Disusun Oleh:
Miftahul Jannah 21100117120005
Ulfatunnisa 21100117120016
Yuniarti Poswantina 21100117120014
Ummu Khoirurrosyidah 21100117120010
Aziz Ammar 21100117120023
Rinaldi Sinuhaji 21100117120032
Athik Dina N 21100117120033
Habib Rahman 21100117130044
Sahel Selsabeel 21100117130053
Santhi Widyastuti 21100117130062
Nur Aditya Fideli Sejati a. 21100117130071
Farras Ramadhan 21100117140053
Dwi Utari 21100117140064
SEMARANG
MARET 2020
DAFTAR ISI
Cover
Daftar isi...................................................................................................................i
BAB I PENJELASAN UMUM ............................................................................1
1.1 Pengertian Gunungapi............................................................................1
1.2 Tipe Erupsi Gunungapi..........................................................................1
1.3 Bentuk dan Struktur Gunungapi.............................................................3
1.4 Waktu Terjadinya Gunungapi................................................................4
1.5 Lokasi Terjadinya Gunungapi................................................................5
1.6 Terjadinya Gunungapi............................................................................5
1.7 Terbentuknya Gunungapi.......................................................................6
BAB II PREDIKSI.................................................................................................7
BAB III MITIGASI................................................................................................9
3.1 Pra Bencana............................................................................................9
3.2 Saat Bencana..........................................................................................9
3.3 Pasca Bencana........................................................................................9
BAB IV STUDI KASUS.......................................................................................11
4.1 Penanggulangan Erupsi Gunungapi.....................................................11
4.2 Penanggulangan Bencana Gunungapi..................................................11
4.3 Tipologi Erupsi.....................................................................................11
4.4 Statistik Erupsi.....................................................................................13
4.5 Tahap-Tahap Mitigasi..........................................................................13
BAB V PENUTUP....................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................
i
BAB I
PENJELASAN UMUM
1
diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan
sederhana.
2. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa
semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada
gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.
3. Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma
berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat
andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung
dalam jumlah besar.
4. Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari
gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava
riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit;
5. Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan
batuapung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa.
6. Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai
dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di
sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya
retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma
tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.
7. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan
erupsi yang terjadi pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau
gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi
antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan,
letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama
dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air
berkomposisi riolitik.
Erupsi gunung api akan mengeluarkan material-material di dalam perut
gunung. Adapun material-material tersebut antara lain:
1. Gas vulkanik, gas yang dimaksud adalah gas karbon monoksida, karbon
dioksida, sulphur dioksida , hydrogen sulfida dan nitrogen yang
membahayakan bagi manusia.
2
2. Lava, lava yang keluar ada dua macam yaitu lava encer akan keluar
mengalir ke aliran sungai dan lava kental akan membeku didekar sumber
keluarnya.
3. Lahar, lahar merupakan aliran material vulkanik yang biasanya berupa
campuran pasir dan kerikil. Biasanya alira lahar akan meningkat apabila
intensitas curah hujan tinggi.
4. Hujan abu, hujan abu ini sering terjadi ketika gunung api meletus yaitu
berupa material halus yang telah disemburkan ke udara dan abu vulkanik
ini berbahaya untuk pernafasan dan dapat mengganggu aktifitas sehari-
hari.
5. awan panas, awan panas merupakan material yang mengalir dari puncak
gunung yang bentuknya bergulung seperti awan.
3
blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada
dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera.
3. Rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi
yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan
meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok di antara
rekahan disebut graben.
4. Depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan
pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat
ekspansi volume besar magma asam ke permukaan yang berasal dari
kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan
kedalaman ribuan meter.
4
benda yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong,
kapak tangan dan lainnya, terbuat dari obsidian yang berumur Paleolitik Atas.
5
atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga astenosfir. Bagian
lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadi
pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun
sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km,
berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera
lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun.
Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena
perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfir.
6
BAB II
PREDIKSI
7
Selain itu prediksi erupsi gunungapi juga dapat diketahui dari produk
vulkanik pada letusan sebelumnya, serta catatan sejarah dan prasejarah gunung
bisa menjadi referensi untuk memprediksi letusan berikutnya. Perkiraan waktu
letusan gunung berapi juga dapat diketahui dari berbagai faktor, salah satunya
aktivitas seismik pada gunung berapi, termasuk kedalaman dan frekuensi gempa
vulkanik gunung.Faktor lain yang membantu meramalkan waktu letusan gunung
berapi adalah hasil ukur deformasi tanah yang ditentukan dengan tiltmeter, GPS
dan interferometri satelit serta emisi gas yang terukur dari jumlah gas belerang
dioksida yang dipancarkan oleh spektrometer korelasi atau COSPEC. Faktor
tambahan berupa:
• Memperhatikan aktivitas kegempaan, meliputi frekuensi, tempat, dan waktu
gempa bumi terjadi. Gempa bumi dapat dipicu oleh gerakan magma di dalam
gunung berapi.
• Peringatan dini potensi letusan gunung berapi bisa diukur menggunakan
teknologi satelit dan GPS
• Satelit digunakan untuk membantu mengukur berapa banyak karbon dioksida
yang keluar dari magma sebelum dirilis ke permukaan gunung. Sementara
GPS bisa mengukur seberapa banyak tanah yang menonjol di sekitar gunung.
Namun butuh waktu sehingga sulit menampilkan data real time
• Penelitian terbaru menggunakan Kristal mineral Clinopyroxene (Antecrysts)
• peneliti menggunakan laser guna menghilangkan partikel halus dari batuan
vulkanik. Teknik itu disebut Laser Ablation-Inductively Coupled Plasma
Mass Spectrometry (LA-ICPMS), digabungkan dengan cara baru yang
melibatkan proses ionisasi dan direkam menggunakan spektrometer. lapisan
kristal mirip cincin pohon tadi yang berfungsi menyimpan 'kenangan' di
dalam gunung,
8
BAB III
MITIGASI
9
Gunakan masker atau kain basah untuk menutup mulut dan hidung.
Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh.
Persaudaraan Desa (Sister Village).
3.3 Pasca Bencana
Mengurangi terpapar abu vulkanik. Hal ini dikarenakan abu vulkanik
tidak baik untuk tubuh dan dapat menyebabkan penyakit.
Hindari mengendarai mobil yang terkena hujan abu vukanik. Hal ini
disebabkan dapat merusak mesin kendaraan.
Bersihkan atap dari timbunan abu vulkanik. Volume abu vulkanik yang
besar dapat membahayakan, karena dapat menyebabkan atap runtuh dan
membahayakan jiwa.
Waspadai daerah aliran sungai yang berpotensi terkena lahar, terutama
ketika musim hujan.
Rehabilitasi Rekonstruksi untuk Hunian Tetap.
10
BAB IV
STUDI KASUS
11
Pada tahun 2006, Merapi mengalami erupsi vulkanian yang tidak eksplosif
kuat.
Erupsinya membentuk aliran piroklastik akibat longsoran kubah lava aktif
yang terbentuk selama proses erupsi.
Pada erupsi 1872 da 2010 terjadi erupsi eksplosif tanpa diawali oleh
pembentukan kubah lava dan menghasilkan awan panas.
Erupsi Merapi diawali dengan pertumbuhan kubah lava yang kemudian
terjadi longsor membentuk guguran awan panas.
Munculnya kubah lava ini diawali dengan letusan vulkanian kecil ataupun
hanya mendesak lava lama sehingga menghasilkan guguran lava pijar.
Terhantung pada tekanan gas terbentuk.
Tipe erupsi Gunung Merapi bervariasi, menurut Hartman tie tersebut yaitu
tipe A, tipe B, tipe C dan tipe D. Penggolongan tersebut berdasarkan kualitas
letusan oleh kandungan gas dalam magma serta kuantitasnya (VEI):
Kelas A, Erupsi dimana dikaitkan dengan magma yang rendah kandungan
gas. Magma tersebut naik melalui ventilasi dan menyebar ke kubah.
Kelas B, erupsi disebabkan magma yang mengandung gas lebih kaya dari
kelas A. Keadaan seperti ini menghasilkan erupsi vulkanian kecil. Erupsi
ini terjadi pada periode 1862-1869.
Kelas C, erupsi disebabkan kandungan gas lebih besar menyebabkan
ledakan cukup besar sehingga dapat membentuk kawah baru dengan durasi
ledakan singkat. Erupsi ini terjadi pada periode 1837-1938.
Kelas D, erupsi karena magma kaya akan gas menghasilkan letusan besar
dapat menghasncurkan puncak gunung dan material erupsi yang melimpah
dan tebal. Erupsi ini terjadi pada periode 1849 dan 1972.
12
Gambar 1. Ekuivalensi Indeks letisan dengan tinggi kolom dan volume material (USGS).
13
Melakukan penyelidikan atau penelitian geologi, geofisika, dan
geokimia di gunung api.
Melakukan peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya.
2. Tahap Tindakan
Mengurangi aktivitas di luar rumah, menggunakan masker, kacamata,
dan baju lengan panjang saat banyak abu vulkanik.
Jika berada di lembah sungai yag berhulu segera mencari tempat yang
lebih tinggi.
Jika harus mengungsi, ikutilah petunjuk yang berwenang.
Mendahulukan kelompok rentan (bayi, orangtua, ibu hamil).
Membantu tim SAR dan kepolisian dalam melakukan pencarian,
penyelamatan, dan evakuasi korban.
Membantu penyiapan posko dan menyediakan kebutuhan dasar.
Bersikap tenang dan tidak mempercayai isu yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Tahap Manajemen Bencana Erupsi Gunungapi oleh BPBD
Mitigasi (Pengurangan-Pencegahan).
Pembuatan talud banjir, pemasangan sistem peringatan dini dan
rambu jalur evakuasi.
Preparedness (Perencanaan-Persiapan).
Pemantauan di Gunung Merapi, mengembangkan teknologi
Kegunungapian dan Geologi.
Response (Penyelamatan-Pertolongan).
Pembuatan skenario evakuasi warga dan ternak, melakukan
distribusi logistik.
Recovery (Pemulihan-Pengawasan).
Melakukan rencana aksi rehabilitasi dan rekontruksi.
14
BAB V
PENUTUP
15
DAFTAR PUSTAKA
16