Anda di halaman 1dari 48

TUGAS III SUMBER DAYA ALAM

“ ISU LINGKUNGAN”

ALFIAN ADI SUCIPTO


09220220057
D1

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
1. ISU LOKAL
A. Drought (Kekeringan)
- Pengertian
Kekeringan adalah salah satu bencana yang terjadi secara alamiah maupun karena
manusia. Kekeringan yang terjadi secara alamiah dibedakan menjadi empat, yaitu
kekeringan meteorologis, kekeringan hidrologis, kekeringan agronomis, dan
kekeringan sosial ekonomi.
1. Kekeringan meteorologis merupakan kekeringan yang disebabkan karena
tingkat curah hujan pada suatu daerah di bawah normal.
2. Kekeringan hidrologis terjadi ketika pasokan air tanah dan air permukaan
berkurang.
3. Kekeringan agronomis berkaitan dengan berkurangnya kandungan air di dalam
tanah, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terganggu.
4. Kekeringan sosial ekonomi merupakan merupakan muara dari semua
kekeringan yang telah terjadi sebelumnya karena adanya bencana ini
menyebabkan adanya krisis sosial dan ekonomi.

- Penyebab
1. Curah Hujan
Kekeringan dapat disebabkan karena suatu wilayah tidak mengalami hujan atau
kemarau dalam kurun waktu yang cukup lama atau curah hujan di bawah
normal, sehingga kandungan air di dalam tanah berkurang atau bahkan tidak
ada.
2. Konsumsi Air Berlebih
Konsumsi air yang berlebihan pun dapat menjadi penyebab kekeringan, hal
tersebut disebabkan konsumsi air berlebih tidak diimbangi dengan sumber air
yang berlebih pula. Konsumsi air berbanding terbalik dengan sumber air,
artinya bencana ini dapat terjadi saat konsumsi air sudah melampaui batasnya
namun sumber air hanya mengeluarkan air dengan jumlah yang sama (terbatas).
3. Vegetasi
Vegetasi pun dapat menjadi penyebab dari bencana ini, wilayah yang masih
memiliki vegetasi yang lebat pasti memiliki cadangan air yang lebih banyak
jika dibandingkan dengan wilayah yang tidak memiliki vegetasi atau lahan
gundul. Vegetasi yang gundul artinya air yang meresap ke dalam tanah
(infiltrasi) pun pasti akan berkurang, karena fungsi akar sendiri menyerap dan
menyimpan air dari hujan. Air yang tersimpan di dalam akar tersebut dapat
digunakan sebagai cadangan ketika musim kemarau telah tiba. Hal ini berarti,
ketika musim kemarau datang daerah yang memiliki sedikit pohon akan
memiliki cadangan air yang sedikit pula karena pohon-pohon tersebut sudah
tergantikan oleh bangunan-bangunan khususnya di daerah perkotaan.
4. Pengelolaan Sumber Daya Air
Kekeringan juga dapat terjadi karena masyarakat suatu daerah belum bisa
mengelola sumber daya air yang ada secara baik, ataupun prasarana sumber

2
daya air yang kurang. Kekurangan sumber air pun dapat menjadi penyebab
bencana ini. Ketika sumber air (mata air, sungai, dan lainnya) mengering maka
tidak dapat memenuhi kebutuhan air manusia. Begitu pula ketika sumber air
tersebut dimanfaatkan terlalu berlebihan hingga airnya habis maka pemanfaatan
sumber daya air tidak dapat berkelanjutan.

- Dampak
1. Kesehatan Manusia
Ketika pasokan air di suatu daerah tidak dapat mencukupi kebutuhan
penduduknya, masyarakat pasti akan merasakan kesulitan. Air sangat
diperlukan masyarakat, baik itu untuk air minum, mandi dan buang air,
memasak, dan lainnya. Hal tersebut tidak dapat digantikan oleh barang apapun.
Saat air minum berkurang, hal tersebut juga berdampak ke kesehatan manusia
itu sendiri, contohnya munculnya wabah penyakit seperti diare, penyakit kulit,
campak, cacar dan lainnya. Manusia dapat bertahan lebih lama tanpa makanan,
tapi tidak dapat bertahan tanpa minum karena 70% dari tubuh manusia
merupakan air. Tubuh manusia sangat memerlukan air untuk proses-proses
dalam tubuh seperti membantu mengeluarkan kotoran, menjaga kelembaban,
media transportasi nutrisi, dan lainnya. Oleh karena itu air bersih khususnya
untuk kebutuhan air minum sangat diperlukan.
2. Hewan dan Tumbuhan
Sama halnya dengan manusia, tumbuhan memerlukan air untuk proses
fotosintesis alias memproduksi makanan. Tanaman mati maka pasokan oksigen
untuk manusia pun akan turut berkurang. Hewan pun akan merasakan
dampaknya karena hewan juga termasuk makhluk hidup yang membutuhkan
air untuk minum.
3. Produktivitas Lahan
Bencana ini pun dapat menurunkan produktivitas khususnya hasil pertanian
lahan basah. Lahan basah contohnya sawah memerlukan banyak air, apalagi
lahan basah komoditas utamanya adalah padi yang memang biasa hidup pada
kondisi lahan yang tergenang. Apabila panen padi gagal dan terjadi dalam skala
besar, maka dampak besar lainnya yang akan terjadi adalah kurangnya pasokan
beras dan semakin banyak beras yang harus diimpor oleh Indonesia.
Dampak kekeringan merupakan dampak yang kompleks karena menyangkut
beberapa aspek penting dan aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain. Oleh
karena itu diperlukan tindakan penanggulangan maupun pencegahan untuk
mengatasi bencana ini yang dilakukan oleh diri sendiri, masyarakat luas, maupun
stakeholders terkait.

- Solusi/penanggulangannya
Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekeringan yaitu
meningkatkan ketersediaan sumber air, baik itu sumber air dari tanah, sumur gali,

3
maupun penampungan air hujan. Adapun solusi lain untuk mengantisipasi
kekeringan yaitu :
1. Menghemat Penggunaan Air
Penggunaan air secukupnya merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
ketika sumber daya air sudah menipis karena apapun yang berlebihan pun pasti
tidak akan baik. Jadi cukup gunakan air secukupnya saja.
2. Penanaman Pohon
Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekeringan
yaitu melalui gerakan menanam pohon. Memang manfaatnya akan dirasakan
ketika pohon tersebut sudah besar, tetapi cara ini harus dilakukan untuk
kelestarian air baku. Pohon dapat menyerap air dan juga memperbaiki aerasi
tanah sehingga dapat menyimpan air lebih baik. Apalagi ketika pohon tersebut
membentuk suatu hutan dengan vegetasi yang lebat. Pasti air yang disimpan
hutan tersebut akan semakin banyak.
3. Pembuatan Sumur Resapan dan Teknik Konservasi Air Lainnya
Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan sumur resapan,
hal tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat. Setiap rumah dapat membangun
sumur resapan agar ketersediaan air tanah meningkat. Prinsip kerja dari sumur
resapan ini adalah menampung air hujan dalam suatu lubang agar air genangan
memiliki waktu yang lebih lama dipermukaan tanah sehingga sedikit demi
sedikit air akan meresap kedalam tanah. Prinsip kerja dari sumur resapan adalah
dengan cara memperbesar luas permukaan tanah dengan cara membuat lubang
berbentuk sumur, luasnya permukaan tanah ini membuat air yang dapat
diinfiltrasikan lebih banyak daripada sebelumnya. Sumur resapan ini harus
ditempatkan minimal 1 m dari pondasi, 3 m dari sumur air bersih, dan 5 m dari
septic tank. Selain pembangunan sumur resapan, teknik-teknik konservasi tanah
dan air yang lainnya pun dapat dilakukan, seperti pembangunan rorak, DAM
resapan, kolam retensi, lubang resapan, dan lain sebagainya.

B. Flood (Banjir)
- Pengertian
Banjir adalah aliran air yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai
atau saluran. Banjir adalah peristiwa tergenangnya suatu wilayah oleh air, baik air
hujan, air sungai, atau air pasang.

- Penyebab
o Curah hujan tinggi
o Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
o Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan
pengaliran air keiuar sempit.
o Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
o Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di
pinggir sungai.

4
o Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
o Hutan gundul akibat penebangan hutan secara liar.
o Dampak yang ditimbulkan dari banjir

- Dampak
Bencana banjir kadang dapat diprediksi, dan kadang tidak dapat diprediksi. Banjir
dapat diprediksi ketika datang pada saat musim hujan di daerah yang sering banjir,
sedangkan banjir yang tidak dapat diprediksi biasanya terjadi pada daerah yang
jarang terjadi banjir, biasanya berupa air bah atau tanggul jebol. Bencana banjir
dapat merugikan banyak orang karena banjir berdampak negatif baik kesehatan
ataupun terhadap lingkungan. Selain itu bencana banjir juga mengakibatkan
kerusakan dan tidak sedikit masalah lingkungan yang timbul akibat terjadinya
banjir. Untuk lebih mengetahui secara detail tentang akibat yang ditimbulkan oleh
banjir, berikut ini ada 10 dampak dari banjir di berbagai bidang.
1. Banjir dapat melumpuhkan sarana transportasi.
Jika bencana banjir datang, maka akan ada banyak jalanan yang lumpuh dan
tidak bisa dilewati oleh semua jenis kendaraan, baik itu motor, mobil, dan
kendaraan besar. Hal ini tidak lain karena adanya genangan air yang cukup
tinggi sehingga membuat kendaraan tidak dapat melewati daerah tersebut dan
mengakibatkan jalanan tersebut lumpuh.
2. Banjir dapat merusak sarana dan prasarana
Banjir dapat merusak atau mungkin menghancurkan rumah, gedung, tempat
ibadah, sekolah, kantor pemerintahan, mobil, dan angkutan umum.
3. Banjir menghentikan aktivitas sehari-hari
Kegiatan bekerja, sekolah dan aktivitas sehari-hari yang lain akan terhenti
karena musibah banjir. Bencana banjir megakibatkan semua orang tidak dapat
melakukan kegiatan seharihari karena jalur transportasi lumpuh.
4. Banjir dapat menghilangkan atau merusak peralatan, harta benda, dan jiwa
manusia.
Bila bencana banjir datang, maka banyak yang kehilangan harta benda, dan
berbagai macam peralatan rumah karena banjir masuk ke dalam rumah. Yang
paling berbahaya yaitu jika bencana banjir sampai merenggut korban jiwa.
5. Banjir dapat mencemari lingkungan sekitar.
Luapan air banjir yang masuk ke rumah-rumah, sekolah, dan tempat umum
lainnya akan membuat lingkungan menjadi kotor karena sampah yang
menumpuk dan tergenang akibat banjir tersebut.
6. Banjir dapat menyebabkan pemadaman listrik.
Apabila bencana banjir melanda suatu daerah, maka daerah tersebut akan
mengalami pemadaman listrik untuk mencegah terjadinya musibah lain,
misalnya listrik kornsleting listrik. Listrik yang padam akan membuat aktifitas
terhenti.
7. Banjir dapat mengganggu atau merusak perekonomian.

5
Perekonomian suatu daerah akan terganggu karena banjir merendam sektor
penting perekonomian, baik itu pertanian, industri, bahkan transportasi. Dengan
terputusnya akses transportasi, maka bahan makanan yang diangkut oleh truk
dapat membusuk atau mungkin membutuhkan biaya tambahan. Selain itu,
produksi pabrik akan dihentikan sementara waktu karena listrik dipadamkan
atau mesin produksi terendam air sehingga proses produksi tidak dapat
dijalankan seperti biasanya.
8. Banjir dapat mengganggu, atau menghilangkan masa depan.
Jika banjir melanda cukup besar atau berlangsung dalam waktu yang lama,
maka roda kehidupan juga bisa dapat berubah dengan drastis, antara lain :
kehilangan pekerjaan, hutang yang semakin menumpuk, serta kesehatan yang
terganggu. Semua itu dapat mempengaruhi masa depan seseorang, keluarga
atau mungkin masyarakat, baik secara langsung dan tidak langsung.
9. Banjir dapat menyebabkan erosi dan tanah longsor.
Apabila semakin hujan yang turun semakin deras, maka semakin tinggi air
banjir dan dapat mengakibatkan tanah dan jalan terkikis serta bencana longsor.
10. Banjir dapat mendatangkan masalah / gangguan kesehatan (penyakit).
Banjir mengakibatkan lingkungan menjadi tidak bersih, sehingga bibit kuman
penyakit berkembang biak dengan mudah. Selain itu makanan dan minuman
yang sehat lebih slit untuk ditemukan dan jika makanan atau minuman terlalu
sering kena air maka akan mengakibatkan kondisi tubuh menurun.

- Solusi/Penanggulangannya
Beberapa tindakan dalam upaya mengurangi dampak banjir yang terjadi adalah
sebagai berikut :
o Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
o Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir.
o Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah
banjir.
o Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program
Pengerukan sungai.
o Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
o Program penghijauan daerah hulu sungai wajib selalu dilaksanakan serta
mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

C. Land Slide (Tanah Longsor)


- Pengertian
Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material laporan, bergerak ke bawah atau
keluar lereng Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana
terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.

6
- Penyebab
Gejala umum tanah longsor ditandai dengan munculnya retakan retakan dilereng
yang sejajar dengan arah tebing, biasanya terjadi setelah hujan, munculnya mata air
baru secara tiba-tiba dan tebing rapuh serta kerikil mulai berjatuhan Factor
penyebab lainya adalah sebagai berikut

1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanha dalam jumlah
besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga
terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup kebagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang
kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering
terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu yang
singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena
melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi dibagian dasar
lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan
dipermukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh
tumbuhan Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong Lereng yang
terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180o apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dari sudut lereng lebih dari 220. tanah jenis ini
memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan.
Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi
lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.

4. Batuan yang kurang Kuat


Batuan endapan gunung api dari sedimen berukuran pasir dan campuran antara
kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah
menjadi tanah apabila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis Tata Lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek

7
dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus
bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi didaerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang tejadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran
mesin, dan getaran talu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah
tanah, badan jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut Muka Air Danau atau Bendungan
Akibat sututnya muka air yang cepat didanau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran
dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya Beban Tambahan
Adanya bahan tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan
akan memperbesar pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan
jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah
dan retakan yang arahnya kearah lembah.

9. Pengikisan/Erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kearah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungal, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya Material Timbunan Pada Tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan permukiman umunya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah
tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang
kemudian dikuti dengan retakan tanah
11. Longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah
terajdi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memiliki ciri: adanya tebing
terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda, umumnya dijumpai
mata air, pepohanan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur,
daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai, dijumpai longsoran
kecil terutama pada tebing lembah, dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang
merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama, dijumpai alur lembah
dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil, longsoran ini cukup
luas.
12. Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri: bidang perlapisan batuan, bidang
kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar, bidang kontak antara batuan
yang retak-retak dengan batuan yang kuat, bidang kontak antara batuan yang
dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air, bidang kontak
antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat. Bidang-bidang tersebut

8
merupakan bidang-bidang lemah dan dapat befungsi sebagai bidang luncuran
tanah longsor.
13. Penggundulan Hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relative gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang
14. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam
jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longor apalagi ditambah dengan
guyuran hujan.

- Dampak
Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tanah longsor baik dampak
terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun dampaknya terhadap
keseimbangan lingkungan.
1. Dampak terhadap kehidupan
Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang sangat besar terhadap
kehidupan, khususnya manusia. Bila tanah longsor itu terjadi pada wilayah
yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, maka korban jiwa yang
ditimbulkannya akan sangat besar, terutama bencana tanah longsor yang terjadi
secara tiba tiba tanpa diawal adanya tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.
Adapun dampak yang ditimbulkan dengan terjadinya tanah longsor terhadap
kehidupan adalah sebagai berikut:
o Bencana longsor banyak menelan korban jiwa.
o Terjadinya kerusakan infrastruktur public seperti jalan, jembatan dan
sebagainya.
o Kerusakan bangunan-bangunan seperti gedung perkantoran dan
perumahan penduduk serta sarana peribadatan.
o Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik masyarakat
yang terdapat disekitar bencana maupun pemerintah

2. Dampak terhadap lingkungan


Adapun dampak yang ditimbulkan terhdap lingkungan akibat terjadinya tanah
longsor adalah sebagai berikut:
o terjadinya kerusakan lahan
o Hilangnya vegetasi penutup lahan
o terganggunya keseimbangan ekosistem
o Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis.
o terjadinya tanah longsor dapat menutup lahan yang lain seperti sawah,
kebun dan lahan produktif lainnya.

- Solusi/Penanggulangannya
Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

9
1. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman
2. Buatlah terasering (sengkedan).
3. Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk dalam tanah
melalui retakan.
4. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
5. Jangan menebang pohon di lereng.
6. Jangan membangun rumah di bawah tebing
7. Jangan mendirikan pemukiman di tepi lereng yag terjal
8. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
9. Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi

D. Coastal Erosion (Erosi Pantai)


- Pengertian
Erosi pantai merupakan perubahan dataran pantai yang menyebabkan mundurnya
garis pantai. Indikator pantai mengalami erosi antara lain:
1. Pantai berbentuk cekung dengan tersingkapnya batuan dan lahan berlumpur di
pantai,
2. tampak material batuan penyusun pantai belakang, dan
3. kenampakan zona vegetasi pantai terpotong erosi.

- Penyebab
1. Sebab Alami
Sebab alami erosi pantai antara lain karena:
o sifat dataran pantai yang masih muda dan belum imbang, dimana
sumber sedimen (source) lebih kecil dari kehilangan sedimen (sink),
o penurunan muka tanah,
o pergerakan air tanah dan air permukaan,
o fluktuasi debit sedimen dari sungai,
o perubahan iklim gelombang,
o hilangnya perlindungan pantai (pohon bakau, terumbu karang, sand
dune),
o naiknya muka air laut, dll.
2. Sebab Buatan
Selain sebab alami, pada daerah pantai yang dikembangkan, seringkali
penyebab erosi adalah sebab buatan, antara lain:
o perusakan perlindungan pantai alami (penebangan bakau, pengambilan
terumbu karang, pengambilan pasir, dll.),
o perubahan imbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat
pembuatan bangunan-bangunan pantai (jetty, pemecah gelombang,
pelabuhan, outlet, dll.),

10
o perubahan suplai sedimen dari daratan (perubahan aliran sungai,
pembuatan bendungan dan check-dam di bagian hulu sungai),
o pengembangan pantai yang tidak sesuai dengan potensi pantai.

- Dampak
1. Penyusutan area pantai
Penyusutan area pantai adalah dampak abrasi yang paling nyata. Gelombang
dan arus laut yang kuat akan menimbulkan hantaman keras pada wilayah pantai,
serta menggerus batuan dan tanah. Akibatnya, bebatuan dan tanah berpisah
secara perlahan dari wilayah daratan dan kemudian tergenang oleh air. Bagi
sektor pariwisata, tentu abrasi juga menimbulkan kerugian. Kondisi ini
mengancam kelangsungan hidup penduduk yang tinggal di sekitar pantai dan
penduduk yang membuka usaha di kawasan pantai.
2. Rusaknya hutan bakau di sekitar daerah pantai
Selain sebagai habitat flora dan fauna, hutan bakau memiliki manfaat dan tujuan
untuk mengurangi risiko terjadinya abrasi pantai. Namun, hutan bakau tidak
akan berfungsi jika kondisi abrasi sudah tidak dapat dikendalikan lagi.
Terutama saat musim badai dan disertai dengan kondisi keseimbangan
ekosistem laut yang telah rusak.
3. Hilangnya habitat flora dan fauna
Area pantai yang terkikis oleh gelombang laut akan mengakibatkan bermacam
jenis ikan kehilangan habitat. Pada akhirnya, ikan akan mencari tempat lain
untuk hidup dan berkumpul.
4. Sosial Ekonomi Mayarakat
Erosi pantai berdampak pada perubahan sosial ekonomi masyarakat pesisir
pantai. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani mulai beralih ke
mata pencaharian lain. Air laut yang naik ke darat membuat air tanah menjadi
asin dan tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam. Selain itu, lahan
pertanian yang tergenang oleh air laut tidak dapat digunakan untuk bertani lagi
sehingga banyak petani yang beralih profesi menjadi nelayan. Tak sedikit pula
petani yang beralih ke bidang pertambakan.

5. Kesehatan Masyarakat
Erosi pantai menyebabkan air laut masuk ke sumber- sumber air masyarakat
pesisir pantai. Hal tersebut mempengaruhi salinitas atau tingkat kadar garam
yang terlarut dalam sumber- sumber air tanah. Dampak pencemaran air tersebut
yakni turunnya kualitas kesehatan masyarakat. Penurunan kualitas kesehatan
tersebut dapat dilihat dari timbulnya berbagai macam penyakit yang diderita
oleh masyarakat pesisir, diantaranya adalah :
o Penyakit kulit. Air laut yang tercampur ke sumber- sumber air penduduk
pesisir pantai sering kali tercemari oleh limbah. Padahal sumber-
sumber air tersebut digunakan oleh masyarakat pesisir pantai untuk

11
keperluan sehari- hari seperti mandi dan mencuci. Hal tersebut tentu
dapat menyebabkan penyakit kulit bagi masyarakat pesisir.
o Penyakit saluran pencernaan. Air tanah yang sudah tidak sehat, apabila
dikonsumsi akan menimbulkan penyakit pencernaan seperti sakit perut,
disenteri, diare dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat diperparah
dengan buruknya sanitasi masyarakat.
o Gangguan fungsi ginjal. Indikasi gangguan fungsi ginjal pada
masyarakat pesisir perlu diwaspadai mengingat sumber- sumber air
yang sudah tercemari limbah.

- Solusi/Penanggulangannya
1. Menanam Tanaman Bakau wilayah hutan pantai
Pohon bakau merupakan jenis pepohonan pantai yang memiliki akar menjulur
ke dalam air. Bakau umumnya ditanam di sepanjang garis pantai. Pohon bakau
berfungsi menjadi pembatas area laut dengan daerah pantai yang berpasir.
Bakau yang tumbuh dan berkembang memiliki akar kuat, sehingga dapat
menahan gelombang dan arus laut. Adanya hutan bakau juga memberikan
manfaat lain, seperti menjaga stabilitas garis pantai, mengurangi dampak
apabila terjadi tsunami, lokasi pengendapan lumpur, menahan hembusan angin
laut, sebagai sumber plasma nutfah, sebagai sumber oksigen, dan menjadi
habitat ragam spesies seperti kepiting, burung, serta ikan.
2. Melestarikan Terumbu Karang
Terumbu karang memiliki berbagai manfaat, antara lain untuk tempat hidup
ikan dan mengurangi kekuatan gelombang serta arus laut.
3. Membangun Pemecah Gelombang
Untuk mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan di sekitar pesisir,
pembuatan bangunan pemecah ombak juga dapat dilakukan. Tujuan dari
pemecah gelombang laut adalah meredam kekuatan ombak yang tiba di garis
pantai agar tidak terlalu besar, sehingga berpotensi mengikis padatan yang ada
di titik tertentu.

E. Seawater Intrusion (Intrusi Air Laut)


- Pengertian
Intrusi air laut merupakan peristiwa masuknya air laut ke daerah akuifer air tawar
atau air tanah. Air tanah dan air laut merupakan dua fluida dengan berat jenis yang
berbeda, sehingga ketika kedua jenis fluida ini bertemu akan mengakibatkan
perubahan jenis air tanah menjadi air laut yang memiliki kadar garam yang lebih
tinggi.

- Penyebab
1. Ekstraksi Air Tanah

12
Ekstraksi air tanah adalah salah satu penyebab utama intrusi air asin. Air tanah
merupakan sumber air minum pada sebagian besar wilayah pantai dan ekstraksi
telah meningkat dengan bertambahnya permukiman pinggir pantai. Pada
kondisi dasar, intrusi air asin hanya mencapai wilayah tertentu karena dibatasi
oleh tekanan dari kolom air tawar yang lebih besar karena posisinya yang lebih
tinggi dari permukaan air laut. Ekstraksi air tanah mengurangi tekanan kolom
air tanah yang berarti air laut dapat mengalir lebih ke arah daratan.
2. Konstruksi Kanal dan Drainase
Konstruksi kanal dan drainase dapat memicu instrusi air asin. Kanal
menyediakan celah bagi air asin untuk menuju ke daratan. Pengerukan kanal di
sekitar rawa untuk memfasilitasi pengeboran minyak dan gas juga
menyebabkan subsiden lahan, yang mempu menyebabkan intrusi air asin lebih
jauh. Jaringan drainase yang dibangun untuk mengalirkan air dari wilayah
permukiman pinggir pantai dapat memicu intrusi karena menurunkan tinggi
muka air tawar. Penyebab utama intrusi air adalah penurunan tinggi muka air.
Selain itu, proses konstruksi dan keberadaan kanal juga telah membuat air laut
mengalir ke daratan hingga dibangunnya pintu air kendali.

- Dampak
1. Kualitas Air Tanah
Secara umum, dampak yang paling rasional dari terjadinya intrusi air laut
adalah tidak dapat digunakannya air tanah sebagai sumber kehidupan atau
aktvitas manusia lainnya.
2. Kualitas Tanah
Intrusi air laut berhubungan dengan konsentrasi garam pada air tanah atau biasa
yang disebut dengan salinitas. Tingkat salinitas yang tinggi dapat berakibat
buruk pada kondisi tanah. Tanah yang mengandung garam (Na+) akan memiliki
struktur yang kurang baik. Tanah yang memiliki kadar garam yang tinggi akan
menjadi lembek pada saat basah serta keras dan menggumpal pada saat kering.
Hal ini akan berbahaya jika tanah yang memiliki kadar garam yang tinggi
digunakan untuk konstruksi bangunan. Selain itu salinitas juga dapat
berpengaruh pada berbagai macam tanaman. Beberapa jenis tanaman yang
biasa tumbuh di tanah dengan jumlah kadar garam yang rendah tidak akan
bertahanlama jika tumbuh di tanah dengan kadar garam yang tinggi. Hal ini
dikarenakan jumlah molekul air yang terserap menuju batang dan daun tidak
seimbang sehingga mengakibatkan tanaman cepat layu dan mati.

- Solusi/Penanggulangannya
Intrusi air laut dapat dicegah atau dikurangi dengan tindakan-tindakan khusus
sebagai berikut:
1. Rintangan tekan (pneumatic barriers)
Dengan menyuntikkan gelembung-gelembung udara ke reservoir air bawah
tanah sehingga pertukaran antara air tawar dan laut dapat dikurangi.

13
2. Memperbesar debit sungai
Memperbesar debit sungai dari daerah hulu (dengan memanfaatkan
penggunaan air tidak ekonomis) atau mengurangi kedalaman alur sungai
(walaupun dianggap memerlukan biaya tinggi) dan menutup muara.
3. Perencanaan waduk pantai.
Terdapat dua jenis waduk yang dapat dibuat:
o Waduk yang dibuat dari tangki-tangki yang terbentuk karena bendungan
muara-muara dan tidal inlet. Tangki-tangki tersebut ditempatkan di
permukaan tanah secara horisontal atau yang agak miring, dengan cara
menimbun tanah disekitarnya. Saluran-saluran pengeringan air tawar
dari daerah sekitarnya dikumpulkan dalam tangki tersebut melalui
pemompaan atau gravitasi.
o Waduk-waduk pantai, yang prinsip dasarnya dapat dilihat pada gambar
dibawah, ini dibuat dengan memisahkan tidal inlet, teluk atau muara
sungai dengan membangun sebuah bendungan. Pada bendungan
tersebut diberi pintu air untuk membuang air yang berlebihan dari
waduk. Jika ke dalam waduk tersebut dapat dialirkan air tawar dalam
jumlah yang cukup besar, maka air waduk tersebut lambat laun akan
menjadi tawar dan cocok untuk digunakan bagi berbagai tujuan.

F. Changes in Function of Land (Perubahan Fungsi Lahan)


- Pengertian
Alih fungsi lahan adalah perubahan penggunaan lahan. Pembangunan yang
dilakukan dengan maksud memenuhi kebutuhan masyarakat, (Pemukiman, Pasar
dan Pertokoan dan sarana pendidikan ).

- Penyebab
1. Pertambahan jumlah penduduk
Akibat dari jumlah penduduk yang semakin meningkat, menyebabkan
bertambahnya kebutuhan papan atau rumah. Harga tanah yang semakin mahal,
membuat masyarakat enggan membeli, mereka memanfaatkan lahan sawah
untuk membangun perumahan. Sekitar 60 % lahan pertanian ( 2007 – 2011 )
digunakan untuk perumahan.
2. Kebijakan pemerintah
Alih fungsi lahan yang dilakukan pemerintah dengn tujuan membantu
perekonomian masyarakat dengan mendirikan sebuh pasar sebagai tempat tukar
menukar barang dengan cara membeli lahan dari warga.
3. Pendirian tempat pemenuh kebutuhan masyarakat
Banyak usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidup, salah satunya dengan membangun pertokoan yang menjual berbagai
kebutuhan masyarakat. Pertokoan yang dibangun diatas tanah bekas lahan
pertanian kini memang telah banyak dilakukan.
4. Peningkatan sumber daya manusia

14
Peningkatan sumberdaya manusia dengan cara memberikan pendidikan diatas
SMA yaitu sekolah tinggi atau universitas. Banyak fasilitas Pendidikan
didirikan diatas tanah yang dulunya merupakan lahan pertanian ( sawah ).

- Dampak
1. Ekosistem terganggu
Dengan adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan
pemukiman maupun yang lain, menyebabkan berkurangnya habitat bagi
komponen penyusun ekosistem sawah, seperti, tikus, katak, ular, belalang,
semut dll. Pemukiman yang berada di tengah areal sawah atau pun berdekatan
dengan sawah menyebabkan salah satu komponen penyusun ekosistem menjadi
hilang ataupun berkurang. Sebagai contoh ular, habitatnya disawah, tapi karena
sawahanya dekat dengan pemukiman, ular tersebut merasa kehidupannya
menjadi terancam, sehingga ia mencari tempat lain yang lebih aman untuk dia
hidup. Tak jarang ular sawah masuk ke pemukiman warga. Komponen
penyusun sawah hanya sedikit, jadi jika salah satu komponen mengalami
perubahan , maka komponen yang lain pun akan meresponnya. Dengan
berkurangnya ular, bisa jadi populasi tikus meningkat. Keseimbangan
ekosistem menjadi terganggu. Semakin sedikit komponen penyusun ekosistem,
maka lingkungannya semakin tidak stabil.
2. Limbah yang mencemari lingkungan
Alih fungsi lahan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk.
Keterkaitan antara bertambahnya jumlah penduduk dengan berkurangnya lahan
pertanian memang tidak bisa dielakan. Semakin banyaknya jumlah penduduk,
maka kebutuhan papan atau rumah akan semakin banyak. Pembangunan
pemukiman yang berada dekat dengan sawah, juga menimbulkan pencemaran
lingkungan yang dampaknya kurang baik pada pertumbuhan tanaman. Sebagai
contoh limbah rumah tangga, seperti plastic. Sampah anorganik yang sulit di
uraikan akan menyebabkan kualitas tanah tersebut menjadi turun. Contoh
lainnya adalah pembuangan sisa deterjen ke areal persawahan, hal ini
berdampak buruk pada organisme yang ada dipermukaan atau perairan sawah.
Terganggunya habitat dapat menyebabkan organisme tersebut mati. Hilangnya
organisme dipermukaan air sawah seperti decomposer dalam satu ekosistem
berdampak pada kesuburan tanah maupun rantai makanan. Sampah – sampah
yang ada akan lama terurai menyebabkan kesuburan tanah menurun dan
berdampak pada menurunnya produktivitas padi. Hilangnya salah satu
komponen dalam penyusun rantai makanan, akan berdampak pada jaring –
jaring makanan maupun ekosistem, karena tak ada decomposer maka jasad
tumbuhan maupun hewan yang mati tidak akan menjadi pupuk untuk tanaman.
3. Berkurangnya Penghasilan petani
Lahan yang dibeli dan dijadikan perumahan atau sarana pemenuh kebutuhan
yang lain otomatis membuat sempit lahan petani. Sehingga pendapatan atau
hasil panen menurun. Saat pendapatan petani menurun, berakibat terhadap

15
sulitnya memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi dan semakin mahal,
hal ini berdampak buruk juga terhadap ekosistem manusia. Kebutuhan hidup
yang sangat vital adalah pangan, jika pangan tak tercukupi maka manusia
disuatu tempat akan memanfaatkan apa saja yang dapat dimakan. Suasana
saling berebut pangan akan terjadi jika tak ada penanganan atau alternative lain.
Jika hal ini berlanjut, maka ekosistem manusia dapat terancam kepunahan.
4. Ketersedian bahan pangan menurun
Dengan berkurangnya lahan pertanian, hasil panen akan menurun dan
menyebabkan produksi pangan disuatu daerah atau wilayah berkurang. Jika
dibiarkan terus menerus maka impor bahan pangan akan semakin tinggi.
Berkurangnya ketersedian pangan juga berhubungan atau berkaitan dengan
ekosistem manusia. Ekosistem sawah yang dulunya harmonis berubah menjadi
ekosistem social yang dihuni oleh manusia, dengan begitu semakin banyaknya
pencemaran –pencemaran yang terjadi akibat berkembangnya teknologi dan
pembangunan di areal pemukiman ( ekosistem social ). Ketersediaan bahan
pangan yang menurun merupakan dampak dari berkurangnya lahan pertanian,
ketersedian makanan yang kian menipis, dapat menyebabkan ekosistem yang
dihuni manusia terancam. Lebih jauh lagi, berkurangnya suatu bahan pangan
yang lama kelamaan juga akan habis dapat menyebabkan perang antar Negara,
karena merebutkan bahan pangan yang sangat dibutuhkan.

- Solusi/Penanggulangannya
1. Perencanaan Lahan Pertanian pangan Berkelanjutan (LP2B)
Di dalam Undang-undang No. 41 tahun 2009 ditegaskan bahwa di dalam
perencanaan LP2B sebelum ditetapkan memiliki kekuatan hukum, terlebih
dahulu harus direncanakan. Perencanaan tersebut diawali oleh penyusunan
usulan perencanaan di tingkat pemerintah, selanjutnya usulan tersebut
disebarluaskan kepada masyarakat untuk memperoleh tanggapan, khususnya
masyarakat yang lahannya akan dijadikan sebagai LP2B. Jika proses tersebut
berjalan dengan baik, maka usulan LP2B tersebut ditetapkan dan memiliki
kekuatan hukum.
2. Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (P2B) dan Lahan
Pertanian pangan Berkelanjutan (LP2B).
Sebagaimana dalam amanat UU No. 41 Tahun 2009, penetapan kawasan
pertanian berkelanjutan harus ditetapkan di dalam RTRW kabupaten (UU No.
41/2009, pasal 18-19), sedangkan penetapan LP2B dan lahan cadangan
pertanian pangan berkelanjutan ditetapkan dalam rencana rinci/detail tata ruang
(RDTR) kabupaten (UU No. 41/2009, pasal 20-21).
3. Pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (kawasan P2B) dan
lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) difokuskan pada kegiatan
intensifikasi dan ekstensifikasi.
Program intensifikasi yang harus dikembangkan di dalam Kawasan P2B dan
LP2B meliputi: 1. Peningkatan kesuburan tanah, 2. Peningkatan kualitas bibit,

16
3. Diversifikasi tanaman pangan, 4. Pencegahan dan penanggulangan, HPT 5.
Pengembangan irigasi, 6. Pemanfaatan teknologi pertanian, 7. Pengembangan
inovasi pertanian, 8. Penyuluhan pertanian, 9. Jaminan akses permodalan,
Sedangkan Program Ekstensifikasi meliputi kegiatan: 1. Pencetakan LP2B 2.
Penetapan lahan pertanian pangan menjadi LP2B, dan 3. Pengalihan fungsi
lahan non pertanian menjadi LP2B
4. Pengendalian LP2B, pemerintah memberikan poin khusus didalam aspek
pengendalian.
Aspek pengendalian dibagi atas 3 hal, yaitu insentif, disinsentif, dan alih fungsi.
Insentif yang diberikan pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
undang nomor 41 tahun 2009, kepada para petani yang lahannya masuk
kategori LP2B, yaitu perbaikan infrastruktur pertanian, pembiayaan penelitian
benih dan varietas unggul, kemudahan akses informasi dan teknologi,
penyediaan prasarana dan sarana produksi, bantuan penerbitan sertifikat tanah,
penghargaan bagi petani berprestasi, dan keringanan pajak bumi dan bangunan.
5. Pembinaan.
Sebagian besar petani akan mempertahankan lahan mereka untuk kegiatan
pertanian, khususnya bagi petani yang mata pencaharian pokoknya adalah
pertanian. Upaya pembinaan atas petani telah banyak dilakukan dan menjadi
tugas rutin dari Dinas Pertanian/Tanaman Pangan di daerah. Khusus untuk
kegiatan LP2B, pemerintah memberikan porsi yang berbeda bagi pembinaan
para petani yang masuk dalam LP2B.

2. ISU NASIONAL
A. Forest Fire (Kebakaran Hutan)
- Pengertian
Kebakaran hutan dibedakan dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan yaitu
kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan, sedangkan kebakaran lahan adalah
kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan dan keduanya bisa terjadi baik
disengaja maupun tanpa sengaja.

- Penyebab
Secara umum, penyebab kebakaran lahan dan hutan di Indonesia adalah 99,9%
manusia, apakah disengaja atau tidak disengaja, sedangkan sisanya 0,1% adalah
karena penyebab alami (petir, lava vulkanik). Penyebab manusia dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Konversi lahan
Kebakaran akibat penggunaan pembakaran untuk tanah yang jelas untuk
membuat jalan untuk pertanian dan industri, untuk pembangunan jalan,
jembatan, bangunan dan lain-lain.
2. Pembakaran vegetasi
Kebakaran yang dihasilkan dari disengaja membakar vegetasi, di mana api
keluar dari kendali dan melompat; misalnya, dalam pembukaan lahan di HTI

17
dan Perkebunan perkebunan; petani membakar ladang mereka dalam persiapan
untuk penanaman.
3. Eksploitasi sumber daya alam
Kebakaran yang dihasilkan dari Kegiatan yang berlangsung selama eksploitasi
alam sumber. Ini termasuk pembakaran semak yang menghalangi akses, dan
pencahayaan kebakaran memasak, oleh penebang liar dan nelayan di hutan.
Kelalaian mereka dalam pemadam ini kebakaran menyebabkan kebakaran.
4. Pembangunan kanal / saluran di lahan gambut.
Kanal ini umumnya digunakan untuk mengangkut kayu atau untuk irigasi.
Saluran yang tidak dilengkapi dengan berfungsi secara memadai gerbang
kontrol air menyebabkan air mengalir keluar dari lapisan gambut, dengan hasil
yang gambut menjadi kering dan sangat mudah terbakar.

- Dampak
1. Asap
Kebakaran hutan menyebabkan timbulnya konsentrasi asap, akibat yang
ditimbulkan adalah berkurangnya jarak pandang (visibility), transportasi udara
dan darat yang terganggu, meningkatnya penderita infeksi saluran pernapasan
atas, dan masalah-masalah sosial ekonomi di masyarakat. Dampak asap akibat
kebakaran menimbulkan gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA), asma bronkial, bronkitis, pneumonia (radang paru), iritasi mata
dan kulit. Hal ini akibat tingginya kadar debu di udara yang telah melampaui
ambang batas.
2. Kerusakan Ekologis
Selain asap akibat kebakaran yang mengganggu kesehatan masyarakat, serta
sarana transportasi baik darat, perairan, maupun udara, yaitu dampak negative
yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan juga cukup besar mencakup kerusakan
ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi
hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global.
Berbicara mengenai produktivitas tanah, kebakaran hutan biasanya
menimbulkan dampak langsung terhadap kematian populasi dan organisme
tanah serta dampak yang lebih signifikan lagi yaitu merusak habitat dari
organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya lapisan serasah, juga
bisa menyebabkan perubahan terhadap karakteristik habitat dan iklim mikro.
Kebakaran hutan menyebabkan bahan makanan untuk organisme menjadi
sedikit, kebanyakan organisme tanah mudah mati oleh api dan hal itu dengan
segera menyebabkan perubahan dalam habitat, hal ini kemungkinan
menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang sangat besar dalam
habitat. Efek negative ini biasanya bersifat sementara dan populasi organisme
tanah akhirnya Kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa tahun.

- Solusi/Penanggulangan

18
Langkah yang dapat diambil dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan
khususnya di Indonesia meliputi:
1. Mendidik masyarakat umum tentang langkah-langkah untuk pencegahan dan
penindasan kebakaran, melalui kegiatan informasi terkoordinasi, untuk
misalnya menggunakan media cetak, elektronik dan media lainnya.
2. Melarang penggunaan pembakaran, dan mendidik masyarakat dengan cara-cara
mempersiapkan lahan tanpa menggunakan api (zero burning).
3. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan tenaga kerja, termasuk karyawan
sektor baik negara maupun swasta.
4. Menyediakan peralatan pemadam kebakaran sesuai dengan yang ditentukan
standar.
5. Melakukan kerjasama teknis dengan negara-negara donor.
6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan.
7. Memberikan hukuman ketat pada setiap pelaku yang melanggar arus undang
undang Undang.
8. Meningkatkan upaya untuk menegakkan hukum.

B. Offshore Oil Pollution (Polusi Tumpahan Minyak Lepas Pantai/Laut)


- Pengertian
Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang
selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat
cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak
makhluk hidup di sekitar pantai tersebut.

- Penyebab
Sumber dari tumpahan minyak di laut beragam sumbernya, tidak hanya berasal dari
kecelakaan kapal tanker saja namun juga akibat beberapa operasi kapal dan
bangunan lepas pantai.
1. Operasi Kapal Tanker
Produksi minyak dunia diper-kirakan sebanyak 3 milyar ton/tahun dan
setengahnya dikirim melalui transportasi laut. Setelah kapal tanker memuat
minyak kargo, kapal pun membawa air ballast (sistem kestabilan kapal meng-
gunakan mekanisme bongkar-muat air) biasanya ditempatkan dalam tangki
slop. Sampai di pelabuhan bongkar, setelah proses bongkar selesai sisa muatan
minyak dalam tangki dan juga air ballast yang kotor disalurkan ke dalam tangki
slop. Tangki muatan yang telah kosong tadi dibersihkan dengan water jet,
proses pembersihan tangki ini ditujukan untuk menjaga agar tangki diganti
dengan air ballast baru untuk kebutuhan pada pelayaran selanjutnya. Hasil
buangan dimana bercampur antara air dan minyak ini pun dialirkan ke dalam
tangki slop, sehingga di dalam tangki slop terdapat campuran minyak dan air.
Sebe-lum kapal berlayar, bagian air dalam tangki slop harus dikosongkan
dengan memompakannya ke tangki penam-pungan limbah di terminal atau
dipompakan ke laut dan diganti dengan air ballast yang baru. Tidak dapat

19
disangkal buangan air yang dipompakan ke laut masih mengandung minyak dan
ini akan berakibat pada pencemaran laut tempat terjadi bongkar muat kapal
tanker (Hartanto B, 2008).
2. Perbaikan dan Perawatan Kapal (Docking)
Semua kapal secara periodik ha-rus dilakukan perbaikan dan pera-watan
termasuk pembersihan tangki dan lambung. Dalam pro-ses docking semua sisa
bahan bakar yang ada dalam tangki harus diko-songkan untuk mencegah
terjadinva ledakan dan kebakaran. Dalam aturannya semuagalangan kapal
harus dilengkapi dengan tangki penampung Iimbah, namun pada kenyataannya
banyak galangan ka-pal tidak memiliki fasilitas ini, sehingga buangan minyak
langsung dipompakan ke laut. Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih 30.000
ton minyak terbuang ke laut akibat proses docking ini (Clark R.B, 2003).
3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
Proses bongkar muat tanker bukan hanya dilakukan di pelabuhan saja, namun
banyak juga dilakukan di tengah laut. Proses bongkar muat di terminal laut ini
banyak menimbulkan resiko kecelakaan seperti pipa yang pecah, bocor maupun
kecelakaan karena kesalahan manusia (human error).
4. Bilga dan Tangki Bahan Bakar
Umumnya semua kapal memerlu-kan proses ballast saat berlayar normal
maupun saat cuaca buruk. Karena umumnya tangki ballast kapal digunakan
untuk memuat kargo maka biasanya pihak kapal menggunakan juga tangki
bahan bakar yang kosong untuk membawa air ballast tambahan. Saat cuaca
buruk maka air ballast tersebut dipompakan ke laut sementara air tersebut sudah
bercampur dengan minyak. Selain air ballast, juga dipompakan keluar adalah
air bilga yang juga bercampur dengan minyak. Bilga adalah saluran buangan
air, minyak, dan pelumas hasil proses mesin yang merupakan limbah. Aturan
internasional mengatur bahwa buangan air bilga sebelum dipompakan ke laut
harus masuk terlebih dahulu ke dalam separator, pemisah minyak dan air namun
pada kenyataannya banyak buangan bilga illegal yang tidak memenuhi aturan
Internasional dibuang ke laut.
5. Scrapping Kapal
Proses scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua) ini
banyak dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Akibat proses ini banyak kandungan metal dan lainnya termasuk
kandungan minyak yang terbuang ke laut. Diperkirakan sekitar 1.500 ton/tahun
minyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang menyebabkan kerusakan
lingkungan setempat.
6. Kecelakaan Tanker Beberapa penyebab kecela-kaan tanker adalah kebocoran
pada lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan. Beberapa kasus di
perairan Selat Malaka adalah karena dangkalnya perairan, dima-na kapal berada
pada muatan penuh. Tercatat beberapa kasus kecelakaan besar di dunia antara
lain pada 19 Juli 1979 bocornya kapal tanker Atlantic Empress di perairan
Tobacco yang menumpah-kan minyak sebesar 287.000 ton ke laut. Tidak kalah

20
besarnya adalah kasus terbakarnya kapal Haven pada tahun 1991 di perairan
Genoa Italia, yang menumpahkan minyak sebesar 144.000 ton.

- Dampak
Adapun dampak dari limbah dalam bentuk tumpahan minyak ini secara spesifik
menunjukan pengaruh negatif yang penting terhadap lingkungan pesisir dan
perairan laut terutama melalui kontak langsung dengan organisma perairan,
dampak langsung terhadap kegiatan perikanan termasuk pariwisata laut dan
dampak tidak langsung melalui gangguan terhadap lingkungan.
A. Dampak Langsung Terhadap Organisma
1. Dampak lethal (kematian)
Di perairan lepas pantai dampak tumpahan minyak sebagai B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) sering disebabkan oleh kecelakaan kapal tanker,
kegiatan off-shore atau oleh rembesan alami minyak bumi dari dasar laut (oil
seep), sampai saat ini belum ada laporan tentang kegiatan industri di darat yang
melakukan pembuangan limbah jauh kearah perairan oseanik. Untuk kasus oil
spill di perairan terbuka, konsentrasi minyak dibawah slick biasanya sangat
rendah, dan maksimum akan berada dalam kisaran 0.1 ppm sehingga tidak
menyebabkan kematian masal organisma terutama ikan-ikan akibat tumpahan
minyak di perairan lepas pantai. Permasalahannya, kebanyakan kasus tumpahan
minyak terjadi di perairan pantai ataupun perairan dalam (inshore). Pernah
dilaporkan pada kecelakaan kapal tanker Amono Cadiz tahun 1978 di Perairan
Inggris dan Perancis, populasi ikan-ikan dari jenis Pleurenectes platessa dan
Solea vulgaris dilaporkan mengalami kematian massal. Resiko kematian masal
akan lebih besar lagi bagi ikan-ikan di tambak ataupun di keramba serta jenis
kerang-kerangan yang kemampuan migrasi untuk menghindari spill sangat
rendah (Davis et al., 1984).
2. Dampak sublethal
Berbeda dengan dampak lethal yang dapat dikuantifikasi dengan mudah
dilapangan, dampak sublethal akan lebih akurat jika dibuktikan di laboratorium.
Uji laboratorium menunjukan bahwa reproduksi dan tingkah laku ikan dan
kerang-kerangan dipengaruhi oleh konsentrasi minyak di air. Dengan
konsentrasi yang relatif rendah (< 0.1 ppm), kemampuan tetas telur, tingkat
kelulusan hidup, jumlah larva cacat, penutupan cangkang (pada kerang)
dipengaruhi secara signifikan. Banyak jenis udang dan kepiting membangun
sistem penciuman yang tajam untuk mengarahkan banyak aktifitasnya,
akibatnya eksposure terhadap bahan B3 menyebabkan udang dan kepiting
mengalami gangguan didalam tingkah lakunya seperti kemampuan mencari,
memakan, dan kawin (GESAMP, 1993).
3. Dampak terhadap plankton
Stadium planktonik dari telur dan larva ikan, moluska dan crustaceae memiliki
kerentanan yang tinggi dari kontak secara langsung dengan B3. Pada kasus
yang ekstrem seperti oil spill yang terjadi saat perang Teluk (1991-1992), 75%

21
stock udang menurun. Kondisi ini akan menjadi lebih buruk jika spillage
bertepatan dengan periode memijah (spawning) dan lokasi yang terkena
dampak adalah daerah asuhan (nursery ground). Dampak terhadap stadia
planktonik dari organisma juga akan semakin tinggi ketika bersamaan
waktunya dengan peride pemijahan serta masuknya spesies yang peruraya ke
daerah tertutup/semi tertutup seperti teluk yang tercemar.
4. Dampak terhadap ikan migrasi
Secara umum, ikan akan dapat menhindari bahan pencemar dan dampak jangka
panjang terhadap populasi lokal dapat dihindari. Uniknya beberapa jenis ikan
yang bersifat teritorial, ikan akan harus kembali kedaerah asal untuk mencari
makan dan berkembang biak kendatipun daerah yang dituju adalah daerah yang
terkontaminasi B3. Hal ini akan meningkatkan resiko terhadap ikan migrasi.
B. Dampak Langsung Terhadap Kegiatan Perikanan
1. Tainting (bau lantung)
Tainting dapat terjadi pada jenis-jenis ikan keramba dan tambak serta
jerang-kerangan yang tidak memiliki kemampuan bergerak menjauhi bahan
pencemar sehingga menjadi unfit untuk dijual karena organisma yang
tercemar oleh B3 jenis minyak akan menghasilkan bau dan rasa yang tidak
enak ataupun perubahan warna pada jaringannya. Biasanya, spesies dengan
kandungan lemak tinggi akan lebih mudah menjadi tainted dibanding ikan
dengan lean-muscle species. Bau dan rasa lantung pada organisma akan
hilang melalui proses metabolisme (depuration) dengan kecepatan yang
berbeda untuk setiap jenis limbah, spesies dan kondisi optimal hidup bagi
spesies tersebut (Baker JM et al, 1990).
2. Budidaya
Untuk ukuran kecil dari suatu spillage ( ex. 50 ton), dampak terhadap
kegiatan budidaya akan sangat besar, selain dari organisma yang
dibudidayakan akan terkena dampak langsung, beberapa peralatan terkait
dengan kegiatan budidaya seperti jaring dan temali menjadi tidak dapat
digunakan lagi. Selain itu stock juga dapat dipengaruhi jika ada intake air
laut yang digunakan mensuplai kebutuhan stock.
3. Ekosistem
Ekosistem pesisir dan laut (mangrove, delta sungai, estuari, padang lamun,
dan terumbu karang) memiliki fungsi dan peran yang penting secara
ekologis, ekonomi dan juga sosial budaya. Secara ekologi, ekosistem
tersebut merupakan daerah perkembangbiakan, penyedia habitat dan
makanan untuk organisma dewasa serta mendukung jejaring makanan
(contoh input nutrient dari daun-daun mati) bagi ekosistem ataupun habitat
lain disekitarnya. Tekanan dari masuknya limbah B3 akan mempengaruhi
peruntukan sistem-sistem tersebut, ditambah lagi vulnerabilitas dari
ekosistem ekosistem tersebut sangat tinggi terhadap bahan beracun
berbahaya disamping natural attenuation (dispertion and dilution) pada

22
beberapa ekosistem seperti mangrove, estuari, padang lamun dan daerah
dangkal di pantai relatif lebih lambat (IUNC, 1993).

- Solusi/Penanggulangan
Sampai saat ini belum ada suatu model pengorganisasian ataupun alat yang mampu
diaplikasikan di setiap kasus pencemaran laut oleh minyak bumi. Secara umum
penanganan tumpahan minyak dilakukan dengan salah satu atau ketiga metode
sebagai berikut:
1. Penanganan Secara Fisika
Penanganan secara fisika adalah penanggulangan oil spill dengan menggunakan
peralatan mekanik, merupakan perlakuan pertama dengan cara melokalisasi
tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang
kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah
fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Salah
satu kelemahan dari metoda ini adalah hanya dapat dipakai secara efektif di
perairan yang memiliki hidrodinamika air yang rendah (arus, pasang-surut,
ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem. Aplikasi metode ini juga sulit
dilakukan di pelabuhan karena dapat mengganggu aktivitas keluar dan masuk
kapal-kapal dari dan menuju pelabuhan. Kendala lain juga dijumpai karena
belum seluruh pelabuhan di Indonesia memiliki Local Cotingency Plan for Oil
Pollution, semacam manajemen pena-nggulangan bahaya tumpahan minyak.
Teknik lain yang lazim digunakan adalah pembakaran minyak (in situ burning).
Tetapi metode pembakaran minyak pada permukaan air ini dari sudut pandang
ekologis hanya memindahkan masalah pencemaran ke udara.
2. Penanganan Secara Kimia
Pada awalnya penggunaan metode ini kurang dikehendaki, aplikasinya untuk
menangani tumpahan minyak Torrey Canyon di perairan Inggris tahun 1967
dianggap menimbulkan kerusakan lingkungan terutama dikarenakan
menggunakan bahan kimia dispersan yang bersifat racun. Untungnya dalam
kurun waktu lebih dari 30 tahun, pengembangan riset agen dispersan
menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan, salah satu contoh dari
dispersan ini adalah corexit 9500 yang diproduksi oleh Exxon Energy Chemical
yang sukses diaplikasikan untuk membersihkan tumpahan minyak dari tabrakan
kapal tanker Evoikos dan Orapin Global di Selat Malaka.
3. Penanganan Secara Biologi
Merupakan penanganan dengan melakukan bioremediasi yaitu sebagai proses
penguraian limbah organik/ anorganik polutan secara biologi dalam kondisi
terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan
pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek
komersial adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif
lebih murah dan bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah jenis B3 dengan
bioremediasi ini umumnya menggunakan mikroorganisme (khamir, fungi, dan
bakteri) sebagai agen bioremediator.

23
C. Exploitation of Forest Resources (Eksploitasi Sumber Daya Hutan)
- Pengertian
Eksploitasi hutan bisa diartikan sebagai pemanfaatan atau penggunaan hutan secara
berlebihan sehingga dapat mengakibatkan rusaknya lingkungan yang ada di
sekitarnya serta hilangnya kesejahteraan makhluk hidup yang ada. Jika banyak
manusia yang mengeksploitasi hutan tanpa memperhatikan kelestarian hutan,
sudah tentu hutan akan rusak dan efeknya akan dirasakan oleh segenap makhluk
yang ada di dunia ini.

- Penyebab
1. Industrialisasi Kehutanan
Praktik pemberian konsesi hutan dalam bentuk hak pengusahaan hutan (HPH),
izin pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), pembukaan perkebunan,
kawasan transmigrasi, dan lain-lain,
2. Ilegal Loging
Ilegal logging, yaitu penebangan yang terjadi di suatu kawasan hutan yang
dilakukan secara liar sehingga menurunkan atau mengubah fungsi awal hutan.
Meskipun telah ada larangan keras dari Pemerintah untuk melakukannya, akan
tetapi sebagian besar kalangan masyarakat masih melakukan kegiatan tersebut.
3. Perambaan hutan
Para petani yang bercocok tanam tahunan dapat menjadi sebuah ancaman bagi
kelestarian hutan. Mereka bisa dapat memanfaatkan hutan sebagai lahan baru
untuk bercocok tanam. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang semakin pesat
juga dapat berkontribusi terhadap terjadinya perambaan hutan. Hal ini
disebabkan kebutuhan lahan untuk kelangsungan hidup meraka juga semakin
meningkat. Dan hutan menjadi salah satu object yang bisa mereka gunakan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

- Dampak
Secara umum eksplotasi hutan menyebabkan berkuranganya luas hutan
(deforestisasi) dan pohon yang menjadi vegetasi utama pembentuk hutan, hal ini
menjadi awal dari rentetan dampak buruk bagi lingkungan dari ekplotasi hutan
tersebut. Adapun dampak dari deforestisasi yaitu:
1. Perubahan iklim
Oksigen (O2) merupakan gas yang melimpah di atmosfer, dimana hutan
merupakan produsen terbesar yang menghasilkan gas tersebut. Selain itu, hutan
juga membantu menyerap gas rumah kaca yang menjadi penyebab terjadinya
pemanasan global. Itulah sebabnya mengapa ada istilah yang mengatakan
bahwa hutan adalah paru-paru bumi. Pada saat suatu hutan mengalami
kerusakan, maka hal tersebut bisa berakibat terjadinya peningkatan suhu bumi
serta perubahan iklim yang ekstrem.

24
Dengan adanya deforestasi, jumlah karbondioksida (CO2) yang dilepaskan ke
udara akan semakin besar. Kita tahu bahwa karbondioksida merupakan gas
rumah kaca yang paling umum. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan
Amerika serikat menyatakan bahwa CO2 menyumbang sekitar 82% gas rumah
kaca di negara tersebut.
2. Kehilangan berbagai jenis spesies
Deforestasi juga berdampak pada hilangnya habitat berbagai jenis spesies yang
tinggal di dalam hutan. Menurut National Geographic, sekitar 70% tanaman dan
hewan hidup di hutan. Deforestasi mengakibatkan mereka tidak bisa bertahan
hidup disana. Dengan hilangnya habitat-habitat tersebut, maka hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya kepunahan spesies.Hal ini bisa berdampak di berbagai
bidang, seperti di bidang pendidikan dimana akan musnahnya berbagai spesies
yang dapat menjadi object suatu penelitian. Selain itu, dibidang kesehatan
deforestasi bisa berakibat hilangnya berbagai jenis obat yang bisanya
bersumber dari berbagai jenis spesies hutan.
3. Terganggunya siklus air
Kita tahu bahwa pohon memiliki peranan yang penting dalam siklus air, yaitu
menyerap curah hujan serta menghasilkan uap air yang nantinya akan
dilepaskan ke atmosfer. Dengan kata lain, semakin sedikit jumlah pohon yang
ada di bumi, maka itu berarti kandungan air di udara yang nantinya akan
dikembalikan ke tanah dalam bentuk hujan juga sedikit. Nantinya, hal tersebut
dapat menyebabkan tanah menjadi kering sehingga sulit bagi tanaman untuk
hidup. Selain itu, pohon juga berperan dalam mengurangi tingkat polusi air,
yaitu dengan menhentikan pencemaran. Dengan semakin berkurangnya jumlah
pohon-pohon yang ada di hutan akibat kegiatan deforestasi, maka hutan tidak
bisa lagi menjalankan fungsinya dalam menjaga tata letak air.
4. Mengakibatkan Banjir dan erosi tanah
Word Wildlife Fund (WWF) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1960, lebih
dari sepertiga bagian lahan subur di bumi telah musnah akibat kegiatan
deforestasi. Kita tahu bahwa pohon memegang peranan penting untuk
menghalau berbagai bencana seperti terjadinya banjir dan tanah longsor.
Dengan tiadanya pohon, maka pada saat musim hujan tanah tidak bisa
menyerap dengan baik tumpahan air hujan dan mengakibatkan besarnya laju
aliran air di permukaan, yang pada akhirnya akan terjadi banjir bandang. Selain
itu, air hujan dapat mengangkut partikel-partikel tanah sehingga menimbulkan
erosi tanah atau tanah longsor.
5. Mengakibatkan kekeringan
Dengan hilangnya daya serap tanah, hal tersebut akan berimbas pada musim
kemarau, dimana dalam tanah tidak ada lagi cadangan air yang seharusnya bisa
digunakan pada saat musim kemarau. Hal ini disebabkan karena pohon yang
bertindak sebagai tempat penyimpan cadangan air tanah tidak ada lagi sehingga
Ini akan berdampak pada terjadinya kekeringan yang berkepanjangan.
6. Rusaknya ekosistem darat dan laut

25
Hutan menjadi habitat bagi berbagai jenis spesies hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Itu berarti bahwa hutan merupakan salah satu sumber daya alam
hayati yang ada di bumi ini. Kegiatan deforestasi hutan dapat mengakibatkan
kerusakan bahkan kepunahana bagi kekayaan alam tersebut itu sendiri maupun
kekayaan alam lainnya yang ada di tempat lain seperti di laut. Kerusakan hutan
yang terjadi akan membawa akibat terjadinya banjir maupun erosi yang dapat
mengangkut partikel-partikel tanah menuju ke laut yang nantinya akan
mengalami proses sedimentasi atau pengendapan di sana. Hal tersebut tentu
saja bisa merusak ekosistem yang ada di laut, seperti ikan serta terumbu karang.
7. Menyebabkan Abrasi pantai
Eksploitasi hutan secara liar tidak hanya dilakukan oleh pihak-pihak tak
bertanggung jawab di kawasan hutan yang ada di darat saja. Kegiatan tersebut
juga bisa dilakukan terhadap hutan-hutan mangrove yang berfungsi untuk
melindungi pantai dari terjangan gelombang dan badai yang berada di pesisir
pantai. Jika hal tersebut terus dibiarkan, akan berakibat terjadinya abrasi pantai
.
8. Kerugian ekonomi
Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan alam, sebagian masyarakat
menggantungkan hidup mereka dari hasil hutan. Jika hutan rusak, maka sumber
penghasilan mereka pun juga akan menghilang. Kerusakan hutan bisa
menyebabkan tanah menjadi tandus, sehingga akan sulit dipergunakan untuk
bercocok tanam. Selain itu, kerusakan hutan bisa memicu terjadinya berbagai
macam bencana yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian, baik itu
kerugian material maupun non material. Banyak orang yang kehilangan lahan,
tempat tinggal, maupun anggota keluarga akibat bencana seperti banjir dan
tanah longsor.
9. Mempengaruhi kualitas hidup
Terjadinya erosi tanah sebagai akibat kerusakan hutan dapat mengangkut
partikel-partikel tanah yang mengandung zat-zat berbahaya seperti pupuk
organik memasuki danau, sungai, maupun sumber air lainnya. Ini akan
berakibat penurunan kualitas air yang berada di daerah tersebut. Dengan
kualitas air yang buruk akan berdampak pada tingkat kesehatan yang buruk
pula.

- Solusi/Penanggulangannya
Upaya-upaya yang bisa dilakukan antara lain adalah dengan melakukan reboisasi
atau penanaman kembali hutan-hutan yang gundul. Dengan Meskipun reboisasi
tidak akan benar-benar bisa memperbaiki kerusakan dan kepunahan ekosistem di
hutan, akan tetapi kegiatan tersebut dapat memfasilitasi hal-hal berikut ini :
1. Mengembalikan fungsi dari ekosistem hutan seperti menyimpan karbon,
sebagai sumber cadangan air tanah, serta sebagai tempat hidup bagi berbagai
jenis satwa.

26
2. Mengurangi jumlah karbondiaoksida yang ada di udara, sehingga udara
menjadi lebih bersih dan sehat.
3. Membangun kembali habitat satwa liar.

D. Exploitation of Land Resources (Ekslpoitasi Hasil Tambang)


- Pengertian
Eksploitasi Hasil Tambang dalah usaha penambangan dengan maksud untuk
menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya yang dilakukan secara
berlebihan sehingga berdampak pada tercemarnya lingkungan.

- Penyebab
Modernisasi menjadi penyebab utama meningkatnya eksploitasi hasil tambang,
Misalnya untuk membuat alat-alat transportasi, konstruksi dan perkakas rumah
tangga dibutuhkan bahan-bahan dari hasil tambang se•perti besi, aluminium, timah
dan nikel. Bahan ba•kar pe•ma•nas ruangan dan mengge•rakkan me•sin pabrik
industri dan mesin kendaraan meng•gunakan batubara dan mi•nyak bumi. Membuat
piring, gelas, kaca dan barang pecah belah dari pasir kuarsa.Hampir seluruh aspek
ke•hidupan tidak terle•pas dari ba•han dasar tambang. Alat sederhana seperti pisau
da•pur, parang memotong da•ging atau wajan untuk me•ma•sak adalah terbuat dari
besi yang didapat dari hasil tambang.Hampir seluruh aspek ke•hidupan tidak
terle•pas dari ba•han dasar tambang. Alat sederhana seperti pisau da•pur, parang
memotong da•ging atau wajan untuk me•ma•sak adalah terbuat dari besi yang
didapat dari hasil tambang. Hampir seluruh aspek ke•hidupan tidak terle•pas dari
ba•han dasar tambang. Alat sederhana seperti pisau da•pur, parang memotong
da•ging atau wajan untuk me•ma•sak adalah terbuat dari besi yang didapat dari hasil
tambang.

- Dampak
Kerusakan akibat eksploitasi tambang meliputi pencemaran air tanah, sungai,
muara sungai, udara, serta meru•sak tanah, tanaman dan hutan. Eksploitasi tambang
juga mengancam kehidup•an ma•nusia dan pemicu punahnya satwa dan flora.
Misalnya hutan Batang Toru di Tapa•nuli Selatan, Sumatera Utara serta
Manggamat dan Sawang, di Kabupaten Aceh Selatan. Euforia menambang emas
mengakibatkan air sungai sebelumnya jernih jadi keruh tidak bisa digunakan dan
meninggalkan puluhan lubang sedalam belasan meter di hutan dan perbukitan.

- Solusi/Penanggulangannya
1. Melakukan regulasi/penimbunan kembali setelah melakukan penambangan.
2. Memperketat pengawasan terhadap kegiatan penambangan

27
3. ISU GLOBAL
A. Global Warming (Pemanasan Global)
- Pengertian
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer,
laut dan daratan Bumi. Planet Bumi telah menghangat (dan juga mendingin)
berkali-kali selama 4,65 milyar tahun sejarahnya.

- Penyebab
1. Efek Rumah Kaca
Kita ketahui bersama bahwa penyebab utama pemanasan global adalah
terganggunya keseimbangan alam akibat ulah manusia, yaitu semakin tebalnya
gas karbon (Co2) menyelimuti Bumi.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Indikasi kerusakan lapisan ozon pertama kali ditemukan sekira tiga setengah
dekade yang lalu oleh tim peneliti Inggris, British Antarctic Survey (BAS), di
Benua Antartika. Beberapa tahun kemudian hasil pantauan menyimpulkan
kerusakan ozon di lapisan stratosfer menjadi begitu parah. Lapisan ozon
melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi ultraviolet Matahari. Namun,
semakin membesamya lubang ozon di kawasan kutub Bumi akhir-akhir ini
sungguh mengkhawatirkan. Bila hal tersebut tidak dlantisipasi, bisa
menimbulkan bencana lingkungan yang luar biasa.
3. Kelestarian Hutan
Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam
menunjang perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung
lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem dunia. Salah satu fungsi hutan
sendiri adalah sebagai penyerap emisi GRK (biasa juga disebut emisi karbon).
Rutan dapat menyerap dan mengubah karbondioksida (C02), salah satu jenis
GRK, menjadi oksigen (02) yang merupakan kebutuhan utama bagi mahluk
hidup.

- Dampak
1. Perubahan habitat
Pergeseran secara luas terjadi pada habitat-habitat tanaman dan binatang.
Beberapa spesies sangat sulit untuk dapat bertahan di habitatnya sekarang.
Beberapa tanaman bunga tidak dapat berbunga tanpa mengalami musim dingin
yang benar-benar dingin. Dan kegiatan manusia telah mempersulit tumbuhan
dan binatang untuk mencapai habitat barunya bahkan tidak memungkinkan bagi
tumbuhan dan binatang untuk mencari habitat baru.
2. Gangguan kehidupan laut
Dengan adanya pemanasan global suhu permukaan air !aut menjadi lebih
hangat, sehingga meningkatkan tekanan bagi ekosistem laut seperti batu karang
yang menjadi putih. Pada proses ini karang-karang melepaskas ganggang yang

28
memberikan wama dan makanan pada karang, sehingga karang menjadi putih
dan mati. Penin'gkatan suhu air juga membantu menyebarkan penyakit-
penyakit yang sangat mempengaruhi kehidupan mahkluk-mahkluk di dalam
laut.
3. Gangguan Cuaca
Kondisi cuaca yang ekstrim bisa sering terjadi sehingga lebih menambah daya
rusak. Perubahan pola hujan dapat meningkatkan banjir dan kekeringan di
beberapa daerah. Angin ribut dan badai tropis bisa muncul dengan kekuatan
yang lebih besar.

4. Meningkatnya permukaan air laut


Peningkatan suhu global selama berabad-abad telah mencairkan sejumlah besar
es yang melapisi sebagian besar antartika. Akibatnya tinggi permukaan air )aut
menjadi naik di seluruh dunia. Banyak wilayah pantai yang kebanjiran, erosi,
hilangnya daratan dan masuknya air !aut ke wilayah air tawar. Peningkatan
permukaan air !aut yang tinggi dapat menenggelamkan kota-kota pantai, negara
kepulauan kecil, dan wilayah-wilayah yang tidak dihuni lainnya.
5. Mengancam kesehatan manusia.
Penyakit-penyakit tropis seperti malaria dan demam dapat menyebar kewilayah
yang lebih luas. Penderita kanker kulitjuga meningkat. Gelombang panas yang
terus menerus dapat menyebabkan penyakit dan kematian. Banjir dan
kekeringan meningkatkan kelaparan dan kekurang gizi.
6. Perubahan basil panen.
Kanada dan sebagian rusia bisa jadi lebih diuntungkan dengan meningkatnya
hasil panen, tetapi peningkatan yang terjadi tidak sebanding dengan kerugian
yang disebabkan oleh kekeringan dan kenaikan suhu terutama apabila melebihi
beberapa derajad celsius. Panen di wilayah tropis menurun drastis karena suhu
sedemikian tingginya sehingga tidak dapat ditolerir oleh tanaman.

- Solusi/Penanggulangannya
1. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan mempunyai tujuan jangka panjang dalam arti kita tidak hanya
membangun untuk kita, generasi yang sekarang, melainkan juga untuk anak
cucu kita, generasi yang akan datang. Haruslah ada jaminan tidak akan terjadi
kerusakan karena lingkungan tidak dapat lagi mendukung pembangunan. Inilah
hakekatnya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang
manaikkan mutu hidup dan sekaligus menjaga dan memperkuat lingkungan
untuk mendukung pembangunan yang berkesinambungan.
2. Keanekaragaman Hayati
Sumber daya hayati dengan segala keanekaragamannya mempunyai peranan
yang besar dalam menjamin kelestarian peradaban sesuatu bangsa.
Kemampuan mengelola pengekspliotannya secara terlanjutkan, kemahiran

29
dalam mendapatkan altematif bagi sesuatu komoditas yang mulai langka,
pengembangan potensinya yang belum terungkap, pengetahuan
mengembangkan melalui perakitan dan teknologi pemanfaatan lainnya harus
dikuasai.
3. Protokol Kyoto
Efek rumah kaca dan akibat-akibatnya yang mungkin ditimbulkan telah
mendorong lahimya Protokol Kyoto. Protokol ini telah disepakati pada
Konferensi ke-3 Negara-negara pihak dalam Konvensi Perubahan Iklim (The
United Nations Frame Work Convention on Climate Change/the UNFCCC)
yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang tanggal 11 Desember 1997. Dan
terbuka untuk ditandatangani dari tanggal 16 Maret 1998 sampai 15 Maret 1999
di Markas Besar PBB, New York. Pada waktu itu Protokol telah ditandatangani
oleh 84 negara penandatangan. Namun demikian, bagi negara pihak yang belum
menandatanganinya dapat mengaksesi protokol tersebut setiap saat. Protokol
Kyoto mewajibkan negara pihak pada the UNFCCC untuk meratifikasi,
akseptasi, memberikan approval ataupun aksesi, serta berlaku mengikat pada
hari kesembilan setelah tidak kurang dari 55 negara pihak pada the UNFCCC,
termasuk negara yang disebut dalam ANNEX I the UNFCCC di mana negara-
negara yang masuk dalam kelompok tersebut memiliki kewajiban untuk
mengurangi tingkat emisi GHGs-nya minima15,5 % dari tingkat emisi tahun
1990, telah mendepositkan instrumen ratifikasi, aksptasi, approval atau aksesi-
nya. Adapun isi Protokol Kyoto pada pokoknya mewajibkan negara-negara
industri maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (Green House
Gases/GHGs)- C02, CH4, N20, HFCS, PFCS dan SF6- minimal 5,5% dari
tingkat emisi tahun 1990, selama tahun 2008 sampai tahun 2012. Protokol 10
Kyoto juga mengatur mekanisme teknis pengurangan emisi gas rumah kaca
(GHGs) yang dikenal dengan Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean
Development Mechanism/CDM).
4. Mekanisme Pembangunan Bersih
CDM adalah suatu mekanisme di bawah Protokol Kyoto yang dimaksudkan
untuk mambantu negara maju/industri memenuhi sebagian kewajibannya
menurunkan emisi GHGs serta membantu negara berkembang dalam upaya
menuju pembangunan berkelanjutan dan kontribusi terhadap pencapaian tujuan
the UNFCCC. Mekanisme ini menawarkan win-win solution antara negara
maju dengan negara berkembang dalam rangka pengurangan emisi GHGs,
dimana negara maju menanamkan modalnya di negara berkembang dalam
proyek-proyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi GHGs dengan
imbalan CER (Certified Emission Reduction).
5. Undang-Undang Lingkungan Hidup
Pemerintah dunia mulai melakukan berbagai upaya penegakan hukum terhadap
unit usahalkegiatan yang tidak melalukan upaya pengelolaan lingkungan hidup
dengan baik, karena upaya pengelolaan lingkungan hidup sebagai bagian yang
integral dari upaya pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan

30
lingkungan. Penegakan hukum lingkungan secara konsekuen tentunya perlu
keseriusan dari seluruh lepisan masyarakat sehingga permasalahan lingkungan
dapat diminimalisasikan.

B. Ozone Layer Depletion (Penipisan Lapisan Ozon)


- Pengertian
Ozon adalah suatu gas yang terdiri dari molekul-molekul ozon, setiap melekul ozon
mempunyai tiga atom oksigen. Ozon di Stratosfer melindungi semua makhluk
hidup dari pancaran sinar ultra violet yang berasal dari matahari. Karena itu, oron
di stratosfer bermanfaat bagi manusia kebalikan dari ozon di troposfer Sinar
matahari terdiri dan cahaya yang kasat mata dan tidak kasat mata. Cahaya yang
tidak kasat mata terdiri dan sinar infra merah dan sinar ultraviolet. Penipisan lapisan
ozon artinya daya serap lapisan ozon terhadap sinar ultraviolet berkurang sehingga
sebagian sinar ultraviolet dapat mencapai bumi.

- Penyebab
Beberapa zat kimia dapat beraksi dengan ozon di stratosfor, sehingga proses
perusakan ozon berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan proses
pembentukannya Kembali, Zat perusak lapisan ozon terutama adalah:
1. CFC (Chlorofluorocarbon)
Chlorofluorocarbon adalah sekumpulan zat kimia yang terdiri atas tiga jenis
umur yaitu Chlor (CI), Flour (F) dan Carbon. CFC merupakan bahan hasil
proses industri dan mempunyai sifat-sifat tidak beracun, tidak dapat dibakar dan
sangat stabil karena tidak mudah bereaksi. Selain itu CFC juga merupakan salah
satu gas rumah kaca.
2. Halon
Susunan kimia halon terdiri atas unsur-unsur Klor, Fluor dan karbon ditambah
unsur brom (Br). Halon mempunyai sifat-sifat tidak dapat dibakar, beracun dan
sangat stabil karena tidak mudah bereaksi
3. Dinitrogen oksida (N20)
N20 ini terjadi dalam proses perombakan oleh mikroorganisme tanah.

- Dampak
1. Dampak Terhadap Manusia
Sinar ultraviolet dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh manusia, yaitu
membantu pembentukan vitamin D oleh tubuh. Tetapi sinar ultraviolet dalam
jumlah banyak juga dapat menyebabkan kanker kulit, kerusakan mata dan
menurunkan kekebalan tubuh.
2. Dampak Terhadap Tumbuh-tumbuhan Darat

31
Peningkatan sinar UV-B akan mengganggu ekosistim di darat, karena pengaruh
UV-B pada kegiatan asimilasi nitrogen oleh mikroorganisene. Mikroorganisme
tersebut penting dalam penyediaan nitrogen di tanah. Hal ini tidak mampu
dilakukan oleh tumbuhan. Mikroorganisme ini mengalami gangguan akibat dari
besarnya sinar ultraviolet yang sampai ke bumi. Hasil padi dan sejumlah tanaman
budidaya lainya akan menurun bila terjadi peningkatan UV-B, karena ketersediaan
nitrogen menurun. Sejumlah jenis dan variasi tanaman tertentu akan mengalami
dampak lebih besar dibanding tanaman lainnya.
3. Dampak Terhadap Kehidupan Laut
Penipisan lapisan ozon dapat mengganggu kehidupan di laut dan memberi dampak
negatif pada rantai makanan di laut. Dampak yang cukup memprihatinkan adalah
peningkatan sinar ultraviolet yang dapat membunuh organisme kecil (plankton)
yang menjadi basis dan rantai makanan di laut. Plankton yang menjadi sumber
makanan bagi setiap bentuk kehidupan lainnya di laut sangat peka terhadap sinar
UV-B. Salah satu jenis plankton (fitoplankton) memproduksi biomassa yang dibuat
oleh fitoplankton. Hilangnya salah satu komponen rantai makanan (biomassa) akan
membawa dampak besar pada ekosistem laut yang rumit, yang selanjutnya
memberi dampak pada ketersediaan makanan di bumi.

- Solusi/Penanggulangannya
Usaha-usaha untuk menanggulangi rusaknya lapisan ozon dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tingkatan yang terkait, yaitu:
1. Individu (setiap orang)
2. Industri
3. Pemerintah
Penekanan terhadap ketiga pihak diatas sangatlah penting, karena dapat dibedakan
cepat atau lambatnya pelaksanaan. Individu (perorangan): cepat, industri : perlu
koordinasi perlu waktu lama dan pemerintah perlu konsensus perlu waktu lama.
1. Usaha-usaba Yang Dapat Dilakukan oleh Perorangan
Saat ini semakin banyak produk-produk yang menggunakan ODS (Ozone
Depleting Substances), zat perusak lapisan ozon, baik yang terkandung dalam
barang tersebut maupun dalam proses produksinya. Usaha yang dapat dilakukan
agar ODS berkurang dan ikut berpartisipasi aktif dalam penanggulangan rusaknya
lapisan ozon adalah: Tidak atau sesedikit mungkin menggunakan mebel baik di
kantor maupun di rumah yang menggunakan busa, gunakanlah bahan organik
seperti kapas, sabut kelapa, bulu angsa dll.
1. Menggunakan kemasan yang tidak terbuat dari sterofoam, gunakan kertas atau
bahan organik seperti daun dll.
2. Memperbaiki AC, lemari es yang rusak secepat mungkin sehingga zat pendingin
tidak teremisi ke udara.

32
3. Menanam pepohonan di sekitar tempat tinggal/kantor, selain untuk menyejukkan
ruangan sehingga tidak memerlukan AC, juga akan menambah oksigen (O2).
4. Memilih bengkel yang dapat mendaur ulang zat pendingin, jika alat pendingin
rusak.

2. Usaha Yang Dilakukan Oleh Pihak Industri


Dalam rangka penghapusan ODS pada industri, upaya yang dapat dilakukan antara
lain : Melatih personil agar mampu dan terampil dalam menggunakan teknologi
baru yang ramah lingkungan, merangsang penggunaan dan mengembangkan sistim
yang sesuai dengan teknologi non ODS (misalnya gas pendorong alternatif untuk
aerosol dll). Melakukan tindakan antisipasi dengan memperhatikan usia pakai,
penggantian bahan alternatif.
3. Usaha Yang Dilakukan Oleh Pemerintah
Usaha-usaha untuk menghambat kerusakan lapisan ozon telah dilakukan oleh
beberapa negara, terutama negara-negara industri hal ini sudah berlangsung dengan
baik. Tetapi bagi negara-negara berkembang usaha-usaha tersebut tidaklah
semudah seperti yang diharapkan. Hal ini menyangkut penyediaan sarana dan
prasarana yang cukup mahal serta tingkat kesadaran manusianya yang masih
kurang Dari hasil penelitian telah terbukti bahwa CFC, halon dan lainnya
merupakan sumber utama perusak ozon. Oleh karena itu Konferensi Montreal pada
bulan September 1987 mengeluarkan "Protokol Montreal tentang penipisan lapisan
ozon. Protokol Motreal merupakan perjanjian yang menghendaki emisi CFC di
negara-negara industri dikurangi. Perjanjian tersebut juga membatasi pembelian
CFC dari negara bukan peserta perjanjian untuk mencegah pemindahan produksi
dengan maksud menghindari peraturan.

C. Rain Acid (Hujan Asam)


- Pengertian
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith ( 1872 ) dalam
Kupchella ( 1989 ) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah
daerah industri dibagian utara Inggris. Hujan asam ialah turunnya asam dalam
bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara larut dalam butirbutir air di
awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam itu terhujankan
atau rainout. Hujan asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang
mengandung asam sehingga asam itu terlarut kedalam air hujan dan turun kebumi.
Asam itu tercuci atau wash-out. Hujan asam dapat terjadi di daerah yang sangat
jauh dari sumber pencemaran. Masalah hujan asam terjadi dilapisan athmosfir
rendah, yaitu di troposfir. Asam yang terkandung dalam hujan asam ialah asam
sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO)3, keduanya merupakan asam kuat. Asam
sulfat berasal dari gas SO2 dan asam nitrat dari gas NOx.

- Penyebab

33
Penyebab utama hujan asam diudara yaitu gas SOx dan gas NOx.
Sekitar 50% SO2 yang ada dalam atmosfer di seluruh dunia adalah alamiah, antara
lain, dari letusan gunung dan kebakaran hutan yang alamiah. Yang 50% lainnya
adalah antropogenik, yaitu berasal dari kegiatan manusia, terutama dari
pembakaran bahan bakar fosil (BBF) dan peleburan logam. Di daerah yang banyak
mempunyai industri dan lalu lintas berat bagian SO2 yang antropogenik lebih tinggi
daripada 50 %. BBF terbentuk jutaan tahun yang lalu dari makhluk hidup yang
setelah mati mengalami proses fosilisasi. Semua makhluk hidup mengandung
belerang dan belerang itu tinggal dalam BBF. Minyak mentah mengandung BBF
antara 0,1% sampai 3% dan teroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas
ke udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat
(Sumarwoto, 1992). Seperti halnya SO2,50% NOx dalam atmosfer adalah alamiah
dan 50% antropogenik. Pembakaran BBF juga merupakan sumber terbesar NOx
sehingga di negara dengan industri maju bagian NOx yang antropogenik lebih besar
daripada yang alamiah. Pada waktu pembakaran BBF, sebagian NOx berasal dari
nitrogen yang terkandung dalam BBF yang teroksidasi menjadi NOx. Sebagian lagi
berasal dari nitrogen yang terdapat dalam udara yang terdiri dari 80% gas nitrogen.
Pembakaran BBF mengoksidasi 5-40% nitrogen dalam minyak berat dan 100%
nitrogen dalam minyak ringan dan gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin
banyak NOx yang terbentuk (Soemarwoto, 1992). Instalasi pembangkit listrik dan
transpor dengan kendaraan bermotor merupakan sumber utama NOx. Di negara
sedang berkembang transpor merupakan sumber NOx yang lebih besar daripada
pusat pembangkit listrik (Saruji, 1995). NOx juga berasal aktivitas jasad renik tanah
yang untuk kehidupannya menggunakan senyawa organik yang mengandung N.
Oksida N itu merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah
pupuk N yang tidak terserap oleh tumbuhan juga mengalami perombakan kimia-
fisik, biologik dan menghasilkan oksida N. Karena makin banyak digunakan pupuk
N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut. Di dalam udara sebagian dari oksida
N itu berubah menjadi asam nitrat (Achmadi, 1992). Sumber asam nitrat yang lain
adalah amoniak (NH3). NH3 sebenarnya bersifat basa, tetapi di dalam tanah
sebagian NH3 mengalami proses nitrifikasi menjadi asam nitrat. Sumber utama
NH3 adalah pertanian dan peternakan, yaitu pupuk dan kotoran ternak. NH3ialah
gas yang tercium menyengat hidung pada waktu kita masuk kedalam kandang
ternak ataupun WC. Di negara maju, 80-90% emisi NH3 berasal dari sumber ini
dan sisanya dari industri dan transpor, kotoran manusia dan hewan liar serta dari
tanah. Kira-kira 35-45% nitrogen total dalam kotoran hewan lepas ke udara sebagai
NH3. Emisi dari kotoran ternak diperkirakan 22-30 juta ton/tahun, (Ahmadi, 1992).
Mengingat kotoran hewan merupakan sumber NH3 yang penting, dapatlah
dikatakan bahwa makin banyak peternakan, makin tinggi pula produksi asam nitrat.
Karena itu, disamping dari pembakaran BBF untuk transpor dan industri,
peternakan merupakan pula penyumbang hujan asam yang penting. Pupuk N pun
di dalam tanah mengalami proses mikrobiologi dan kimia fisik. Sebagian dari
pupuk itu menguap sebagai NH3. Di daerah iklim sedang sampai 20% N urea dapat

34
hilang sebagai NH3 dan amonium sulfat sampai 15%. Di daerah tropik, sampai 40-
60% N urea yang dipakai di sawah dapat hilang sebagai NH3. Kehilangan N itu
dipengaruhi oleh berbagtai faktor, antara lain, pH tanah yang tinggi, kondisi kering
dan panas serta angin yang kuat memperbesar kehilangan N tersebut.

- Dampak
Hujan asam berdampak terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekosistem akuatik
dan material.
1. Kesehatan
Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek
jangka pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka
panjang karena menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan; efek tidak
langsung karena terexposed pada logam berat seperti alumunium dan logam
berat lain yang terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi
logam berat melalui rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa air
yang terbuat dari timbal atau tembaga.
2. Hutan
Dampak terhadap hutan dan pertanian sebagian karena pH tanah turun.
Penurunan pH tanah dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk
menetralisir asam tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat
yang dapat menetralisir asam, misalnya, kalsium karbonat (CaCO3) dan humus.
Jika ada kalsium karbonat ion H+ bereaksi dengan zat itu dan diubah menjadi
air, karbonat dan CO2. Kerusakan hutan oleh hujan asam gejalanya berbeda
dengan gejala kerusakan oleh kekeringan dan serangan hama atau penyakit.
Kerusakan dan kematian hutan disebut Forest Dieback atau Waldsterben.
Kematian hutan mengakibatkan naiknya resiko terjadinya tanah longsor dan
juga kelonggaran salju pada musim dingin, yang sangat berbahaya bagi
penduduk dan wisatawan.

3. Pertanian
Hasil padi dapat turun sampai 30% karena hujan asam. Karena besarnya laju
pertumbuhan industri dan transpor, ada kemungkinan telah terjadi kenaikan
kadar SO2 sampai pada kadar yang menyebabkan keracunan kronik dan
penurunan hasil pertanian tanpa adanya gejala morfologik dan kasat mata pada
tanaman.
4. Ekosistem akuatik
Hujan asam yang berkepanjangan akan mempengruhi pH air ekosistem akuatik
(Kupchella, 1989). Karena kehidupan organisme hidup akuatik sangat
dipengaruhi oleh pH air tempat hidupnya, hujan asam mempunyai pengaruh
yang besar terhadap biologi ekosistem akuatik. Hujan asam menurunkan
populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad renik. Menjadi asamnya air danau
dapat juga menyebabkan kepunahan jenis. Di samping efeknya terhadap pH,

35
hujan asam juga memperkaya danau dengan unsur hara, khususnya nitrogen.
Sebagai akibatnya dapatlah terjadi apa yang disebut eutrofikasi, yaitu
penyuburan perairan. Eutrofikasi menimbulkan kesulitan, karena terjadinya
pertumbuhan plankton yang berlebihan sehingga plankton itu saling meneduhi
dari sinar matahari dan terjadilah kematian massal plankton (Odum, 1996). Jika
ini terjadi oksigen dalam air habis terpakai dalam proses pembusukan biomassa
yang mati itu dan mengakibatkan kematian ikan dan organisme.
5. Material
Hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material.
Logam, bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil,
kulit dan karet terpengaruh oleh oksida belerang, oksida nitrogen dan zat
pencemar udara lainnya. Sebagian kerusakan ini disebabkan oleh deposisi
kering asam sulfat yang berasal dari transpor dalam kota dan dari industri.

- Solusi/Penanggulangannya
Mengendalikan hujan asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung
sedikit zat pencemar, menghindari terjadinya zat pencemar pada waktu
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
1. Bahan bakar dengan kandungan belerang rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. 11% cadangan minyak
dunia, mengandung kandungan belerang yang tinggi antara 1,4-1,6%. Dengan
demikian, dunia sebagian besar tergantung pada minyak yang mengandung
kadar belerang yang tinggi. Penggunaan gas alam akan mengurangi emisi zat
pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini melalui pipa dan tempat lain
menambah emisi metan, yang merupakan gas rumah kaca yang kuat. Usaha lain
lagi ialah untuk menggunakan bahan bakar alternatif yang tidak mengandung
belerang dan nitrogen, antara lain, metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi,
penggantian haruslah dilakukan dengan hati-hati, karena penggantian itu dapat
memecahkan satu masalah, tetapi menimbulkan masalah lain. Contohnya ialah
metanol yang pada pembakaran menghasilkan dua sampai lima kali lebih
banyak formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini diketahui
mempunyai sifat karsinogenik (penyebab kanker). Apabila metanol itu
diproduksi dari batu bara, proses produksi dan pembakaran metanol
menghasilkan 20-160% lebih banyak CO2 daripada bensin, yang juga
merupakan gas rumah kaca.
2. Mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran
Kadar belerang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan
teknologi tertentu. Dalam proses produksi batubara, batubara biasa dicuci.
Proses pencucian itu, yang bertujuan untuk membersihkan batubara dari pasir,
tanah dan kotoran lain, juga mengurangi kadar belerang yang berupa pirit
(belerang dalam bentuk besi sulfida) sampai 50- 90%. Untuk mengurangi kadar
belerang organik dalam batubara lebih sulit dan memerlukan teknologi yang
lebih canggih.

36
3. Pengendalian pencemaran selama pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi itu ialah lime injection
in multiple burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2dapat dikurangi
sampai 80% dan NOx 50%. Dalam teknologi ini, kapur diinjeksikan ke dalam
dapur pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan menggunakan alat
pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan membentuk
gypsum (kalsium sulfrat dihidrat). Penurunan suhu mengakibatkan penurunan
pembentukan NOx, baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari
nitrogen udara.
4. Pengendalian setelah pembakaran
Zat pencemar dapat pula dikurangi dari gas limbah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah flue-gas desulfurization (FGD).
Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong
asap dengan absorben, yaitu yang disebut scrubbing. Dengan cara ini, 70- 95%
SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian cara ini ialah terbentuknya limbah.
Akan tetapi, limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat
digunakan dalam berbagai industri. Sebuah cara lain ialah untuk menggunakan
amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai pupuk. Cara khusus untuk mengurangi emisi NOx ialah
dengan Reduksi Katalitik Selektif ( Selective Catalytic Reduction = SCR ).
Dengan cara ini 80 – 90 % Nox diubah menjadi nitrogen elementer yang dapat
dilepas ke udara dengan tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi SCR lebih
mahal dari pada penggunaan pembakaran khusus dengan suhu rendah.

5. Penghematan energi
Semua pengendalian pencemaran seperti diuraikan diatas mempunyai
kelemahan yaitu hanya mempunyai efek terhadap SO2 dan NO2 dan tidak
terhadap CO2 yang merupakan gas rumah kaca yang penting. Semua cara
pengendalian pencemaran memerlukan biaya. Penghematan energi pun
memerlukan biaya. Tetapi penghematan energi mempunyai keuntungan bahwa
efeknya juga mengurangi emisi CO2. Biayanya sangat bervariasi dari yang
murah sampai yang mahal sehingga terdapat pilihan yang luas yang dapat
dilakukan oleh rakyat kecil yang melarat sampai yang kaya. Pilihan tertentu
bahkan menguntungkan rakyat kecil seperti pengembangan transpot massal
umum ( Budihardjo, 1997 ) dengan bus dan kereta api serta transpot dengan
sepeda dan jalan kaki untuk jarak dekat. Oleh karena itu penghematan energi
untuk menanggulangi pencemaran merupakan pilihan yang baik untuk negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia. Yang dimaksud dengan penghematan
energi bukanlah mengurangi penggunaan energi sehingga menghambat laju
pembangunan, melainkan menaikan efisiensi energi sehingga per-unit
didapatkan pelayanan yang lebih banyak.

37
D. Population Growth (Pertumbuhan/ledakan Penduduk)
- Pengertian
Ledakan penduduk merupakan suatu keadaan kependudukan yang memperlihatkan
pertumbuhan yang melonjak cepat dalam jangka waktu yang relatif pendek.
Ledakan penduduk ini biasanya terjadi karena angka kelahiran sangat tinggi,
sedangkan angka kematian mengalami penurunan yang drastis. Penurunan angka
kematian yang drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena
membaiknya kondisi kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat. Pada umumnya
ledakan penduduk terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang, termasuk
di Indonesia. Pertambahan penduduk Indonesia dalam kurun waktu hanya 40 tahun
meningkat lebih dari 100%, pada tahun 1961, jumlah penduduk Indonesia hanya
97.985.000 jiwa, tetapi pada tahun 2000 telah meningkat menjadi 203.456.000
jiwa, ledakan penduduk sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang cepat seperti
itu memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

- Penyebab
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya ledakan penduduk ialah:
1. Tingkat kematian yang menurun.
2. Tingkat kelahiran yang tinggi.
3. Adanya kawin usia muda.
4. Adanya rasa tanggung jawab pada keluarga.
5. Adanya sikap religi bahwa anak ialah anugerah Tuhan.
6. Adanya faktor wanita masih sebagai tenaga di rumah.

- Dampak
Beberapa dampak negatif yang timbul sebagai akibat terjadinyua ledakan penduduk
di antaranya sebagai berikut:
1. Tingkat kemiskinan semakin meningkat karena pertumbuhan penduduk yang
cepat biasanya tidak serta merta diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang cepat.
2. Pertumbuhan penduduk yang cepat tidak seimbang dengan peningkatan
produksi pangan dapat mendorong kekurangan pangan.
3. Timbulnya permukiman atau daerah kumuh di perkotaan sebagai akibat
mahalnya harga tanah dan rumah.
4. Pemerintah mengalami kesulitan menyediakan sarana kebutuhan masyarakat
seperti sarana pendidikan dan kesehatan, perumahan dan lain-lain disebabkan
memerlukan dana yang besar dan lokasinya padat oleh permukiman penduduk.
5. Meningkatnya kebutuhan akan ruang dan lingkungan hidup.
6. Menimbulkan persaingan (pertentangan) dimasyarakat sebagai akibat
meningkatnya kebutuhan akan pangan dan kebutuhan lainnya.
7. Tidak seimbangnya kebutuhan akan lapangan pekerjaan dengan pertumbuhan
penduduk yang dengan sendirinya menimbulkan banyak pengangguran dan
masalah sosial lainnya.

38
8. Timbulknya kemiskinan, rumah kumuh, pertentangan antar etnik, tawuran
warga yang diawali dengan hal-hal kecil dan stabilitas politik yang tidak mantap
akan nampak menjadi pemandangan rutinitas yang sulit untuk mengatasinya.

- Solusi/Penanggulangannya
Jika dampak dari ledakan penduduk tidak segera diatasi, dapat mengakibatkan
suatu negara mengalami kesulitan dalam mempercepat proses pembangunannya.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak ledakan
penduduk, diantaranya:
1. Melaksanakan progaram keluarga berencana (KB) yaitu mengendalikan
pertumbuhan penduduk melalui cara pengendalian kelahiran.
2. Menggalakan program transmigrasi.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga kemampuannya bekerja
untuk membangun dirinya menjadi lebih baik.
4. Memperluas lapangan kerja.
5. Pengiriman tenaga kerja ke negara tetangga.

E. Loss of Biodiversity (Punahnya Keanekaragaman Hayati)


- Pengertian
Ancaman terhadap keragaman hayati adalah kepunahan biologis (biological
extinction). Kepunahan biologis terjadi ketika spesies tidak dapat beradaptasi pada
kondisi lingkungan yang baru. Beberapa kegiatan manusia menyebabkan
kepunahan spesies. Bumi sedang mengalami laju kepunahan spesies yang semakin
meningkat. Kepunahan suatu spesies, khususnya spesies kunci (keystone species),
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

- Penyebab
Penyebab yang mendasari :
1. Pertumbuhan penduduk
2. Peningkatan pemanfaatan
3. Penilaian yang rendah terhadap modal alam
4. Kemiskinan
Penyebab langsung:
1. Kehilangan habitat
2. Degradasi dan fragmentasi habitat
3. Introduksi jenis asing
4. Polusi
5. Perubahan Iklim
6. Penangkapan ikan yang berlebihan
7. Perburuan
8. Penjualan hewan dan tanaman hias
9. Pengendalian hama

39
- Dampak
1. Ekosistem Rusak
Di alam bebas terkenal yang dinamakan hukum rimba, dimana mereka yang
lebih kuat maka merekalah pemimpinnya. Untuk itu jika dalam fauna ada yang
disebut predator atau pemangsa dan ada yang disebut mangsa atau hewan yang
memang menjadi santapan para predator. Ada juga hewan yang mengkonsumsi
tumbuhan sehingga flora menjadi bahan makanan utama. Hal ini terus berputar
agar mereka bertahan hidup, dan dinamakan siklus kehidupan. Karena adanya
siklus ini maka ekosistem terbentuk, ekosistem rusak merupakan dampak
paling pertama yang bisa dilihat dari kerusakan flora dan juga fauna. Sebagai
contoh, jika ada siklus padi hingga ular, dimana padi dimakan tikus lalu tikus
dimakan oleh ular. Namun bagaimana jika salah satu ekosistem rusak misalnya
padi. Maka tikus tidak memiliki makanan dan mati dan ular tidak memiliki
makanan tikus dan mati, atau pun untuk bertahan hidup ular menyerang hewan
lain bahkan manusia. Hal sebesar ini timbul dari hal kecil seperti padi yang
rusak atau semakin lama semakin menghilang. Sayangnya hal ini tidak terjadi
pada padi saya namun pada semua flora atau pun fauna.
2. Sumber Daya Langka
Flora serta fauna merupakan dua makhluk hidup yang diciptakan untuk
melengkapi ekosistem yang ada, mengisi bumi, menjalankan siklus kehidupan
dan menjadi sumber daya yang bermanfaat bagi manusia. Sehingga banyak
manusia yang memang membudidayakan flora dan fauna. Namun semakin
lama manusia hanya bisa menggunakan tanpa mau tahu apa yang dibutuhkan
oleh alam. Hutan contohnya, hutan merupakan flora yang harusnya dilindungi
terutama hutan lindung. Padahal hutan bisa menjadi sumber daya alam yang
bermanfaat bagi manusia, misalnya saja tanah di pegunungan. Dimana flora
merupakan bahan yang bisa membantu agregat tanah agar lebih padat lagi,
sehingga tidak terjadi longsor atau pun terjadi erosi yang berbahaya. Fauna juga
merupakan sumber daya alam yang paling digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia. Sumber daya alam yang sering dimanfaatkan yang berasal dari fauna
adalah ikan yang berasal dari laut atau ikan yang anda tangkap di sungai untuk
dikonsumsi.
3. Menurunnya kualitas Kesehatan
Ketika flora dan fauna menjadi bahan utama untuk mendukung makanan
manusia, maka ketika mengalami kerusakan hal ini juga berdampak langsung
pada manusia. Beberapa zat polutan dan pestisida yang ada di flora dan fauna
dapat tersimpan dan jika sampai dikonsumsi oleh manusia maka zat tersebut
juga akan mencemari manusia. Sudah banyak fauna yang mati akibat keracunan
atau terjangkit penyakit layaknya sapi gila, flu burung atau pun pes. Hal ini bisa
menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan, karena bisa menular pada
manusia dan juga mengurangi bahan pangan yang bisa dikonsumsi manusia.
Untuk flora, hal kecilnya mungkin sudah jarang tumbuh tanaman obat-obatan

40
yang dulu sering digunakan untuk mengobati manusia, sekarang ini manusia
lebih bergantung pada obat yang terbuat dari bahan alami. Atau mungkin
tanaman yang dikonsumsi seperti layaknya kangkung air atau selada, namun air
yang digunakan sudah tercemar bahan-bahan. Hal itulah yang menyebabkan
kesehatan menjadi menurun.
4. Hilangnya Kesuburan Tanah
Hilangnya kesuburan tanah merupakan dampak kerusakan yang dihasilkan
selanjutnya. Dimana tanaman seperti kacang polong, buncis dan sejenisnya
tumbuh dan bisa membantu mengurai zat nitrogen yang ada dalam tanah,
sehingga bisa dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya dan juga manusia.
namun karena terjadi kerusakan sudah tentu akan menyebabkan hilangnya
kesuburan tanah dan membuat manusia kesulitan menanam tanamam dan juga
bahan pangan. Keanekaragaman ada untuk saling melengkapi, hal yang bersifat
heterogen memang lebih baik dibandingkan yang bersifat homogeny. Dimana
Tuhan menciptakan makhluk hidupnya dengan ciri khasnya masing-masing,
begitu pun flora dan juga fauna.
5. Turunnya keanekaragaman Hayati
Ketika terjadi kerusakan yang berdampak pada keanekaragaman hayati, tentu
selain poin sebelumnya. Flora dan fauna bisa menambah keanekaragaman
makhluk hidup yang tinggal di Bumi. Kita tidak hanya bisa mendengar ayam
berkokok di pagi hari saja, namun bisa melihat kunang-kunang di malam hari.
Hal ini bisa ada karena keanekaragaman hayati jika flora dan fauna tidak
mengalami kerusakan. Keanekaragaman hayati tak hanya sekedar membuat
makhluk hidup bersifat heterogen, namun kita juga bisa menikmati keindahan
yang diciptakan oleh Tuhan. Adanya pepohonan di gunung, adanya padang
rumput yang terbentang, lalu adanya hewan seperti kelinci dan kucing yang
hidup untuk bisa dipelihara dan menjadi teman bermain, dan hal lainnya yang
mungkin tidak pernah terpikirkan. Namun karena adanya dampak kerusakan
ini, tentu akan berpengaruh pada mereka yang ingin menikmati keindahan.
Sayangnya manusia seringkali tidak merasa bersyukur akan hal tersebut.
6. Daur Hidup Berantakan
Kerusakan flora dan juga fauna menimbulkan dampak yang lebih besar
dibanding sebuah kebakaran hutan. Flora dan fauna rusak menyebabkan daur
hidup makhluk hidup rusak, termasuk juga manusia. jika kerusakan terjadi pada
tumbuhan, maka alam menjadi tidak seimbang, banyak terjadi fenomena alam
baik yang memberikan dampak positif maupun negatif, kurangnya asupan
makanan untuk makhluk hidup lain, tidak adanya pembersih udara dan
mensuplai oksigen. Bahkan kerusakan flora saja bisa mengganggu cuaca dan
iklim yang ada di bumi. Sedangkan jika kerusakan terjadi pada fauna, maka
daur hidup jelas akan berantakan. Mangsa dan predator tidak lagi seimbang
jumlahnya, sehingga menyerang mangsa lainnya atau bahkan manusia. Sudah
ribuan orang meninggal akibat serangan hewan yang tidak diduga, hal ini terjadi

41
akibat daur hidup yang berantakan. Dampak kerusakan flora dan fauna ternyata
memberikan efek yang jauh lebih besar dibanding yang diperkirakan.
7. Hancurnya bumi
Dampak terbesar yang terjadi adalah hancurnya bumi yang notabene adalah
tempat tinggal manusia dan makhluk hidup lainnya. Hancurnya bumi tentu bisa
saja terjad jika sudah terlalu banyak kerusakan yang ditimbulkan dan membuat
flora atau fauna menghilang satu demi satu. Sudah banyak fauna yang
dinobatkan menjadi hewan langka, dimana mereka hanya memiliki populasi
yang sangat sedikit baik karena cuaca, pemburuan liar, ataupun karena hukum
rimba. Padahal fauna tersebut bisa saja berperan penting dalam kelangsungan
lingkungan dan ekosistem bumi. Selain itu sudah banyak flora yang habis
dibabat dan tidak bisa lagi tumbuh, permasalahan utamanya adalah banyak flora
yang bertugas untuk melindungi dan menjaga keseimbangan bumi harus
ditebang dan dihancurkan. Padahal flora tersebut belum tentu bisa tumbuh
kurang dari 10 tahun. Banyak pepohonan dan tumbuhan yang baru bisa tumbuh
dewasa ketika usianya lebih dari 15 tahun ditanam dengan perawatan yang baik.
Sedangkan manusia menebangnya dengan hitungan jam atau hari. Hal seperti
ini yang membuat kerusakan dan hancurnya bumi semakin cepat terjadi.

- Solusi/Penanggulangannya
1. Restoration (restorasi):
Mengembalikan kondisi habitat atau ekosistem terdegradasi ke kondisi sama
(sebisa mungkin) seperti kondisi alaminya.
2. Rehabilitation (rehabilitasi):
Mengembalikan fungsi dan pemanfaatan ekosistem terdegradasi tanpa harus
mengembalikan ke kondisi aslinya. Contoh: menghilangkan polutan dan
melakukan penanaman ulang (penghijauan) untuk menurunkan erosi tanah di
lahan bekas tambang atau di lahan hutan yang ditebang habis.
3. Replacement:
Mengganti ekosistem terdegradasi dengan tipe ekosistem lainnya. Sebagai
contoh: suatu hutan terdegradasi dapat digantikan dengan penanaman pohon
atau tanaman pakan ternak yang lebih produktif.

4. Creating artificial ecosystems: (ekosistem buatan)


Sebagai contoh: membuat lahan basah (wetlands) untuk menekan banjir.

F. Desertification (Desertifikasi/Penggurunan)
- Pengertian
Di 1994, PBB membentuk Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi
(UNCCD) sebagai "satu-satunya perjanjian internasional yang mengikat secara
hukum yang menghubungkan lingkungan dan pembangunan dengan pengelolaan
lahan berkelanjutan". Konvensi itu sendiri adalah tanggapan terhadap a panggilan
di PBB KTT Bumi di Rio de Janeiro di 1992 untuk mengadakan negosiasi untuk

42
perjanjian hukum internasional tentang penggurunan. UNCCD menetapkan definisi
desertifikasi dalam perjanjian diadopsi oleh para pihak di 1994. Ini menyatakan
bahwa penggurunan berarti "degradasi tanah di daerah sub-lembab kering, semi-
kering dan kering yang dihasilkan dari berbagai faktor, termasuk variasi iklim dan
aktivitas manusia".Jadi, alih-alih desertifikasi berarti perluasan gurun secara literal,
ini adalah istilah umum untuk degradasi lahan di bagian dunia yang langka air.
Degradasi ini termasuk penurunan kualitas tanah, vegetasi, sumber daya air, atau
satwa liar secara sementara atau permanen, misalnya. Ini juga mencakup
kemunduran produktivitas ekonomi tanah - seperti kemampuan untuk mengolah
tanah untuk tujuan komersial atau subsisten.

- Penyebab
Penyebab langsung dari penggurunan dapat dibagi secara luas antara yang
berkaitan dengan bagaimana tanah itu - atau tidak - dikelola dan yang berkaitan
dengan iklim. Yang pertama meliputi faktor-faktor seperti:
1. penggundulan hutan,
2. penggembalaan ternak yang berlebihan,
3. budidaya tanaman yang berlebihan dan irigasi yang tidak sesuai;
4. fluktuasi alami dalam iklim dan pemanasan global sebagai akibat dari emisi gas
rumah kaca yang disebabkan manusia.

- Dampak
Desertifikasi memberikan dampak berupa penurunan produktivitas tanaman dan
ternak, hilangnya keanekaragaman hayati, meningkatnya peluang kebakaran hutan
di daerah-daerah tertentu. Secara alami, ini akan berdampak negatif pada ketahanan
pangan dan mata pencaharian. Dampak lain dari penggurunan adalah peningkatan
badai pasir dan debu. Fenomena alam ini - dikenal sebagai berbagai "Sirocco",
"haboob", "debu kuning", "badai putih", dan "harmattan" - terjadi ketika angin
kencang meniupkan pasir dan kotoran dari tanah kosong dan kering. Penelitian
menunjukkan bahwa emisi debu tahunan global telah meningkat sebesar 25%
antara akhir abad kesembilan belas dan hari ini, dengan perubahan iklim dan
penggunaan lahan mengubah pendorong utama.

- Solusi/Penanggulangannya
Untuk mencegah terjadinya desertifikasi, yang harus dilakukan adalah Melindungi
terhadap erosi tanah, untuk mencegah hilangnya vegetasi, untuk mencegah
penggembalaan yang berlebihan atau salah urus lahan. elindungi terhadap erosi
tanah, untuk mencegah hilangnya vegetasi, untuk mencegah penggembalaan yang
berlebihan atau salah urus lahan. Pada Konferensi PBB tentang Pembangunan
Berkelanjutan di Rio de Janeiro di 2012, para pihak sepakat untuk "berusaha untuk
mencapai dunia netral degradasi lahan dalam konteks pembangunan
berkelanjutan". Konsep ini "netralitas degradasi lahan”(LDN) selanjutnya diambil

43
oleh UNCCD dan juga diadopsi secara formal sebagaui target dari Development
Goals Berkelanjutan oleh Majelis Umum PBB di 2015. Gagasan LDN adalah
hierarki tanggapan: pertama untuk menghindari degradasi lahan, kedua untuk
meminimalkannya di tempat itu terjadi, dan ketiga untuk mengimbangi degradasi
baru dengan memulihkan dan merehabilitasi lahan di tempat lain. Hasilnya adalah
bahwa degradasi keseluruhan menjadi seimbang - di mana setiap degradasi baru
dikompensasi dengan pembalikan degradasi sebelumnya.

G. Pollution (Pencemaran)
- Pengertian
Darmono (2001) menyatakan, Pencemaran merupakan perubahan faktor abiotik,
baik secara alamiah maupun karena ulah manusia yang telah melebihi ambang batas
toleransi ekosistem biotik disebut sebagai pencemaran atau polusi. Pencemaran
dapat menimbulkan berbagai masalah kompleks dan polusi bukan masalah
ilmuwan saja, tetapi masalah semua manusia. Bahan pencemar merupakan sisa-sisa
dari segala sesuatu yang kita buat, kita gunakan, dan kita buang.

- Penyebab
Secara umum sumber pencemaran dapat dikelompokkan dalam 2 golongan besar,
yaitu sumber polutan yang berupa kegiatan/hasil kegiatan manusia dan sumber
polutan yang berupa kejadian alamiah.
1. Pencemaran yang berasal dari hasil kegiatan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari selalu menghasilkan limbah/hasil samping yang tidak
dikehendaki. Termasuk dalam kelompok pencemaran dari kegiatan manusia
adalah:
a. Kegiatan manusia yang dilakukan di lingkungan rumah tangga sehari-hari,
misalnya memasak, mandi, mencuci, menyapu, mengepel, menggunakan
racun serangga (obat nyamuk pada malam hari). Menghasilkan limbah
domestik, baik limbah cair, limbah gas, limbah padat maupun bahaya
radiasi bahan radioaktif yang mengganggu kehidupan manusia itu sendiri.
b. Kegiatan yang dilakukan manusia untuk meningkatkan produksi di areal
pertanian atau perkebunannya, misalnya kegiatan-kegiatan berupa
penggunaan pestisida dan penggunaan pupuk buatan, dapat menghasilkan
residu di lahan pertanian atau perkebunan yang dapat mengakibatkan
penurunan kualitas tanah tersebut.
c. Kegiatan manusia memanfaatkan zat radioaktif sebagai irradiator dengan
proteksi yang memadai. Pemanfaatan untuk kepentingan kedokteran di
rumah sakit (irradiator 60Co dan 137Cs), di industri (irradiator 60Co, 192Ir,
dan 170Ta), sedangkan 137Cs melalui proses pembelahan 235U. Juga
penggunaan arus listrik sebagai radiasi Sinar X (yang ditemukan Wilhelm
Roentgen, 1895) di bidang radiografi industri maupun kedokteran, dapat

44
menghasilkan limbah yang apabila tidak dikelola dengan baik akan
membahayakan lingkungan.
d. Penggunaan alat transportasi dalam mobilitasnya sehari-hari, misalnya
penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM, kereta api,
pesawat udara, kapal laut, dan kapal motor yang menggunakan mesin disel
BBM. Bahan pencemar bukan hanya berasal dari BBM itu saja, tetapi juga
dari proses lain dari alat transportasi tersebut, misalnya alat transportasi
mobil. Alat transportasi menghasilkan bahan gas, partikel debu, dan bising
yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
e. Kegiatan yang dilakukan di lahan pertambangan untuk memperoleh bahan
tambang. Tambang emas, tambang aluminium, dan tambang bijih besi
dalam prosesnya selalu menimbulkan limbah yang tidak dikehendaki yang
membahayakan kehidupan manusia. Tambang emas dalam prosesnya
menggunakan air raksa (Hg) sehingga limbahnya proses penambangan
emas mengandung Hg.
f. Proses Industri dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya
akan barang yang dihasilkan oleh industri, misalnya pabrik bahan kimia,
otomotif, atau pabrik makanan dan minuman. Proses pembuatan bahan jadi
dari bahan baku ini selalu menghasilkan limbah baik cair maupun padat
yang tidak dikehendaki oleh manusia. Genset banyak digunakan dalam
proses industri sebagai sumber energi listrik alternatif, namun juga
merupakan salah satu sumber pencemaran udara (sisa pembakaran) dan
sumber pencemaran air (ceceran oli dan BBM). Penggunaan mesin-mesin
pembuat barang jadi dari bahan baku, sering kali diiringi dengan bunyi yang
dapat menimbulkan kebisingan, baik tingkat kebisingan rendah, sedang,
atau tinggi. Penggunaan hearing aids pada para pekerja sangat penting
untuk menjaga akibat bising terus-menerus memajan ke telinga. Menurut
sumbernya kebisingan dapat digolongkan dalam kebisingan impulsif
(impulsive noise), kebisingan kontinu (continue noise) dan kebisingan semi
kontinu (intermittent noise). Kebisingan impulsif adalah kebisingan yang
datangnya tidak secara terus-menerus, akan tetapi sepotong-sepotong,
contoh bunyi pile hummer. Kebisingan kontinu adalah kebisingan yang
datangnya terus-menerus untuk waktu yang relatif lama, contohnya bunyi
mesin yang dihidupkan. Kebisingan semi kontinu adalah kebisingan yang
hanya sekejap, kemudian hilang dan nanti akan datang lagi, contohnya
bunyi mobil lewat.
2. Pencemaran yang berasal dari proses perubahan yang terjadi secara alamiah di
alam raya. Proses tersebut berada di luar kemampuan manusia untuk
mengendalikannya. Termasuk dalam jenis pencemaran tersebut antara lain
adalah:
a. Pencemaran dari kejadian gunung berapi yang meletus. Gas beracun, abu,
pasir, lava, dan panas dikeluarkan oleh letusan gunung berapi yang dapat
mencemari lingkungan sekitarnya. Sumber gas alam yang beracun juga

45
dihasilkan oleh perut bumi di beberapa daerah tertentu, misalnya Gunung
Dieng.
b. Terjadinya pencemaran akibat bencana alam banjir. Berbagai macam
limbah mencemari sumber-sumber air bersih/air minum, rumah
permukiman, dan semua sarana kehidupan di daerah tersebut.
c. Terjadinya pencemaran akibat bencana alam gempa bumi dan gelombang
tsunami di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Limbah padat, air kotor
dan mayat (terutama mayat satwa yang tidak terurus), mencemari sumber-
sumber air bersih/air minum di daerah tersebut.

- Dampak
Akibat adanya pencemaran lingkungan terhadap kehidupan maka pencemaran
dapat dikelompokkan ke dalam 6 tingkatan (G. Tyler Miller Jr., 1979). Berikut
urutan tingkatan akibat terjadinya pencemaran terhadap lingkungan, diurutkan dari
tingkatan akibat yang paling ringan sampai tingkatan akibat yang paling berat,
yaitu:
1. Class 1: nuisance and aesthetic insult (bau, rasa, kerusakan warna bangunan,
dan kejelekan lainnya);
2. Class 2: property damage (bahan logam menjadi karatan, bangunan menjadi
kotor, dan pakaian menjadi kotor);
3. Class 3: damage to plant and animal life (bercak-bercak daun, daun rontok,
berkurangnya hasil sayuran, berkurangnya fotosintesis, keracunan, sesak nafas,
dan gangguan pada saraf pusat hewan);
4. Class 4: damage to human health (berkurangnya oksigen dalam darah, iritasi
mata, iritasi kulit, kerusakan sistem pernafasan, dan kanker);
5. Class 5: human genetic and reproductive damage (akibat ini belum diketahui
dengan pasti, tetapi sangat mungkin terjadi);
6. Class 6: major ecosystem disruption (perubahan iklim lokal dan regional,
bahkan mungkin perubahan iklim global).

- Solusi/Penanggulangannya
Polutan bisa masuk ke dalam tubuh manusia (mode of intake) melalui saluran
pencernaan (air minum makanan/minuman), saluran pernafasan (udara sekitar) atau
penetrasi melalui kulit (logam, cairan). Dari adanya berbagai mode of intake
tersebut maka untuk menjaga kesehatan manusia upaya yang dilakukan adalah
memutus mode of intake. Upaya tersebut antara lain adalah memasak air minum
untuk membunuh kuman dalam air minum, menggunakan masker untuk menyaring
partikel pencemar di udara yang dihisap melalui hidung, menggunakan sarung
tangan untuk mencegah kontak langsung dengan bahan pencemar. Di samping itu
yang sangat penting adalah menjaga kualitas lingkungan itu sendiri. Upayanya
adalah melakukan pengawasan terhadap kualitas air, udara, bahan makanan dan
tanah di lingkungan sekitar kehidupan manusia. Dalam upaya melindungi
kepentingan manusia tersebut maka ditentukan (oleh manusia) adanya satu batas

46
tertentu untuk kualitas air, udara, bahan makanan/minuman yang harus ditaati.
Batas untuk kualitas air atau batas suatu zat yang diperbolehkan berada dalam air
sering disebut dengan baku mutu (BM) air. BM air ada 2 macam, yaitu BM yang
diinginkan atau batas minimal yang dianjurkan dan batas maksimal yang
diperbolehkan. Batas minimal yang dianjurkan adalah batas bawah (minimal)
kandungan suatu zat yang dianjurkan terdapat dalam air untuk kebutuhan kesehatan
manusia (atau untuk makhluk hidup lainnya). Artinya zat tersebut tidak boleh NOL
(tidak ada) dalam air. Ini penting karena banyak zat yang dalam jumlah tertentu
dibutuhkan oleh tubuh manusia oleh karenanya zat tersebut harus ada dalam air,
misalnya Kalsium dan Iodine.

DAFTAR PUSTAKA

Fadilah. 2007. Pemanasan Global, Faktor Penyebab, Dampak dan Solusi. Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ,
Jakarta.

Gunawan, Rimbo. dkk. 1998. Industrialisasi Kehutanan dan dampaknya terhadap masyarakat adat: Kasus
Kalimantan Timur. Penerbit: Yayasan AKATIGA, Bandung.
Hendrawan, J.T. Fajar dan Dewi M. Retno. 2016. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi
Kawasan Perumahan Terhadap Pendapatan Petani Dusun Puncel Desa Deket Wetan Lamongan.
Universitas Negeri Surabaya.
Herdyansah, Auke. 2017. Dampak Intrusi Air Laut Pada Kawasan Pesisir Surabaya Timur. Institut
Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Irwansyah, Adam. 2015. Analisis Penyebab, Dampak dan Solusi Kebakaran Hutan di Indonesia. Institut
Teknologi Sumatera
Lazuardi. 2003. Penipisan Lapisan Ozon dan Penanggulangannya, Jurnal Pendidikan Science. Vol.27
No.3, September 2003
McSweeney, Robert. 2019. Desertification and The Role of Climate Change, id.climateimpactnews.com

Miller, G.T. & S.E. Spoolman. 2012. Living in the Environment. Seventeenth edition. Brooks/Cole,
Belmont, CA (USA).
Nandi, 2007, Longsor, FPIPS-UPI. Bandung
Nugroho, S. Ardiyana, dkk. 2011. Alih Fungsi Lahan Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Rochmad, Subardan. 2003. Modul Pencemaran Lingkungan. Institut Teknolgi Bandung.
Rukandar, Dadan. 2018. Banjir (Pengertian, Penyebab, Dampak dan Usaha Penanggulangannya). BPDB
Banten.

47
Setiawa, Samhis, 2020, “Ledakan Penduduk” Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Penanggulangan, 18
Oktober 2020, Gurupendidikan.co.id
Sila Dharma, IGB. 2003. Analisis Penyebab Erosi Daerah Pantai Pulau Bali, dalam “ Menuju
Pembangunan Bali Berkelanjutan”.Udayana University Press, pp. 64-77.
Suadi, 2018, Eksploitasi Tambang Merusak Bumi, 26 Mei 2018, analisadaily.com
Sulistyono. 2012. Dampak Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Perairan Laut Pada Kegiatan Industri Migas
dan Penanggulangannya. Jurnal Forum Teknologi Vol.03,No.1, Cepu.
Yatim, M. Erni. 2007. Dampak dan Pengendalian Hujan Asam di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
September 2007.
Zainal. 2015. Akar Permasalahan Kebakaran Hutan Serta Solusi dalam Penyelesaiannya (Studi di Provinsi
Riau). Prosiding Seminar Nasional Ilmu Pemerintahan FISIP UNIKOM.
Zhafira Suwiji, N.S..2019. Kekeringan:Pengertian,Penyebab,Dampak, dan Penanggulangan. 18 Juni
2019, foresteract.com

48

Anda mungkin juga menyukai