Anda di halaman 1dari 33

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
ACARA III : PREPARAT BENTONIK

LAPORAN

OLEH :
INDAH MAHARANI
D061201013

GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dan merupakan

kelompok ilmu yang mempelajari bumi secara menyeluru, asal mula struktur,

komposisi, sejarahnya (perkembangan kehidupan) dan proses-proses yang telah

ada dan sedang berlangsung hingga menjadikan bumi seperti saat sekarang ini.

Salah satu cabang ilmu geologi yang menjadi dasar perkembangan ilmu geologi,

yaitu mikropaleontologi yang merupakan cabang ilmu dari paleontologi.

Mikropaleontologi merupakan ilmu yang mempelajari atau membahas

secara sistematis mengenai klasifikasinya, morfologi, ekologi, maupun mengenai

kepentingan terhadap stratigrafi. Studi mikropaleontologi terdiri dari cabang-

cabang spesialisasi yaitu studi menegenai foraminifera, studi menegei Ostrakoda,

studi mengenai palynology dan sebagainya.

Pada praktikum ini yang menjadi titik fokus pengamatan adalah golongan

foraminifera, dimana foraminifera merupakan fosil mikro yang masih memegang

peranan penting dalam penggunaannya dibanding fosil lainnya.

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang

mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera

diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta

tahun.

Fosil mikro yang banyak ditemukan dipermukaan bumi berasal dari ordo

Foraminifera. Maka dari itu pada praktikum ini difokuskan untuk mengamati fosil
yang berasal dari golangan foraminifera. Karena jumlahnya yang melimpah dan

luas serta evolusinya yang cepat sehingga sangat baik sebagai indikator

biostatigrafi dan juga foraminifera ini juga bisa menentukan lingkungan

pengendapan ataupun umur dari sebuah batuan. Begitu pentingnya peranan

foraminifera dikehidupan geologi, maka dari itulah para mahasiswa diharuskan

untuk mengetahui bagaimana bentuk morfologi dari foraminifera yang diamati

dari mikroskop melalui peraga fosil untuk pengenalan awal.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum ini bermaksud untuk mendeskripsikan jenis-jenis fosil


foraminifera bentonik berdasarkan bentuk, ciri-ciri, dan sifatnya serta
penggunaannya dalam bidang geologi. Adapun tujuan dari dilaksanakannya
praktikum ini yakni:
1. Dapat mendeskripsi fosil foraminifera bentonik dan mampu menentukan
lingkungan pengendapan dari fosil foraminifera bentonik.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan ketika praktikum :

1. Alat tulis 8. Chusman

2. Lembar Kerja Praktikum 9. Lap Halus

3. Lembar Asistensi

4. Kartu Kontrol

5. Buku Penuntun

6. Referensi

7. Klasifikasi Lingkungan Pengendapan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Foraminifera

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang

mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera

diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta

tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun

sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang

berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola

dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran

pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal

CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya.

Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100

mikrometer sampai 20 sentimeter. Beberapa spesies mempunyai hubungan

simbiose dengan alga. Alga tersebut hidup di dalam cangkang foraminifera.

Foraminifera menangkap makanan dengan jaring tipis pseudopodia (disedut

retikulopodia) yang keluar dari salah satu atau beberapa lubang (apertur) pada

dinding cangkang. Foraminifera bentonik juga meman-faatkan pseudopodianya

untuk alat gerak.

1.2 Foraminifera Bentonik

Foraminifera benthonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan

cara menambatkan diri dengan menggunakan vegile atau sesile serta hidup didasar

laut pada kedalaman tertentu. Foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme

bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai
satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang

ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen). Foraminifera benthonik dapat pula

hidup pada kedalaman-kedalaman tertentu yakni sebagai berikut :

1. Hidup pada kedalaman antara 0-100 meter (litoral)

2. Hidup pada kedalaman antara 0-200 meter (neritik)

3. Hidup pada kedalaman200-2000 meter (bathyal)

4. Hidup pada kedalaman >2000 meter (abysal)

Fosil benthonik juga dapat digunakan dalam memecahkan masalah geologi

antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai fosil petunjuk

2. Digunakan dalam pengkorelasian batuan

3. Penentuan lingkungan pengendapan pada lapisan batuan

1.2.1 Susunan Kamar Foraminifera Bentonik

Susunan kamar foraminifera bentonik sebagai berikut :

1. Monothalamus Test

Monthalamus test merupakan susunan dan bentuk akhir kamar-kamar

foraminifera bentonik, hanya terdiri dari satu macam kamar. Bentuk test dari

monothalamus yang telah diketahui ada 5 macam sebagai berikut

a. Tabung ( Tabular), terdapat pada kebanyakan subfamily

Hyperminidae. Contoh: Hyperammina, Bathysiphon.


Gambar 2.1 Hyperammina

b. Flash Shape ( Botol), berebntuk antara kombinasi botol dan tabung.

Contoh: Lagena

Gambar 2.2 Lagena

c. Planispiral, perputar pada suatu bidang. Contoh: Amodiscus

Gambar 2.3 Amodiscus

2. Polythalamus Test

Polythalamus test merupakan susunan akhir bentuk kamar-kamar foram

yang teridir dari lebih satu kamar (jumlah kamar banyak). Macam-macam

bentuk polythalamus test diantaranya sebagai berikut :


a. Close Coil : Annulacibidices

Gambar 2.4 Annulacibidices


b. Evolute: Operulina

Gambar 2.5 Operulina


c. Involute: Robulus

Gambar 2.6 Robulus

d. Fan Shape: Pavonima

Gambar 2.7 Pavonima


e. Uniserial, test terbentuk dalam satu sususnan kamar-kamar yang

menimbulkan bermacam bentuk. Contohnya Ammobacallites

Gambar 2.8 Ammobacallites

1.3 Bentuk Test Foraminifera

Seluruh ordo dalam foraminifera memiliki cangkang yang dinamakan test.

Test foraminifera memiliki satu atau lebih kamar. Kamar yang pertama kali

terbentuk berbentuk bulat dengan satu aperture atau lubang mulut. Berikut

bentuk-bentuk test dari foraminifera :

 Tabular : bentuk tabung.  Fusiform : bentuk gabungan.

 Bifurcating : bentuk cabang.  Biumblicate : mempunyai dua umbilicus.

 Radiate : bentuk radial.  Biconvex : cembung dikedua sisi.

 Arborescent : bentuk pohon.  Flaring : bentuk seperti obor.

 Irregular : bentuk tak teratur.  Spironvex : cembung disisi dorsal.

 Hemispherical : setengah bola  Umbiliconvex : cembung disisi ventral.

 Zig-zag : berkelok-kelok.  Lenticular biambornate : bentuk lensa.

 Spherical : bentuk bola.  Cancellate

 Palmate : bentuk daun.  Conical

 Discoidal : bentuk cakram.


Gambar 2.9 Bentuk Test Foraminifera

1.4 Bentuk Kamar Foraminifera

Bentuk kamar adalah bentuk untuk masing-masing pembentuk test cangkang

foreminifera. Macam-macam kamar foraminifera anatara lain sebagai berikut :


Gambar 2.10 Bentuk Kamar Foraminifera

1.5 Bentuk Suture Foraminifera

Suture merupakan garis pertemuan antara septa dan dinding cangkang. Terbagi

menjadi 3 sebagai berikut :

a. Tertekan (melekuk), rata / muncul di permukaan test. Contohnya adalah

Chilostomella colina

Gambar 2.11 Chilostomella


colina
b. Lurus, melengkung, lemah, sedang / kuat. Contohnya Orthomorphina
challengeriana (lurus).

Gambar 2.12 Orthomorphina


Challengeriana

c. Suture yang mempunyai hiasan, contohnya Elphidium incertum.

Gambar 2.13
Elphidium incertum

1.6 Jumlah Putaran dan Jumlah Kamar Foraminifera

Susunan kamar foraminifera dapat dibagi menjadi:

1. Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar

terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama.

Contohnya: Hastigerina.

2. Trochospiral yaitu sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua

kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak

sama. Contohnya Globigerina .


3. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospial, kemudian planispiral

menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh

Pulleniatina.

Adapun cara menghitung jumlah putaran pada cangkang foraminifera kita

harus dapat melihat dahulu arah putarannya, apakah searah jarum jam atau

berlawanan, ini dapat dilihat dari perkembangan kamarnya. Setelah itu ditentukan

nomor urutan perkembangan kamarnya mulai dari yang terkecil sampai yang

terbesar. Barulah dapat ditarik garis yang memotong kamar satu, kamar nomor

dua, dan seterusnya hingga amar terakhir. Setelah itu, hitung jumlah putarannya.

1.7 Ornamen Foraminifera

Hiasan dipakai sebagai penciri khas untuk genus atau spesies.

Berdasa letaknya, hiasan dibagi atas beberapa :

1.7.1 Ornamen Pada Permukaan Test

a. Punctuate: berbintik-bintik

b. Smooth: mulus/licin

c. Reticulate: mempunyai sarang lebah

d. Pustulose: tonjolan-tonjolan bulat

e. Cancallate: tonjolan-tonjolan memanjang

1.7.2 Ornamen Pada Permukaan Suture

a. Bridge: bentuk seperti jembatan

b. Limbate: bentuk suture yang menebal

c. Retral processes: bentuk suture zig-zag

d. Raisced bosses: bentuk tonjolan


1.7.3 Ornamen Pada PermukaanUmbilicus

a. Umbilical plug: umbilical yang mempunyai penutupDeeply umbilical:

umbilical yang berlubang dalam

b. Open umbilical: umbilical yang terbuka lebar

c. Ventral umbo: umbilibus yang menonjol ke permukaan

1.7.4 Ornamen Pada Permukaan Peri-peri

a. Keel: lapisan tepi yang tipis dan bening

b. Spine: lapisan yang menyerupai duri runcing

1.7.5 Ornamen Pada Permukaan Aperture

a. Tooth: menyerupai gigi

b. Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal

c. Bulla: bentuk seginam teratur

d. Tegilla: bentuk seginam tidak teratur

Gambar 2.14 Ornamen pada Fosil Foraminifera


2.8 Famili, Genus dan Spesies Foraminifera Bentonik

1. Genus Lagena Walker & Jacob, 1798

Ciri-ciri

 Cangkang berbentuk botol (flask-shaped)

 Komposisi dinding cangkang hyaline

 Apertur dengan atau tanpa leher, radiate, terminal

 Usia Jurasic-Resen

2. Genus Nodosaria Lamarck, 1812

Ciri-ciri

 Cangkang uniserial tidak terputar, rectilinier, garis sutura tegak

lurus

 Komposisi dinding cangkang hyalin

 Apertur terminal, radiate, circular

 Usia Permian-Resen

3. Genus Dentalina Risso, 1826

Ciri-ciri

 Cangkang uniserial tidak terputar, curvilinier, garis sutura tidak

tegak lurus

 Komposisi dinding cangkang hyalin

 Apertur terminal, radiate

 Usia Permian-Resen

4. Genus Heterolepa Franzenau, 1884

Ciri-ciri
 Cangkang trochospiral, tidak planoconvex

 Komposisi dinding cangkang calcareous

 Apertur interiomarginal, slit like

 Usia Cretaceous-Resen

5. Genus Rotalia/Pseudorotalia Lamarck, 1804

Ciri-ciri

 Cangkang trochospiral, lenticular sampai planoconvex

 Komposisi dinding cangkang calcareous

 Pada sisi umbilicus dilengkapi dengan plug

 Usia Cretaceous Atas-Resen.

6. Genus Lenticulina Lamarck, 1804

Ciri-ciri

 Cangkang uniserial terputar involute, keeled, lenticular,

biumbonate

 Komposisi dinding cangkang hyalin

 Apertur radial pada sudut peripheri

 Usia Trias-Resen

7. Genus Operculina d'Orbigny, 1826

Ciri-ciri

 Cangkang simetri bilateral, planispiral, evolute

 Komposisi dinding cangkang calcareous

 Apertur sederhana pada bagian dasar permukaan kamar akhir


 Usia Kapur-Resen.

8. Genus Amphistegina d'Orbigny, 1826

Ciri-ciri

 Cangkang lenticular, involute

 Komposisi dinding cangkang calcareous

 Apertur kecil

 Usia Eosen-Resen

9. Genus Elphidium Montfort, 1808

Ciri-ciri

 Cangkang planispiral, simetri bilateral, involute, mempunyai

septal bridges pada suturanya

 Komposisi dinding cagkang calcareous

 Apertur satu atau lebih

 Usia Eosen-Resen

10. Genus Textularia Defrance in de Blainville, 1824

Ciri-ciri

 Cangkang biserial

 Komposisi dinding cangkang agglutinin

 Apertur low arch pada dasar kamar terakhir

 Usia: Permian-Resen

11. Genus Bolivina d'Orbigny, 1839

Ciri-ciri
 Cangkang elongate, biserial

 Komposisi dinding cangkang calcareous

 Apertur memanjang, kadang-kadang loop-shaped dan seringkali

mempunyai gigi

 Usia Cretaceous Atas-Resen

12. Genus Uvigerina d'Orbigny, 1826

Ciri-ciri

 Cangkang elongate, teriserial

 Komposisi dinding cangkang calcareous

 Apertur terminal, bulat denga leher dan bibir serta kadang-kadang

ada gigi

 Usia: Eosen-Resen.

13. Genus Spiroloculina d'Orbigny, 1826

Ciri-ciri

 Cangkang biloculine, semua kamr terlihat dari luar

 Komposisi dinding cangkang porselen

 Apertur elongate, punya gigi pada kamar terakhir

 Usia Cretaceous Atas-Resen.

14. Genus Quinqueloculina d’Orbjgny, 1826

Ciri-ciri

 Cangkang quinqueloquline

 Komposisi dinding cangkang porselen


 Apertur terminal, bulat dengan simple atau bifid tooth

 Usia Jurasic-Resen.

2.9 Spesies Foraminifera Planktonik dan Lingkungan Pengendapannya

Adapun macam-macam spesies foraminifera planktonik beserta umurnya

yakni sebagai berikut :

Tabel 2.1 Foraminifera Bentonik dan Lingkungan Pengendapanya


No Nama foraminifera Zona Zona Zona Zona
I II III IV
1 Elphidium 
2 Rotalia 
3 Eggrella 
4 Ammobaculites 
5 Quinqueclocilina 
6 Cibicides 
7 Proteonina 
8 Triloculina 
9 Guttulina 
10 Bulimina 
11 Gaudryna 
12 Robulus 
13 Textularia 
14 Discorbis 
15 Nanion 
16 Listerella 
17 Angulogerina 
18 Pseudoglandulina 
19 Cryoidina 
20 Uvigerina 

BAB III
METODOLOGI

3.1 Metodologi

Metode yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu metode

pendeskripsian sampel secara langsung di laboratorium.

3.1 Tahapan

Dalam pelaksanaan praktikum acara III mikropaleontologi ini, terdapat

beberapa tahapan yang sistematis guna mendukung pelaksanaan praktikum ini.

Adapun tahap dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.1.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami pertama-tama melaksanakan asistensi umum. Pada

asistensi umum dipaparkan mengenai tata tertib serta peralatan yang wajib

dikenakan dan dibawa saat kegiatan praktikum. Setelahnya dilanjutkan dengan

asistensi acara III yaitu preparat bentonik. Setelah pembawaan materi singkat

terkait materi tersebut, asisten memberi tugas pendahuluan yang menjadi syarat

mengikuti kegiatan praktikum.


3.1.2 Tahap Pengambilan Data

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Mikropaleontologi,

Departemen Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan

kegiatan praktikum, pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna

mengetahui sejauh mana ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara.

Setelah responsi dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Praktikan

diminta untuk menggambar sketsa serta mendeskripsi sampel batuan yang telah

diberikan pada lembar kerja praktikum masing-masing.

3.1.3 Tahap Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar

kerja yang telah diisi serta mengamati kembali ke 8 sampel fosil foraminifera

bentonik.

3.1.4 Tahap Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi dari

asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format laporan yang

telah ditentukan. Tidak lupa untuk mengasistensikan kembali laporan tersebut

kepada masing-masing asisten kelompok.

3.1.5 Tahap Pengumpulan Laporan

Laporan yang telah selesai dan telah diasistensikan kembali serta telah

diperoleh hasil yang benar kemudian dikumpulkan di tempat dan waktu yang

telah disepakati.
Tabel 3.1 Diagram alur tahapan
praktikum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang didapatkan pada praktikum deskripsi preparat bentonik yaitu 8

fosil foraminifera bentonik dengan spesies Hormosina globulifera, Nodellum

membranaceum, Hodosinella digitata, Pseudoclavulina dominicana, Nodosarelia

decurta, Nodosarelia tucker, Nodosarelia subnodosa, dan Rectobolivina

mexicana. Dapat juga dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Spesies peraga fosil foraminifera bentonik

NO Spesies Lp
1. Hormosina globulifera Zona III

2. Nodellum membranaceum Zona III

3. Hodosinella digitata Zona III

4. Pseudoclavulina dominicana Zona III

5 Nodosarelia decurta Zona III

6 Nodosarelia tucker Zona III

7 Nodosarelia subnodosa Zona III


8 Globorotalia praemenardi Zona IV

Pada tabel diatas dapat diketahui yakni terdapat 8 macam spesies fosil

foraminifera bentonik diantaranya yaitu Hormosina globulifera, Nodellum

membranaceum, Hodosinella digitata, Pseudoclavulina dominicana, Nodosarelia

decurta, Nodosarelia tucker, dan Nodosarelia subnodosa dengan lingkungan

pengendapan di zona III (kedalaman laut 90-300 m & temperatur laut 9-13°C)

selanjutnya yaitu Globorotalia praemenardi dengan lingkungan pengendapan di

zona IV (kedalaman laut 300-1000 m & temperatur laut 5-8 °C).

4.2 Pembahasan

Berikut akan dibahas 8 sampel peraga fosil foraminifera bentonik yaitu

sebagai berikut:

4.2.1 Peraga 1

Gambar 4.1 Hormosina Globulifera


Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Hormosinaidae, genus

Hormosina dan dengan nama spesies Hormosina Globulifera.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 2 kamar, bentuk test spherical, bentuk kamar

globular , komposisi test hyalin. Ornamen yang dijumpai pada fosil ini yaitu

permukaan test punctate (berbintik).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-16 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.2 Peraga 2

Gambar 4.2 Nodellum Membranaceum


Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Nodellumnidae, genus

Nodellum dan dengan nama spesies Nodellum Membranaceum.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 10 kamar, bentuk test conical, bentuk kamar

tabular, komposisi test hyalin. Ornamen yang dijumpai pada fosil ini yaitu

permukaan test smooth (halus) dan ornamen pada peri-peri berupa keel.

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.3 Peraga 3

Gambar 4.3 Hodosinella Digitata


Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Nodosinellaidae, genus

Nodosinella dan dengan nama spesies Hodosinella Digitata.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 6 kamar, bentuk test conical, bentuk kamar

tabular, komposisi test hyalin. Ornamen yang terdapat pada fosil ini yaitu

permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.4 Peraga 4

Gambar 4.4 Pseudoclavulina dominicana


Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Pseudoclavulinaidae, genus

Pseudoclavulina dan dengan nama spesies Pseudoclavulina dominicana.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 3 kamar, bentuk test tabular, bentuk kamar

tabular, komposisi test porselen. Ornamen yang terdapat pada fosil ini yaitu

permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.5 Peraga 5

Gambar 4.5 Nodosarelia decurta


Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Nodosareliaidae, genus

Nodosarelia dan dengan nama spesies Pseudoclavulina dominicana.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 3 kamar, bentuk test conical, bentuk kamar

globular, komposisi test hyalin. Ornamen yang terdapat pada fosil ini yaitu

permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.6 Peraga 6

Gambar 4.6 Nodosarelia tucker


Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Nodosareliaidae, genus

Nodosarelia dan dengan nama spesies Nodosarelia tucker.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 5 kamar, bentuk test conical, bentuk kamar

tabular, komposisi test porselen. Ornamen yang terdapat pada fosil ini yaitu

permukaan test smooth (halus).

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.7 Peraga 7

Gambar 4.7 Nodosarelia subnodosa


Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Nodosareliaidae, genus

Nodosarelia dan dengan nama spesies Nodosarelia subnodosa.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 7 kamar, bentuk test conical, bentuk kamar

tabular, komposisi test hyalin. Ornamen yang terdapat pada fosil ini yaitu

permukaan test smooth (halus) dan ornamen pada peri-peri berupa keel.

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 90-300 meter dengan

temperatur laut 9-13 °C maka berada pada zona III. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.

4.2.8 Peraga 8

Gambar 4.8 Rectobolivina mexicana


Fosil ini berasal dari ordo Foraminifera, famili Rectobolivinaidae, genus

Rectobolivina dan dengan nama spesies Rectobolivina mexicana.

Fosil ini memiliki susunan kamar yaitu polythalamus, jumlah kamarnya

jika dilihat dari samping berjumlah 11 kamar, bentuk test conical, bentuk kamar

tabular, komposisi test porselen. Ornamen yang terdapat pada fosil ini yaitu

permukaan test smooth (halus) dan ornamen pada peri-peri berupa keel.

Berdasarkan klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Natland, 1933,

lingkungan pengendapan peraga ini berada di kedalaman 300-1000 meter dengan

temperatur laut 5-8 °C maka berada pada zona IV. Adapun kegunaannya yakni

dapat mengetahui korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik di

permukaan ataupun di bawah permukaan, mengetahui penentuan umur suatu

lapisan batuan, untuk menentukan data-data stratigrafi untuk mengetahui lapisan

sedimen yang mengandung minyak dan membantu dalam menentukan lingkungan

pengendapan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Terdapat 8 spesiel fosil foraminifera bentonik, yaitu Hormosina

globulifera, Nodellum membranaceum, Hodosinella digitata,

Pseudoclavulina dominicana, Nodosarelia decurta, Nodosarelia tucker,

dan Nodosarelia subnodosa dengan lingkungan pengendapan di zona III

(kedalaman laut 90-300 m & temperatur laut 9-13°C) selanjutnya yaitu

Globorotalia praemenardi dengan lingkungan pengendapan di zona IV

(kedalaman laut 300-1000 m & temperatur laut 5-8 °C).

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium sebagai berikut :

1. Menyediakan hand sanitizer di setiap meja praktikum.

2. Menjaga kebersihan dan kerapihan.


3. Menjaga protokol kesehatan.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Adapun saran untuk asisten sebagai berikut :

1. Mempertahankan cara mengajar yang sudah dirasa baik.

2. Memastikan praktikan paham dengan materi yang dijelaskan.

3. Mematuhi protokol kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Cushman, J.A., 1969 Foraminifera Their Classification and Economic Use,


Cambridge, Massachusets, USA Harvard University Press

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Universitas Pakuan: Bogor

Tim Asisten Laboratorium Paleontologi Universitas Hasanuddin. 2021.


Mikropaleontologi. Universitas Hasanuddin: Gowa

Anda mungkin juga menyukai