Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GEOLOGI TATA LINGKUNGAN

ERUPSI GUNUNG API

Disusun Oleh:
Miftahul Jannah 21100117120005
Ulfatunnisa 21100117120016
Yuniarti Poswantina 21100117120014
Ummu Khoirurrosyidah 21100117120010
Aziz Ammar 21100117120023
Rinaldi Sinuhaji 21100117120032
Athik Dina N 21100117120033
Habib Rahman 21100117130044
Sahel Selsabeel 21100117130053
Santhi Widyastuti 21100117130062
Nur Aditya Fideli Sejati a. 21100117130071
Farras Ramadhan 21100117140053
Dwi Utari 21100117140064

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
MARET 2020
DAFTAR ISI

Cover
Daftar isi...................................................................................................................i
BAB I PENJELASAN UMUM ............................................................................1
1.1 Pengertian Gunungapi............................................................................1
1.2 Tipe Erupsi Gunungapi..........................................................................1
1.3 Bentuk dan Struktur Gunungapi.............................................................3
1.4 Waktu Terjadinya Gunungapi................................................................4
1.5 Lokasi Terjadinya Gunungapi................................................................5
1.6 Terjadinya Gunungapi............................................................................5
1.7 Terbentuknya Gunungapi.......................................................................6
BAB II PREDIKSI.................................................................................................7
BAB III MITIGASI................................................................................................9
3.1 Pra Bencana............................................................................................9
3.2 Saat Bencana..........................................................................................9
3.3 Pasca Bencana........................................................................................9
BAB IV STUDI KASUS.......................................................................................11
4.1 Penanggulangan Erupsi Gunungapi.....................................................11
4.2 Penanggulangan Bencana Gunungapi..................................................11
4.3 Tipologi Erupsi.....................................................................................11
4.4 Statistik Erupsi.....................................................................................13
4.5 Tahap-Tahap Mitigasi..........................................................................13
BAB V PENUTUP....................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................

i
BAB I
PENJELASAN UMUM

1.1 Pengertian Gunungapi


Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi
tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan
bumi. Matrial yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk
kerucut terpancung. Erupsi adalah suatu proses pelepasan material dari
gunung berapi seperti lava, gas, abu dan sebagainya ke atmosfer bumi maupun
ke permukaan. Gunungapi diklasifikasikan ke dalam empat sumber erupsi,
yaitu:
1. erupsi pusat, erupsi keluar melalui kawah utama; dan
2. erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya
3. erupsi celah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang
sampai beberapa kilometer
4. erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari
kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari
dapur magma melalui kepundan tersendiri.

1.2 Tipe Erupsi Gunungapi


Erupsi Merapi pada umumnya tidak eksplosif dengan membentuk aliran
piroklastik akibat longsornya kubah lava aktif yang terbentuk selama proses
erupsi yang biasa disebut awan panas guguran. Tetapi sesekali terjadi erupsi
eksplosif tanpa diawali oleh pembentukan kubah lava dan menghasilkan awan
panas seperti pada tahun 1872 dan 2010. Berdasarkan tinggi rendahnya derajat
fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap,
maka gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi:
1. Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau
mendekati basalt, umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering

1
diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan
sederhana.
2. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa
semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada
gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.
3. Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma
berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat
andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung
dalam jumlah besar.
4. Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari
gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava
riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit;
5. Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan
batuapung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa.
6. Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai
dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di
sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya
retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma
tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.
7. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan
erupsi yang terjadi pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau
gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi
antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan,
letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama
dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air
berkomposisi riolitik.
Erupsi gunung api akan mengeluarkan material-material di dalam perut
gunung. Adapun material-material tersebut antara lain:
1. Gas vulkanik, gas yang dimaksud adalah gas karbon monoksida, karbon
dioksida, sulphur dioksida , hydrogen sulfida dan nitrogen yang
membahayakan bagi manusia.

2
2. Lava, lava yang keluar ada dua macam yaitu lava encer akan keluar
mengalir ke aliran sungai dan lava kental akan membeku didekar sumber
keluarnya.
3. Lahar, lahar merupakan aliran material vulkanik yang biasanya berupa
campuran pasir dan kerikil. Biasanya alira lahar akan meningkat apabila
intensitas curah hujan tinggi.
4. Hujan abu, hujan abu ini sering terjadi ketika gunung api meletus yaitu
berupa material halus yang telah disemburkan ke udara dan abu vulkanik
ini berbahaya untuk pernafasan dan dapat mengganggu aktifitas sehari-
hari.
5. awan panas, awan panas merupakan material yang mengalir dari puncak
gunung yang bentuknya bergulung seperti awan.

1.3 Bentuk dan Struktur Gunungapi


Bentuk dan bentang alam gunungapi, terdiri atas: bentuk kerucut,
dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya; bentuk kubah,
dibentuk oleh terobosan lava di kawah, membentuk seperti kubah; kerucut
sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria; maar, biasanya
terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan freatik atau
freatomagmatik; plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan
leleran lava.
Struktur gunungapi, terdiri atas :
1. Struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif atau depresi akibat
kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar.
2. kaldera, bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih
dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kaldera letusan, terjadi akibat letusan
besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kaldera runtuhan,
terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran
material yang sangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi
akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi diikuti dengan runtuhnya

3
blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada
dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera.
3. Rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi
yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan
meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok di antara
rekahan disebut graben.
4. Depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan
pegunungan yang berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat
ekspansi volume besar magma asam ke permukaan yang berasal dari
kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan
kedalaman ribuan meter.

1.4 Waktu Terjadinya Gunungapi


Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang.
Pengetahuan tentang gunungapi berawal dari perilaku manusia dan manusia
purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut
diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dan
sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa
tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.
Sebagai contoh banyak ditemukan kerangka manusia di kota Pompeii dan
Herculanum yang terkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius pada 79
Masehi. Fosil yang terawetkan baik pada abu vulkanik berupa tapak kaki
manusia Australopithecus berumur 3,7 juta tahun di daerah Laetoli, Afrika
Timur. Penanggalan fosil dari kerangka manusia tertua, Homo babilis
berdasarkan potassium-argon (K-Ar) didapat umur 1,75 juta tahun di daerah
Olduvai. Penemuan fosil yang diduga sebagai manusia pemula
Australopithecus afarensis berumur 3,5 juta tahun di Hadar, Ethiopia, dan
penanggalan umur benda purbakala tertua yang terbuat dari lava berumur 2,5
juta tahun ditemukan di Danau Turkana, Afrika Timur. Perkembangan
bendabenda purba dari yang sederhana kemudian meningkat menjadi benda-

4
benda yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong,
kapak tangan dan lainnya, terbuat dari obsidian yang berumur Paleolitik Atas.

1.5 Lokasi Terjadinya Gunungapi


Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua,
terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat
penunjaman kerak samudara ke kerak benua; busur tengah samudera, terjadi
akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samudera yang terjadi
akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.

1.6 Terjadinya Gunungapi


Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari
teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi
dan gunungapi. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan.
Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi
magma serta lokasi dan kejadian gunungapi. Panas bagian dalam bumi
merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar
tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsure radioaktif alami,
seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat
terbentuk lebih panas, tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai
dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat
pelepasan panas dan intensitas vulkanisme di permukaan. Perambatan panas
dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana material-material
yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka
bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya.
Pada bagian atas mantel, sekitar 7-35 km di bawah muka bumi, material-
material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke
dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya
mempunyai ketebalan 70-120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen
besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan
juga menembus ke arah konveksi mantel. Bagian alas litosfir melengser di

5
atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga astenosfir. Bagian
lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadi
pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun
sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km,
berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera
lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun.
Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena
perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfir.

1.7 Terbentuknya Gunungapi


Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi
berbeda :
1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian
membentuk busur gunungapi tengah samudera.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah
kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan
dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian
membentuk busur gunungapi di tepi benua.
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga
menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut
menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga
membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang
rekahan.
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan
kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma
ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.

6
BAB II
PREDIKSI

Setiap gunung api memiliki karakter tersendiri dalam menampakkan tanda-


tanda awal sebelum letusan. Ada tiga parameter dari gunung api yang bisa
dipantau untuk mengetahui energi yang ada di dalamnya:
1. Gempa dan Getaran
Ahli gunung api menggunakan seismometer untuk memantau denyut
gunung api. Denyut gunung tersebut adalah “berupa gempa vulkanik atau
mungkin getaran menerus berupa tremor vulkanik”. Tremor vulkanik itu bisa
berupa macam-macam. Yang jelas itu perubahan tekanan ataupun perubahan
energi yang mendorong fluida, bisa gas bisa magma, naik ke permukaan.
Seismometer adalah alat untuk mencatat kecepatan getaran partikel tanah.
Kecepatan getaran yang berasal dari gunung tersebut menunjukkan besar
energi kinetik dalam gunung tersebut.
2. Temperatur
Gunung api juga dipantau suhunya atau temperaturnya. Temperatur yang
dipantau antara lain adalah temperatur gas yang berasal dari kawah gunung
api itu dan temperatur mata air panas gunung api tersebut.
3. Kembang Kempis Gunung
Jika aktivitas di dalam perut gunung meningkat, gunung tersebut dapat
melembung karena ada desakan dari dalam oleh fluida. Fluida itu antara lain
adalah magma, gas, ataupun uap air.Laju melembungnya gunung api tersebut
dapat diukur dalam orde milimeter per hari atau bahkan sentimeter per hari.
Besarnya angka tersebut bergantung pada tingkat aktivitas di dalam gunung
tersebut.

7
Selain itu prediksi erupsi gunungapi juga dapat diketahui dari produk
vulkanik pada letusan sebelumnya, serta catatan sejarah dan prasejarah gunung
bisa menjadi referensi untuk memprediksi letusan berikutnya. Perkiraan waktu
letusan gunung berapi juga dapat diketahui dari berbagai faktor, salah satunya
aktivitas seismik pada gunung berapi, termasuk kedalaman dan frekuensi gempa
vulkanik gunung.Faktor lain yang membantu meramalkan waktu letusan gunung
berapi adalah hasil ukur deformasi tanah yang ditentukan dengan tiltmeter, GPS
dan interferometri satelit serta emisi gas yang terukur dari jumlah gas belerang
dioksida yang dipancarkan oleh spektrometer korelasi atau COSPEC. Faktor
tambahan berupa:
• Memperhatikan aktivitas kegempaan, meliputi frekuensi, tempat, dan waktu
gempa bumi terjadi. Gempa bumi dapat dipicu oleh gerakan magma di dalam
gunung berapi.
• Peringatan dini potensi letusan gunung berapi bisa diukur menggunakan
teknologi satelit dan GPS
• Satelit digunakan untuk membantu mengukur berapa banyak karbon dioksida
yang keluar dari magma sebelum dirilis ke permukaan gunung. Sementara
GPS bisa mengukur seberapa banyak tanah yang menonjol di sekitar gunung.
Namun butuh waktu sehingga sulit menampilkan data real time
• Penelitian terbaru menggunakan Kristal mineral Clinopyroxene (Antecrysts)
• peneliti menggunakan laser guna menghilangkan partikel halus dari batuan
vulkanik. Teknik itu disebut Laser Ablation-Inductively Coupled Plasma
Mass Spectrometry (LA-ICPMS), digabungkan dengan cara baru yang
melibatkan proses ionisasi dan direkam menggunakan spektrometer. lapisan
kristal mirip cincin pohon tadi yang berfungsi menyimpan 'kenangan' di
dalam gunung,

8
BAB III
MITIGASI

Mitigasi merupakan upaya meminimalkan resiko yang terjadi akibat dari


bencana meliputi beberapa hal, yaitu prabencana, saat bencana dan pasca bencana.
3.1 Pra Bencana
 Perhatikan arahan dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi) dan perkemangan aktivtas gunung api. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu waspada terhadap berita hoax yang bisa saja
menyebar. Selalu utamakan cek kembali kebenaran berita dan mengambil
informasi dari sumber resmi.
 Siapkan masker dan kacamata pelindung
 Pahami jalur evakuasi dan shelter yang sudah dirancang oleh pihak
berwenang.
 Siapkan penunjang logistik, seperti makanan siap saji, senter, uang tunai,
dan obat secukupnya.
 Membuat peta daerah rawan lahar hujan.
3.2 Saat Bencana
 Hindari lokasi yang direkomendasikan untuk dikosongkan. Ikuti petunjuk
dari pihak berwenang.
 Jangan berada di lembah dan DAS (Daerah Aliran Sungai). Hal ini
dikarenakan daerah aliran sungai berpotensi untuk dialiri lahar.
 Hindari tempat terbuka dan lindungi diri dari abu.
 Gunakan kacamata pelindung.
 Jangan memakai lensa kontak.

9
 Gunakan masker atau kain basah untuk menutup mulut dan hidung.
 Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh.
 Persaudaraan Desa (Sister Village).
3.3 Pasca Bencana
 Mengurangi terpapar abu vulkanik. Hal ini dikarenakan abu vulkanik
tidak baik untuk tubuh dan dapat menyebabkan penyakit.
 Hindari mengendarai mobil yang terkena hujan abu vukanik. Hal ini
disebabkan dapat merusak mesin kendaraan.
 Bersihkan atap dari timbunan abu vulkanik. Volume abu vulkanik yang
besar dapat membahayakan, karena dapat menyebabkan atap runtuh dan
membahayakan jiwa.
 Waspadai daerah aliran sungai yang berpotensi terkena lahar, terutama
ketika musim hujan.
 Rehabilitasi Rekonstruksi untuk Hunian Tetap.

10
BAB IV
STUDI KASUS

4.1 Penanggulangan Erupsi Gunungapi


 Gunung Merapi merupakan salah satu gunungapi aktif yang berada di
wilayah Yogyakarta.
 Potensi bahaya Gunung Merapi diantaranya aliran awan panas, hujan abu,
lelehan lava, gas beracun dan banjir lahar dingin (Nurjanah,dkk 2011).

4.2 Penanggulangan Bencana Gunungapi


 Salah satu letusan besar merapi terjadi pada tahun 2010 dimana aliran lava
panas menyapu daerah yang berada di lereng Gunung Merapi
(sumber:ESDM).
 Bentuk penanggulangan bencana letusan gunung api dapat dibagi menjadi
dua yaitu tahap persiapan sebelum terjadi letusan dan tahap tindakan saat
terjadi letusan.
 Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia terhadap
Lempeng Eurasia.
 Gunung Merapi telah beberapa kali mengalami erupsi dengan erupsi tipe
efusif dan eksplosif.
 Sejak tahun 1953, Merapi mengalami erupsi dengan karakteristik desakan
lava ke puncak disertai dengan runtuhnya kubah lava secara periodik.

4.3 Tipologi Erupsi

11
 Pada tahun 2006, Merapi mengalami erupsi vulkanian yang tidak eksplosif
kuat.
 Erupsinya membentuk aliran piroklastik akibat longsoran kubah lava aktif
yang terbentuk selama proses erupsi.
 Pada erupsi 1872 da 2010 terjadi erupsi eksplosif tanpa diawali oleh
pembentukan kubah lava dan menghasilkan awan panas.
 Erupsi Merapi diawali dengan pertumbuhan kubah lava yang kemudian
terjadi longsor membentuk guguran awan panas.
 Munculnya kubah lava ini diawali dengan letusan vulkanian kecil ataupun
hanya mendesak lava lama sehingga menghasilkan guguran lava pijar.
Terhantung pada tekanan gas terbentuk.
Tipe erupsi Gunung Merapi bervariasi, menurut Hartman tie tersebut yaitu
tipe A, tipe B, tipe C dan tipe D. Penggolongan tersebut berdasarkan kualitas
letusan oleh kandungan gas dalam magma serta kuantitasnya (VEI):
 Kelas A, Erupsi dimana dikaitkan dengan magma yang rendah kandungan
gas. Magma tersebut naik melalui ventilasi dan menyebar ke kubah.
 Kelas B, erupsi disebabkan magma yang mengandung gas lebih kaya dari
kelas A. Keadaan seperti ini menghasilkan erupsi vulkanian kecil. Erupsi
ini terjadi pada periode 1862-1869.
 Kelas C, erupsi disebabkan kandungan gas lebih besar menyebabkan
ledakan cukup besar sehingga dapat membentuk kawah baru dengan durasi
ledakan singkat. Erupsi ini terjadi pada periode 1837-1938.
 Kelas D, erupsi karena magma kaya akan gas menghasilkan letusan besar
dapat menghasncurkan puncak gunung dan material erupsi yang melimpah
dan tebal. Erupsi ini terjadi pada periode 1849 dan 1972.

12
Gambar 1. Ekuivalensi Indeks letisan dengan tinggi kolom dan volume material (USGS).

4.4 Statistik Erupsi


Gunung Merapi merupakan salah satu gunungapi paling sering erupsi di
Indonesia. Periode 3000-250 tahun yang lalu tercatat lebih kurang 33 erupsi
dengan 7 diantaranya merupakan erupsi besar (Andreastuti dkk, 2000). Dari
tahun 1822 – 2010 tercatat 84 erupsi dengan selang waktu letusan 1-18 tahun.
Erupsi Merapi tercatat beberapa kali dengan VEI yang berbeda tiap
periodenya, yaitu :
a. VEI 1-2, rata-rata setiap 4 tahun.
b. VEI 3, berpeluang setiap 10-30 tahun.
c. VEI 4, berpeluang setiap 100-200 tahun.
d. VEI 5, berpeluang setiap 250-500 tahun.

4.5 Tahap-tahap Mitigasi


1. Tahap Persiapan
 Pemantauan dan pengamatan aktivitas gunung api.
 Membuat dan menyediakan peta kawasan rawan bencana dan peta
zona resiko bahaya gunung api.
 Melaksanakan prosedur tahap penanggulangan letusan gunung api.
 Melakukan bimbingan dan pemberian informasi tentang gunung api
aktif.

13
 Melakukan penyelidikan atau penelitian geologi, geofisika, dan
geokimia di gunung api.
 Melakukan peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya.
2. Tahap Tindakan
 Mengurangi aktivitas di luar rumah, menggunakan masker, kacamata,
dan baju lengan panjang saat banyak abu vulkanik.
 Jika berada di lembah sungai yag berhulu segera mencari tempat yang
lebih tinggi.
 Jika harus mengungsi, ikutilah petunjuk yang berwenang.
 Mendahulukan kelompok rentan (bayi, orangtua, ibu hamil).
 Membantu tim SAR dan kepolisian dalam melakukan pencarian,
penyelamatan, dan evakuasi korban.
 Membantu penyiapan posko dan menyediakan kebutuhan dasar.
 Bersikap tenang dan tidak mempercayai isu yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Tahap Manajemen Bencana Erupsi Gunungapi oleh BPBD
 Mitigasi (Pengurangan-Pencegahan).
Pembuatan talud banjir, pemasangan sistem peringatan dini dan
rambu jalur evakuasi.
 Preparedness (Perencanaan-Persiapan).
Pemantauan di Gunung Merapi, mengembangkan teknologi
Kegunungapian dan Geologi.
 Response (Penyelamatan-Pertolongan).
Pembuatan skenario evakuasi warga dan ternak, melakukan
distribusi logistik.
 Recovery (Pemulihan-Pengawasan).
Melakukan rencana aksi rehabilitasi dan rekontruksi.

14
BAB V
PENUTUP

15
DAFTAR PUSTAKA

Afistianto, M. F, dan Adirianto, M. F., 2005, Serial Pembelajaran Anak “Pesisir


dan Laut Kita” TSUNAMI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang
Pendidikan Kelautan COREMAP, Jakarta.
Anonimus, 2005, Buku Saku Siaga Bencana, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia Bidang Pendidikan Kelautan COREMAP, Jakarta.
Anonimus, 2005, Panduan Pendidikan Pasca Bencana bagi Anak-Anak Pesisir,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang Pendidikan Kelautan
COREMAP, Jakarta.
Nur, Arief Mustofa. 2010. Gempa bumi, tsunami dan mitigasinya. Balai
informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung-LIPI, Kebumen. Vol
7.No 1.
Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory dynamical Oceanography. Second
edition. Pergamon Press. New York.

16

Anda mungkin juga menyukai