Anda di halaman 1dari 16

Makalah

BENCANA KEKERINGAN
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : pengantar krisis kesehatan dan kebencanaan

Dosen Pembimbing : Ibu Tantri Yunita R, S. Tr. Keb., M.K.M

Disusun oleh :

1. Rendy riza setyawan ( 2212041070 )


2. Sigit adi triansyah ( 2212041060 )
3. Nauvan nur happy ( 2212041038 )
4. Riska ananda p ( 2212041048 )
5. Venusha wahyu p ( 2212041025 )
6. Litha rahma s ( 2212041011 )
7. Martino fahreza p ( 2212041080 )

Program Studi D3 Radiodiagnostik dan Radioterapi

ITKM Widya Cipta Husada

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Bencana Kekeringan” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami
berterima kasih kepada Ibu Tantri Yunita R, S. Tr. Keb., M.K.M selaku Dosen mata kuliah “
krisis kebencanaan” yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Malang, Maret 2023

Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

JUDUL ...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3

2.1 Pengertian bencana kekeringan? .....................................................................3


2.2 Penyebab bencana kekeringan ? ......................................................................3
2.3 Dampak dan kerugian dari kekeringan? ..........................................................5
2.4 Cara menghadapi/mengatasi bencana kekeringan ? ........................................6
2.5 Kearifan lokal masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan ..............7
2.6 Tanggap Darurat (response) ............................................................................8
2.7 Landasan hukum penanggulangan bencana ....................................................9
2.8 Komando tanggap darurat ...............................................................................9
2.9 Bidang Sarana dan Logistik Penanggulangan Bencana ..................................10

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................11

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................11

3.2 Saran .................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................12

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sebagian besar bencana disebabkan oleh faktor manusia yang kurang
memperhatikan dampak kerusakan lingkungan sehingga terjadi degradasi lingkungan.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi adalah pola pikir yang kurang proaktif dan
reaktif dari aparat dan masyarakat. Bencana alam menimbulkan kerusakan lingkungan
dan infrastruktur, kerugian harta – benda dan korban jiwa yang tidak sedikit
jumlahnya. Faktor adanya unsur kebencanaan inilah yang menentukan eksistensi
fungsional dari tipologi lahannya. Salah satunya adalah bencana kekeringan yang
menentukan eksistensi kemanfaatan secara fungsional tipologi penggunaan
lahan.

Pada lahan budidaya seperti persawahan, tegalan, perkebunan dan


kebun campuran, bencana kekeringan turut menentukan kinerja tanaman dan
produktivitas lahan. Sedangkan pada kawasan permukiman, bencana kekeringan
berkontribusi terhadap minimnya atau kurangnya pasokan air untuk kebutuhan
sehari hari (air minum). Berdasarkan histori dan statistik kebencanaan Kabupaten
Serang, kejadian bencana kekeringan telah terjadi beberapa kali dibeberapa
lokasi. Bencana kekeringan secara tercatat lebih pada bencana kekeringan
terhadap ketersediaan air untuk keperluan sehari hari seperti kebutuhan air
minum. Lokasi keterbatasan ketersediaan air bersih akibat kekeringan ini terjadi
di wilayah pesisir pantai utara seperti di Kecamatan Pontang dan Kecamatan
Tirtayasa.

Untuk mengetahui sebaran potensi bencana kekeringan baik dikawasan


budidaya atau kawasan permukiman diwilayah Kabupaten Serang, perlu kiranya ada
kajian analisis potensi bencana kekeringan secara spasial, sehingga sebarannya
dapat diketahui dan antisipasi apabila kejadian ini terjadi terutama pada wilayah
wilayah yang mempunyai potensi bahaya bencana kekeringan tergolong tinggi

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian bencana kekeringan?
2. Apa Penyebab bencana kekeringan?
3. Apa Dampak dan kerugian dari kekeringan?
4. Bagaimana Cara menghadapi atau mengatasi bencana kekeringan?
5. Bagaimana Kearifan lokal masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan?
6. Apa itu Tanggap Darurat (response)?
7. Apa saja Landasan hukum penanggulangan bencana?
8. Apa yang dimaksud Komando tanggap darurat?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian bencana kekeringan.
2. Mengetahui Penyebab bencana kekeringan.
3. Mengetahui Dampak dan kerugian dari kekeringan.
4. Mengetahui Cara menghadapi/mengatasi bencana kekeringan.
5. Mengetahui Kearifan lokal masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan.
6. Mengetahui Tanggap Darurat (response).
7. Mengetahui Landasan hukum penanggulangan bencana.
8. Mengetahui Komando tanggap darurat.

2
BAB 11

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEKERINGAN

Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa
yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini
muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-
rata.Musim kemarau yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan suatu wilayah
kering, karena cadangan air tanah habis akibat penguapan, transpirasi dan penggunaan
oleh manusia.

Kondisi kekeringan yang parah dapat dikategorikan sebagai bencana alam apabila
wilayah yang mengalami kekurangan air telah kehilangan sumber pendapatan, akibat
gagal panen atau kematian bagian-bagian ekosistem lingkungan.

Kekeringan masuk dalam kategori bencana karena dapat menimbulkan kerugian bagi
manusia. Bencana sendiri diartikan dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 sebagai
peristiwaa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dal mengganggu kehidupan
masyarakat, baik dari faktor alam maupun alam sehinggi menimbulkan korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta serta memberik dampak psikologis

2.2 Penyebab Kekeringan


Bencana kekurangan air dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
A. Musim Kemarau Terlalu Lama
Penyebab umum terjadinya kekeringan adalah musim kemarau yang sangat
panjang. Saat musim kemarau, curah hujan akan menurun drastis dari biasanya.
Rata-rata di Indonesia musim kemarau terjadi antara 3 bulan hingga 6 bulan. Namun
jika kemarau melebihi 6 bulan maka ketersediaan sumber air tanah yang pada tahun-
tahun sebelumnya akan terjadi kekurangan. Jika musim kemarau telah melewati
batas waktu tertentu dari biasanya. Maka masyarakat akan berupaya untuk
mengurangi penggunaan air, karena khawatir sumber air yang ada tidak akan
mencukupi.

3
B. Tidak Ada Daerah Resapan
Kekeringan juga dapat disebabkan jika di dalam tanah sudah tidak ada lagi
cadangan air. Agar tanah dapat menyimpan air, maka diatasnya dibutuhkan pohon-
pohon yang berguna untuk menyerap air hujan kemudian menyimpannya sebagai air
tanah. Daerah-daerah yang masih asri umumnya memiliki cadangan air tanah yang
lebih banyak daripada daerah gundul tanpa pepohonan. Pohon-pohon ini tidak hanya
berfungsi untuk mengikat air, namun juga sebagai sumber oksigen, mencegah erosi
dan lain sebagainya.

C. Penggunaan Air Berlebihan


Penggunaan air diluar batas kewajaran dapat menyebabkan kekeringan. Air yang
digunakan tanpa memperhitungan kecukupan sumber air untuk melewati musim
kemarau akan menimbulkan kekurangan cadangan air pada bulan puncak kemarau.
Oleh karena itu, penghematan dharus dilakukan, misalnya dengan mandi
menggunakan shower dan bukan menggunakan gayung.

D. Sumber Mata Air Menghilang


Berkurangnya atau hilangnya mata air dapat disebabkan oleh berbagai hal,
antara lain perubahan iklim, penebangan hutan, keringnya sungai bawah tanah dan
lain-lain. Jika sumber mata air seperti sumur telah kering, umumnya masyarakat
akan membeli air atau mengambil air ke sumber-sumber lain dengan menempuh
jarak yang jauh.

E. Sumber Mata Air Jauh


Ketika masyarakat bergantung terhadap sumber mata air untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari. Maka jika terjadi kekeringan pada sumber yang biasa
diambil tersebut, masyarakat tidak dapat lagi memperoleh sumber air. Oleh karena
itu, masyarakat setempat akan mencari sumber mata air lain yang bisa saja jaraknya
berkali-kali lipat.

4
F. Tidak Ada Penampungan Air
Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup. Pada daerah yang kerap
mengalami kekeringan, umumnya akan membuat penampungan air secara swadaya
di tiap RT. Penampungan air tersebut ditujukan sebagai cadangan air bersih ketika
musim kemarau tiba.

2.3 Dampak dan Kerugian


Kekeringan merupakan bencana yang memberikan dampak menyeluruh terhadap
komponen kehidupan. Tidak hanya tumbuhan akan mati, bahkan ancaman kematian
juga dapat terjadi pada manusia akibat kekurangan cairan dan kekurangan makanan
karena gagal panen.
A. Sumber Air Minum
Dampak yang paling fatal bagi kehidupan manusia adalah kurangnya air minum.
Tubuh yang kekurangan cairan akan mengalami dehidrasi. Tidak hanya akan dialami
oleh manusia, namun hewan-hewan juga akan mengalami kekurangan cairan tubuh
karena tidak adanya air untuk diminum.

B. Kekurangan Air Untuk Kebutuhan Sehari-Hari


Selain fungsi utamanya untuk air minum, air juga dibutuhkan dalam kegiatan
sehari hari seperti memasak, mandi, buang air, mencuci dan sebagainya. Jika tidak
ada air maka kegiatan-kegiatan rumah tangga tidak akan berjalan dengan baik.

C. Tanaman dan Hewan Mati


Akibat bagi tanaman adalah layu hingga kematian. Tanaman menjadi bagian
penting dari siklus oksigen dan menjadi sumber pangan bagi manusia dan hewan.
Jika tanaman mati, maka sumber makanan bagi hewan dan manusia akan berkurang
dan menyebabkan kelaparan, bahkan ancaman kematian.

D. Bencana Kelaparan
Kekeringan yang berkepanjangan akan menyebabkan sektor pertanian, perkebunan
dan peternakan mengalami gagal panen. Akibatnya, cadangan makanan bagi
masyarakat menjadi langka.

5
E. Lingkungan Kotor
Adanya air dapat dimanfaatkan untuk membersihkan kotoran di sekitar kita,
misalnya mengepel lantai, membersihkan hewan dan lainnya. Jika kekeringan
melanda, maka tidak ada sumber air untuk membersihkan lingkungan.

F. Wabah Penyakit
Bibit penyakit akan muncul jika kekeringan terjadi. Hal ini disebabkan karena
kebersihan tubuh dan lingkungan tidak terjadi karena ketiadaan air. Penyakit yang
umumnya muncul adalah gatal-gatal, jamur, dan penyakit kulit lainnya.

G. Serangan Serangga
Hama tanaman akan bermunculkan saat kemarau panjang terjadi. Serangga
tersebut muncul karena rantai makanan telah terganggu, seperti predator yang pergi
atau mati.

2.4 Cara Mengatasi Bencana Kekeringan


Untuk mencegah dan mengatasi bencana kekeringan, kita dapat melakukan upaya-
upaya berikut ini sebagai solusi, yaitu:

1. Reboisasi dan Penghijauan – Meski reboisasi dan penghijaun memiliki arti


berbeda, namun keduanya memiliki kesamaan dalam penanaman pohon sebagai
upaya memperbaiki alam sehingga tanah dapat menyimpan air.

2. Pembuatan Waduk atau Bendungan – Upaya yang dapat dilakukan oleh


pemerintah beserta masyarakat adalah membuat bendungan atau waduk sebagai
penampungan cadangan air baik untuk keperluan irigasi serta sehari-hari.

3. Menghemat Air – Penggunaan air sesuai kebutuhan harus dijadikan kebiasaan


masyarakat, karena air memiliki peranan penting untuk kehidupan.

6
2.5 Kearifan Lokal Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Kekeringan
1. Di Baduy dan Kasepuhan Banten Kidul punya kearifan lokal yang sangat luar biasa
sekali dalam menjaga keseimbangan alam. Di sana tidak mengenal dampak
bencana yang ditimbulkan oleh musim hujan atau musim kemarau. Mata air masih
terjaga, air sungai masih mengalir, padi masih bisa dipanen, longsor, banjir dan
kekeringan tidak pernah terjadi. Itu semua dikarenakan oleh peraturan adat yang
masih dipegang teguh oleh masyarakatnya. Dan peraturan adat ini ternyata lebih
kuat dibanding peraturan yang dibuat oleh anggota dewan dan pemerintah.
Mereka punya yang namanya Hutan Titipan. Hutan yang tidak boleh dimanfaatkan
untuk apapun, baik itu kayunya ataupun sumber daya alamnya.Bahkan untuk
masuk pun tidak diperbolehkan kecuali Pu'un/Abah/Olot/Oyot/Kepala Adat, itupun
hanya setahun sekali. Luasnya mencapai 30% dari luas kawasan.
Mereka punya yang namanya Hutan Titipan. Hutan yang boleh dimanfaatkan
tapi non kayu. Hutan inilah yang menjaga mata air sumber kehidupan yang
dialirkan melalui sungai. Luasnya mencapai 50% dari luas kawasan. Mereka punya
yang namanya Tanah Olahan. Tanah yang bisa dimanfaatkan untuk permukiman
dan sawah serta ladang. Luasnya hanya 20% dari luas kawasan. Demikian falsafah
masyarakat adat Banten yang artinya jika hutannya hijau, maka rakyatnya pun
sejahtera. Sampai sekarang falsafah itu masih terjaga dan bisa diterapkan di
kawasan-kawasan lain sehingga bencana alam bisa diminimalkan.
Selain tata ruang dan falsafah kawasannya, Banten juga kaya tanaman
bambunya. Memang belum ada catatan yang pasti mengenai berapa persen atau
berapa banyak hutan bambu yang ada di Banten. Tapi dari beberapa wilayah yang
pernah dikunjungi, baik itu di Tangerang, Serang, Pandeglang dan Lebak, pohon
bambu di Banten itu sangat melimpah ruah bahkan sama sekali belum dijamah
seperti di kawasan buffer zone Ujung Kulon, Baduy dan Kasepuhan Banten Kidul.

2. Kearifan lokal masyarakat desa Pucung yang berupa gotong royong, saling tolong
menolong tanpa membedakan predikat sosial dalam masyarakat, kearifan lokal
dalam bentuk lain seperti penyediaan pipa pralon untuk penyalur air dan
perbaikan jalan menuju bak penampung, merupakan sumbangan yang berarti
dalam mewujudkan distribusi air sungai bawah tanah hingga ke rumah warga. Ini
sebagai bukti kesadaran kritis masyarakat pegunungan untuk melakukan aksi
mitigasi bencana kekeringan baik mitigasi structural maupun non structural.

7
3.  Kearifan lokal masyarakat Desa Segoromulyo adalah Sedekah Bumi, Gugur
Gunung, dan Tamarjan.. Kearifan lokal ini berpengaruh dalam menangani bencana
kekeringan, Sedekah Bumi merupakan upacara selametan yang dilakukan di
punden desa sebagai ucapan rasa syukur terhadap hasil alam yang di berikan oleh
tuhan dan mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga keberadaan pohonpohon
yang dapat menyimpan cadangan air.
Gugur Gunung adalah bersih-bersih pemakaman sebelum masuk bulan
ramadhan yang bertujuan adalah sebagai bersihbersih makam dan perawatan
pohon-pohon yang ada dipemakaman. Tamarjan bertujan menyimpan air hujan
sebagai cadangan air saat musim kemarau. Kearifan lokal ini diwariskan kepada
generasi ke generasi dengan mengajak generasi selanjutnya iku berperan dalam
kearifan lokal. Dalam konsep geografi fenomena ini termasuk dalam konsep
keterkaitan ruang dimana Gejala dan Fenomena yang saling berkaitan dalam suatu
ruang yaitu Desa Segoromulyo terjadi bencana kekeringan maka masyarakat
beradaptasi dengan keadaan ini.
Simpulan dalam penelitian ini adalah kearifan lokal yang diwariskan secara
turun temurun sebagai salah satu pendidikan masyarakat Desa Segoromulyo.
Kearifan lokal ini berpengaruh dalam menangani bencana kekeringan dengan
bentuk kearifan lokal yaitu Sedekah Bumi, Gugur Gunung, dan Tamarjan. Saran
untuk masyarakat alangkah baiknya kearifan/tradisi yang ada tetap
dilestarikan,untuk pemeritah dan perangkat desa agar memberikan penyuluhan dan
sarana dalammenghadapi bencana kekeringan dengan menggunakan kearifan lokal.

2.6 Tanggap Darurat (response)


Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan . Ini meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsian dan pemulihan sarana prasarana. Berikut
beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat, diantaranya yaitu:
a. Melakukan droping air.
b. Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya
c. Penentuan status keadaan darurat bencana
d. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana

8
e. Pemenuhan kebutuhan dasar
f. Perlindungan terhadap kelompok rentan
g. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital

2.7 Landasan hukum penanggulangan bencana

1. Undang-Undang Dasar 1945, Pembukaan UUD 1945, alinea IV.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana pasal 15 ayat (2), pasal 23 ayat (2), 50 ayat (1), pasal 77
dan pasal 78.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008, tentang Badan


Nasional Penanggulangan Bencana.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pasal 24,pasal 25, 26, 27, 47, 48, 49
dan pasal 50.

2.8 Komando tanggap darurat


Komando Tanggap Darurat Bencana adalah suatu system penanganan darurat
bencana yang digunakan oleh semua instansi/lembaga dengan mengintegrasikan
pemanfaatan sumberdaya manusia, peralatan dan anggaran. Komando Tanggap
Darurat Bencana adalah organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang
dipimpin oleh seorang Komandan Tanggap Darurat Bencana dan dibantu oleh Staf
Komando dan Staf Umum, memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu
komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas dan memiliki satu
kesatuan komando dalam mengkoordinasikan instansi/lembaga/organisasi terkait
untuk pengerahan sumberdaya.
Staf Komando adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam
menjalankan urusan sekretariat, hubungan masyarakat, perwakilan instansi/lembaga
serta keselamatan dan keamanan.
Staf Umum adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam
menjalankan fungsi utama komando untuk bidang operasi, bidang perencanaan,
bidang logistik dan peralatan serta bidang administrasi keuangan untuk penanganan
tanggap darurat bencana yang terjadi.

9
Fasilitas Komando Tanggap Darurat Bencana adalah personil, sarana dan
prasarana pendukung penyelenggaraan penanganan tanggap darurat bencana yang
dapat terdiri dari Pusat Komando, gudang, sarana dan prasarana transportasi,
peralatan, sarana dan prasarana komunikasi serta informasi.

2.9 Bidang Sarana dan Logistik Penanggulangan Bencana


Bidang Sarana dan Logistik Penanggulangan Bencana mempunyai tugas pokok
membantu kepala dalam melaksanakan kebijakan sarana pada saat tanggap darurat
dan dukunga logistik penanggulangan bencana. Bidang Sarana dan Logistik
Penanggulangan Bencana dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi :

1) Penyusunan program kerja di bidang Sarana dan logistik Penanggulangan


Bencana di Daerah;
2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup Sarana dan Logistik Penanggulangan
Bencana;
3) Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan sarana dibidang
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana, penanggulangan
pengungsi dan dukungan logistik;
4) Penghimpunan, pengolahan dan penyajian data bidang sarana dan logistik
penggulangan bencana;
5) Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang sarana dan
logistik penanggulangan bencana ;
6) Penetapan rumusan kebijakan tanggap darurat dan logistik yang meliputi
penyelenggaraan dapur umum, pendirian tenda-tenda penampungan untuk
pengungsi, darat dan air pencarian, penyelamatan dan pengungsian korban
serta harta benda, penyiapan air bersih, percepatan akselerasi bantuan darurat
dan pendirian tenda posko komando;
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan
bidang tugasnya.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sebagian besar bencana disebabkan oleh faktor manusia yang kurang


memperhatikan dampak kerusakan lingkungan sehingga terjadi degradasi lingkungan.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi adalah pola pikir yang kurang proaktif dan
reaktif dari aparat dan masyarakat. Bencana alam menimbulkan kerusakan lingkungan
dan infrastruktur, kerugian harta – benda dan korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
Faktor adanya unsur kebencanaan inilah yang menentukan eksistensi fungsional
dari tipologi lahannya. Salah satunya adalah bencana kekeringan yang menentukan
eksistensi kemanfaatan secara fungsional tipologi penggunaan lahan.

Kondisi kekeringan yang parah dapat dikategorikan sebagai bencana alam apabila
wilayah yang mengalami kekurangan air telah kehilangan sumber pendapatan, akibat
gagal panen atau kematian bagian-bagian ekosistem lingkungan.

Kekeringan masuk dalam kategori bencana karena dapat menimbulkan kerugian


bagi manusia. Bencana sendiri diartikan dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
sebagai peristiwaa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dal mengganggu
kehidupan masyarakat, baik dari faktor alam maupun alam sehinggi menimbulkan
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta serta memberik dampak psikologis

3.2 SARAN

11
DAFTAR PUSTAKA

Waid Agus Purwanto, (2017). KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA SEGOROMULYO


KECAMATAN PAMOTAN KABUPATEN REMBANG DALAM MENGHADAPI
BENCANA KEKERINGAN. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
(http://lib.unnes.ac.id/30317/) diakses pada 06 Maret 2023, pukul 12.15

http://bpbd.sumselprov.go.id/page/detail/bidang-sarana-dan-logistik-penanggulangan-bencana

https://www.gitews.org/tsunami-kit/en/E6/further_resources/national_level/peraturan_kepala_BNPB/Perka
%20BNPB%2010-2008_Pedoman%20Komando%20Tanggap%20Darurat%20Bencana.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai