Anda di halaman 1dari 45

PENGENALAN MIKROSKOP

A. Mikroskop Stereo

A. 2 lensa objektif dan 2 lensa okuler sehingga bayangannya 3 dimensi berasal


dari pengamatan 2 mata.
B. Memiliki bidang penglìatan yang luas dan jarak kerja yang panjang. Dengan
demikian benda yang diamati lumayan jauh, sehingga mikroskop ini sanggup
digunakan untuk pembedahan.
C. Benda yang diamati sanggup kering atau dalam medium air, tebal maupun
tipis.
D. Mikroskop stereo mempunya pembesaran objek 1X atau 2X, okuler 10X atau
15X, dan pembesaran keseluruhan sampai 30X.
E. Meja sediaan berwarna putih. Kadang-kadang kaca pada meja tadi sanggup
dibalik dan berwarna hitam. Mikroskop semacam ini cocok untuk pengamatan
bersama penyinaran berasal dari atas, bersama gunakan lampu. Ada termasuk
mikroskop stereo yang meja sediaanya terbuat berasal dari kaca yang bening.
Mikroskop semacam ini sanggup digunakan untuk pengamatan bersama
penyinaran berasal dari atas maupun penyinaran berasal dari bawah.
F. Mikroskop stereo tidak ditambah bersama kondensor maupun alat pengatur
halus dan juga diafragma.
Cara Menggunakan Mikroskop Stereo
1. Periksalah mikroskop yang dapat dipakai. Bersihkan meja kacanya bersama lap
dan lensa-lensanya bersama kertas lensa.
2. Gunakan meja sediaan warna putih untuk melihat objek yang tidak transparan
dan penyinaran berasal dari atas sedang untuk mengamati objek yang
transparan sebaiknya gunakan sinar berasal dari bawah dan meja sediaan kaca
yang bening. Akan tetapi dalam prakteknya tergantung berasal dari
kelengkapan mikroskop dan selera si pengamat.
3. Objek yang diamati sanggup kering dan sanggup pula terendam air, bersama
meletakkanya di atas kaca objek, dalam cawan ataupun langsung di atas meja
kaca.

1
4. Aturlah jarak ke dua lensa okuler sehingga cocok bersama jarak kedua mata.
Jika telah sesuai, lapangan optik dapat terlihat berbentuk bulat.
5. Dengan ke dua mata, objek diamati lewat lensa okuler. Fokuskan objek
bersama memutar sekrup pengarah.
6. Setelah selesai bekerja, bersìkan meja sediaan, selanjutnya simpan mikroskop
tersebut dalam kotaknya berasal dari dan kuncilah.

Gambar Mikroskop Stereo

B. Mikroskop Binokuler
Mikroskop cahaya atau dikenal juga dengan nama "Compound light microscope"
adalah sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti cahaya
matahari sebagaimana yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada mikroskop
konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan
suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat di bawah kondensor. Cermin ini akan
mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor.

Fungsi Dan Cara Kerja

 Lensa objektif berfungsi dalam pembentukan bayangan pertama dan menentukan


struktur serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta
berkemampuan untuk memperbesar bayangan objek sehingga dapat memiliki nilai

2
"apertura" yaitu suatu ukuran daya pisah suatu lensa objektif yang akan menentukan
daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan
sebagai dua benda yang terpisah.
 Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung
berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar bayangan yang
dihasilkan oleh lensa objektif berkisar antara 4 hingga 25 kali.
 Lensa kondensor, adalah lensa yang berfungsi guna mendukung terciptanya
pencahayaan pada objek yang akan dilihat sehingga dengan pengaturan yang tepat
maka akan diperoleh daya pisah maksimal.

Gamb
ar Mikroskop Binokuler

3
PENDAHULUAN

Mikropaleontologi adalah salah satu cabang dari Paleontologi yang


membahas semua sisa organisme yang mikroskopis atau yang hanya bias diamati
dengan mikroskop. Sisa organisme tersebut dinamakan micro fossils (fosil mikro).

Pembahasan mikropaleontologi ini sesungguhnya sangat heterogen, berasal


baik dari hewan maupun dari tumbuhan. Organisme hewan dan tumbuhan yang
dimaksud ialah sebagai berikut.

Golongan hewan terdiri atas:

 Test Foraminifera
 Skelet Radiolaria
 Shell Ostracoda
 Coonodonta
 Bryozoa

Golongan tumbuhan terdiri atas:

 Test Diatomea
 Flagellata
 Polen
 Dinoflagellata

Fosil mikro dibedakan dari fosil makro karena ukuran dari fosil-fosilnya
(kurang dari 5 mm) membutuhkan cara khusus dalam hal
pengumpulan/pengambilan sampel, pengolahan serta determinasi (analisis
laboratorium).

Microfossils dan macrofossils juga dapat dibedakan dari hal-hal berikut


antara lain.

1. Jumlah fosil mikro yang terdapat jauh lebih besar daripada fosil makro
sehingga bisa dianalisis dengan cara statistik

4
2. Ukuran kecil dan terdapat dalam jumlah besar dan tersebar merata hingga
apabila diambil satu fragmen kecil pun jumlah fosilnya sudah cukup
banyak.

MIKROPALEONTOLOGI DAN KEGUNAANNYA

Mikropaleontologi adalah ilmu yang mempelajari atau membahas secara


sistematis baik mengenai klasifikasinya, morfologinya, ekologi maupun mengenai
kepentingan terhadap stratigrafi.
Studi mikropaleontologi terdiri dari cabang-cabang spesialisasi yaitu studi
mengenai foraminifera, studi mengenai Ostrakoda, studi mengenai palynology dan
sebagainya.
Pada praktikum ini yang menjadi titik fokus pengamatan ialah golongan
Foraminifera, yang merupakan fosil mikro yang masih memegang peranan
penting dalam penggunaannya dibanding fosil mikro lainnya. Foraminifera
merupakan binatang bersel tunggal yang menyusun 2.5% dari seluruh golongan
binatang di dunia dari zaman Kambrium hingga sekarang.

KEGUNAAN FORAMINIFERA

Gambar 1 Fosil Foraminifera

5
Foraminifera memiliki faktor variabilitas yang luas, jumlah banyak, serta
evolusi yang cepat sehingga sangat baik sebagai indikator biostratigrafi. Sejumlah
genus atau spesiesnya sensitif

terhadap lingkungan mengganggu, foraminifera dipergunakan dalam studi


paleoenvironment dan paleoekologi. Foraminifera berukuran kecil sangat
menguntungkan untuk penelitian meskipun didapat dari sampel yang berukuran
kecil seperti “cutting” dan “core” dari bor ataupun dari “hand samples” dari
permukaan.

Sejak 40 tahun terakhir studi foraminifera merupakan cabang studi geologi


yang penting khususnya daerah eksplorasi minyak bumi. seluruh perusahaan
minyak sering kali mengkhususkan analisis foraminifera di dalam laboratorium
untuk preparasi dan pengujian sampel. Selain itu foraminifera juga memegang
peran yang signifikan dalam preparasi peta geologi dan hidrologi.

Gambar 2 Skema Kehidupan & Kelimpahan Foraminifera di Laut

6
FORAMINIFERA PLANKTONIK

SUSUNAN KAMAR

1. Planispiral

 Terputar pada 1 bidang

 Semua kamar terlihat,

 Pandangan & jumlah kamar Ventral dan Dorsal sama.

 Contoh : Hastigerina, Hantkenina

Ventral Samping Dorsal


(5 kamar) (5 kamar)
2. Trochospiral

 Terputar tidak pada 1 bidang

 Tidak semua kamar terlihat,

 Pandangan & jumlah kamar Ventral dan Dorsal tidak sama.

 Contoh : Globigerina, Globigerinoides, Globorotalia dll.

Ventral Samping Dorsal


(4 kamar) (13 kamar)

Adapun cara menghitung jumlah putaran pada cangkang foraminifera kita


harus dapat melihat dahulu arah putarannya, apakah searah jarum jam atau
berlawanan, ini dilihat dari perkembangan kamarnya mulai dari perkembangan
kamar-kamarnya. Setelah itu ditentukan nomor urutan perkembangan kamarnya

7
mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, lalu ditarik garis yang memotong
kamar satu, kamar nomor dua dan kamar terakhir. Selanjutnya hitung jumlah
kamarnya.

BENTUK TEST

Seluruh ordo foraminifera memiliki cangkang yang dinamakan test, kecuali


pada beberapa bentuk primitif. Test foraminifera memiliki satu atau lebih kamar.
Kamar yang pertama kali terbentuk berbentuk bulat dengan satu aperture atau
lubang mulut. Selanjutnya tersusun kamar-kamar dari yang berbentuk batang atau
tabung (tabular), bulat, ovate, hingga bentuk yang lain-lainnya.

Cancellate Discoidal Biumbilicate Biconvex Flaring

Spiroconvex Umbilico- Lenticular Biumbilicate Fusiform


convex

8
Tabular Bifurcating Radiate Arborescent Irregular

Hemispherical Zigzag Conical Spherical

BENTUK KAMAR

Bentuk kamar adalah bentuk untuk masing-masing pembentuk test (cangkang)


foraminifera. Macam-macam bentuk kamar antara lain:

Spherical Pyriform Globular Oved Angular


truncate

Tubulospinate Cyclical Flatulose Tabular


Semicirculer

9
Hemispherical Angular Angular Radial Claved
Rhomboid Conical Elongate

SUTURE, SEPTA, PROLOCULUM

Gambar 3 Letak Suture, Septa dan Proloculum


SUTURE

Suture merupakan garis pertemuan antara septa dengan dinding cangkang.

1. Tertekan (melekuk), rata / muncul di permukaan test.


• Chilostomella colina (tertekan)
2. Lurus, melengkung lemah, sedang/kuat.
• Orthomorphina challengeriana (lurus)
3. Suture yang mempunyai hiasan.
• Elphidium incertum (bentuk hiasan berupa bridge)

10
APERTURE

1. Primary Aperture Interiomarginal (Aperture Utama)


- PAI. Umbilical

Aperture utama interiomarginal yang terletak di daerah umbilicus /


pusat putaran.

• Globigerina sp.

- PAI Umbilical Extra Umbilical

Aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah


umbilicus melebar sampai ke peri-peri.

• Globorotalia sp.

- PAI Equatorial

Aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah equator

Ciri : dari samping kelihatan simetri dan hanya dijumpai pada


susunan kamar planispiral.

• Hastigerina sp.

2. Secondary / Supplementary Aperture


Apertur tambahan, biasanya lebih kecil dari apertur utama.
• Globigerinoides sp.
3. Accessory Aperture

Aperture sekunder, terletak pada struktur accessory / aperture tambahan.

• Catapsydrax sp.

11
HIASAN atau ORNAMEN

 PADA PERMUKAAN TEST


Punctuate Smooth Reticulate Pustulose

Cancellate Axial Costae Spiral Costae

 PADA UMBILICIUS
Deeply Umbilicus Open Umbilicus Umbilicus Ventral Umbo

 PADA APERTURE
Flap Tooth Lip/Rim Bulla Tegilla

 PADA PERI-PERI

Keel Spine Retral processes Raised bosses

12
 PADA SUTURE

Bridge Limbate

KOMPOSISI TEST

a. Chitin / tektin
b. Aglutinin dan Arenaceous
c. Siliceous (misal: Milliolidae)
d. Calcareous / gampingan

 Kompleks

Gamping kompleks, adalah dinding dijumpai berlapis, kadang-


kadang terdiri dari satu sampai empat lapis yang homogen.

 Granular

Gamping granular, adalah dinding yang terdiri dari Kristal kalsit


yang granular.

 Hialin

Gamping hialin, terdiri dari zat-zat gampingan yang transparan dan


berpori (kebanyakan foraminifera planktonik mempunyai dinding
seperti ini)

13
 Porselen

Gampingan porselen, adalah dinding gampingan yang tidak berpori,


mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar
langsung berwarna putih opaque.

GENUS DAN SPESIES FORAMINIFERA PLANKTONIK

a. Family Globigerinidae
Family globigerinidae terdiri dari beberapa genus antara lain:
- Genus Cribohantkenina
Ciri-ciri morphologi sama dengan hantkenina tetapi kamar akhir sangat
gemuk dan mempunyai “CRISRATE” yang terletak pada plular
apertural face. Contoh: Cribrohantkenina bermudesi

Cribohantkenina bermudesi  
- Genus Hastigerina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test
biumbilicate, susunan  kamar planispiral involute atau “Loosely
Coiled”. Aperture berbentuk parabola, terbuka lebar dan terletak pada
apertural face. Contoh: Hastigerina aequilateralis.

Hastigerina aequilateralis

14
- Genus Clavigerinella
Dengan ciri-ciri morphologi dinding test hyaline. Bentuk test pipih
panjang, susunankamar involute, “radial elongate” atau “clavate”.
Contoh: Clavigerinella jarvisi

Clavigerinella
- Genus Pseudohastigerina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test
biumbilicate, susunankamar planispiral involute atau “Loosely
Coiled”. Aperture terbuka lebar, berbentuk parabol dan terletak pada
apertureal face. Genus ini dipisahkan dari Hastigerina karena testnya
yang lebih pipih.

Pseudohastigerina

- Genus Cassigerinella
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline. Susunan kamar pada
permulaan planispiral dan seterusnya tersusun secara biserial. Aperture
berbentuk parabol dan   terletak didasar apertural face. Contoh:
Cassigerinella chipolensis

Cassigerinella chipolensis

15
b. Famili Globorotaliidae
Famili ini dapat dibagi menjadi beberapa genus yaitu:
- Genus Globorotalia
Ciri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk
kamarsubglobular, atau “angular conical”. Aparture memanjangdari
umbilicus ke pinggir test.

Globorotalia ungulata
- Genus Truncorotaloides
Ciri-ciri morphologi bentuk test truncate, bentuk kamarangular
truncate. Susunan kamar umbilical convex trochospiral dengan deeply
umbilicus. Aperture terbuka lebar yang memanjang dari umbilicus ke
pinggir test. Ciri-ciri khasnya dari genus ini ialah terdapatnya sutural
supplementary aperture dan dinding test yang kasar (seperti berduri)
yang pada genus globorotalia hal ini tidak akan dijumpai. Subgenus ini
tidak dibahas lebih lanjut, karena terdapat pada lapisan tua Eosen
Tengah. Contoh: Truncorotaloides rahri

c. Family Globigeriniidae
Famili ini dapat dibagi menjadi beberapa genus yaitu:
- Genus Globigerina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical,
bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbuka
lebar dengan bentuk parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture ini
disebut umbilical aperture.

Globigerina bulloides

16
- Genus Globigerinoides
Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai
supplementaryaperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
globigerinoides ini adalahGlobigerina yang mempunyai supplementary
aperture. Contohnya: Globigerinoides primordius.

Globigerinoides primordius
- Genus globoquadina
Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk
kamar globural, dan susunan kamar trochoid. Aperture terbuka lebar
dan terletak padaumbilicus dengan segi empat yang kadang-
kadang empunyai bibir. Contohya: Globoquadrina alrispira
- Genus Globorotaloides
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Globorotalia tetapi
umbilicusnya tertutup oleh Bulla (bentuk segi enam yang tertutup).

Globorotaloides quadrocameratus
- Genus Pulleniatina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical,
bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral terpuntir. Aperture
terbuka lebar memanjang dari umbilicus ke arah dorsal dan terletak di
dasar apertural face. Contohnya: Pulleniatina obliquiloculate (N19 –
N23).

17
Pulleniatina obliquiloculate
  
- Genus Sphaeroidinella
Ciri-ciri morphologi bentuk test spherical atau oval, bentuk kamar
globural dengan jumlah kamar tiga buah . Aperture terbuka lebar dan
memanjang didasar sutura. Pada dorsal terdapat supplementary
aperture. Spaeroidinella dehiscens Test trochospiral, equatorial peri-
peri lobulate sangat ramping, sumbu peri-peri membulat. Dinding
berlubang kasar, permukaan licin.

Sphaeroidinella dehiscens
- Genus Sphaeroidinellopsis
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Spaeroidinella tetapi tidak
mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Spaeroidiniellopsis itu adalah Spearoidinella yang tidak
mempunyai supplementary aperture.

 Sphaeroidinellopsis subdehiscens

- Genus Orbulina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test
spherical, serta aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini

18
adalah akibat dari terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya
oleh kamar terakhir. Beberapa speies yang termasuk pada genus ini
beserta gambar.  Contoh: Orbulina universa

Orbulina universa
- Genus Biorbulina
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus orbulina, tetapi terdapat dua
kamar.
- Genus Praeorbulina
Ciri-ciri morphologi bentuk test spherical atau agak lonjong. Bentuk
lonjong ini diakibatkan oleh kamar-kamar terakhir yang
menyelumbungi kamar-kamar sebelumnya. Aperture utama tidak
terlihat lagi, yang terlihat hanya supplementary aperture saja yang
berbentuk strip-strip.  
- Genus Candeina
Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk
kamar globural. Jumlah kamar tiga buah dan di sepanjang sutura
terdapat sutural supplementary aperture. Contohnya: Candeina nitida
- Genus Globigerinatheca
Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, dan
bentuk kamar globular. Susunan kamar pada permulaan trochospiral
dan kemudian berangkuman (embracing). Umbilicus tertutup dan
terdapat secondary aperture yang berbentuk parabol dan kadangkadang
tertutup bulla.
- Genus Globigerinita
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus globigerina tetapi dengan
bulla.

19
- Genus Globigerinatella
Ciri-ciri morphologi bentuk test spherical, susunan kamar pada
permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman. Umbilicus samar-
samar karena  tertutup bulla. Terdapat sutural secondary aperture
bullae dengan infralaminal aperture.

Globigerinatella
- Genus Catapsydrax
Ciri-ciri morphologi bentuk test spherical, susunan kamar trochospiral.
Memiliki hiasan pada aperture yaitu berupa “bulla” pada
catapsydrax  dissimilis dan “tegilla” pada catapsydrax stainforthi.
Dengan memiliki accessory  aperture yaitu “infralaminal accessory
aperture” pada tepi hiasan aperturenya. Contohnya: Catapsydrax
dissimilis

Catapsydrax dissimilis

20
FORAMINIFERA BENTONIK
Foraminifera bentonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan
cara menambatkan diri dengan menggunakan vegile atau sesile serta hidup di
dasar laut pada kedalaman tertentu.
Foraminifera bentonik dapat pula hidup pada kedalaman-kedalaman tertentu
yakni sebagai berikut.
 Hidup pada kedalaman antara 0-100 meter (litoral)
 Hidup pada kedalaman antara 0-200 meter (neritik)
 Hidup pada kedalaman200-2000 meter (bathyal)
 Hidup pada kedalaman >2000 meter (abysal)
Fosil bentonik juga dapat digunakan dalam memecahkan masalah geologi
antara lain sebagai berikut.
1. Sebagai fosil petunjuk
2. Digunakan dalam pengkorelasian batuan
3. Penentuan lingkungan pengendapan pada lapisan batuan

SUSUNAN KAMAR
1. Monothalamus Test
Merupakan susunan dan bentuk akhir kamar-kamar foram bentonik hanya
terdiri dari satu macam kamar. Bentuk test dari monothalamus yang telah
diketahui ada 5 macam yaitu:

a. Tabular/Tabug: Hyperamina

b. Flash Shape/botol: Lagena


c. Planispiral: Amodiscus

21
d. Kombinasi tabular dan
globular: Rectocornuspira

2. Polythalamus Test
Merupakan susunan bentuk akhir kamar-kamar foram yang terdiri dari lebih
satu kamar (biasanya jumlah kamar banyak).
Macam-macam bentuk polythalamus test:

a. Bentuk Close Coil: b. Bentuk Evolute: Operulina


Annulacibicides

c. Bentuk Involute: Robulus

d. Bentuk Fan Shape: Pavonima

22
e. Bentuk Uniserial, test terbentuk dalam satu susunan kamar-kamar yang
menimbulkan bermacam bentuk pula yaitu sebagai berikut
 Uniserial berleher: Uvigerina

 Uniserial tanpa leher: Nodosaria

 Uniserial equitant

 Uniserial curvilinier: Dentalina

23
 Uniserial terputar, terdiri dari beberapa bentuk yaitu
– Planispiral: Cornuspira

– Nautiloid: Nonion, Nonnionella

– Rotaloid: Rotalia, Endothyra

 Bentuk Biserial, yaitu test yang tersusun atas dua baris susunan kamar.
Contohnya Textularia

24
 Triserial, test yang tersusun oleh 3 baris susunan kamar. Contohnya
Bullimina, Verneulina

 Kombinasi biserial-uniserial. Contohnya Bigerina

 Kombinasi triserial-uniserial. Contohnya Clavulina

 Kombinasi triserial-biserial. Contohnya Caudryina

 Kombinasi coiled-uniserial. Contohnya Ammobacallites

25
 Kombinasi coiled-biserial. Contohnya Spiroplectammina

 Bentuk lain yang kurang beraturan bahkan bercabang-cabang. Seperti:


- Arborescent: Dendophyra
- Fistulosa: Sigmomorphina

BENTUK TEST

Seluruh ordo foraminifera memiliki cangkang yang dinamakan test, kecuali pada
beberapa bentuk primitif. Test foraminifera memiiki satu atau lebih kamar. Kamar
yang pertama kali terbentuk berbentuk bulat dengan satu aperture atau lubang
mulut. Selanjutnya tersusun kamar-kamar dari yang berbentuk batang atau tabung
(tabular), bulat, ovate, hingga bentuk yang lain-lainnya.

26
Cancellate Discoidal Biumbilicate Biconvex Flaring

Spiroconvex Umbilico- Lenticular Biumbilicate Fusiform


convex

Tabular Bifurcating Radiate Arborescent Irregular

Hemispherical Zigzag Conical Spherical

27
BENTUK KAMAR

Bentuk kamar adalah bentuk untuk masing-masing pembentuk test cangkang


foraminifera. Macam-macam bentuk kamar antara lain:

Spherical Pyriform Globular Oved Angular truncate

Tubulospinate Cyclical Flatulose Tabular Semicirculer

APERTURE

Aperture merupakan lubang utama pada cangkang foraminifera yang


berfungsi sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma

Bundar Cribate Phyaline Crescentric Slitlike Multiple Radiate

HIASAN atau ORNAMEN

 PADA PERMUKAAN TEST


Punctate Smooth Reticulate Pustulose

28
Cancellate Axial Costae Spiral Costae

 PADA UMBILICIUS

Deeply Umbilicus Open Umbilicus Umbilicus Ventral Umbo

 PADA APERTURE
Flape Tooth Lip/Rim Bulla Tegilla

PADA PERI-PERI
Keel Spine

 PADA SUTURE

Bridge Limbate Retral processes Raised bosses

KOMPOSISI TEST

a. Chitin / tektin
b. Aglutin dan Arenaceous

29
c. Siliceous (mis: Milliolidae)
d. Calcareous / gampingan
Kompleks

Gamping komplek, adalah dinding dijumpai berlapis, kadang-kadang


terdiri dari satu sampai empat lapis yang homogen.

Granular

Gamping granular, adalah dinding yang terdiri dari Kristal kalsit


yang granular.

Hyalin

Gamping hialin, terdiri dari zat-zat gampingan yang transparan dan


berpori (kebanyakan foraminifera planktonik mempunyai dinding
seperti ini)

Porselen

Gampingan porselen, adalah dinding gampingan yang tidak berpori,


mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar
langsung berwarna putih opaque.

BEBERAPA GENUS FORAMINIFERA BENTONIK

1. Genus Lagena Walker & Jacob, 1798


Ciri-ciri:
- Cangkang berbentuk botol (flask-shaped)
- Komposisi dinding cangkang hyalin
- Apertur dengan atau tanpa leher, radiate, terminal
Usia: Jurasic-Resen

30
Lagena sp

2. Genus Nodosaria Lamarck, 1812


Ciri-ciri:
- Cangkang uniserial tidak terputar, rectilinier, garis sutura tegak lurus
- Komposisi dinding cangkang hyalin
- Apertur terminal, radiate, circular
Usia: Permian-Resen

Nodosariasp

3. Genus Dentalina Risso, 1826


Ciri-ciri:
- Cangkang uniserial tidak terputar, curvilinier, garis sutura tidak tegak
lurus
- Komposisi dinding cangkang hyalin
- Apertur terminal, radiate
Usia: Permian-Resen

Dentalina submeciata Parr

4. Genus Heterolepa Franzenau, 1884


Ciri-ciri:
- Cangkang trochospiral, tidak planoconvex
- Komposisi dinding cangkang calcareous

31
- Apertur interiomarginal, slit like
Usia: Cretaceous-Resen

Heterolepa sp

5. Genus Rotalia/Pseudorotalia Lamarck, 1804


Ciri-ciri:
- Cangkang trochospiral, lenticular sampai planoconvex
- Komposisi dinding cangkang calcareous
- Pada sisi umbilicus dilengkapi dengan plug
Usia: Cretaceous Atas-Resen

Pseudorotalia sp

6. Genus Lenticulina Lamarck, 1804


Ciri-ciri:
- Cangkang uniserial terputar involute, keeled, lenticular, biumbonate
- Komposisi dinding cangkang hyalin
- Apertur radial pada sudut peripheri
Usia: Trias-Resen

32
Lenticulina sp

7. Genus Operculina d’Orbigny, 1826


Ciri-ciri:
- Cangkang simetri bilateral, planispiral, evolute
- Komposisi dinding cangkang calcareous
- Apertur sederhana pada bagian dasar permukaan kamar akhir
Usia: Kapur-Resen

Operculina sp

8. Genus Amphistegina d’Orbigny, 1826


Ciri-ciri:
- Cangkang lenticular, involute
- Komposisi dinding cangkang calcareous
- Apertur kecil
Usia: Eosen-Resen

33
Amphistegina sp

9. Genus Elphidium Montfort, 1808


Ciri-ciri:
- Cangkang planispiral, simetri bilateral, involute, mempunyai septal
bridges pada suturanya
- Komposisi dinding cagkang calcareous
- Apertur satu atau lebih
Usia: Eosen-Resen

10. Genus Textularia Defrance in de Blainville, 1824


Ciri-ciri:
- Cangkang biserial
- Komposisi dinding cangkang agglutinin
- Apertur low arch pada dasar kamar terakhir
Usia: Permian-Resen

Textularia sp

11. Genus Bolivina d’Orbigny, 1839


Ciri-ciri:
- Cangkang elongate, biserial
- Komposisi dinding cangkang calcareous
- Apertur memanjang, kadang-kadang loop-shaped dan seringkali
mempunyai gigi

34
Usia: Cretaceous Atas-Resen

Bolivina sp

12. Genus Uvigerina d’Orbigny, 1826


Ciri-ciri:
- Cangkang elongate, teriserial
- Komposisi dinding cangkang calcareous
- Apertur terminal, bulat denga leher dan bibir serta kadang-kadang ada
gigi
Usia: Eosen-Resen

Uvigerina sp

13. Genus Spiroloculina d’Orbigny, 1826


Ciri-ciri:
- Cangkang biloculine, semua kamr terlihat dari luar
- Komposisi dinding cangkang porselen
- Apertur elongate, punya gigi pada kamar terakhir
Usia: Cretaceous Atas-Resen

35
Spiroloculina sp

14. Genus Quinqueloculina d’Orbigny, 1826


Ciri-ciri:
- Cangkang quinqueloquline
- Komposisi dinding cangkang porselen
- Apertur terminal, bulat dengan simple atau bifid tooth
Usia: Jurasic-Resen

Quinqueloculina sp

36
NANNOFOSIL
1. Pengertian Nannofossils
Nannofossil merupakan salah satu mikrofosil yang penting dalam studi
biostratigrafi. Nannofossil merupakan sisa dari coccolitophore atau organisme
bersel satu yang bersifat eukariotik (algae) yang hidup di laut. Algae merupakan
tumbuhan yang sangat membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintetis
sehingga merupakan organisme yang hidup terapung di dekat permukaan
(planktonik).
Nannofossil umumnya memiliki ukuran kurang dari 30µm dan biasanya
antara 5-10 µm untuk individu coccolith. Nannofossil merupakan indicator umur
sedimen yang paling tepat untuk batuan sedimen laut mulai dari umur Jura –
Resen karena evolusi yang cepat dan distribusi geografis yang luas. Kemunculan
awal dan kemunculan akhir untuk spesies Nannofossil biasanya terjadi pada
horizon yang sama secara global dan akurasi dari umur sedimennya ± 1 juta
tahun.

2. Coccolith Morphology

Coccolitophore dapat menghasilkan dua jenis coccolith yaitu heterococcolith


dan holococcolith, yang dibedakan berdasarkan morfologi, proses pembentukan,
serta siklus hidup ketika coccolith itu diproduksi.
a. Heterococcolith
Heterococcolith berbentuk melingkar cenderung elips, jarang yang
berbentuk polygonal, cakram atau cincin beberpa pula ada yang berbentuk
radial.
b. Holococcolith
Holococcolith biasanya berbentuk cakram atau kubah (berbentuk cakram
atau kubah) biasanya berbentuk O.
c. Nannoliths
Kebanyakan dari nannolith menunjukkan bentuk heteroccoclith seperti
simetri rotasi, bentuk kristal kompleks,serta menyerupai piring.

37
38
Gambar 1.1 Morfologi coccolith

3. Fungsi Coccolith
Meskipun telah banyak pendapat mengenai fungsi coccolith, namun belum
ada penjelaan yang pasti. Coccolith menjadi pelindung dinding sel yang halus dari
kerusakan, baik disebabkan oleh bakteri, virus ataupun karena proses kimia.
Namun belum ada bukti yang jelas bahwa coccolith merupakan pertahanan yang
efektif dari kerusakan-kerusakan tersebut.

4. Kelebihan dan Kekurangan Nannofossil

a. Kelebihan
 Pengawetan yang baik karena berukuran kecil sehingga tidak
terlalu terpengaruh pada proses mekanik sedimentasi.
 Penyebaran geografis yang luas, hidup di zona fotik di hampir
semua lingkungan laut.
 Jumlah yang sangat banyak, nanofosil dapat ditemukan dalam
batuan sedimen yang sedikit.
b. Kekurangan

39
 Sangat terpengaruh factor CCD (Carbonat Compensation Depth)
sehingga tidak terawetkan dengan baik di laut lebih dalam.
 Karena berukuran sangat kecil sangat mudah untuk terjadi
kontaminasi dalam proses preparasi.

Gambar 1.2 (I) Syraeosphaera pulchra (2,3) Emiliania huxleyi (4) Prediseosphaera
ponticula (5) Calyptrolithophora papill (6) Calyptrosphaera oblonga (7) Syraeolithus eatill
(8) Anfraews youngii (9) 'Braarudosphaera bigelowii (10) Discoaster sureulus
(II) Mieula coneava; dan (12) Triquetrorhabdulus rugosus.

40
CARA PENGAMBILAN SAMPEL

1. Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-
informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta
geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan
batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi
yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.
Secara umum, pekerjaan pemetaan geologi lapangan mencakup observasi
dan pengamatan singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur
kedudukan batuan, mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel batuan,
membuat catatan pada buku lapangan dan memplot data geologi hasil pengukuran
keatas peta topografi (peta dasar).
2. Pengambilan Sampel
Sampling atau pengambilan contoh/sampel adalah dasar daripada suatu
pekerjaan geologi. Yang disebut sampling adalah suatu proses untuk mendapatkan
sebahagian hasil dari suatu massa yang besar dan cukup representatif untuk
mewakili massa asli. Adapun secara spesifik, sampel dapat dikatakan sebagai
sekumpulan material yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih
(endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi)
termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan)
tersebut. Proses pengambilan sampel tersebut disebut sampling (pemercontohan).
3. Lintasan (traverse)
Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan
lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan.
Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum
seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan
yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai
atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan
dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan
lintasan-lintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat
mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada
2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai
titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat
loop (titik awal dan titik akhir sama).
Namun yang penting diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh
dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan
kompas dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured
section) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di

41
sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk
mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi
dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan
pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi
litologi keseluruhan wilayah.
4. Measuring Section
Measuring section (penampang terukur) dilakukan dengan tujuan:
- Mendapatkan dan mempelajari secara detail dan mendalam hubungan
stratigrafi antar satuan batuan apakah hubunganya selaras atau tidak
selaras serta urut-urutan sedimentasi dalam arah vertical secara detail
untuk menginterpretasikan lingkungan pengendapan. 
- Mendapatkan ketebalan yang detail dari tiap-tiap satuan stratigrafi.
- Mendapatkan data batuan atau litologi secara detail dan utuh dari urutan-
urutan perlapisan dari lapisan yang paling muda ke lapisan yang lebih tua
dari suatu satuan stratigrafi 

Perencanaan lintasan yang akan diukur


Sebelum membuat pengukuran secara detail, diperlukan perencanaan
lintasan pengukuran dan ada beberapa hal pendahuluan yang harus dilihat,
diantaranya: 
• Kedudukan dari bidang lapisan (strike & dip), apakah lapisannya curam,
landai, vertikal atau horizontal (dip <5derajat)
• Jurus dan kemiringan dari lapisan itu konstan menerus atau berubah.
• Tentukan urutan dari tua ke muda 
• Mencari kemungkinan adanya lapisan penunjuk "marker" yang dapat
dijadikan guide oleh sebagian ataupun seluruh daerah penelitian.

Teknis Pengukuran
Untuk metode yang digunakan untuk mengukur penampang stratigrafi
banyak caranya. Tetapi, salah satu cara yang paling umum dan mudah digunakan
di lapangan adalah measurement dengan memakai pita ukur (meteran) dan
kompas. Sebisa mungkin untuk pengukuran tebal agar arah pengukuran tegak
lurus pada jurus perlapisan, Sehingga koreksi-koreksi yang rumit dapat dihindari

Teknis Pengukuran Tebal Lapisan


Untuk pengukuran tebal lapisan, jarak paling pendek diantara bidang
alas/ bawah (bottom) dan bidang atas (top) adalah tebal lapisan sebenarnya.
Seharusnya perhitungan tebalnya yang sangat tepat harus dilakukan dalam bidang
yang benar-benar tegak lurus jurus lapisan tersebut. Bilamana pengukuran tidak
tegak lurus maka jarak terukur tersebut yang diperoleh harus dikoreksi terlebih
dahulu terhadap ketebalan lapisan sebenarnya.

42
Sebelum melakukan penelitian mikrofosil adapun tahap-tahap persiapan
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Sampling
Sampling adalah proses pengambilan sampel dari lapangan. Jika untuk
fosil mikro maka yang diambil adalah contoh batuan. Batuan yang diambil
haruslah batuan yang masih dalam keadan insitu, yaitu batuan yang masih
ditempatnya. Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya dengan
memperhatikan tujuan yang akan dicapai. Untuk mendapatkan sampel yang baik
diperhatikan interval jarak tertentu terutama untuk menyusun biostratigrafi. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel dilapangan,
yaitu :
1. Jenis batuan
2. Metode sampling
3. Jenis sampel
4. Jenis Batuan
Fosil mikro pada umumnya dapat dijumpai pada batuan berfraksi halus.
Namun perlu diingat bahwa jenis-jenis fosil tertentu hanya dapat dijumpai pada
batuan-batuan tertentu. Kesalahan pengambilan sampel berakibat pada tidak
dijumpai fosil yang diinginkan. Fosil foraminifera kecil dapat dijumpai pada
batuan napal, kalsilutit, kalkarenit halus, batupasir karbonatan halus. Fosil
Foraminifera besar, dapat dijumpai pada Kalkarenit, dan Boundstone
2. Metode Sampling
Beberapa prosedur sampling pada berbagai tipe sekuen sedimentasi dapat
dilakukan seperti berikut ini :
a. Splot sampling dalah dengan interval tertentu, merupakan metoda terbaik
untuk penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada
lapisan serpih tebal, batu gamping dan batulanau. Pada metoda ini dapat
ditambahkan dengan “channel sample” (parit sampel) sepanjang ± 30 cm
pada setiap interval 1,5 meter.
b. Channel Sampling (sampel paritan) Dapat dilakukan pada penampang
lintasan yang pendek (3-5 m) pada suatu litologi yang seragam. Atau pada
perselingan batuan yang cepat, channel sample dilakukan pada setiap
perubahan unit litologi. Splot Sampling juga dilakukan pada lapisan serpih
yang tipis atau sisipan lempung pada batupasir atau batu gamping, juga pada
serpih dengan lensa tipis batugamping
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel batuan, yaitu :
1. Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena
dikhawatirkan fosilnya sudah terdisplaced atau tidak insitu.

43
2. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung fosil,
karena batuan yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil. Batuan yang
dapat mengawetkan fosil antara lain batulempung (claystone), batuserpih
(shalestone), batunapal (marlstone), batutufa napalan (marly tuffstone),
batugamping bioklastik, batugamping dengan campuran batupasir sangat halus.
3. Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.
4. Jika endapan turbidite diambil pada endapan berbutir halus, yang
diperkirakan merupakan endapan suspensi yang juga mencerminkan kondisi
normal.
5. Jenis Sampel
Langkah-langkah proses pencucian batuan adalah sebagai berikut :
1. Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga
berukuran dengan diameter 3-6 mm.
2. Larutkan dalam larutan H2O2 (hydrogen peroksida) 50% diaduk dan
dipanaskan.
3. Diamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24 jam) jika fosil
masih nampak kotor dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan
air sabun, lalu dibilas dengan air sampai bersih.
4. Keringkan dengan terik matahari dan fosil siap untuk diayak.
5. Pemisahan fosil
Cara memisahkan fosil-fosil dari kotoran adalah dengan menggunakan jarum
dari cawan tempat contoh batuan, untuk memudahkan dalam pengambilan
fosilnya perlu disediakan air (jarum dicelupkan ke air terlebih dahulu sebelum
pengambilan), pada saat pengambilan fosil dari pengotor harus dilakukan dengan
hati-hati, karena apabila pada saat pengambilannya tidak hatihati maka fosil
tersebut bias jatuh dan bias juga pecah, sehingga tidak bisa untuk dilanjutkan
pendeskripsiannya.

44
DAFTAR PUSTAKA

Bandy, O.L., 1961. Distribution of Foraminifera, Radiolaria and Diatoms in

Sediments of the Gulf of California. Micropaleontology.

Bolli, H.M., Saunders, J.B., & Perch-Nielsen, K., 1985. Plankton Stratigraphy.

Cambridge University Press.

Boltovskoy, E. & Wright, R., 1976. Recent Foraminifera ; Rd. W. Junk b.v.

Publishers.

Rahardjo, W., 1982. Mikropaleontologi: Diktat Kuliah. Lab. Mikropaleontologi,

Jurusan Teknik Geologi FT-UGM

Kennett, J., 1982. Marine Geology. Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs,

45

Anda mungkin juga menyukai