Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Jenis-Jenis Kekeringan
Berdasarkan penyebab dan dampak yang ditimbulkan, kekeringan diklasifikasikan
sebagai kekeringan yang terjadi secara alamiah dan kekeringan akibat ulah manusia.
Kekeringan alamiah dibedakan dalam 4 jenis kekeringan, yaitu :
a. Kekeringan Meteorologis Kekeringan yang berkaitan dengan tingkat curah hujan di
bawah normal dalam satu musim di suatu kawasan. Pengukuran kekeringan meteorologis
merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
b. Kekeringan Hidrologis Kekeringan yang berkaitan dengan kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai,
waduk, danau dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya
hujan sampai menurunya elevasi air sungai, waduk, danau dan elevasi muka air tanah.
c. Kekeringan Agronomis Kekeringan yang berhubungan dengan berkurangnya lengas
tanah (kandungan air dalam tanah), sehingga mampu memenuhi kebutuhan tanaman
tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini
terjadi
setelah gejala kekeringan meteorologis.
d. Kekeringan Sosial Ekonomi Kekeringan yang berkaitan dengan kondisi dimana pasokan
komoditi ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat terjadinya kekeringan
meteorologi, hidrologi dan agronomi (pertanian).
Adapun kekeringan akibat perilaku manusia utamanya disebabkan karena ketidak
taatan pada aturan yang ada. Kekeringan jenis ini dikenal dengan nama Kekeringan
Antropogenik, dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu :
a. Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat ketidak taatan
pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air.
b. Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat perbuatan manusia

2.2 Tanda-Tanda Umum Kekeringan


Gejala terjadinya kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam
satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya
bencana kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan
air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan
air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan
air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada
periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi
kering dan mengering.

2.3 Faktor – Faktor Terjadinya Kekeringan


Mencermati dampak yang terjadi atas kekeringan, sudah saatnya kita memandang
kekeringan di Indonesia khususnya tidak terjadi semata-mata karena faktor alamiah saja.
Memang bisa dipahami bahwa Indonesia terletak di wilayah geografis dimana Indonesia
terletak diantara dua benua juga dua samudera. Sementara itu Indonesia pun terletak di
sepanjang garis khatulistiwa. Semua fakta geografis ini membuat wilayah Indonesia rentan
terhadap gejala kekeringan sebab iklim yang berlaku di wilayah tropis memang iklim
monsoon yang diketahui sangat sensitive terhadap perubahan ENSO atau El-Nino Southern
Oscilation. ENSO inilah yang menjadi penyebab utama kekeringan yang muncul apabila suhu
di permukaan laut pasifik equator tepatnya di bagian tengah sampai bagian timur mengalami
peningkatan suhu. Meski demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa anomaly ENSO tidak
menjadi penyebab satu-satunya atas gejala kekeringan di Indonesia. Kekeringan umumnya
diperparah penyebab lainnya diantaranya :
1. Terjadinya pergeseran daerah aliran sungai atau DAS utamanya di wilayah hulu. Hal
ini membuat lahan beralih fungsi, dari vegetasi menjadi non-vegetasi. Sedangkan efek
dari perubahan ini adalah sistem resapan air di atas yang menjadi kacau dan akhirnya
menyebabkan kekeringan.
2. Terjadinya kerusakan hidrologis wilayah hulu sehingga waduk dan juga saluran
irigasi diisi oleh sendimen. Hal ini kemudian menjadikan kapasitas dan daya tampung
menjadi drop. Cadangan air yang kurang akan memicu kekeringan parah saat musim
kemarau tiba.
3. Penyebab kekeringan di Indonesia lainnya adalah persoalan agronomis atau dikenal
juga dengan nama kekeringan agronomis. Hal ini diakibatkan pola tanam petani di
Indonesia yang memaksakan penanaman padi pada musim kemarau dan mengakibatkan
cadangan air semakin tidak mencukupi.

Kekeringan terutama disebabkan oleh fluktuasi-fluktuasi berkala jangka pendek dalam


tingkat curah hujan dan mungkin oleh perubahan-perubahan iklim jangka panjang. Adapun
Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1.   Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan
bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan
oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan
kars, karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
2.   Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan
bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang
terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih
lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang
dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap air  pada saat musim kemarau, karena
akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan
sumber-sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau, karena air yang
terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber
mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
3.   Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama.
Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak
mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki
tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga
tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.
4.   Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang
tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga
mengakibatkan perubahan musim.
Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih
lama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan
memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi
di musim kemarau.
5.   Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentu
seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih
banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam
tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah
pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat
memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat
rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu
tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan
demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau
terbatas jumlahnya.

6.   Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air
tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah
yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan
yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.
Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar
daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih
lama.

Anda mungkin juga menyukai