Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN OBSERVASI MANAJEMEN KEBENCANAAN:

BENCANA LONGSOR DI DESA WINDURAJA KECAMATAN


KAWALI KABUPATEN CIAMIS
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Lingkungan & Manajemen Kebencanaan

Dosen Pengampu: Jeti Rachmawati., Ir., Mp.

Feri Bakhtiar S.pd, M. Si.

Disusun oleh:

Kelompok 1

Nurdini (2107220002)

Rintan Andini (2107220004)

Ari Fitriana (2107220041)

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas membuat makalah yang berjudul
“Laporan Observasi Manajemen Kebencanaan: Bencana Longsor di Desa Winduraja Kecamatan
Kawali Kabupaten Ciamis” dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Konservasi Lingkungan dan Manajemen Kebencanaan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja bagi pembaca dan
bagi penulis.

Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Jeti Rachmawati., Ir., Mp. dan Bapak
Feri Bakhtiar S.pd, M. Si. sebagai dosen pengampu mata kuliah Konservasi Lingkungan dan
Manajemen Kebencanaan yang telah memberikan petunjuk yang sangat jelas sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa
lebih baik lagi.

Ciamis, 07 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................................................3
A. Pengertian Tanah Longsor.............................................................................................................3
B. Macam-macam tanah longsor........................................................................................................4
C. Bagian-bagian longsor.....................................................................................................................5
D. Faktor Penyebab Tanah Longsor...................................................................................................6
E. Dampak Bencana Tanah Longsor..................................................................................................8
F. Manajemen Bencana Tanah Longsor............................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................................12
A. Waktu Dan Tempat.......................................................................................................................12
B. Metode Pegambilan Data..............................................................................................................12
C. Narasumber....................................................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................13
A. Hasil................................................................................................................................................13
B. Pembahasan...................................................................................................................................14
BAB V KESIMPULAN......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana longsor merupakan salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di
berbagai wilayah di seluruh dunia. Fenomena ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti
curah hujan yang tinggi, perubahan iklim, deforestasi, kemiringan tanah yang curam, atau
aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan. Longsor memiliki potensi untuk menyebabkan
kerugian besar, baik dalam hal hilangnya nyawa manusia, kerusakan infrastruktur, maupun
dampak negatif pada lingkungan.

Laporan observasi ini bertujuan untuk menganalisis dampak bencana longsor


terhadap lingkungan dan masyarakat di Desa Winduraja, Kec. Kawali. Dalam laporan ini,
kami telah melakukan wawancara, melakukan pengamatan lapangan, dan mengumpulkan
data sekunder yang relevan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang
bencana longsor.

Diharapkan laporan observasi ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi
pemerintah dan masyarakat umum dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan dan
penanggulangan bencana longsor. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya longsor dan dampaknya, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih baik
dalam melindungi lingkungan dan kehidupan manusia dari ancaman bencana ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab terjadinya longsor di Desa Winduraja?

2. Apa dampak dari bencana longsor yang terjadi terhadap masyarakat di Desa Winduraja?

3. Bagaimana cara penanggulangan bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja?


2

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya bencana longsor di Desa Winduraja.

2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari bencana longsor yang terjadi di
Desa Winduraja.

3. Untuk mengetahui cara penanggulangan dari bencana longsor yang terjadi di


Desa Winduraja.

D. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan observasi ini, diharapkan kita semua menjadi tahu apa saja faktor
penyebab bencana longsor dan cara penanggulangannya.
BAB II
KAJIAN TEORI

Pengertian manajemen bencana menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007


yaitu suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-
langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitas dan rekontruksi
bencana.

Menurut University of Wisconsin, Manajemen Bencana adalah serangkaian


kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat untuk
mempersiapkan kerangka untuk membantu oang yang renta bencana untuk menghindari
atau mengatasi dampak bencana tersebut.

Dampak bencana adalah akibat yang timbul dari kejadian bencana. Dampak
bencana dapat berupa korban jiwa, luka, pengungsian, kerusakan pada infrastruktur atau
asset, lingkungan atau ekosistem, politik, hasil-hasil pembangunan dan dampak lainnya
yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat (Nurjanah dkk,
2013:32). Besar kecilnya dampak bencana tergantung pada tingkat ancaman (hazard),
kerentanan (vulnerability), dan kapasitas atau kemampuan (capacity) untuk
menanggulangi bencana.

A. Pengertian Tanah Longsor


Tanah longsor atau gerakan tanah didefinisikan sebagai gerakan menuruni lereng
oleh massa tanah dan atau batuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah
atau batuan penyusun lereng tersebut (Skempton dan Hutchinson 1969)

Longsor juga diartikan sebagai jenis pergerakan material berupa batuan atau tanah
melalui permukaan bidang miring atau lereng (Supriyono, 2014:4).

Menurut Skempton dan Hutchinson (1969), tanah longsor atau gerakan tanah
didefinisikan sebagai gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau batuan
penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan peyusun lereng
tersebut.
3
4

Kemudian menurut Karnawati (2005) sebenarnya longsoran merupakan salah satu jenis
gerakan massa tanah ataupun batuan ataupun bahan rombakan yang menuruni lereng.

B. Macam-macam tanah longsor


Menurut Mintarjo (2018:10) tanah longsor dibedakan menjadi 6 macam, yaitu:

1. Longsor translasi

Longsor translasi merupakan jenis tanah longsor yang ditandai dengan


bergeraknya massa tanah atau batuan pada lereng sebagai bidang gelincir atau bidang
luncur yang berbentuk rata atau bergelombang landai.

2. Longsor rotasi

Longsor rotasi merupakan jenis tanah longsor yang ditandai dengan bergeraknya
massa tanah atau batuan pada lereng sebagai bidang gelincir atau bidang luncur yang
berbentuk cekung atau lengkung.

3. Longsor pergerakan blok


Longsor pergerakan blok merupakan jenis tanah longsor yang ditandai dengan
perpindahan massa batuan yang bergerak pada lereng sebagai bidang gelincir atau bidang
luncur yang berbentuk rata. Jenis tanah longsor ini disebut juga tanah longsor translasi
blok buatan.
4. Longsor runtuhan batu

Longsor runtuhan batu merupakan jenis tanah longsor yang ditandai dengan
sejumlah besar batuan atau material lain yang bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas
dari atas lereng. Jenis tanah longsor ini biasanya terjadi pada lereng yang terjal terutama
di daerah pantai.

5. Longsor rayapan tanah

Longsor rayapan tanah merupakan jenis tanah longsor yang bergerak lambat
karena jenis tanah di lereng ini berbentuk butiran tanah yang kasar dan halus. Jenis tanah
longsor ini hampir tidak dapat dikenali karena berjalan dengan sangat lambat, akan tetapi
jika tanah ini longsor dalam waktu yang cukup lama, bencana longsor jenis ini bisa
mengakibatkan
5

tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah yang berada di lereng bukit kondisinya miring ke
bawah.

6. Longsor aliran bahan rombakan

Longsor aliran bahan rombakan merupakan jenis tanah longsor yang ditandai
dengan pergerakan massa tanah karena terdorongoleh aliran air. Kecepatan aliran
material ini tergantung dari besarnya sudut kemiringan lereng, volume dan tekanan air
serta jenis materialnya.

C. Bagian-bagian longsor
Menurut Curden dan Varnes yang dikutip Cristady (2012:35):

1. Mahkota (crown) yaitu lokasi di bagian atas dari zona longsor yang terletak diatas scrap
utama (main scrap).
2. Scaro mayor atau scrap utama (main scrap) yaitu permukaan miring tajam pada zona
tanah yang tidak terganggu oleh longsoran, yang terletak diatas ujung longsoran.
3. Scrap minor (minor scrap) yaitu permukaan miring tajam pada material bergerak dan
terbentuk akibat perbedaan gerakan.
4. Puncak (top) yaitu titik tertinggi pada bagian kontak antara material yang tidak bergerak
dengan scrap utama.
5. Kepala (head) yaitu bagian atas longsoran diantara material yang bergerak dengan scrap
utama.
6. Tubuh utama (main body) yaitu bagian dari material yang bergerak yang menutupi
permukaan bidang longsor.
7. Kaki (foot) yaitu bagian longsoran yang bergerak melampaui kaki lereng.
8. Ujung bawah (tip) yaitu titik pada bagian kaki longsoran yang letaknya paling jauh dari
puncak longsoran.
9. Ujung kaki (toe) yaitu bagian terbawah dari material yang bergerak.
10. Bidang longsor atau bidang runtuh (surface of rupture) yaitu permukaan bidang longsor
yang merupakan bagian terbawah dari material bergerak atau permukaan yang
merupakan batas dari material yang bergerak dan diam.
11. Ujung kaki bidang longsor (toe of surface rupture) adalah perpotongan antara bagian
terbawah dari bidang longsor dan permukaan tanah asli.
6

12. Permukaan pemisah (surface of separation) adalah permukaan tanah asli yang sekarang
tertutup kaki longsoran.
13. Material pindahan (displaced material) yaitu material yang berpindah dari tempat asalnya
oleh gerakan.
14. Zona amblesan (depletion zona) yaitu area yang turun oleh akibat material yang
berpindah, dimana kedudukannya menjadi dibawah permukaan tanah asli.
15. Zona akumulasi (zona of accumulation) yaitu area di mana material setelah berpindah,
menumpuk di atas tanah asli.
16. Depletion adalah volume tanah yang dibatasi oleh scarp utama, zona ambles dan
permukaan tanah asli.
17. Massa ambles (depleted mass) yaitu volume dari masa yang berpindah yang menutup
bidang longsor, dan berada di bawah permukaan tanah asli.
18. Akumulasi (accumulation) adalah volume massa yang berpindah, yang menumpuk tanah
di atas asli.
19. Sisi luar (flank) adalah zona material yang berdekatan dengan sisi luar bidang longsor.
20. Permukaan tanah asli (original ground surface) yaitu permukaan dari lereng sebelum
longsoran terjadi.

D. Faktor Penyebab Tanah Longsor


Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan massa tanah
atau longsor. Berikut adalah faktor-faktor tersebut yang dapat dijelaskan:

1. Aktivitas gunung berapi: Gunung berapi dapat menghasilkan material debu yang ringan,
hujan lebat, dan aliran debu-debu. Hal ini dapat menyebabkan getaran atau pergerakan
tanah yang menjadi penyebab longsor.
2. Curah hujan tinggi: Curah hujan yang tinggi adalah salah satu faktor penyebab longsor.
Saat musim kemarau yang panjang, tanah menjadi kering dan membentuk retakan atau
pori-pori. Ketika musim hujan tiba, air hujan masuk ke dalam tanah melalui retakan-
retakan tersebut, membuat tanah jenuh air dan mengakibatkan pergeseran tanah.
Pergerakan tanah ini menyebabkan erosi dan akhirnya terjadilah longsor.
3. Erosi: Erosi adalah pengikisan tanah yang disebabkan oleh aliran air permukaan, air
hujan, sungai, atau gelombang laut yang mengikis lereng tanah. Air yang menggerus
lereng ini dapat membuat lereng menjadi curam dan rentan terhadap longsor. Lereng
yang tidak
7

memiliki vegetasi atau penahanan yang cukup akan lebih mudah terkikis dan mengalami
erosi, sehingga meningkatkan risiko longsor.
4. Gempa bumi: Gempa bumi sering menjadi penyebab longsor yang signifikan. Getaran
yang terjadi selama gempa bumi, tekanan pada partikel mineral, dan adanya bidang
lemah pada batuan dan tanah dapat menyebabkan longsor pada lereng atau gunung.
5. Kemiringan lereng yang curam: Lereng yang terlalu curam dapat membuat tanah tidak
stabil dan rentan terhadap longsor. Semakin curam kemiringan lereng, semakin besar
kemungkinan terjadinya gerakan massa tanah.
6. Getaran: Getaran yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, seperti lalu lintas kendaraan,
penggunaan mesin berat, peledakan, atau petir, juga dapat menyebabkan longsor.
Akumulasi getaran kecil dari waktu ke waktu dapat merusak stabilitas tanah dan
menyebabkan gerakan massa tanah.
7. Penggundulan hutan: Penggundulan hutan dapat menjadi penyebab longsor. Pohon-
pohon di lereng, tebing, gunung, atau bukit berfungsi untuk menahan air dan mencegah
erosi tanah. Ketika area tersebut kehilangan vegetasi yang cukup, seperti akibat
penggundulan hutan, maka kemungkinan terjadinya longsor akan meningkat.
8. Penataan pertanian yang tidak tepat: Penataan lahan pertanian atau perkebunan yang
buruk dapat menyebabkan longsor. Tanaman pertanian atau perkebunan dengan akar
yang lemah tidak mampu menjaga struktur tanah dengan baik, sehingga meningkatkan
risiko longsor.
9. Pelapukan batuan: Batuan di lereng yang mengalami pelapukan atau melemah, seperti
batuan endapan vulkanik atau batuan sedimen kecil, dapat menjadi penyebab longsor.
Batuan yang lapuk cenderung mudah hancur menjadi tanah, yang kemudian dapat
mengalami pergerakan massa.
10. Kepadatan tanah yang rendah: Beberapa jenis tanah memiliki kepadatan rendah dan
cenderung tidak stabil, yang dapat menyebabkan risiko longsor. Misalnya, tanah liat
memiliki sifat yang mudah pecah pada musim panas dan lembek pada musim hujan,
sehingga tidak dapat menjaga stabilitasnya dengan baik.
11. Tumpukan sampah: Tumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat
menjadi penyebab longsor. Tumpukan sampah yang tidak diolah dan terus bertambah
akan menciptakan tekanan yang tinggi dan dapat terpicu oleh intensitas hujan yang
tinggi. Hal
8

ini dapat mengakibatkan longsor, seperti yang terjadi di beberapa kasus TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) yang tidak terkelola dengan baik.
12. Penurunan permukaan air: Penurunan permukaan air di danau atau bendungan yang cepat
dapat menyebabkan kehilangan gaya penahan pada lereng dan penurunan permukaan
tanah. Hal ini dapat meningkatkan risiko longsor di sekitar waduk tersebut.
13. Beban berlebihan: Beban yang berlebihan pada tanah dapat menyebabkan longsor. Beban
ini dapat berupa salju, tumpukan sampah, atau pemukiman manusia. Jika beban tersebut
terlalu berat dan ditempatkan di sekitar lereng, dapat mengganggu stabilitas tanah dan
menyebabkan longsor.
14. Aktivitas pertambangan: Aktivitas pertambangan, terutama yang menggunakan teknik
peledakan, seringkali dapat menyebabkan longsor. Getaran yang dihasilkan oleh
peledakan dapat mempengaruhi stabilitas tanah di daerah sekitarnya.
15. Kebocoran air: Kebocoran air juga dapat melemahkan stabilitas tanah dan menyebabkan
longsor. Kebocoran air yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat berlangsung dalam
jangka waktu yang lama dan akhirnya mempengaruhi stabilitas tanah secara keseluruhan.

E. Dampak Bencana Tanah Longsor


Bencana tanah longsor memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan
manusia, hewan, tumbuhan, serta keseimbangan lingkungan. Dampak-dampak yang
timbul dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dampak terhadap kehidupan:

Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang serius terhadap


kehidupan manusia. Jika longsor terjadi di daerah dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, maka korban jiwa dapat sangat besar, terutama dalam kasus longsor yang terjadi
secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan sebelumnya. Dampak lain yang terjadi akibat
tanah longsor terhadap kehidupan manusia antara lain:

a. Menyebabkan banyak korban jiwa.


b. Merusak infrastruktur publik seperti jalan dan jembatan.
c. Menghancurkan bangunan seperti perkantoran, perumahan, dan tempat ibadah.
d. Menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak sosial-psikologis bagi masyarakat.
2. Dampak terhadap lingkungan:
9

Dampak yang ditimbulkan oleh tanah longsor terhadap lingkungan meliputi:

a. Kerusakan lahan dan kehilangan vegetasi: Tanah longsor merusak struktur tanah dan
menghilangkan vegetasi penutup lahan. Hal ini mengakibatkan hilangnya lapisan tanah
subur dan dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan di daerah yang terkena longsor.
b. Gangguan keseimbangan ekosistem: Longsor dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem, terutama dalam hal keberadaan flora dan fauna yang hidup di area terdampak.
Hilangnya vegetasi dan perubahan struktur lahan dapat mengganggu rantai makanan dan
mengurangi keragaman hayati di lingkungan tersebut.
c. Keadaan lahan menjadi kritis: Tanah longsor membuat lahan menjadi tidak stabil dan
mengakibatkan penurunan cadangan air bawah tanah. Tanah yang longsor juga dapat
menghalangi akses ke sumber air yang penting bagi kehidupan manusia, hewan, dan
tumbuhan.
d. Penutupan lahan produktif: Longsor dapat menutup lahan-lahan produktif seperti sawah,
kebun, dan area pertanian lainnya. Hal ini menghambat kegiatan pertanian dan
berdampak negatif pada pasokan pangan dan ekonomi lokal.

F. Manajemen Bencana Tanah Longsor


Manajemen bencana merupakan suatu proses yang dinamis, berlanjut, dan terpadu
untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah terkait observasi, analisis, pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi, dan
rekonstruksi bencana (UU RI No. 24 Tahun 2007). Departemen ESDM (2005) mengenal
model penanggulangan bencana yang terdiri dari tiga fase, yaitu pencegahan bencana,
mitigasi bencana, dan kesiapsiagaan.

1. Fase pencegahan

Pencegahan bencana tanah longsor melibatkan beberapa upaya dan tindakan, seperti:

a. Mencegah pembakaran pohon atau hutan di lereng perbukitan atau pegunungan.


b. Menanam pohon dengan akar kuat seperti bambu, akar wangi, dan lamtoro di lereng yang
gundul.
c. Menghindari pemotongan tebing secara vertikal di sekitar jalan, serta tidak menggali
tanah di sekitar lereng.
10

d. Tidak membangun rumah dan fasilitas fisik di bawah tebing atau di tepi sungai yang
rentan terhadap erosi.
e. Mengurangi kemiringan lereng dengan membuat terasering.
f. Membangun sistem pengairan yang baik untuk menghilangkan air di lereng.
2. Fase mitigasi bencana

Mitigasi bencana tanah longsor adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana
dengan mengurangi dampak tanah longsor sekecil mungkin. Beberapa langkah awal
dalam mitigasi bencana tanah longsor meliputi pemetaan daerah rawan, membuat
prediksi, memberikan pendidikan dan pelatihan, membuat jalur dan rambu evakuasi,
membentuk tim penanggulangan bencana, dan mempersiapkan peralatan.

3. Fase kesiapsiagaan

Tanah longsor merupakan jenis bencana alam yang sering terjadi secara berulang,
sehingga sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana tanah longsor sangat penting. Kesiapsiagaan tanah longsor melibatkan
serangkaian tindakan untuk mengantisipasi bencana tersebut melalui sikap dan tindakan
yang tepat. Kesiapsiagaan individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat secara
keseluruhan akan membantu mengurangi dampak bencana tanah longsor, termasuk
kerugian harta benda dan korban jiwa. Beberapa tindakan kesiapsiagaan yang dapat
dilakukan adalah:

a. Sebelum terjadinya tanah longsor:


 Melakukan pendidikan dan latihan mitigasi bencana tanah longsor.
 Mencatat nomor telepon penting, seperti nomor telepon anggota keluarga, rumah sakit,
kantor polisi, pemadam kebakaran, dan lembaga kebencanaan.
 Membuat sistem deteksi dini bahaya tanah longsor dengan mengamati tingkat curah
hujan dan memeriksa stabilitas lereng secara berkala.
 Mewaspadai tanda dan gejala tanah longsor, serta bahaya lain yang dapat menyertai
tanah longsor, seperti banjir, aliran material, dan kebakaran.
b. Saat terjadi bencana tanah longsor:
 Segera menghubungi aparat pemerintah atau petugas yang berwenang untuk
penanggulangan bencana tanah longsor.
11

 Keluar dari rumah atau gedung dan mencari tempat yang aman untuk berlindung.
 Jika tidak memungkinkan untuk keluar dari rumah, melindungi kepala dengan
menggenggam tangan dan tubuh seperti bola.
 Melakukan tindakan tanggap darurat, seperti memberikan pertolongan, melakukan
evakuasi, dan mendengarkan informasi.
c. Setelah terjadi bencana:

Setelah terjadinya bencana tanah longsor, tindakan yang perlu dilakukan adalah
perbaikan dan pemulihan kehidupan dalam masyarakat. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan setelah terjadinya bencana tanah longsor antara lain memberikan bantuan
darurat, rehabilitasi, rekonstruksi, dan pemulihan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat


Penelitian observasi ini dilaksanakan pada hari Senin, 5 Juni 2023 pada pukul
14.30 WIB di Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis.

B. Metode Pegambilan Data


Dalam pengambilan data, peneliti menggunakan metode wawancara. Dimana
metode wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden/orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Wawancara ini dilakukan langsung kepada pemilik rumah yang terkena
bencana longsor di Desa Winduraja, Kecamatan Kawali.

C. Narasumber
Nama : Siti Maesaroh

Umur : 43 Tahun

Tempat Tanggal Lahir: 20 Mei 1980

Alamat : Dsn. Hayawang, Ds. Winduraja, Kec. Kawali, Kab. Ciamis, Jawa
Barat.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Desa Winduraja merupakan sebuah Desa yang termasuk kedalam Kecamatan
Kawali, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, dan merupakan Jalan jalur Ciamis-
Cirebon. Desa Winduraja memiliki luas wilayah 304 Ha, terbagi kedalam luas lahan
pemukiman sekitar 15,5 Ha dan luas lahan pertanian ditambah beberapa tempat-tempat
peninggalan bersejarah yang meliputi luas sawah teririgasi sekitar 48 Ha, luas sawah
tadah hujan sekitar 65 Ha, luas perkebunan sekitar 9 Ha, adapun lokasi yang dianggap
keramat sekitar 9 Ha. Di Desa Winduraja terdapat sebuah danau yang diberi nama
Situwangi, dimana memiliki luas 4,5 Ha dengan titik koordinat 108.369.003 LS/LU dan -
7.1634.408 BT/BB.

Desa Winduraja memiliki topografi yang berliku dengan kemiringan lahan rata-
rata untuk dataran 201 Ha dan untuk kemiringan lahan sekitar 103 Ha, adapun ketinggian
diatas permukaan laut rata-rata 500 m.

Desa Winduraja merupakan Desa induk atau belum mengalami pemekaran Desa,
karena pada dulunya hanya ada kapunduhan Kawali dan kapunduhan Winduraja.

Winduraja berasal dari kata “Windu” yang artinya delapan dan “Raja” yang
berarti pemimpin. Namun menurut penduduk asli Desa Winduraja, arti Windu adalah
dikembalikan ke tatanan semula agar mendapatkan suatu kebaikan yang hakiki. Dulu
Desa Winduraja ini bernamakan Winduraja Kolot, nama ini tertulis pada naskah cerita
Parahiyangan. Pada saat itu pusat pemerintahan Winduraja Kolot berada di daerah
Sindang Balong yang lokasinya dikelilingi oleh gunung.

Desa Winduraja memiliki topografi yang berliku sehingga sering dijuluki sebagai
“jalan ular”. Daerah Winduraja memang rentan terkena bencana longsor. Hal ini
dikarenakan terdapat banyak tebing tanah. Jadi disaat curah hujan tinggi maka akan
terjadi

13
14

bencana longsor. Bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja akan membuat akses
jalan Ciamis-Cirebon tertutup karena tidak ada jalan lagi. Sepanjang jalan sebelah kanan
dari arah Ciamis-Cirebon merupakan tebing.

Bencana longsor ini terjadi pada tanggal 19 April 2021. Lalu dua minggu
kemudian dilakukan renovasi pada tebing yang longsor dengan membuat benteng/balai
dari batu. Selain itu juga dilakukan renovasi pada rumah Ibu Siti Maesaroh yang sebagian
rumahnya terkena tanah longsor. Pada renovasi tebing terjadi kelalaian dalam pemilihan
material yang digunakan, sehingga setelah tebing tidak dapat bertahan lama.

Setelah beres dibangun tebing, datang lagi musim hujan dengan curah hujan
tinggi dan dalam waktu yang lama. Alhasil longsor pun kembali terjadi. Longsor yang
kedua ini pun sama menyebabkan rumah Ibu Siti rusak sebagian karena tertimpa tanah
longsor.

B. Pembahasan
1. Faktor penyebab terjadinya longsor di Desa Winduraja

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya longsor di Desa Winduraja, yaitu:

a. Curah hujan tinggi

Curah hujan yang tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama menjadi faktor
utama penyebab longsor di Desa Winduraja. Hal ini terjadi karena lewat tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di komponen dasar tebing sehingga
memunculkan gerakan literal.

b. Kurangnya pepohonan

Sepanjang jalan Ciamis-Cirebon merupakan tebing yang dipenuhi oleh


pepohonan. Namun sekarang, perlahan-lahan pepohonan mulai ditebang dengan
alasan menghalangi jalan dan untuk dijadikan pemukiman. Oleh karena itu tidak ada
akar yang berfungsi mengikat tanah. Sehingga rentan terjadinya longsor. Kurangnya
pepohonan juga menyebabkan tanah akan lebih mudah terkikis.
15

c. Erosi tanah

Erosi merupakan pengikisan pada tanah. Erosi tanah merupakan salah satu
penyebab terjadinya longsor di Desa Winduraja. Erosi tanah ini disebabkan karena
aliran air yang deras menghujani tanah sehingga membuat tanah menjadi kian curam.
Karena di Desa Winduraja juga tebingnya kekurangan pohon, sehingga tidak ada
penahan dan tanah akan lebih mudah terkikis dan mengalami erosi sehingga mudah
longsor.

d. Lereng tebing yang terjal

Kondisi tebing di Desa Winduraja terbilang terjal. Dibawah tebing merupakan


jalan raya dan pemukiman warga. Lereng tebing yang terjal juga bisa menjadi
penyebab terjadinya longsor. Proses pembentukan lereng atau tebing terjal adalah
lewatnya angina dan air di sekitar lereng yang berdampak pada pengikisan tebing
tersebut.

e. Tanah tidak padat

Kondisi tanah yang tidak padat pada tebing di Desa Winduraja merupakan
penyebab lain terjadinya longsor.

2. Dampak bencana longsor di Desa Winduraja

Setiap bencana alam yang terjadi tentunya memberikan dampak bagi makhluk di
sekitarnya. Begitu juga dengan longsor yang terjadi di Desa Winduraja ini.

Dampak dari bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja membuat


kemacetan total di sepanjang jalan jalur Ciamis-Cirebon. Hal ini karena jalan tersebut
merupakan jalan utama dan satu-satu nya untuk jalur Ciamis-Cirebon.

Tanah longsor yang turun ke jalan menutupi jalan sampai ketebalan 4 hingga 5
meter. Apalagi ditambah air hujan yang membuat jalanan menjadi licin. Selain itu juga
ada beberapa pohon kecil yang ikut terbawa arus longsor dan menutupi jalan.

Selain menyebabkan kemacetan, bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja


juga menyebabkan rumah warga rusak karena tertimbun tanah longsor. Walaupun tidak
16

memakan korban jiwa, tapi tanah longsor ini masuk ke rumah warga dan membuat rumah
warga kotor bahkan sampai rusak.

Salah satu rumah warga yang terkena longsor adalah rumah Ibu Siti Maesaroh.
Rumah Ibu Siti Maesaroh tepat berada dibawah tebing tersebut. Tebing tersebut hanya
dari tanah yang diberi batu. Saat longsor terjadi, tanah longsor beserta air masuk kedalam
rumah narasumber. Pada waktu kejadian yaitu malam hari. Selain itu, tanah longsor ini
juga merobohkan tembok bagian luar rumah, batu yang berada pada tebing juga ikut
turun ke halaman rumah. Bersyukurnya tidak ada korban jiwa akibat bencana longsor
tersebut.

3. Penanggulangan bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja

Upaya penanggulangan bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja tidak


lepas dari peran pemerintah dan mayarakat setempat, penanggulangan yang dilakukan
diantaranya:

a. Membuat benteng

Setelah terjadinya longsor di Desa Winduraja, pemerintah melakukan renovasi


pada tebing tersebut dengan membangun benteng. Pembangunan benteng dilakukan
setelah dua minggu dari terjadinya bencana longsor. Pembangunan benteng ini dilakukan
oleh para pekerja rombongan dari PT. Wiguna yang berasal dari Banyumas, Jawa
Tengah. Pembangunan benteng ini berlangsung selama dua minggu.

Dengan dibuatnya benteng,bisa membantu untuk meminimalisir terjadinya tanah


longsor, karena tanah akan tertahan oleh semen tersebut sehingga tidak mudah longsor.
Air hujan yang turun terkadang bisa masuk kedalam tanah, melewati celah-celah tanah
tersebut sehingga membuat struktur tanah menjadi rapuh dan pada akhirnya akan longsor
dan menimpa bangunan yang ada di bawahnya.

b. Tidak menebang pohon di lereng

Selain dari pemerintah, masyarakat juga mempunyai peranan penting dalam


penanggulangan bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja tersebut. Masyarakat
bergotong royong untuk membersihkan jalan dari tanah longsor. Selain itu, masyarakat
juga mulai menanam pohon untuk mencegah terjadinya kembali longsor.
17

c. Tidak mendirikan bangunan di tebing

Masyarakat di Desa Winduraja telah menyadari bahwa lingkungannya itu rawan


bencana longsor. Oleh karena itu mereka sangat menghindari untuk mendirikan bangunan
di tebing.

d. Melakukan upaya preventif

Upaya lainnya adalah dengan melakukan berbagai upaya preventif untuk


menanggulangi terjadinya tanah longsor. Salah satu upaya preventif untuk
menanggulangi terjadinya tanah longsor yaitu dengan mengecek keadaan tanah apakah
ada retakan atau tidak.

e. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat

Disinilah peran pemerintah lainnya dalam menanggulangi bencana longsor yang


terjadi di Desa Winduraja. Penyuluhan ini merupakan himbauan kepada masyarakat
mengenai bencana tanah longsor, waktu yang berpotensi untuk menyebabkan tanah
longsor serta tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor, sehingga masyarakat bisa
mengambil langkah yang tepat untuk menyelamatkan diri, keluarga serta harta benda
mereka. Dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat bisa meminimalisir terjadinya
bencana longsor.
BAB V
KESIMPULAN

Tanah longsor memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan manusia,
dengan potensi menimbulkan korban jiwa yang tinggi terutama jika terjadi secara tiba-
tiba tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya. Bencana tanah longsor juga menyebabkan
kerusakan infrastruktur publik, seperti jalan dan jembatan, serta merusak bangunan
perkantoran, perumahan, dan sarana peribadatan. Selain dampak terhadap kehidupan
manusia, tanah longsor juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Kerusakan lahan dan hilangnya vegetasi penutup lahan mengganggu keseimbangan
ekosistem dan mengurangi cadangan air bawah tanah.

Manajemen bencana tanah longsor sangat penting untuk mengurangi risiko dan
dampaknya. Proses manajemen tersebut meliputi langkah-langkah seperti pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi, dan
rekontruksi.

Bencana longsor yang terjadi di Desa Winduraja memberikan dampak kepada


masyarakat. Diantaranya yaitu rusaknya rumah warga dan tertutupnya akses jalan jalur
Ciamis-Cirebon. Pemerintah dan masyarakat berperan penting dalam penanggulangan
bencana longsor ini. Salah satu penanggulangan dari bencana longsor ini yaitu dibuatnya
benteng yang di danai oleh pemerintah dan dibantu juga oleh masyarakat dalam
pengerjannya. Dalam hal ini, kita sebagai masyarakat juga harus bisa menjaga
lingkungan untuk mengurangi terjadinya bencana alam.

18
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from Pengertian Tanah Longsor:


https://dosengeografi.com/pengertian-tanah-longsor/

[Diakses pada 5 Juni 2023]

(n.d.). Retrieved from Bencana dan Manajemen Bencana:


https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan manajemenbencana/#:~:text=

Pengertian%20Manajemen%20Bencana%20Menurut%20Para%20Ahli&t
ext=Menurut%20University%20of%20Wisconsin%2C%20Manajemen, atau
%20mengatasi%20dampak%20bencana%20tersebut.

[Diakses pada 5 Juni 2023]


(n.d.). Retrieved from Bencana Tanah Longsor: http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/1354/3/BAB%20II.pdf [Diakses pada 5 Juni 2023]
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai