MIKROPALEONTOLOGI
BIOZONASI
Disusun Oleh :
Dona Meydyanti 21100117140047
Evie Irvinia Puspitasari 21100117120015
Aziz Ammar 21100117120023
Hayat Syafi’I 21100117120030
Mario Ignatio 21100117140050
Ricky Anggara 21100117130063
Satrio Sondy Sibuea 21100117130070
SEMARANG
APRIL 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Mikropaleontologi Acara Biozonasi yang disusun oleh
kelompok 9 telah disahkan pada :
hari :
tanggal :
waktu :
Sebagai syarat untuk memenuhi laporan praktikum Mikropaleontologi.
1.1 Maksud
1.1.1 Menganalisis Perbedaan planktonik dan Bentonik
1.1.2 Mendeterminasi Umur lapisan dari Planktonik
1.1.3 Mengetahui Batimetri dari Bentonik
1.2 Tujuan
1.2.1 Dapat Menganalisis Perbedaan planktonik dan Bentonik
1.2.2 Dapat Mendeterminasi Umur lapisan dari Planktonik
1.2.3 Dapat Mengetahui Batimetri dari Bentonik.
1.3 Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum Mikropaleontologi dengan acara Biozonasi berlangsung
pada :
1.3.1 Praktikum 1
Hari, tanggal : Senin, 22 April 2019
Pukul : 18.30 WIB – selesai
Tempat : Ruangan 202 Lantai 2, Gedung Pertamina Sukowati
Unversitas Diponegoro.
1.3.2 Praktikum 2
Hari, tanggal : Selasa, 23 April 2018
Pukul : 15.30 WIB – selesai
Tempat : Ruangan 202 Lantai 2, Gedung Pertamina Sukowati
Unversitas Diponegoro.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Biostratigrafi
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang
mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera
diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta
tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang
tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada
yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau
berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan
organik, butiran pasir atau partikel- partikel lain yang terekat menyatu oleh
semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya.
Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100
mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera
mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan
perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat
dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak
dan gas bumi.
Foraminifera termasuk dalam kingdom Protista, yaitu suatu kerajaan
organism bersel tunggan (uniseluler) yang tidak diketahui apakah termasuk ke
dalam golongan hewan atau tumbuhan. Hal penting sehubungan dengan
foraminifera, adalah bahwa foraminifera merupakan bagian dari phylum
Protozoa.
Foraminifera merupakan salah satu Ordo dari Kelas Sarcodina, Phyllum
Protozoa. Kelas Sarcodina merupakan salah satu kelas yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk rangka luar (eksoskeleton), yang tersusun oleh
berbagai senyawa, terutama kalsium karbonat.Oleh karena itu dibandingkan
Kelas yang lain pada Phylum Protozoa, Foraminifera paling banyak dijumpai
sebagai mikrofosil.
Berdasarkan habitatnya, foraminifera dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu;
1. Foraminifera bentonik, kelompok ini pada masa dewasanya selalu
tinggal di dasar tempat hidupnya, baik yang dapat bergerak (vagil)
maupun yang tertambat (sesil). Contohnya: Rotalia, Ammodiscus,
Amphistegina, Nummulites.
2. Foraminifera planktonik, kelompok ini sepanjang hidupnya
mengambang, baik di permukaan maupun pada tubuh airlaut di bawah
permukaan. Contohnya: Globigerina, Globigerinoides, Globorotalia.
2. Zona Kisaran ialah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratigrafi
unsur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada. Kegunaan Zona
Kisaran terutama ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan dan
sebagai dasar untuk penempatan batuan-batuan dalam sekala waktu geologi.
Batas dan kelanjutan Zona Kisaran ditentukan oleh penyebaran tegak dan
mendatar takson (takson-takson) yang mencirikannya. Nama Zona Kisaran
diambil dari satu jenis fosil atau lebih yang menjadi ciri utama zona. Contoh :
Zona kisaran Globorotalia margaritae, zona kisaran Globigerinoides
sicanus-Globigerinetella insueta
4. Zona Selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua
takson penciri. Kegunaan Zona Selang pada umumnya ialah untuk korelasi
tubuh-tubuh lapisan batuan. Batas atas atau bawah suatu Zona Selang
ditentukan oleh pemunculan awal (First Appreance Datum) atau akhir (Late
Appreance Datum) dari takson-takson penciri. Nama Zona Selang diambil
dari nama-nama takson penciri yang merupakan batas atas dan bawah Zona
tersebut. Bidang dimana titik-titik tempat pemunculan awal/akhir tersebut
berada, disebut sebagai biohorison/biodatum.
5. Zona Rombakan adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh banyaknya
fosil rombakan, berbeda jauh daripada tubuh lapisan batuan di atas dan di
bawahnya. Zona rombakan umumnya khas berhubungan dengan penurunan
muka air laut relatif yang cukup besar, baik lokal maupun regional.
6. Zona Padat ialah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya fosil
dengan kepadatan populasi jauh lebih banyak daripada tubuh batuan di atas
dan di bawahnya. Zona padat ini umumnya diakibatkan oleh sedikitnya
pengendapan material lain selain fosil.
A. Fosil Rombakan
Fosil rombakan merupakan fosil yang berpindah setelah pembatuan.
Keberadaan fosil rombakan ini sering membuat terjadinya OVERLAP umur
dari biozonasi yang dibuat. Fosil rombakan ini tidak dipergunakan untuk
menyusun biostratigrafi, tetapi keberadaannya pada batuan harus tetap
dicatat untuk kepentingan analisis yang lain (proses tektonik, erosi dll).
Macam-macam fosil rombakan :
1. Reworked Fossil
Fosil dari batuan yang lebih tua, yang terkikis, terangkut dan
terendapkan kembali dalam endapan yang berumur lebih muda.
Reworked fossil ini terjadi pada fosil yang mempunyai daya tahan
terhadap keausan yang tinggi, sehingga dapat bertahan terhadap
proses sedimentasi ulang yang bekerja.
2. Introduced fossil (infiltrated fossil)
Fosil yang berumur lebih muda yang terdapat pada batuan yang lebih
tua
Hal ini dapat terjadi karena proses infiltrasi larutan dari batuan yang
lebih muda yang membawa tubuh fosil ke lapisan batuan di
bawahnya yang berumur lebih tua, melalui suatu rekahan.
Selain itu dapat pula terjadi pada saat pengambilan sampel bawah
permukaan melalui pemboran, dimana terjadi runtuhan batuan di
atasnya yang kemudian mengendapkan fosil yang berumur lebih
muda pada batuan yang berumur lebih tua di bawahnya.
Dari data tersebut dapat disimpilkan bahwa kedalaman lapisan batuan berada pada
kisaran outer neritic – lower bathyal dengan.
BAB IV
PENUTUP
Setelah dilakukan determinasi fosil planktonik dan bentonik maka dari hal
trsebut dapat disimpulan bahwa :
4.1 Kesimpulan
Fosil plantonik terbagi menjadi 5 selang dimana pada zona 1 memiliki
umur antar N10 – N13, zona 2 memiliki umur N9-N13, zona 3 memiliki
umur N9 -N13, zona 4 memiliki umur N8 – N15 dan zona 5 memiliki
umur N10 – N23. Maka dapat disimpulakan semakin keatas, fosil yang
ditemukan memiliki umur yang lebih muda. Selain itu juga ditemui fosil
romabakan pada zona 3, zona 4 dan zona 5.
Fosil benthonik pada sampel 1 memiliki kisaran kedalaman outer
neritic – abysal . Sampel 5 memiliki kisaran kedalaman upper bathyal
– abysal, Sampel 7 memiliki kisaran kedalaman outer neritic – upper
bathyal. Sampel 12 memiliki kisaran kedalaman outer neritic – lower
bathyal. Dan sampel 20 memiliki kisaran kedalaman lower neritic –
lower bathyal. Maka dari data diatas semakin keatas fosil benthon yang
ditemukan semakin memiliki kedalaman/batimetri yang dangkal.
4.2 Saran
Dalam praktikum sebaiknya membawa peralatan sendiri tidak
meminjam minjam teman karena akan memperlambat kerja.