Anda di halaman 1dari 9

KEKERINGAN DI KOLAM PEMANDIAN MATA IE

Muhammad Naufal Hidayat

180501096

Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Jl. Ibnu Sina, No. 2, Darussalam, kec. Syiah Kuala, Banda Aceh

bopalmandel@gmail.com

Abstrak
Kekeringan merupakan suatu kejadian alam yang sangat berpengaruh
terhadap ketersediaan cadangan air dalam tanah, baik yang diperlukan untuk
kepentingan pertanian maupun untuk kebutuhan manusia. Kolam pemandian Mata
Ie yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar belum lama ini terkena bencana
kekeringan yang mana kekeringan ini terjadi dalam kurun waktu 2 tahun terakhir
ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana keadaan
kekeringan yang terjadi di kolam pemandian Mata Ie Aceh Besar.

Kata Kunci : Kekeringan,Mata Ie, dan Penduduk Sekitar.

1. Pendahuluan
Kolam pemandian Mata Ie yang berada di Kecamatan Darul Imarah Aceh
Besar kembali mengalami kekeringan. Hal ini sudah terjadi semenjak dua tahun
terkahir. Kolam pemandian ini terlihat kering keronta sampai terlihat lantainya
yang pecah pecah akibat dari kemarau panjang. Kondisi ini terusa saja terjadi dan
terlihat seperti dibiarkan tanpa adanya penyelesaian.
Pemerintah Aceh Besar juga menghimbau masyarakat untuk
melaksanakan shalat Istiqa’. Setelah meninjau ke beberapa lokasi terjadinya

1
kekeringan, Bupati Aceh Besar, Ir Mawardi Ali mengatakan bahwa ia selaku
Bupati Aceh Besar merasa sedih atas kekeringan yang melanda sumber air Mata-
Ie. "Selaku Pemerintah Aceh Besar, saya sangat prihatin atas kejadian ini, yang
berakibat banyaknya pelanggan PDAM Tirta Mountala yang tidak tersuplai air
bersih" (dalam opt4, 2019, www.acehprov.go.id diakses tanggal 27/09/2019).
Kekeringan merupakan salah satu masalah serius yang sering muncul
ketika musim kemarau tiba. Banyak tempat di Indonesia mengalami masalah
kekurangan air atau defisit air atau kekeringan.
Dari perspektif kebencanaan kekeringan didefinisikan sebagai kekurangan
curah hujan dalam periode waktu tertentu (umum-nya dalam satu musim atau
lebih) yang menyebabkan kekurangan air untuk berbagai kebutuhan (UN-ISDR,
2009). Kekurangan air tersebut berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan
pada suatu DAS.
Secara umum kejadian kekeringan dapat ditinjau dari aspek:
hidrometeorologi, pertanian, dan hidrologi (Wilhite, 2010). Dari aspek
hidrometeorologi kekeringan timbul dan disebabkan oleh berkurangnya curah
hujan selama periode tertentu. Dari aspek pertanian dinyatakan kekeringan jika
lengas tanah berkurang sehingga tanaman kekurangan air. Lengas tanah (soil
moisture) merupakan parameter yang menentukan potensi produksi tanaman.
Ketersediaan lengas tanah juga erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah.
Secara hidrologi kekeringan ditandai dengan berkurang-nya air pada sungai,
waduk dan danau (Nalbantis et al., 2008).

2. Tinjauan Pustaka
2.1. Kekeringan Mata Ie
Mata Ie adalah salah satu sumber mata air yang berada di Aceh
Besar,tepatnya di kawasan Darul Imarah. Biasanya Mata Ie dimanfaatkan sebagai
kolam pemandian dan juga sebagai sumber PDAM air bersih untuk di
didistribusikan ke masyarakat.

2
Mata Ie akhir-akhir ini sedang dilanda kekeringan. Diduga kekeringan ini
terjadi karena efek dari titik puncaknya kemarau yang berkepanjangan. Bupati
Aceh Besar, Ir. H. Mawardi Ali menjelaskan bahwa kekeringan ini adalah akibat
dari titip puncak musim kemarau tahun 2019
Dilansir dari portalsatu.com, Dandenma Mayor Inf. Faisal Ay,
menyebutkan salah satu penyebab keringnya Mata Ie juga dikarenakan aktivitas
galian c di kawan perbukitan tersebut. Menurutnya hal ini dicegah untuk merawat
sumber air kolam Mata Ie yang menjadi hulu bagi Krueng Daroy di Banda Aceh.
Kabag Teknis dan Operasional PDAM Tirta Montala Aceh Besar, Salman,
saat diwawancarai Rabu 24 April 2019 mengatakan kapasitas air dilokasi tersebut
yaitu 140 liter per detik. Terjadinya kekeringan ini debit air sangat berkurang dari
kapasitas normal menjadi 60 sampai 70 liter per detik.
Salman mengaku sejak tahun 2017 ini ketiga kalinya terjadi kekeringan,
hal ini diprediksi karena curah hujan yang kurang. "Tahun ini lebih cepat dari
prediksi, biasa bulan Juni atau Juli," ungkapnya.

2.2 Kekeringan
Kekeringan merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir setiap negara
di dunia ini meskipun kekeringannya berbeda pada tiap wilayah. Kekeringan
(drought) sebenarnya sulit untuk diberi batasan yang tegas, sebab kekeringan
mempunyai definisi berbeda tergantung pada sudut pandang bidang ilmu tertentu,
tergantung letak daerah, dan kebutuhan yang diperlukan. Sebagai contoh, definisi
kekeringan di Libya dimana curah hujan kurang dari 180 mm, sedangkan definisi
kekeringan di Bali jika tidak turun hujan selama 6 hari berturut-turut (National
Drought Mitigation Center, 2006). Menurut International Glossary of Hidrology
(WMO 1974) dalam Pramudia (2002), pengertian kekeringan adalah suatu
keadaan tanpa hujan berkepanjangan atau masa kering di bawah normal yang
cukup lama sehingga mengakibatkan keseimbangan hidrologi terganggu secara
serius. Secara tipologi kekeringan didefinisikan sebagai berikut :

3
 Kekeringan Meteorologis
Kekeringan meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan di
bawah normal dalam satu musim. Kekeringan meteorologis biasanya
didefinisikan sebagai kurangnya curah hujan selama periode waktu yang
telah ditentukan. Ambang batas yang dipilih, seperti 50% dari curah hujan
normal selama jangka waktu enam bulan akan bervariasi menurut lokasi
sesuai dengan kebutuhan pengguna atau aplikasi (SAARC, 2010). Data
yang diperlukan untuk menilai kekeringan meteorologi adalah informasi
curah hujan harian, suhu, kelembaban, kecepatan dan tekananangin serta
penguapan.
 Kekeringan Hidrologis
Kekeringan hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis biasanya didefinisikan
oleh kekurangan pada permukaan dan persediaan air bawah permukaan
relatif terhadap kondisi rata-rata pada berbagai titik dalam waktu semusim.
Seperti kekeringan pertanian, tidak ada hubungan langsung antara jumlah
curah hujan dengan status air permukaan dan persediaan air bawah
permukaan di danau, waduk, akuifer, dan sungai karena komponen sistem
hidrologi digunakan untuk beberapa tujuan, seperti irigasi, rekreasi,
pariwisata, pengendalian banjir, transportasi, produksi listrik tenaga air, air
pasokan dalam negeri, perlindungan spesies terancam punah, dan
manajemen lingkungan, ekosistem, dan pelestarian. Ada juga waktu
kesenjangan yang cukup besar antara penyimpangan dari curah hujan dan
titik di mana kekurangan-kekurangan ini menjadi jelas dalam komponen
permukaan danbawah permukaan dari sistem hidrologi (SAARC, 2010).
 Kekeringan Pertanian
Kekeringan pertanian berhubungan dengan kekurangan kandungan
air tanah di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu yang mempengaruhi

4
penurunan produksi pertanian. Kekeringan pertanian didefinisikan sebagai
kurangnya ketersediaan air tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman
dan makanan ternak dari curah hujan normal selama beberapa periode
waktu tertentu. Hubungan antara curah hujan dan infiltrasi air hujan ke
dalam tanah seringkali tidak berlangsung. Tingkat infiltrasi bervariasi
tergantung pada kondisi kelembaban, kemiringan, jenis tanah, dan
intensitas dari peristiwa presipitasi. Karakteristik tanah juga berbeda.
Sebagai contoh, beberapa tanah memiliki kapasitas menyimpan air lebih
tinggi, yang membuat mereka kurang rentan terhadap kekeringan
(SAARC, 2010).

 Kekeringan Sosial Ekonomi


Kekeringan sosial ekonomi berkaitan dengan kondisi dimana
pasokan komoditas ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat
kekeringan meteologi, hidrologi dan pertanian. Kekeringan sosial ekonomi
berbeda nyata dari kekeringan yang lain karena mencerminkan hubungan
antara penawaran dan permintaan untuk beberapa komoditas atau ekonomi
yang baik (seperti air, pakan ternak, atau pembangkit listrik tenaga air)
yang tergantung pada curah hujan. Pasokan bervariasi setiap tahun sebagai
fungsi dari ketersediaan air. Permintaan juga naik turun dan sering
dikaitkan dengan suatu kecenderungan yang positif akibat peningkatan
populasi, pengembangan dan faktor lainnya (SAARC, 2010).
Dampak kekeringan bisa ekonomi, lingkungan atau sosial.
Kekeringan menghasilkan dampak yang kompleks mencakup banyak
sektor ekonomi baik luar daerah yang mengalami kekeringan.
Kompleksitas ini ada karena air merupakan bagian integral dari
kemampuan masyarakat untuk menghasilkan barang dan menyediakan
layanan. Dampak kekeringan sering disebut bersifat langsung dan tidak
langsung. Dampak langsung termasuk tanaman berkurang, lahan tidur, dan
produktivitas hutan, meningkatkan bahaya kebakaran, ketinggian air
berkurang, tingkat kematian satwa liar, dan kerusakan satwa liar dan

5
habitat ikan. Penginderaan jauh dan teknologi GIS memberikan kontribusi
signifikan untuk manajemen kekeringan (Jeyaseelan, 2003).

3. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitiam
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal
lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian (Arikunto,2010). Menurut Spardely (1980) pendekatan kualitatif adalah
pemahaman makna tentang suatu tindakan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam latar sosial yang menjadi objek penelitian.
Sebagaimana yang sudah diungkap diawal, tujuan utama metode
penelitian deskriptif ada tiga: mendeskripsikan, menjelaskan, dan memvalidasi
temuan penelitian. Peneliti mencapai tujuan tersebut setelah mendeskripsikan
karakteristik atau perilaku individu atau kelompok sosial yang diteliti.

3.2. Jenis Data


Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu:
a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik
melalui observasi maupun melalui wawancara dengan pihak informan.
Metode pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara
langsung terhadap pengusaha skala mikro, kecil dan menengah di
kabupaten Aceh Besar.
b. Data sekunder, yaitu berupa dokumen-dokumen atau literatur-literatur
dari Badan Pusat Statistik (BPS), internet, surat kabar, jurnal dan lain
sebagainya. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil
atau menggunakanya sebagian/seluruhnya dari sekumpulan data yang
telah dicatat atau dilaporkan.

3.3. Tekhnik Pengumpulan Data

6
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. menurut
Sugiyono (2007:209) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara,
angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui dua metode, yaitu:
1.Observasi
Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian, sehingga
peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan bersifat non-
partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem yang diamati.
2.Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2007:211), mendefinisikan wawancara sebagai
pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tersebut. Dengan
wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana
hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam melakukan wawancara,
peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
untuk diajukan, dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena
itu jenis jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam jenis
wawancara terstruktur.

4. Hasil dan Pembahasan


Bencana kekeringan seperti yang kita ketahui membawa dampak yang bisa
menganggu aktivitas masyarakat. Kekeringan sangat berpengaruh pada kondisi
sosial ekonomi penduduk.Pada masyarakatagraris dimana usaha tani selalu
berkaitan dengan iklim,kekeringan akan mempengaruhi mata pencaharian
penduduk (Mekuria dalam Chatarina 2016 : 349).
Hal ini di perkuat oleh hasil wawancara dengan masyarakat yang biasa
melakukan aktifitas sehari-hari di dalam kawasan kolam Mata Ie, yaitu Murni
pedagang snack dan minuman ringan di dalam kolam mata ie mengatakan "Sejak

7
dua bulan lalu kondisinya begini. Karena tak ada air, maka kami juga tak ada
pemasukan," dan mengaku, kondisi ini telah berlangsung sejak dua bulan terakhir.
Menurutnya, akibat lama tak dihujani, mata air di pegunungan itu menjadi
kering. Sehingga berdampak pada keringnya kolam pemandian. Biasanya, dia
menjual aneka minuman dari kopi, teh, sirup, minuman sachet, hingga makanan
ringan untuk disuguhkan ke pengunjung.
Murni mengatakan, ”kondisi ini terjadi secara alamiah dan tidak bisa
dicegah. Sehingga tak ada cara untuk membuat kolam kembali terisi air.
Semuanya tergantung hujan. Kita tunggu aja datangnya musim hujan,“. seperti
hasil wawancara tersebut bisa dilihat bahwasanya pengetahuan masyarakat yang
sering melakukan aktifitas di dalam kolam tersebut hanya menganggap kejadian
kekeringan yang terjadi adalah hal yang biasa dan lumrah terjadi apabila musim
kemarau datang.

Kesimpulan
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berada di
sekitar Kolam Pemandian Mata Ie tidak terlalu mengetahui apa penyebab dari
keringnya Kolam Mata Ie. Dan masyarakat sekitarhanya percaya bahwa
kekeringan tersebut terjadi akibat kemarau berkepanjangan. Masyarakat
sekitarjuga mempercayai bahwa dengan datang musim hujan akan membuat
semuanya menjadi kembali seperti semula. Bahkah pemerintah Aceh Besar
sendirijuga mmenyarankan penduduk sekitaran Mata Ie untuk shalat Istiqa’ dan
berdoa agar hujan turun sehingga mengatasi masalah kekeringan yang sedang
terjadi saat itu.

8
5. DaftarPustaka

Wilhite, D. A. 2010. Quantification of agricultural drought for effective drought


mitigation, in agricultural drought indices, Proceedings of an Expert
Meeting 2-4 June. Murcia, Spain,WMO, Geneva.

Nalbantis, I, and Tsakiris, G. 2008. Assessment of Hydrological Drought


Revisited. Water Resources Management 23 (5) (July 22): 881-897.

Pramudia, A. 2002. Analisis Sensitivitas Tingkat Kerawanan Produksi Padi di


Pantai Utara Jawa Barat Terhadap Kekeringan dan El Nino. Bogor:
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

“Kemarau berkepanjangan, kolam mata ie di Aceh Besar mongering,” Teuku


Dedi,25 april 2019 , diakses pada 2 November 2019.

“sumber air mata ie kering, pemerintah Aceh Besar menghimbau laksanakan sakat
istisqa,”opt4, 20 september 2019, diakses pada 31 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai