Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

Peta adalah informasi yang merupakan hasil suatu pengolahan data dapat
dipresentasikan dalam bentuk lisan, tulisan dan visual. Peta yang banyak dikenal
oleh masyarakat merupakan salah satu bentuk perjanjian visual dari suatu
informasi kebumian. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi
( suatu teknik secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan memperkecil
keruangan suatu daerah yang luas sebagian suatu bentuk yang dapat mudah
diobservasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi.
Budaya peta pada masyarakat Indonesia relatife ketinggalan dibandingkan
dengan Negara lain, walaupun peta sudah dikenal di Indonesia sejak periode abad
ke 14 dan 15. Atlas yang merupakan sekumpulan peta tersusun menjadi satu
kesatuan dan memberikan informasi kebumian, keberadaanya di Indonesia sudah
cukup lama. Digunakannya peta, atlas atau globe dalam proses belajar mengajar
dapat menimbulkan peningkatan dan pemahaman peserta didik dalam domain
kognitif terutama berkenaan dengan pengetahuan, pengertian dan penerapan.
Mozaik foto ialah serangkaian foto daerah tertentu yang disusun menjadi
satu lembar foto. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan daerah penelitian secara
utuh. Penyusunannya dilakukan dengan memotong bagian yang bertampalan dan
menyambungnya dengan melekatkannya pada lembaran lainnya.
Mozaik dibedakan atas mosaik terkontrol, mosaik tak terkontrol, dan mosaik
setengah terkontrol. Mosaik terkontrol disusun dari foto udara yang telah
mengalami rektifikasi ( menghilangkan kesalahan oleh kemiringan sumbu kamera
(tilt) ) dan ratioing ( menyeragamkan skala di seluruh bagian foto ). Mosaik
terkontrol dapat diandalkan untuk penyadapan data metrik seperti jarak dan luas.
Mosaik tak terkontrol dibuat dari foto udara tanpa penyesuaian skala dan ukuran
lainnya. Berbeda dengan mosaik terkontrol yang dalam penyusunannya digunakan
titik kontrol di medan, mosaik tak terkontrol dibuat tanpa titik kontrol. Mosaik
setengah terkontrol merupakan gabungan antara kedua mosaik yang telah
dijelaskan.
Adapun tujuan dari praktikum acara 4 ini tentang membuat peta mozaik
adalah melengkapi peta mozaik dengan komponen/syarat peta (gridding dan
legenda).
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah mampu membuat peta
mozaik dengan melihat bagaimana cara menggridding dan memberikan legenda
yang baik dan benar.
TINJAUAN PUSTAKA

Mosaik merupakan proses untuk menyambungkan beberapa foto udara ke


dalam satu foto udara yang utuh. Pembuatan foto udara yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan mosaik tidak terkontrol. Hal ini dilakukan karena foto
udara yang digunakan merupakan foto udara tegak yang diambil dari rekam udara
dan belum direktifikasi serta belum diseragamkan skalanya. Mosaik dilakukan
dengan cara menggabungkan foto yang satu dengan yang lainnya dengan cara
menandai bagian bagian yang sama pada foto (Amelia, et al, 2015)
Mozaik foto ialah serangkaian foto daerah tertentu yang disusun menjadi
satu lembar foto. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan daerah penelitian secara
utuh. Penyusunannya dilakukan dengan memotong bagian yang bertampalan dan
menyambungnya dengan melekatkannya pada lembaran lainnya. Mozaik
dibedakan atas mosaik terkontrol, mosaik tak terkontrol, dan mosaik setengah
terkontrol. Mosaik terkontrol disusun dari foto udara yang telah mengalami
rektifikasi ( menghilangkan kesalahan oleh kemiringan sumbu kamera (tilt)) dan
ratioing ( menyeragamkan skala di seluruh bagian foto). Mosaik terkontrol dapat
diandalkan untuk penyadapan data metrik seperti jarak dan luas. Mosaik tak
terkontrol dibuat dari foto udara tanpa penyesuaian skala dan ukuran lainnya.
Berbeda dengan mosaik terkontrol yang dalam penyusunannya digunakan titik
kontrol di medan, mosaik tak terkontrol dibuat tanpa titik kontrol. Mosaik
setengah terkontrol merupakan gabungan antara kedua mosaik yang telah
dijelaskan (Harintaka,2006). Pada citra Landsat, pemotongan (cropping) citra
dilakukan untuk mendapatkan daerah penelitian dengan maksud untuk dapat
dilakukan pengolahan data yang lebih terfokus dan lebih terinci pada daerah
tersebut, sedangkan mozaik citra adalah proses menggabungkan atau
menempelkan dua atau lebih citra yang tumpang tindih (overlapping) sehingga
menghasilkan citra yang representative dan kontinu (Dwiyanti 2009).
Mosaik foto udara digunakan untuk mengamati tutupan lahan pada suatu
wilayah.Tutupan lahan adalah kenampakan material fisik permukaan bumi.
Tutupan lahan dapat menggambarkan keterkaitan antara proses alami dan proses
sosial. Tutupan lahan dapat menyediakan informasi yang sangat penting untuk
keperluan pemodelan serta untuk memahami fenomena alam yang terjadi di
permukaan bumi (Jaya, 2010).
Identifikasi penggunaan lahan merupakan salah satu cara untuk mengetahui
perubahan penggunaan lahan yang selanjutnya dikaitkan dengan pengaruhnya
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan terhadap penurunan kualitas
lahan yang diakibatkannya. Interpretasi foto udara sangat membantu dalam
melakukan identifikasi perubahan penggunaan lahan, hasil interpretasi foto udara
tersebut perlu diuji kebenarannya di lapangan sebelum dilakukan pemetaan secara
tepat posisinya pada peta dasar (Sinaga, et al, 1992).
Mosaik foto udara merupakan gabungan dari dua atau lebih foto udara yang
saling bertampalan sehingga terbentuk paduan gambar yang berkesinambungan
dan memperlihatkan daerah yang lebih luas.Penggabungan dilakukan dengan
memotong dan menyambungkan bagian-bagian foto yang overlap atau sidelap.
Mozaik udara umumnya dirakit dari foto udara vertical, namun kadang-kadang
juga dirakit dari foto miring atau foto terestris. Jika dibuat dengan baik, akan
memperlihatkan penampilan seperti suatu foto tunggal yang sangat besar (Wolf,
1983).
Pesawat bersayap tetap (fixed wing) adalah pesawat udara yang terbang
bukan karena gerakan pada sayap.Pesawat sayap tetap terbang saat pesawat
melaju melalui udara. Pergerakanpada sayap menghasilkan gaya angkat yang
mengangkat pesawat. Pesawat bersayap tetapberbeda dengan pesawat bersayap
putar atau ornitroper, yang terbang dengan sayap yangbergerak dan menghasilkan
gaya angkat. Berdasarkan cara terbang pesawat fixed-wing UAV tersebut, maka
pengambilan fotoudara dilakukan secara bertahap karena tidak memungkinkan
pesawat berhenti di suatu tempathanya untuk mencari posisi yang tepat untuk
melakukan pengambilan foto udara. Sehingga foto yang dihasilkan akan memiliki
batasan luas tampilan foto yang cukup kecil. Untuk mendapatkan informasi foto
dengan tampilan yang lebih luas dan jelas makadiperlukan teknik penggabungan
citra atau yang dikenal dengan mosaik (Dewanti, 2015).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Adapun praktikum acara 4 ini tentang membuat peta mozaik dilaksanakan


ditempat Laboratorium Pedologi, Survei, dan Pemetaan Lahan Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto pada hari jumat, 25 Oktober 2019 pukul 18.30

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spidol OHP,
penggaris, spirtus, kapas/tissue, dan ATK
Bahan yang digunakan dalam praktikum tentang membuat peta mozaik
adalah peta mozaik.

C. Prosedur Kerja

1. Peta hasil mozaik disiapkan


2. Garis tepi dibuat dengan menggunakan spidol OHP hitam. Ukuran disesuaikan
dengan kebutuhan peta dan komponen peta lainnya.
3. Judul, arah mata angin, skala, legenda, sumber dan pembuat peta dibuat
4. Grid pada peta dengan menggunakan titik koordinat dibuat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

-TERLAMPIR

B. Pembahasan

Peta adalah suatu media komunikasi grafis yang berarti informasi yang
diberikan dalam peta berupa suatu gambar atau simbol. Secara sederhana simbol
dapat diartikan sebagai suatu gambar atau tanda yang mempunyai arti atau makna
tertentu. Simbol dalam peta memegang peranan yang sangat penting, bahkan
dalam peta khusus atau peta tematik simbol merupakan informasi utama untuk
menunjukkan tema suatu peta. Menurut bentuknya simbol dapat dikelompokkan
menjadi simbol titik, simbol garis dan simbol area atau bidang, sedangkan
menurut wujud simbol dalam kaitannya dengan unsur yang digambarkan dapat
dibedakan menjadi abstrak/geometrik, huruf dan nyata (piktorial). Simbol
piktorial adalah suatu simbol yang wujudnya memiliki kemiripan dengan wujud
unsur yang digambarkan, sedangkan simbol geometrik adalah simbol yang
wujudnya tidak memiliki kemiripan dengan unsur yang digambarkan
(Ritohardoyo, 2009).
Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan.
Berdasarkan fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan
berbagai macam komponen/unsur kelengkapan yang bertujuan untuk
mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta. Beberapa
komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta
misalnya adalah (Lestari, 2011) :
a. Judul
Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya dibagian
atas tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin
diletakkan di kanan atas.
b. Legenda
Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk
memahami peta.
c. Orientasi/tanda arah/arah mata angin
Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta.
d. Skala
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di
lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah
legenda. Skala dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Skala angka, misalnya 1:2.500.000 artinya setiap 1 cm jarak dalam peta
sama dengan 25 km satuan jarak sebenarnya.
2. Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki
panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili jarak
tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta.
3. Skala verbal, yakni skala yang ditulis dengan kata-kata.
e. Simbol
Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada
di permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya.
f. Warna peta
Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di
permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk
keperluan estetika peta.
g. Tipe Huruf (Lettering)
Lattering berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada.
Lattering biasanya digunakan dalam obyek hipsografi yang ditulis dengan huruf
tegak, contoh: Surakarta dan obyek hidrografi ditulis dengan huruf miring,
contoh: Laut Jawa
h. Garis Astronomis/Grid/Garis Koordinat
Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan
untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara
berlawanan arah satu sama lain sehingga membentuk vektor yang menunjukan
letak astronomis.
i. Inset
Inset adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Misalnya inset
penunjuk lokasi, inset penjelas, dan inset penyambung.
j. Garis Tepi Peta
Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk
meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada peta.
k. Sumber dan Tahun Pembuatan
Sumber peta adalah referensi dari mana data peta diperoleh.
l. Garis Lintang dan Garis Bujur
Garis lintang adalah garis yang melintang dari arah barat – timur atau dari
arah timur – barat. Garis bujur adalah garis yang membujur dari arah utara-selatan
atau selatan-utara.
Komponen peta merupakan informasi yang ada pada suatu peta, meliputi
judul peta, orientasi peta, skala peta, garis tepi peta, koordinat peta, insert
peta,sumber peta, nama pembuat peta, dan legenda peta. tata letak atau layout
petasehingga diperoleh suatu komposisi peta yang baik dan benar, disajikan
sebagai berikut: (Dewi Liesnoor, 2014)
1. Judul peta
Judul peta merupakan komponen utama pada suatu peta, memuat
informasitentang tema peta, lokasi atau daerah yang di petakan, dan tahun
pembuatan(khusus peta dengan tema data yang dinamis). Judul eta harus di
cerminkan isi pokok peta, contoh: peta persebaran batu bara di Indonesia tahun
2012, peta penggunaan Lahan Provinsi Kalimantan Timur dan peta Administrasi
ProvinsiKalimantan Utara
2. Orientasi Petaan Tahun
Orientasi peta petunjuk arah peta atau tanda panah, sangat penting
dicantumkan pada sebuah peta. Dengan informasi tanda panah maka para
pembaca peta dapat mengetahui arah utara, selatan, barat, dan timur pada
saatmembaca peta.
3. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan
jaraksebenarnya (jarak horizontal) kedua titik tersebut di permukaan bumi.
4.Legenda Peta
Legenda peta merupakan kunci peta sehingga mutlak harus pada peta.
Legenda peta berisi tentang keterangan symbol, tanda, atu singkatan yang di
pergunakan pada peta.
5. Garis Tepi Peta
Garis tepi peta atau garis bingkai peta merupakan garis yang
membatasiinformasi peta tematik. Semua komponen peta berada di dalam garis
tepi peta ataudengan kata lain tidak ada informasi yang berada di luar garis tepi
peta.
6. Koordinat Peta
Garis koordinat peta adalag garis yang menunjukan garis lintang dan garis
bujur. Garis lintang adalag garis khayal yang melintang di atas permukaan bumi
dariarah barat ke timur sejajar dengan garis khatulistiwa (lintang 0⁰). Garis bujur
adalahgaris-garis khayal yang vertikal yang menghubungkan titik kutub utara dan
titikkutub selatan. Penempatan lintang dan bujur pada peta ditandai dengan garis
kecildengan ukuran (sekitar 0,5 mm) yang ditempelkan pada garis tepi peta atau
bingkai peta.
7. Inset Peta
Inset peta adalah peta berukuran kecil yang disisipkan pada peta utama.
Adadua jenis inset peta, yaitu inset perbesaran peta dan inset lokasi wilayah.
Informasiyang perlu ditampilkan pada inset peta adalah judul wilayah dan
keterangan, danapabila dianggap penting dapat ditambah dengan skala inset dan
letak lintang bujur.
8. Sumber Peta
Sumber peta harus dicantumkan dalam peta tematik karena berdasarkan
sumber peta dapat diketahui peta tematik yang dibuat. Sumber peta meliputi
sumber peta dan sumber data.
9. Nama Pembuat Peta
Nama pembuat peta merupakan pihak atau nama lembaga yang telah
membuatdan mengeluarkan suatu jenis peta yang dicantumkan dalam peta. Nama
lain dari pembuat peta yakni kartografi. (Liesnor dewi 2014)
Penggolongan peta menurut Dedy Miswar (2012:16-19) adalah sebagai
berikut:
a. Penggolongan Peta menurit isi (content):
1. Peta umum atau peta rupa bumi atau dahulu disebut peta topografi, yaitu
peta yang menggambarkan bentang alam secara umum di permukaan bumi
dengan menggunakan skala tertentu. Peta-peta yang bersifat umum masuk
dalam kelompok ini seperti peta dunia, atlas, dan peta geografi lainnya
yang berisi informasi umum.
2. Peta tematik, adalah peta yang memuat tema-tema khusus untuk
kepentingan tertentu, yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu
pengetahuan, perencanaan, pariwisata, peta kemampuan lahan, peta
kesesuaian lahan, peta daerah rawan longsor, dan sebagainya.
3. Peta navigasi (Chart), peta yang dibuat secara khusus atau bertujuan
praktis untuk membantu para navigasi laut, penerbangan maupun
perjalanan. Unsur yang digambarkan dalam chart meliputi route perjalanan
dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh atau sangat penting sebagai
panduan perjalanan seperti lokasi kota-kota, ketinggian daerah, maupun
kedalaman laut.
b. Penggolongan peta menurut skala (scale)
1. Peta skala sangat besar : > 1: 10.000
2. Peta skala besar : < 1:100.000 – 1:10.000
3. Peta skala sedang : 1:100.000-1:1.000.000
4. Peta skala kecil : >1:1.000.000
Mengingat teknik, tujuan dan skala yang bermacam-macam, maka peta dapat
digolongkan menjadi:
a. Atas dasar skala peta
1. Peta skala kecil: < 1:250.000
2. Peta skala menengah: <1:50.000-1:250.000
3. Peta skala besar: <1:250.000-1:50.000
4. Peta skala sangat besar: >1:2.500
b. Atas dasar isinya
1. Peta umum (peta topografi)
2. Peta khusus (peta tematik)
c. Atas dasar pengukurannya
1. Peta terestis
2. Peta fotogrametri
d. Atas dasar penyajiannya
1. Peta garis
2. Peta foto
3. Peta digital
e. Atas dasar hirarkinya
1. Peta manuskrip
2. Peta dasar
3. Peta induk
4. Peta turunan
f. Penggolongan peta menurut kegunaan (purpose)
1. Peta pendidikan
2. Peta ilmu pengetahuan
3. Peta navigasi
4. Peta untuk aplikasi teknik
5. Peta untuk perencanaan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data penentuan GCP dan titik
koordinat. Dengan GCP pada Koordinat x 109o1’14,86” dan koordinat y
7o22’36,06”. Dari perhitungan x dengan panjang x = 45 cm, untuk penentuan titi
dibagi 5 titik, dengan rumus skala= jarak pada peta/ jarak asli. Diperoleh jarak
interval untuk titik x 9 cm interval koordinat 0 o0’29,19” dan dicari titik x1 sampai
x5. Kemudian untuk titik y dengan panjang y = 28 cm harus dibagi menjadi 4 titik
dengan jarak antar peta 7 cm, dicari dengan rumus yang sama. Diperoleh jarak
interval= 7 cm dengan interval koordinat 0o0’22,7” dan dicari y1 sampai y5.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mozaik foto udara merupakan gabungan dari dua atau lebih foto udara yang
saling bertampalan sehingga terbentuk paduan gambar yang berkesinambungan
dan menampilkan daerah yang lebih luas. Mozaik foto udara dan citra satelit dapat
digunakan dalam berbagai kepentingan. Misalnya untuk mengetahui bentuk lahan,
tata guna lahan, batuan, potensi sumberdaya alam, sumberdaya laut, sumberdaya
geologi, industry, pariwisata, perikanan, pertanian, pertambangan, tata ruangan,
dan lain sebagainya.
Terdapat komponen atau syarat peta yaitu Judul peta, skala peta, legenda,
tanda arah/tanda orientasi, symbol/warna, sumber dan tahun pembuatan peta, inset
dan indek peta inset, grid, nomor peta, sumber peta, elevasi, dan koordinat

B. Saran

Saran yang diperlukan untuk praktikum acara ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya praktikan mampu memperhatikan agar saat pembuatan koordinat
paham dan tidak salah
2. Sebaiknya praktikan ikut dalam pembuatan koordinat agar tau, seperti saya
sendiri
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Nur Rizky , Akhbar, Ida Arianingsih.2015.Pembuatan Peta Penutupan


Lahan Menggunakan Foto Udara Yang Dibuat Dengan Paramotor Di Taman
Nasional Lore Lindu (Tnll) (Studi Kasus Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa
Kabupaten Sigi).Warta Rimba.Volume 3, Nomor 2.
Dedy Miswar. 2012. Kartografi Tematik. Bandar Lampung:Aura
Dewanti,Farida, R. Sumiharto.2015.Purwarupa Sistem Penggabungan Foto Udara
Pada UAV Menggunakan Algoritma Surf (Speeded-Up Robust
Features).IJEIS, Vol.5, No.2.
Dwiyanti E. 2009. Analisis Data Landsat ETM+ untuk Kajian Geomorfologi dan
Penutup/Penggunaan Lahan dan Pemanfaatannya untuk Pemetaan Lahan
Kritis di Kota Cilegon. [Skripsi]. Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Jaya INS. 2010. Analisis Citra Digital Perspektif Penginderaan Jauh untuk
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Lestari, Rizki Puji. 2011. Pemanfaatan Citra Aster dan Sistem Informasi
Geografis untuk Pemetaan Lokasi Potensial dan Distribusi Spasial Daerah
Resapan (Recharge Area), Kasus di antara Sungai Winongo dan Sungai
Gadjah Wong Yogyakarta, Skripsi Sarjana. Fakultas Geografi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ritohardoyo, 2009.Penggunaan dan Tata Guna Lahan.Kanisius,Yogyakarta.
Setyowati Liesnoor Dewi, dkk. 2014. Kartografi Dasar. Yogyakarta: ombak
Sinaga, Maruli, gunadi, yusro halim, suwadi Mulyono. 1992. Inventarisasi
Penggunaan Lahan di Kecamatan Baturetno Wonogiri Jawa
Tengah.Majalah Geografi Indonesia. No. 10-13 Hal 69-84.
Wolf, Paul R., 1983, “Elements of Photogrammetry”, Mcgraw-Hill Publisher,
United States.

LAMPIRAN

Penentuan Titik Koordinat

Anda mungkin juga menyukai