Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum hari Rabu tanggal dan hari Jumat tanggal 6 April 2018 dilaksanakan
praktikum Petrologi acara Batuan Sedimen Klastik. Tujuan dari praktikum ini adalah supaya
praktikan mampu mendeskripsi dan mengidentifikasi batuan sedimen klastik secara megaskopis
dan mampu menamakan batuan sedimen klastik berdasarkan deskripsi megaskopis menggunakan
skala Wentworth tahun 1922. Adapun alat-alat yang dipakai pada saat praktikum itu
meliputi:larutan HCl,lup dan komperator serta lembar deskripsi sebanyak 7 lembar. Praktikan
mendeskripsi 7 batuan sedimen klastik dengan peraga SS-22, KAI-01,DO-3, OSH-2, PCY-4,
PCY-03, dan PCY-01 secara megaskopis meliputi warna, struktur, tekstur yang meliputi, kemas,
sortasi, derajat kebundaran, dan ukuran butir serta komposisi dari batuan sedimen tersebut yang
meliputi fragmen, matriks, dan semen. Penamaan batuan sedimen klastik menggunakan
klasifikasi Wentworth tahun 1922. Berikut adalah pembahasan dari setiap batuan yang
dideskripsikan.
4.1 Batuan Nomor Peraga PCY-4
Batuan peraga PCY-4 memiliki warna yang didominasi oleh warna coklat terang dan abu
abu. Struktur yang dimiliki batuan ini tampak pejal yang cukup sehingga memiliki struktur yang
massif. Tekstur yang dimiliki batuan ini yang meliputi Ukuran butirnya yang dimana fragmen
berukuran 64-256 mm (Wentworth 1922) dan matriksnya berukuran 4-64 mm (Wentworth
1922). Ketika batuan ditetesi HCl, batuan menunjukkan reaksi yang menandakan batuan tersebut
memiliki kandungan karbonat sehingga dapat diindikasikan juga semen batuan berupa
karbonatan. Bentuk butir yang dimiliki batuan ini terlihat memiliki bentuk permukaan yang agak
meruncing sehingga bentuk butirnya adalah angular. Kemudian dalam keseragaman dari ukuran
besar butir penyusun batuan tampak tidak merata sehingga sortasi yang dimiliki adalah poorly
sorted . Lalu hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan terlihat mengambang dan
fragmennya jarang terlihat bersentuhan sehingga kemas yang dimiliki merupakan kemas terbuka
atau point .
Gambar kemas pada batuan sedimen klastik
Komposisi yang dimiliki oleh batuan peraga ini memiliki fragmen yang berupa berangkal
atau material yang berukuran 64 hingga 256 mm. Pada grain yang ditemukan pada batuan
peraga, dapat diinterpretasikan berasal dari batuan beku berupa Andesit yang dibuktikan dengan
adanya mineral biotit. Lalu Komposisi matriks yang dimiliki batuan ini adalah material krakal
atau material yang berukuran butir 4-64 mm. Kemudian karean batuan menunjukkan reaksi
positif terhadap HCl maka diindikasikan semennya merupakan karbonatan.Komposisi lainnya
yakni adanya batuan berukuran kerakal yakni batuan beku bernama andesit porfir sehingga
dinamakan juga komposisi batuan ini merupakan fragmen monoatimik.

Gambar batuan nomor peraga PCY-4


Berdasarkan hasil deskripsi yang telah diperoleh maka dapat diinterpretasikan
petrogenesa sari batuan peraga yang terdiri dari Proses pelapukan dan erosi, transportasi, proses
pengendapan, dan diagenesis dari batuan peraga. Proses pelapukan dan erosi yang terjadi pada
batuan akan mulai berlangsung ketika kecepatan arusnya sekitar 300 cm/s keatas (Hjulstrom).
Lalu berdasarkan klasifikasi Goldich dapat diindikasikan biotit termasuk mineral yang masih
dapat resisten terhadap pelapukan sehingga masih dapat ditemukan di batuan sedimen.
Gambar diagram Hjulstrom,mekanisme diagenesis batuan nomor peraga PCY-4

Gambar Goldisch’s Weathering Series


Kemudian untuk transportasi material, karena materialnya yang besar dapat diinterpretasikan
memiliki jenis transportasi ini dapat terjadi secara traction dan gravity flow.Jika secara traction
termasuk ke dalam bad load sedangkan pada gravity flow yang dimana terjadi perpindahan
partikel di dasar, dan juga karena bentuk butir yang dimiliki fragmen menyudut diindikasikan
terjadi transportasi secara sliding atau menggeser. Diindikasikan pada transportasi berlangsur
saat kecepatan aliran sekitar 70 hingga 300 cm/s (Hjulstrom).
Gambar ilustrasi mekanisme transportasi batuan sedimen klastik
Proses pengendapan terjadi pada saat kecepatan aliran disekitar 300 cm/s (Hjulstrom). Pada saat
ini arus sudah tidak mampu membawa material sehingga terjadi proses pengendapan. Lalu
dengan diketahuinya semen berupa karbonatan dapat diinterpretasikan lingkungan pengendapan
batuan berada di laut dangkal. Kemudian setelah terjadi pengendapan dilanjutkan dengan proses
diagenesa yaitu terjadi kompaksi atau termampatnya butir sedimen, lalu terjadi sementasi.

gambar lokasi pengendapan batuan sedimen klastik


Berdasarkan hasil deskripsi yang didapat yaitu fragmen yang berupa berangkal dan
bentuk butir yang menyudut,maka batuan peraga PCY-4 merupakan batuan sedimen klastik
berupa Breksi (Wentworth 1922).Berdasarkan komposisi fragmen yang monoatomik maka
dinamakan juga batuan ini adalah breksi monoatomik.
Tabel KlasifikasiWentworth 1922;Penamaan Batuan Sedimen klastik

4.2 Batuan Nomor Peraga OSH-2

Batuan peraga OSH-2 memiliki warna yang didominasi oleh warna abu-abu dengan
dimensi panjang 14 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 4,5 cm. Struktur yang dimiliki batuan ini
tampak pejal tidak terlihat adanya struktur perlapisan maupun struktur lainnya sehingga
memiliki struktur yang masif. Tekstur yang dimiliki batuan ini yang meliputi ukuran butir
dengan fragmennya berukuran 1/16 – 1/256 mm dan matriksnya berukuran < 1/256 mm.
Ketika batuan peraga ini ditetesi HCl, batuan tidak menunjukkan reaksi yang menandakan
batuan tersebut memiliki kandungan karbonat sehingga dapat diindikasikan juga semen
batuan berupa nonkarbonatan.Pada batuan peraga ini bentuk butirnya high spherecity yang
lebih cenderung rounded. Butiran penyusun batuan peraga ini saling bersentuhan sehingga
batuan peraga ini memiliki kemas tertutup berupa sutured.

Untuk keserangan besar butir penyusun batuan peraga ini terlihat seragam sehingga
positas pada batuan ini sangat kecil sehingga sortasi pada peraga batuan ini well sorted.
Komposisi yang dimiliki batuan ini fragmen berupa lanau dengan ukuran 1/16-1/256 mm
dan matriks berupa lempung atau material yang berukuran <1/256 mm.
Berdasarkan hasil deskripsi yang didapat yaitu ukuran butir yang 1/16 -1/256 mm serta
memiliki matriks lempung serta memiki semen nonkarbonatan maka batuan peraga OSH-
2merupakan batuan sedimen klastik berupa Silstone (Wentworth 1922).

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan batuan peraga ini dapat diinterpretasikan batuan
peraga ini terbentuk dari proses pelapukan dan erosi, transportasi, proses pengendapan, dan
diagenesis. Proses pelapukan dan erosi yang terjadi pada batuan akan mulai berlangsung
ketika kecepatan arusnya sekitar 20-100 cm/s (Hjulstrom). Dan untuk transportasi material,
karena materialnya yang halus dapat diinterpretasikan memiliki jenis transportasi suspended
load atau terjadi perpindahan partikel secara mengambang.
Diindikasikan pada transportasi berlangsur saat kecepatan aliran sekitar 200 cm/s hingga
kecepatan arus telah berhenti (Hjulstrom). Proses pengendapan terjadi pada saat kecepatan
adalah 0,01 cm/s (Hjulstrom). Pada saat ini arus sudah tidak mampu membawa material
sehingga terjadi proses pengendapan.

Setelah mengalami deposisisi lanjutnya batuan peraga ini mengalami proses diagenesa
yaitu terjadi kompaksi atau termampatnya butir sedimen dan penghilangan kandungan air atau
hidrolisis dan terjadi proses sementasi dimana porositas pada suatu batuan terisi oleh mineral-
mineral sekunder. Setelah mengalami proses diagenesis batuan peraga ini mengalami proses
litifikasi.
4.3 Pembahasan Batuan Peraga DO-3
Batuan peraga DO-3 memiliki warna yang didominasi oleh warna abu-abu
koecoklatan.Struktur yang dimiliki batuan ini tampak pejal sehingga memiliki struktur yang
massif. Tekstur yang dimiliki batuan ini yang meliputi Ukuran butirnya yang dimana
fragmennya tak dapat diidentifikasi dan matriksnya berukuran < 1/256 mm. Ketika batuan
ditetesi HCl, batuan tidak menunjukkan reaksi yang menandakan batuan tersebut tidak memiliki
kandungan karbonat sehingga dapat diindikasikan juga semen batuan berupa
nonkarbonatan.Pada batuan ini juga tidak dapat diidentifikasi bentuk butir, pemilahan butirnya
atau kemasnya dan kontak antar sedimennya atau sortasi batuan
Komposisi yang dimiliki batuan ini berupa matriks yaitu lempung atau material yang
berukuran <1/256 mm. Kemudian karna batuan tidak menunjukkan reaksi terhadap HCl maka
diindikasikan semennya merupakan nonkarbonatan.
Berdasarkan hasil deskripsi yang telah diperoleh maka dapat diinterpretasikan
petrogenesa sari batuan peraga yang terdiri dari Proses pelapukan dan erosi, transportasi, proses
pengendapan, dan diagenesis. Proses pelapukan dan erosi yang terjadi pada batuan akan mulai
berlangsung ketika kecepatan arusnya sekitar 200 cm/s (Hjulstrom).

Gambar diagram Hjulstrom,mekanisme diagenesis batuan nomor peraga 176

Kemudian untuk transportasi material, karena materialnya yang halus dapat diinterpretasikan
memiliki jenis transportasi suspensi atau terjadi perpindahan partikel secara mengambang,
Diindikasikan pada transportasi berlangsung saat kecepatan aliran sekitar 200 cm/s hingga
kecepatan arus telah berhenti (Hjulstrom)

Gambar ilustrasi mekanisme transportasi batuan sedimen klastik


Proses pengendapan terjadi pada saat kecepatan adalah 0 (Hjulstrom). Pada saat ini arus sudah
tidak mampu membawa material sehingga terjadi proses pengendapan. Lalu dengan diketahuinya
semen berupa non karbonatan dapat diinterpretasikan lingkungan pengendapan batuan berada di
laut dalam. Kemudian setelah terjadi pengendapan dilanjutkan dengan proses diagenesa yaitu
terjadi kompaksi atau termampatnya butir sedimen, lalu terjadi sementasi kemudian terlihifikasi
menjadi batu sedimen.
Gambar tempat lingkungan pengendapan
Berdasarkan hasil deskripsi yang didapat yaitu fragmen yang berupa berangkal dan
bentuk butir yang menyudut , maka batuan peraga D4 merupakan batuan sedimen klastik berupa
Batulempung (Wentworth 1922).

Tabel KlasifikasiWentworth 1922;Penamaan Batuan Sedimen klastik

Anda mungkin juga menyukai