak disebabkan oleh perubahan iklim, tetapi disebabkan oleh interaksi
antara lapisan permukaan laut dan atmosfer di atasnya di Pasifik tropis. Perubahan iklim
meningkatkan frekuensi kejadian El Niño yang ekstrem, yang menyebabkan kekeringan
yang semakin parah, banjir yang semakin parah, dan pola badai yang berubah.

Anda mungkin juga menyukai