Anda di halaman 1dari 4

Analisis Potensi Kekeringan Di Kabupaten Ciamis Dengan Metode Nddi

Tahun 2020
I. PENDAHULUAN
II. METODE
III. TELAAH PUSTAKA DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
1. Telaah Pustaka
a) Kekeringan
Kekeringan merupakan kondisi kekurangan air pada daerah yang tidak
mengalami kekurangan air, sehingga daerah yang kering merupakan daerah
yang mempunyai curah hujan kecil atau jumlah bulan kering dalam setahun
lebih besar atau sama dengan delapan bulan. Kekeringan merupakan salah
satu fenomena yang terjadi secara alami ketika curah hujan secara signifikan
di bawah dari normalnya yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan
hidrologi yang cukup serius dan berdampak tidak baik terhadap lahan sistem
produksi sumber daya (Moreira dkk, 2012) mengatakan, kekeringan
merupakan kejadian iklim yang berulang dan dapat terjadi di semua zona
iklim meskipun dengan karakteristik yang bervariasi di setiap tempat
terjadinya. 
Kekeringan seringkali dikaitkan dengan sektor yang mempengaruhi
kekeringan, sehingga sering didefenisikan sebagai kekeringan metereologi,
kekeringan hidrologi, sosial ekonomi, serta kekeringan secara pertanian
(Khairullah, 2009). Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya, menurut
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) membagi kekeringan menjadi
dua kategori yaitu kekeringan alamiah dan kekeringan yang diakibatkan
perbuatan manusia (TKPSDA, 2003). 
1. Kekeringan Metereologis, kekeringan yang berkaitan dengan tingkat
curah hujan di bawah normal dalam satu musim. pengukuran
kekeringan pada jenis ini sebagai indikasi pertama adanya kekeringan.
2. Kekeringan Hidrologis, kekeringan yang berkaitan dengan kekurangan
pasokan air permukaan dan air tanah. kekeringan jenis ini diukur
berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dana elevasi muka
air tanah. Berbeda dengan jenis kekeringan sebelumnya, kekeringan ini
bukan indikasi awal adanya kekeringan. 
3. Kekeringan Pertanian, kekeringan ini berhubungan dengan kekeringan
lengas tanah atau kandungan air dalam tanah, sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu yang telah
ditetapkan dalam wilayah yang luas. Kekeringan jenis ini terjadi
setelah gejala kekeringan metereologis. 
4. Kekeringan Sosial Ekonomi, kekeringan yang berhubungan dengan
kekeringan yang memberikan dampak terhadap sosial ekonomi seperti,
rusaknya tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik
dari tenaga air, terganggunya kelancaran transportasi air, menurunnya
pasokan air baku untuk industri domestik dan perkotaan.
5. Kekeringan hidrotopografi, kekeringan yang berhubungan dengan
perubahan tinggi muka air sungai yang terjadi pada musim hujan,
musim kering, dan topografi lahan.
Kekeringan tidak taat aturan yang penyebabnya oleh ulah manusia
terjadi karena:
1. Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan akibat
tatanan pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air.
2. Kerusakan kawasan tangkapan air, sumber-sumber air akibat perbuatan
manusia.
Bencana kekeringan yang terjadi di Kota Semarang bukanlah
kekeringan meteorologi yang disebabkan rendahnya curah hujan melainkan
kekeringan jenis hidrologi yang disebabkan karena kurangnya cadangan air
dalam tanah akibat kondisi fisik lahan yang tidak mendukung. Berdasarkan
penjelasan di atas bahwa kekeringan hidrologi berhubungan dengan
Bencana kekeringan sektor pertanian, khususnya padi yang dapat
mengalami penurunan produksi (kuantitas maupun kualitas) atau bahkan
kegagalan panen.

2. Penelitian Sebelumnya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
2. Pembahasan
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai