Anda di halaman 1dari 34

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
ACARA III : PREPARAT BENTONIK

LAPORAN

OLEH :
ERIKA PATADUNGAN
D061201026

MAKASSAR
2021
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang

mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang

berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik

yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai

kepentingannya terhadap stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme

yang terawetkan di alam dengan mengunakan alat mikroskop. Pada ilmu

Mikropaleontologi ini dikenal adanya Analisis Biostatigrafi, yang memiliki

hubungan yang sangat erat dalam penentuan umur relatif dan lingkungan

pengendapan suatu batuan berdasarkan kandungan fosil didalamnya.

Secara terminologi, foramifera dapat didefenisikan sebagai organisme

bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut),

mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa)

yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). Foraminifera

diklasifikasikan menjadi dua yaitu palantonik dan bentonik. Planktonik

merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan cara mengambang di

permukaan laut. Foraminifera jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya

banyak. Planktonik pada umumnya digunakan untuk penentuan umur. Sedangkan

foraminifera bentonik adalah foraminifera yang hidupnya di dasar umumnya

berbentuk memanjang serta dalam ilmu geologi digunakan dalam menentukan

lingkungan pengendapan.
Pada praktikum kali ini akan mendeksripsi fosil mikro dengan menggunakan

alat peraga, yaitu peraga fosil foraminifera bentonik. Begitu pentingnya peranan

foraminifera bentonik dikehidupan geologi, maka dari itulah para mahasiswa

diharuskan untuk mengetahui bagaimana bentuk morfologi dari foraminifera

yang diamati dari mikroskop melalui preparat bentonik.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum ini bermaksud untuk memperkenalkan jenis-jenis fosil

foraminifera bentonik berdasarkan bentuk, ciri-ciri, dan sifatnya serta

penggunaannya dalam bidang geologi. Adapun tujuan dilaksanannya praktikum

ini adalah:

1. Praktikan dapat mendeskripsikan fosil foraminifera bentonik

2. Praktikan dapat menentukan lingkungan pengendapan fosil foraminifera

bentonik yang diamati.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum fosil peraga dan

pengenalan mikroskop adalah sebagai berikut :

1. Alat tulis kerja (ATK)


8. Chusman
2. Fosil peraga
9. Buku penuntun
3. Kertas HVS 10 .Lap halus

4. LKP (Lembar Kerja Praktikum) 11. Mikroskop

5. Range chart

6. Tabel lingkungan pengendapan

7. Postuma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Foraminifera

Foraminifera merupakan binatang yang terdiri dari satu sel yang sangat

sederhana, sel tersebut terdiri dari protoplasma dan inti (bias lebih dari satu). Ciri

khas foraminifera adalah adanya pseudopodia (kaki semu) yang berfungsi sebagai

alat penggerak dan menangkap mangsanya. Foraminifera sudah memiliki

cangkang dimana cangkang tersebut dibentuk oleh protoplasma ataupun diambil

dari bahan-bahan disekelilingnya. Pada umumnya cangkang tersebut terbuat dari

zat organic ataupun anorganik dan memiliki pori-pori dengan satu atau lebih

lubang yang disebut aperture. (Advention 2016)

Tempat hidup foraminifera dapat di laut, danau, rawa-rawa baik yang

berair ataupun tidak, tawar maupun asin, dan perkembangbiakannya dengan cara

sexual dan asexual. Perkembangan foraminifera dapat menghasilkan cangkang

yang berbeda, dimana satu individu dapat menghasilkan dua cangkang yang

berlainan bentuknya (dimorphisme), bahkan ada juga yang trimorphisme.

Perkembangan sexual akan menghasilkan cangkang mikrosfir, sedangkan secara

asexual akan menghasilkan cangkang megalosfir. (Advention 2016)

Pada batuan sedimen, golongan ini lebih banyak dijumpai sehingga lebih

berharga dari ordo-ordo lain pada kelas Sarcodina. Golongan ini telah muncul

sejak zaman Pra-Kambrium (+ 550 tahun yang lalu) sampai sekarang dengan

jumlah spesies + 40.000 jenis spesies. Selain dari itu, Foraminifera dapat juga

dipakai sebagai korelasi batuan untuk penentuan lingkungan pengendapan atau


juga sebagai fosil petunjuk.Siklus hidup foraminifera dapat dibawah ini :

(Djauhari 2012)

Gambar 2.1 Siklus hidup foraminifera

2.2 Foraminifera Bentonik

Foraminifera benthonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan

cara menambatkan diri dengan menggunakan vegile atau sesile serta hidup

didasar laut pada kedalaman tertentu. Foraminifera dapat didefenisikan sebagai

organisme bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut),

mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa)

yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). (Tim Asisten 2021)

Foraminifera benthonik dapat pula hidup pada kedalaman-kedalaman

tertentu yakni sebagai berikut: (Tim Asisten 2021)

1. Hidup pada kedalaman antara 0-100 meter (litoral)

2. Hidup pada kedalaman antara 0-200 meter (neritik)

3. Hidup pada kedalaman200-2000 meter (bathyal)

4. Hidup pada kedalaman >2000 meter (abysal)


Fosil benthonik juga dapat digunakan dalam memecahkan masalah geologi

antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai fosil petunjuk

2. Digunakan dalam pengkorelasian batuan

3. Penentuan lingkungan pengendapan pada lapisan batuan

2.2.1 Susunan Kamar

1. Monothalamus

Merupakan susunan dan bentuk akhir kamar-kamar foram bentonik yang

hanya terdiri dari satu macam kamar.

Gambar 2.4 Monotalamus

2. Polythalamus

Merupakan susunan dan bentuk akhir kamar-kamar foram bentonik yang

terdiri dari lebih satu macam kamar (biasanya jumlah kamarnya banyak).

Gambar 2.5 Polytalamus


2.3 Bentuk Test Foraminifera

Seluruh ordo foraminera memiliki cangkang yang dinamakan test, kecuali

pada beberapa bentuk primitif. Test foraminifera memiliki satu atau lebih kamar.

Adapun bentuk test pada foraminifera plantonik, antara lain: (Tim asisten 2021)

Gambar 2.6 Bentuk Test

Yang dimaksud dengan dengan bentuk test adalah bentuk keseluruhan

daripada cangkang foraminifera.

1. Tabular : bentuk tabung.

2. Bifurcating : bentuk cabang.

3. Radiate : bentuk radial.

4. Arborescent : bentuk pohon.

5. Irregular : bentuk tak teratur.

6. Hemispherical : bentuk setengah bola.

7. Zig-zag : bentuk berkelok-kelok.

8. Spherical : bentuk bola.

9. Palmate : bentuk daun.

10. Discoidal : bentuk cakram.

11. Fusiform : bentuk gabungan.


12. Biumblicate : mempunyai dua umbilicus.

13. Biconvex : cembung dikedua sisi.

14. Flaring : bentuk seperti obor.

15. Spironvex : cembung disisi dorsal.

16. Umbiliconvex : cembung disisi ventral.

17. Lenticular biambornate : bentuk lensa

2.4 Bentuk Kamar

Bentuk kamar adalah bentuk masing-masing pembentuk cangkang (test)

foraminifera. Adapun bentuk kamar pada foraminifera bentonik, antara lain:

(Tim asisten 2021)

Gambar 2.7 Bentuk Kamar

2.5 Bentuk Suture

Suture adalah garis yang terlihat pada dinding luar test dan merupakan

perpotongan antara septa dan dinding kamar.


Macam-macam bentuk suture adalah:

1. Tertekan (melekuk), rata atau muncul dipermukaan test.

2. Lurus, melekuk lemah, sedang dan kuat.

3. Suture yang mempunyai hiasan

2.6 Jumlah Putaran dan Jumlah Kamar Foraminifera

Susunan kamar foraminifera dapat dibagi menjadi:

1. Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar

terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama.

Contohnya: Hastigerina.

2. Trochospiral yaitu sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua

kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak

sama. Contohnya Globigerina .

3. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospial, kemudian planispiral

menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh

Pulleniatina.

Adapun cara menghitung jumlah putaran pada cangkang foraminifera

kita harus dapat melihat dahulu arah putarannya, apakah searah jarum jam atau

berlawanan, ini dapat dilihat dari perkembangan kamarnya. Setelah itu ditentukan

nomor urutan perkembangan kamarnya mulai dari yang terkecil sampai yang

terbesar. Barulah dapat ditarik garis yang memotong kamar satu, kamar nomor

dua, dan seterusnya hingga amar terakhir. Setelah itu, hitung jumlah

putarannya.(Akbar 2017)
2.7 Hiasan atau Ornamen

Hiasan dipakai sebagai penciri khas untuk genus atau spesies.

Berdasa letaknya, hiasan dibagi atas beberapa : (Tim asisten 2021)

2.7.1 Ornamen Pada Permukaan Test

a. Punctuate: berbintik-bintik

b. Smooth: mulus/licin

c. Reticulate: mempunyai sarang lebah

d. Pustulose: tonjolan-tonjolan bulat

e. Cancallate: tonjolan-tonjolan memanjang

2.7.2 Ornamen Pada Permukaan Suture

a. Bridge: bentuk seperti jembatan

b. Limbate: bentuk suture yang menebal

c. Retral processes: bentuk suture zig-zag

d. Raisced bosses: bentuk tonjolan

2.7.3 Ornamen Pada Permukaan Umbilicus

a. Umbilical plug: umbilical yang mempunyai penutupDeeply umbilical:

umbilical yang berlubang dalam

b. Open umbilical: umbilical yang terbuka lebar

c. Ventral umbo: umbilibus yang menonjol ke permukaan

2.7.4 Ornamen Pada Permukaan Peri-peri

a. Keel: lapisan tepi yang tipis dan bening

b. Spine: lapisan yang menyerupai duri runcing


2.7.5 Ornamen Pada Permukaan Aperture

a. Tooth: menyerupai gigi

b. Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal

c. Bulla: bentuk seginam teratur

d. Tegilla: bentuk seginam tidak teratur

Gambar 2.8 Hiasan atau ornamen

2.8 Famili, Genus dan Spesies Foreminifera Bentonik

1. Genus Lagena Walker & Jacob, 1798

Ciri-ciri Cangkang berbentuk botol (flask-shaped); Komposisi dinding

cangkang hyaline; Apertur dengan atau tanpa leher, radiate, terminal. Usia

Jurasic-Resen
Gambar 2.9 Lagena sp

2. Genus Nodosaria Lamarck, 1812

Ciri-ciri Cangkang uniserial tidak terputar, rectilinier, garis sutura tegak

lurus; Komposisi dinding cangkang hyalin; Apertur terminal, radiate, circular

Usia Permian-Resen.

Gambar 2.10 Nodosariasp

3. Genus Dentalina Risso, 1826

Ciri-ciri Cangkang uniserial tidak terputar, curvilinier, garis sutura tidak

tegak lurus; Komposisi dinding cangkang hyalin; Apertur terminal, radiate. Usia

Permian-Resen.
Gambar 2.11 Dentalina submeciata Parr

4. Genus Heterolepa Franzenau, 1884

Ciri-ciri Cangkang trochospiral, tidak planoconvex; Komposisi dinding

cangkang calcareous; Apertur interiomarginal, slit like. Usia Cretaceous-Resen.

Gambar 2.12 Heterolepa sp

5. Genus Rotalia/Pseudorotalia Lamarck, 1804

Ciri-ciri Cangkang trochospiral, lenticular sampai planoconvex;

Komposisi dinding cangkang calcareous; Pada sisi umbilicus dilengkapi dengan

plug. Usia Cretaceous Atas-Resen.

Gambar 2.13 Pseudorotalia sp

6. Genus Lenticulina Lamarck, 1804

Ciri-ciri Cangkang uniserial terputar involute, keeled, lenticular,

biumbonate; Komposisi dinding cangkang hyalin; Apertur radial pada sudut

peripheri. Usia Trias-Resen


Gambar 2.14 Lenticula sp

7. Genus Operculina d'Orbigny, 1826

Ciri-ciri Cangkang simetri bilateral, planispiral, evolute; Komposisi

dinding cangkang calcareous; Apertur sederhana pada bagian dasar permukaan

kamar akhir. Usia Kapur-Resen.

Gambar 2.15 Operculina sp

8. Genus Amphistegina d'Orbigny, 1826

Ciri-ciri Cangkang lenticular, involute; Komposisi dinding cangkang

calcareous; Apertur kecil. Usia Eosen-Resen

Gambar 2.16 Amphistegina sp


9. Genus Elphidium Montfort, 1808

Ciri-ciri Cangkang planispiral, simetri bilateral, involute, mempunyai

septal bridges pada suturanya; Komposisi dinding cagkang calcareous; Apertur

satu atau lebih. Usia Eosen-Resen

10. Genus Textularia Defrance in de Blainville, 1824

Ciri-ciri Cangkang biserial Komposisi dinding cangkang agglutinin;

Apertur low arch pada dasar kamar terakhir. Usia: Permian-Resen

Gambar 2.17 Textularia sp

11. Genus Bolivina d'Orbigny, 1839

Ciri-ciri Cangkang elongate, biserial; Komposisi dinding cangkang

calcareous; Apertur memanjang, kadang-kadang loop-shaped dan seringkali

mempunyai gigi. Usia Cretaceous Atas-Resen

Gambar 2.18 Bolivina sp


12. Genus Uvigerina d'Orbigny, 1826

Ciri-ciri Cangkang elongate, teriserial; Komposisi dinding cangkang

calcareous; Apertur terminal, bulat denga leher dan bibir serta kadang-kadang ada

gigi. Usia: Eosen-Resen.

Gambar 2.19 Uvigerina sp

13. Genus Spiroloculina d'Orbigny, 1826

Ciri-ciri Cangkang biloculine, semua kamr terlihat dari luar; Komposisi

dinding cangkang porselen; Apertur elongate, punya gigi pada kamar terakhir

Usia Cretaceous Atas-Resen.

14. Genus Quinqueloculina d’Orbjgny, 1826

Ciri-ciri Cangkang quinqueloquline; Komposisi dinding cangkang

porselen; Apertur terminal, bulat dengan simple atau bifid tooth. Usia Jurasic-

Resen.

Gambar 2.20 Quinqueloculina sp


2.9 Spesies Foraminifera Bentonik dan Lingkungan Pengendapannya

Adapun macam-macam spesies foraminifera bentonik beserta umurnya yakni

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Foraminifera Bentonik dan Lingkungan Pengendapanya


No Nama foraminifera Zona Zona Zona Zona
I II III IV
1 Elphidium 
2 Rotalia 
3 Eggrella 
4 Ammobaculites 
5 Quinqueclocilina 
6 Cibicides 
7 Proteonina 
8 Triloculina 
9 Guttulina 
10 Bulimina 
11 Gaudryna 
12 Robulus 
13 Textularia 
14 Discorbis 
15 Nanion 
16 Listerella 
17 Angulogerina 
18 Pseudoglandulina 
19 Cryoidina 
20 Uvigerina 
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metodologi

Metode yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu metode

pendeskripsian sampel secara langsung di laboratorium.

3.1 Tahapan

Dalam pelaksanaan praktikum acara III mikropaleontologi ini, terdapat

beberapa tahapan yang sistematis guna mendukung pelaksanaan praktikum ini.

Adapun tahap dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.1.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami pertama-tama melaksanakan asistensi umum. Pada

asistensi umum dipaparkan mengenai tata tertib serta peralatan yang wajib

dikenakan dan dibawa saat kegiatan praktikum. Setelahnya dilanjutkan dengan

asistensi acara III yaitu preparat bentonik. Setelah pembawaan materi singkat

terkait materi tersebut, asisten memberi tugas pendahuluan yang menjadi syarat

mengikuti kegiatan praktikum.

3.1.2 Tahap Pengambilan Data

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Mikropaleontologi,

Departemen Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan

kegiatan praktikum, pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna

mengetahui sejauh mana ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara.

Setelah responsi dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Praktikan


diminta untuk menggambar sketsa serta mendeskripsi sampel batuan yang telah

diberikan pada lembar kerja praktikum masing-masing.

3.1.3 Tahap Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar

kerja yang telah diisi serta mengamati kembali ke 8 sampel fosil foraminifera

bentonik.

3.1.4 Tahap Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi

dari asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format laporan

yang telah ditentukan. Tidak lupa untuk mengasistensikan kembali laporan

tersebut kepada masing-masing asisten kelompok.

3.1.5 Tahap Pengumpulan Laporan

Laporan yang telah selesai dan telah diasistensikan kembali serta telah

diperoleh hasil yang benar kemudian dikumpulkan di tempat dan waktu yang

telah disepakati.
1. Studi Literatur
2. Tugas Pendahuluan

1. Responsi
2. Pengambilan Data
a. Preparat bentonik

1. Asistensi LKP
2. Asistensi laporan

1. Pembuatan BAB I
2. Pembuatan BAB II
3. Pembuatan BAB III
4. Pembuatan BAB IV
5. Pembuatan BAB V
6. Pembuatan Daftar Pustaka

Gambar 3.1 Flow Chart Tahapan Praktikum


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang didapatkan pada praktikum deskripsi preparat bentonik yaitu 8

fosil foraminifera bentonik dengan spesies Reophax Nodulus, Cyclammina

Cancelata (H.B Brady), Anomalinella Rastrota (H.B Brady), Haptostiche Dubia,

Reophax Nodululosus, Nodellum Membranoceum, Microspharic Form, dan

Cyclammina Canelata (H.B Brady). Dapat juga dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Spesies peraga fosil foraminifera bentonik


NO Spesies LP
1. Reophax Nodulus Zona III

2. Cyclammina Cancelata (H.B Zona IV


Brady)
3. Anomalinella Rastrota (H.B Zona III
Brady)
4. Haptostiche Dubia Zona III

5 Reophax Nodululosus Zona III

6 Nodellum Membranoceum Zona III

7 Microspharic Form Zona III

8 Cyclammina Canelata (H.B Zona IV


Brady).

Pada tabel diatas dapat diketahui yakni terdapat 8 macam spesies fosil

foraminifera bentonik diantaranya yaitu Reophax Nodulus, Anomalinella Rastrota

(H.B Brady), Haptostiche Dubia, Reophax Nodululosus, Nodellum


Membranoceum, dan Microspharic Form dengan lingkungan pengendapan di

zona III (kedalaman laut 90-300 m & temperatur laut 9-13°C) selanjutnya yaitu

Cyclammina Cancelata (H.B Brady) dengan lingkungan pengendapan di zona IV

(kedalaman laut 300-1000 m & temperatur laut 5-8 °C).

4.2 Pembahasan

Berikut akan dibahas 8 sampel peraga fosil foraminifera bentonik yaitu

sebagai berikut:

4.2.1 Sampel 1

Gambar 4.1 Reophax Nodulus

Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Reophaeniae, genus

Reopax dengan nama spesies Reophax Nodulus.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu Monothalamus test, jumlah

kamarnya jika dilihat dari depan berjumlah 6 kamar, bentuk tabular, bentuk

kamar globular , komposisi test porselen dan aperture slitlike. Ornamen yang

dijumpai pada fosil ini yaitu permukaan test Smooth.

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-16 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di
permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.2 Sampel 2

Gambar 4.2 Cyclammina Cancelata (H.B Brady)

Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Lituolinae, genus

Cyclammina, dengan nama spesies Cyclammina Cancelata (H.B Brady).

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus test, jumlah

kamarnya jika dilihat dari samping berjumlah 8 kamar, bentuk test biumbilical,

bentuk kamar angular truncate, komposisi test porselen dan aperture slitlike.

Ornamen yang dijumpai pada fosil ini yaitu permukaan spiral costae, ornamen

pada umbilicus Ventral, dan ornament pada suture Retral processes.

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 300-1000 meter dengan

temperatur laut 5-8 °C maka berada pada zona IV. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan


sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.3 Sampel 3

Gambar 4.3 Anomalinella Rastrota (H.B Brady)

Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Planorblinidae, genus

Anomalinidae dengan nama spesies Anomalinella Rastrota (H.B Brady).

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu Monothalamus test, jumlah

kamarnya jika dilihat dari samping berjumlah 5 kamar, bentuk test biumbilicate,

bentuk kamar globular, komposisi test porselen dan aperture slitlike. Ornamen

yang terdapat pada fosil ini yaitu permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.
4.2.4 Sampel 4

Gambar 4.4 Haptostiche Dubia

Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Reophachidae, genus

Haptostiche dengan nama spesies Haptostiche Dubia.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu Monothalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 4 kamar, bentuk test biumbilicate, bentuk

kamar spheral, komposisi test porselen dan aperture slitlike. Ornamen yang

terdapat pada fosil ini yaitu permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.
4.2.5 Sampel 5

Gambar 4.5 Reophax Nodulus

Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Reophaeniae, genus

Reopax dengan nama spesies Reophax Nodulus.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu monothalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 4 kamar, bentuk test biumbilicate, bentuk

kamar spheral, komposisi test porselen dan aperture slitlike. Ornamen yang

terdapat pada fosil ini yaitu permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.
4.2.6 Peraga 6

Gambar 4.6 Nodellum Membranoceum

Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Reophacidae, genus

Nodellum Rhumbler dengan nama spesies Nodellum Membranoceum.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus teet, jumlah

kamarnya jika dilihat dari samping berjumlah 8 kamar, bentuk test biumbilicus,

bentuk kamar globular, komposisi test porselen dan aperture slitlike. Ornamen

yang terdapat pada fosil ini yaitu permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.
4.2.7 Sampel 7

Gambar 4.7 Microspharic Form

Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Ammodiscus, genus

Ammodiskus Reuss dengan nama spesies Microspharic Form.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu monothalamus test, jumlah

kamarnya jika dilihat dari samping berjumlah 6 kamar, bentuk test tabular, bentuk

kamar globular, komposisi test porselen dan aperture Slilike. Ornamen yang

terdapat pada fosil ini yaitu permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.
4.2.8 Peraga 8

Gambar 4.8 Cyclammina Canelata (H.B Brady).

Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Lituolidae, genus

Cyclammina dan dengan nama spesies Cyclammina Canelata (H.B Brady).

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus test, jumlah

kamarnya jika dilihat dari samping berjumlah 10 kamar, bentuk test biumbilicate,

bentuk kamar oved, komposisi test porselen dan aperture slitlike. Ornamen yang

terdapat pada fosil ini yaitu permukaan test smooth (halus) dan ornamen pada

umbilicus ventral.

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 300-1000 meter dengan

temperatur laut 5-8 °C maka berada pada zona IV. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Terdapat 8 sampel yang Reophax Nodulus, Anomalinella Rastrota (H.B

Brady), Haptostiche Dubia, Reophax Nodululosus, Nodellum Membranoceum,

dan Microspharic Form dan Cyclammina Cancelata (H.B Brady).

2. Fosil bentonik Reophax Nodulus, Anomalinella Rastrota (H.B Brady),

Haptostiche Dubia, Reophax Nodululosus, Nodellum Membranoceum, dan

Microspharic Form dengan lingkungan pengendapan di zona III (kedalaman laut

90-300 m & temperatur laut 9-13°C) selanjutnya yaitu terdapat dua sampel

Cyclammina Cancelata (H.B Brady) dengan lingkungan pengendapan di zona IV

(kedalaman laut 300-1000 m dan temperatur laut 5-8 °C).

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium sebagai berikut :

1. Menambah rak sepatu.

2. Menjaga kebersihan dan kerapihan.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Adapun saran untuk asisten sebagai berikut :

1. Tetap mematuhi protocol kesehatan

2. Tetap sabar menghadapi pratikan


DAFTAR PUSTAKA

Advention, 2016. Foraminifera Bentonik dan Lingkungan Pengendapan.


http://porositas.blogspot.com/2016/05/foraminifera-benthonik-dan-
lingkungan.html.

Akbar, Faris. 2017. Pengertian mikropaleontologi.


https://geograpik.blogspot.com/2017/03/pengertian-
mikropaleontologi.html.

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Universitas Pakuan: Bogor

Tim Asisten Laboratorium Paleontologi Universitas Hasanuddin. 2021.


Mikropaleontologi. Universitas Hasanuddin: Gowa
L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai