PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Sel merupakan unit terkecil dari suatu bentuk kehidupan. Sel sebagai individu
yang berfungsi untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan
hidupnya. Tahun 1829 oleh Hertwig mengemukakan bahwa sel adalah
kumpulan substansi hidup yang disebut protoplasma dengan di dalamnya
mengandung inti yang disebut nucleus dan diluarnya dibatasi oleh dinding
sel. Berdasarkan organisasi internal tipe sel mikroorganisme dibedakan
menjadi dua bagian yaitu sel prokariotik dan eukariotik.
2
memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah dan air seni. Kadar
hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan setelah itu
kadarnya menurun terus perlahan, dan hampir mencapai kadar normal
beberapa saat setelah persalinan.
B. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Mikroskop
1. Definisi dari Mikroskop
Mikroskop dalam bahasa yunani: micros = kecil dan scopein = melihat,
adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti
sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata (Pramudita, 2012).
Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan
dan penelitian dalam bidang biologi, Karena dapat digunakan untuk
mempelajari struktur benda-benda yang kecil/micron (Safru, 2009).
2. Jenis-jenis Mikroskop
Berdasarkan sumber iluminasinya dikenal dua kelompok utama
mikroskop, yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop
cahaya menggunakan gelombang cahaya sebagai sumber iluminasinya,
yang termaksud mikroskop cahaya antara lain: mikroskop medan terang
(Brightfield), mikroskop medan gelap (Darkfield), mikroskop fase kontras
(Contras phase) dan pendar flour (Flourescence).
Mikroskop cahaya (light microscope, LM), mikroskop ini paling sering di
gunakan di laboratorium. Cahaya tampak di lewatkan melalui spesimen
dan kemudian menembus lensa kaca. Lensa ini merefaksi cahaya
sedemikian rupa sehingga bayangan spesimen di perbesar sewaktu
bayangan itu di proyeksikan ke mata kita.
Dua nilai penting mikroskop adalah daya pembesaran dan penguraiannya
atau resolusi. Daya urai merupakan ukuran kejelasan citra yaitu jarak
minimum dua titik yang dapat di pisahkan dan masih dapat di bedakan
sebagai dua titik terpisah. Mikroskop dapat didesain untuk memperbesar
4
objek sebesar yang diinginkan, tetapi mikroskop cahaya tidak pernah
menguraikan rincian yang lebih halus. Penguraian (resolusi) ini dibatasi
oleh panjang gelombang cahaya tampak yang digunakan untuk menerangi
spesimennya. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif hingga
kira kira 1000 kali ukuran specimen sebenarnya, perbesaran yang lebih
akan meningkatkan kekaburan. Sebagian besar struktur subseluler atau
organel terlalu kecil di uraikan mikroskop cahaya. Pada umumnya
mikroskop memiliki bagian mekanik dan optik.
5
12) Revolver, tempat lensa obyektif melekat dan dapat diputar ke kiri
dan ke kanan
b. Bagian optik
1) Lensa okuler, terletak dekat mata dan berada di ujung atas tubus.
Lensa ini dapat diganti dengan lensa okuler lain sesuai perbesaran
yang dikehendaki. Caranya dengan menarik lensa ke atas sehingga
lepas dari tubus. Ada du macam lensa okuler, yaitu lensa ukuler
perbesaran lemah ( 5 x atau 6 x ) dan lensa okuler perbesaran kuat (
10 x ztzu 12,5 x ). Pada mikroskop cahaya minokuler lensa
okulernya hanya satu, sedangkan pada binokuler lensa okulernya
ada dua.
2) Lensa obyektif, terletak dekat sediaan dan ditempatkan pada
revolver dengan cara menempatkan pada ukuran yang tersedia. Ada
tiga macam lensa obyektif pada revolver, yaitu lensa obyektif
perbesaran lemah ( 4 x, 10 x ), perbesaran sedang ( 45x ) dan
perbesaran kuat ( 100 x ). Bila hendak mengganti ukuran lensa,
maka turunkan meja kondensor dan putarlah revolvernya sehingga
lensa obyektif yang dikehendaki berada tepat dibawah tubus
( kedudukan vertikal ). Bila kedudukan lensa sudah tepat, maka
akan terdengar bunyi ’tik’ pada waktu revolver diputar.
3) Kondensor dan iris diafragma, untuk pengaturan cahaya masuk ke
dalam mikroskop
4) Cermin, untuk pengaturan pemantulan cahaya. Ada dua sisi cermin,
satu sisi rata dan lainnya cekung.
6
c. Naikkan kondensor sampai maksimal dengan memutar tombol
kondensor;
d. Letakkan preparat di meja preparat/meja mikroskop;
e. Turunkan tabung mikroskop sampai lensa obyektif hampir menyentuh
gelas penutup;
f. Melalui lensa okuler, amati preparat sampai terfokus dengan mengatur
pengatur kasar dan pengatur halus.
g. Perhatikan bayangan melalui lensa okuler, dan dengan menggunakan
pemutar kasar, gerakkan lensa objektif menjauhi atau mendekati
objek.
h. Atur posisi bayangan agar terlihat di tengah medan pengamatan.
i. Jika bayangan belum terlihat jelas, jangan menggunakan lensa objektif
yang memiliki perbesaran kuat.
j. Pada saat memindahkan lensa objektif dari perbesaran lemah ke
perbesaran kuat, harus selalu melihat ke posisi lensa obyektif , supaya
tidak terjadi benturan yang tibatiba antara lensa objektif dengan
spesimen sehingga menyebabkan kerusakan atau pecahnya spesimen.
k. Jangan mengarahkan cermin ke arah sinar matahari secara langsung,
yang memantul ke mata sehingga dapat mengganggu penglihatan
(Sumarno, 2008).
l. Peralatan harus dibersihkan setelah digunakan. Gunakan kain yang
lembut untuk membersihkan bagian logamnya. Lensa yang kotor
harus dibersihkan dengan kain yang lembut, kapas pengisap atau
kertas lensa yang telah dibasahi dengan xylol. Bersihkan lensa dengan
kertas lensa. Beri sedikit air pada kertas lensa sebelum digunakan
untuk memataupun jamur ini menempel pada lensa sehbersihkan
lensa. Beri alkohol pada kertas lensa jika kotoran yang ada pada lensa
agak sulit dihilangkan (Daningsih, 2013).
5. Perawatan Mikroskop
a. Mikroskop harus disimpan di tempat sejuk, kering, bebas debu dan
bebas dari uap asam dan basa.Tempat penyesuaian yang sesuai ialah
7
kotak mikroskop yang dilengkapi dengan silica gel, yang bersifat
higroskopis, sehingga lingkungan sekitar mikroskop tidak lembab.
Selain itu dapat pula diletakkan dalam lemari yang diberi lampu untuk
mencegah tumbuhnya jamur, atau seperti gambar ini .
b. Lensa-lensa mikroskop (okuler, objektif, dan kondensor) dibersihkan
dengan menggunakan tisue lensa yang diberi alkohol 70%. Jangan
sekali-kali membersihkan lensa menggunakan sapu tangan atau lap
kain.
c. Sebelum menyimpan mikroskop, bersihkan selalu mikroskop tersebut,
terutama hapus semua minyak imersi di permukaan lensa, sehingga
partikel yang halus tidak menempel dan menggumpal serta
mengering. Minyak dan partikel halus pada lensa dapat
mengaburkannya dan menyebabkan goresan. Hal ini menurunkan
kemampuan lensa. Preparat yang tertinggal di atas meja mikroskop
merupakan pertanda jelas suatukelalaian/kecerobohan.
d. Sebelum menyimpan mikroskop, meja mikroskop diatur lagi dan lensa
objektif dijauhkan dari meja preparat dengan memutar alat
penggeraknya ke posisi semula, kondensor diturunkan kembali, lampu
dikecilkan intensitasnya lalu dimatikan (kalau mikroskop listrik).
Gambar 2.1
Mikroskop Cahaya
8
B. Struktur Sel
1. Definisi Sel
Sel merupakan organisasi terkecil dari materil yang mengandung
kehidupan. Sel bersifat fundamental (mendasar) bagi sistem kehidupan
dalam ilmu Biologi karena semua organisme tersusun dari sel. Sel
disebut juga satuan fungsional makhluk hidup karena di dalam sel terjadi
proses metabolisme dan berbagai proses kehidupan, seperti reproduksi
dan eksresi. Makin besar ukuran tubuh makhluk hidup, makin banyak
jumlah sel penyusunnya.
Bentuk sel ada yang pipih, memanjang, sangat panjang dan bikonkaf.
Sedang ukuran dari sel pada umumnya microskopis. Pada manusia
diameter rata-rata kira-kira 10µ, namun pada sel-sel telur yang belum
memulai perkembangan, merupakan sel tungal yang biasanya terlihat
dengan mata biasa.
Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang
mengamati jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan
fungsional makhluk hidup. Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara
autimon asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi (Campbell, 2008).
Setiap organisme tersusun dari salah satu dari dua jenis sel yang secara
struktural berbeda yaitu sel prokariotik dan eukariotik. Hanya bakteri dan
arkea yang memiliki sel prokaritik. Protista, tumbuhan, jamur,dan hewan
semuanya memiliki sel eukariotik. Pada sel prokariotik, materi genetik
tersebar di dalam suatu badan serupa inti yang tidak dikelilingi oleh
membran. Sedangkan sel eukariotik memiliki inti yang sangat kompleks
dengan selubung inti yang terdiri dari dua membran.
2. Struktur sel
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti yang didalamya
mengandung inti yang disebut nuleus dan luarnya dibatasi oleh dinding
sel. Sel setelah bertumbuh dan berdeferensiasi akan berubah bentukknya
sesuai dengan fungsinya ada yang menjadi epidermis untuk melindungi
9
sel-sel dibagian dalamnya, dan sebagai penyedia makanan. Sel-sel
penyusun tubuh makluk hidup sangat bervariasi baik ukuran, bentuk
struktur maupun fungsinya. Secara umum sel terdiri atas membrane
plasma, sitoplasma, dan nucleus. Bagian sel lain terdiri dari mitokondria,
reticulum endoplasma, apparatus golgi, lisosom, plastid, kloroplas,
sentrosom, ribosom, vakola, inti sel, membrane inti, mikrofilamen, dan
peroksisom. Fungsi dari struktur sel adalah sebagai berikut :
a. Membran Sel / Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan
sitoplasma. Membran sel atau membran plasma merupakan bagian sel
yang paling luar yang membatasi isi sel dengan sekitarnya. Membran
sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan
keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel.
b. Dinding sel
Dinding sel terdiri dari selulosa yang kuat yang dapat memberikan
sokongan, perlindungan, dan untuk mengekalkan bentuk sel. Di
dinding sel terdapat liang yang berfungsi untuk membenarkan
pertukaran bahan diluar dengan bahan di dalam sel. Dinding sel juga
berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu.
c. Nukleus ( inti sel )
Inti sel eukariotik memiliki membrane inti. Pori pada membrane ini
memungkinkan hubungan antara nukleotida dan sitoplasma. Dalam
nukleus terdapat nucleolus ( anak inti ) yang berfungsi menyintesis
berbagai macam molekul RNA yang di gunakan dalam perakitan
ribosom. Ribosom penting dalam sintesis protein. Nukleoplasma
( cairan inti ) merupakan zat yang tersusun dari protein. Butiran
kromatin, butiran kromatin menebal menjadi kromosom yang
mengandung DNA yang berfungsi menyampaikan informasi genetic
melalui sintesis protein.
d. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan sel yang terdapat di dalam sel kecuali di
dalam inti dan organel sel. Sitoplasma Berfungsi sebagai tempat
10
penyimpanan bahan bahan kimia yang penting bagi metabolisme sel ,
seperti enzim enzim, ion ion, gula, lemak dan protein;
Didalam sitoplasma itulah berlangsung kegiatan pembongkaran dan
penyusunan zat zat melalui reaksi kimia
e. Retikulum endoplasma (RE), terdapat dua jenis retikulim endoplasma
yaitu retikulum endoplasma kasar yang berfungsi mendukung sintesis
protein dan menyalurkan bahan genetika antara inti sel dengan
sitoplasma. Sedangkan retikulum endoplasma halus memiliki enzim-
enzim pada permukaan yang berfungsi untuk sintesis lipid, glikogen,
dan persenyawaan steroid.
f. Badan golgi
Badan Golgi berfungsi fungsi untuk membentuk kantong-kantong
( vesikula ) untuk sekresi, membentuk membrane plasma, membentuk
dinding sel tumbuhan, membentuk akrosom pada spermatozoa yang
berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan
lisosom.
g. Ribosom, berfungsi sebagai tempat untuk sintesis protein.
h. Lisosom di gunakan sel untuk memecah makromolekul. Lisosom
berisi berbagai jenis enzim yang dapat memecahkan (mencerna)
polisakarida, lipid, fosfolipid, asam nukleat, dan protein. Lisosom
berperan dalam pencernaan intra sel.
i. Mitokondria adalah tempat dimana fungsi respirasi pada makhluk
hidup berlangsung. Respirasi adalah proses perombakan atau
katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi
berlangsungnya proses hidup.
j. Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel
tumbuhan. Ada tiga macam plastida, yaitu: leukoplast, kloroplast, dan
kromoplast.
k. Sentriol (Sentrosom),
11
Sentriol merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol yang terjadi
ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak
ke bagian kutub-kutub sel yang sedang membelah.
l. Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan. Cairan ini
adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola
ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel
hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
m. Kloroplas
Kloriplas merupakan Tempat berlangsungnya fotosintesis.
Gambar 2.3
sel Hewan dan Tumbuhan
C. Spermatogenesis dan Oogenesis
1. Gametogenesis
12
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel
gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis
dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan diovarium. Terdapat dua jenis
proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu
pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi
kromosom contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi
proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis,
sedangkan pembelahan meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi
2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel
kelamin atau gamet sebagai gen utama dalam proses reproduksi manusia.
Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah
kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n)
yaitu 23 pasang / 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah
kromosom pada sel baruhanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Gametogenesis terdiri 4 tahap, perbanyakan, pertumbuhan, pematangan
dan perubahan bentuk. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan
oogenesis.
2. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis
tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang
bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses
kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal
dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel
terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut
spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis
luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon, diantaranya:
13
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle
Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon /
LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai
spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal
pada spermatogenesis.
14
halus tersebar merata. Spermatosit I masih mengandung
kromosom diploid (2n). Spermatosit I ini akan mengalami
pembelahan menjadi spermatosit II melalui pembelahan
Meiosis,dimana waktu profase agak lama dimana terjadi
perubahan yang hebat dari benang-benang kromatinnya.
3) Spermatosit II
Bentuk bulat besar 12µm inti menunjukkan pemadatan kelompok
kromatin yang dihubungkan dengan benang-benang kromatin.
spermatosit II sukar dilihat oleh karena itu masa interfasenya
pendek. Sel ini ditemukan dalam ubulus pada stadium bersama-
sama sengan siakines.
4) Spermatid
Sel ini merupakan hasil pembelahan spermatosit II, intinya kecil,
dan umumnya menempati baris ketiga atau keempat dari
membrans sel.
5) Spermiogenesis
Merupakan proses perubahan dari spermatid menjadi
spermatoozoa. Pada awalnya spermatid mempunyai bentuk bulat
dengan ukuran 8µm. Berisi benang-benang kromatin atau
kelompok – kelompok padat homogen sebesar anak inti.
6) Spermatozoa
Bentuk kepala yang seperti bulan sabit telihat kurang jelas,
sedangkan ekorya jelas terlihat seperti rambut halus, dan banyak
dekat sel sentroli atau dekat lumen tubulus seminiferous.
3. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut
oogonia. Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam
kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga
usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan
siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara
15
mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya,
semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase
profase.
Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan,
ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami
kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas,
oosit melanjutkan pembelahan miosis I, hasil pembelahan tersebut berupa
dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel
berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. Pada tahap selanjutnya,
oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan
miosis II.
Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu
sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil
disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan
dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan
kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid
mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan
ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu
ovum.
Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,
diantaranya:
a. Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya
aksis hipothalamus -hipofisis - ovarium. Hipothalamus menghasilkan
hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi
hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan
LH (lutinuezing hormone).
b. FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga
terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron.
c. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon
progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron
memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
16
d. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk
estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin
merangsang produksi susu.
17
berakhir dengan hancur (lisis) sehingga terbentuk rongga sebagai
permulaan dari antrum folikuli.
d. Folikel Tersier
Seperti halnya dengan follikel sekunder, stadium ini dibagi dalam 3
sub stadium yaitu:
1) Stadium permulaan
Perkembangan oosit primer telah berhenti, zona pelusida sudah
cukup tebal. Pada waktu yang bersamaan sel follikel yang terdapat
di tengah berdegenerasi, membentuk antrum follikuli yang baru.
Antrum follikuli yang telah terbentuk mulai meluas dan berisi
cairan Liquor follikuli.
2) Stadium pertengahan
Pada stadium ini Sel folikel yang langsung mengelilingi zona
pelusida telah teratur letaknya, disebut : Corona radiata. Diluar
corona radiata, sel folikel selanjutnya disebut sel granulosa,
membentuk dinding antrum folikuli. Dengan bergabungnya antrum
folikuli dan bertambahnya liquor folikuli maka posisi sel telur
terhadap folikel menjadi eksentris.
3) Stadium terakhir
Stadium ini sering dikenal sebagai Folikel renier de graaf yaitu
suatu folikel yang sudah siap mengalami ovulasi. Keadaannya
hampir sama dengan substadium sebelumnya, hanya pada yang
terakhir ini terdapat adanya stigma, berupa dinding folikel yang
paling tipis yang nantinya akan pecah dan merupakan jalan keluar
bagi oosit sekunder.
e. Folikel de draff
Folikel ini merupakan tingkatan terakhir dalam fase folikuli. Folikel
ini terbentuk karena adanya peningkatan FSH pada ovarium. Folikel
de graaf yang matang berisi likuor folikel, mengandung estrogen dan
siap berovulasi.
f. Folikel atresia
Atresia adalah nama untuk proses degeneratif yaitu suatu keadaan
dimana oocyte dan kelenjar-kelenjarnya binasa tanpa harus mengalami
proses ovulasi.
g. Corpus Luteum
18
Corpus luteum adalah masa jaringan kuning di dalam ovarium yang
dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan
ovumnya. Corpus luteum akan berhenti memproduksi progesteron
pada saat ovum tidak dibuahi dan berkembang menjadi corpus
albikan. Pada saat ini, lapisan uterus akan meluruh.
19
d. Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi,
maka individu tersebut tidak memiliki aglutinigen(golongan darah
O)
20
Golongan darah yang lain juga dibedakan menjadi Rh+ dan Rh-. Gologan
darah Rh+ yaitu golongan darah yang mempunyai antigen Rhesus.
Golongan darah Rh- yaitu golongan darah yang tidak mempunyai antigen
Rhesus. Rh+ bersifat dominan, oleh karena itu Rh+ tidak boleh
mendonorkan darahnya ke tipe Rh- karena akan terjadi aglutinasi. Akan
tetapi orang bergolongan darah Rh- boleh menyumbangkan darah ke
orang bergolongan darah Rh+. Faktor Rh tidak begitu pengaruh dalam
transfuse darah, tetapi pada kasus tertentu dapat menyebabkan kematian
bayi dalam kandungan (Eritroblastosis fetalis). Kondisi ini berkembang
pada bayi yang belum lahir ketika ibu dan bayi memiliki jenis darah yang
berbeda, biasanya terjadi jika seorang ibu Rh- kawin dengan lelaki Rh+
maka anak dalam kandungannya akan memiliki Rh+. Saat dalam
kandungan, sel darah merah Rh+ anaknya dapat keluar menembus
plasenta ke sistem sirkulasi ibunya, yaitu saat plasenta rusak sebelum atau
sesudah bayi dilahirkan. Hal ini menyebabkan si ibu memproduksi
antibodi anti-Rh. Jika ibu hamil lagi dan anak memiliki faktor Rh+, maka
antibodi anti-Rh ibu akan masuk lewat plasenta dan merusak sel darah
merah anak. Akibatnya, terjadi kerusakan sel darah merah pada anak
kedua yang dapat menyebabkan kematian.
Gambar 2.3
Penggumpalan dan golongan darah
21
Tabel 2.1
A A b
B B a
AB A dan B -
O - a dan b
E. Sistem Estrus
Siklus esterus merupakan suatu perilaku seksual yang agresif dari hewan
betina pada saat terjadi ovulasi. Esterus ini merupakan peristiwa yang paling
meninjol dari siklus reproduksi mamalia. Oleh karena itu di sebut siklus
esterus. Pada siklus estrus tidak terjadi pendarahan karena endometrium di
serab (reabsorbsi) oleh uterus. Siklus estrus pada tikus terjadi 5 hari sekali,
beruang dan anjing setahun sekali. Siklus ini dibedakan dalam 2 tingkatan
yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler adalah pembentukan folikel
sampai masak sedangkan fase luteal adalah setelah ovulasi sampai ulangan
berikutnya dimulai. Siklus estrus pada hewan berasal dari folokel graff ke
korpus luteum. Siklus estrus dapat dibedakan menjadi 4 fase, yaitu :
1. Proestrus
Ditandai dengan adanya sel-sel epitel normal. Terjadi pembentukan
folikel sampai tumbuh maksimum. Pertumbuahan folikel ini
menghasilkan estrogen sehingga dinding uterus menjadi lebih tebal dan
halus serta lebih bergranula. Berhubungan dengan involusi fungsi corpora
lutea dan degenerasi pre ovulasi dari folikelfolikel. Preparat apus vagina
didominasi oleh sel-sel epithel berinti, yang tersusun secara sendiri atau
berkelompok.
22
2. Estrus
Fase ini ditandai dengan:
a. Adanya sel-sel epitel menanduk.
b. Produksi estrogen akan bertambah dan terjadi ovulasi sehingga
dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel
darah.
c. Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi dan betina siap
menerima sperma dari jantan. Sel-sel epitel menanduk merupakan
indikator terjadinya ovulasi.
d. Menjelang ovulasi leukosit makin banyak menerobos lapisan mukosa
vagina kemudian ke lumen. Selama masa luteal pada ovarium dengan
pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel epitel
vagina.
3. Metestrus
Pada fase diestrus ditandai dengan adanya sel epitel normal dan banyak
leukosit. Pada fase diestrus ditandai dengan adanya sel epitel normal dan
banyak leukosit. Mukosa vagina tipis, dan leukosit bermigrasi melaluinya
dan mendominasi pada preparat apus vagina. Tahap ini terjadi selama 2-
2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum
tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang
terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat
sedikit. Pada apusan vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel
leukosit.
4. Diestrus
Berhubungan dengan regresi fungsi corpora lutea. Mukosa vagina tipis,
dan lekosit bermigrasi melaluinya dan mendominasi pada preparat apus
vagina. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran yang paling kecil
karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara aktif,
terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan
memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini
hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang
dihasilkan oleh korpus leteum.
23
Gambar 2.3
Proses Estrus
F. Uji Kehamilan
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur di buahi sel seperma di saluran tuba
fallopi, telur yang telah dibuahi menuju rahim dan melekat pada dindingnya.
Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi hormon HCG
yang dapat di temukan dalam darah dan air seni. Keberadaan hormone protein
ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlamabatan haid,
yang kira-kira merupakan hari keenam sejak perlengketan janin pada dinding
Rahim. Kadar hormone ini terus bertambah hingga minggu 14-16 kehamilan,
terhitung sejak hari terakhir menstruasi.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui diagnosa kehamilan berdasarkan pada
pendeteksian keberadaan human chorionic gonadotrophin (HCG) pada darah
dan urin wanita.HCG diproduksi oleh embrio yang lazimnya tidak ada kecuali
bila seorang wanita tersebut hamil.Beberapa test yang paling modern dan
canggih dapat mendeteksi kehamilan melalui darah dan urine hanya satu
minggu setelah pembuahan,hanya saja belum banyak tersedia. Tes urine dapat
dilakukan sendiri dengan alat test yang sudah tersedia di supermarket ataupun
apotik berupa test pack. Kemudian test pack akan direndam di dalam air seni
untuk mengetahui terjadinya kehamilan atau tidak,hanya dengan melihat
jumlah garis setelah 5 menit perendaman.Test urine memiliki ketepatan 98%
24
namun kesalahan dapat terjadi,dikarenakan test yang terlalu dini dikerjakan,
keenceran urine atau kerena terlalu lama disimpan sebelum test,dan urine
terkontaminasi dengan zat sabun detergent atau yang lainnya.
Mengingat pentingnya anti HCG untuk tes kehamilan secara imunologis,
HCG dapat diperoleh dari ekstraksi urin wanita hamil karena hormon yang
diproduksi oleh plasenta ini dieksresikan dalam jumlah besar melalui urin.
HCG mempunyai sifat seperti LH pada wanita dengan produksi
gonadotropin yang rendah atau non siklis. Hormon ini juga digunakan pada
wanita dengan ovulasi pada fase luteal sehingga terjadi infertilitas atau
abortus habitualis
Gambar 2.5
Test uji kehamilan
25
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Mikroskop
1. Alat dan Bahan:
a. Mikroskop cahaya
b. Pipet tetes, kaca benda
c. Aquades
d. Preparat awetan
2. Cara kerja:
a. Persiapkan alat dan bahan
b. Keluarkan mikroskop dari kotak,buka pintu kotak mikroskop dengan
kunci yang tersedia. Angkat mikroskop dari kotak dengan tangan
kanan memegang tangkai mikroskop dan telapak kaki kiri menahan
kaki mikroskop.
c. Lihat kelengkapan yang ada pada mikroskop.
d. Mencoba mempergunakan mikroskop dan mengetahui fungsi dari
bagian-bagian mikroskop.
e. Selesai mengamati bersihkan mikroskop dan matikan lampu
mikroskop serta tutup diafragma,kembalikan perbesaran yang lemah
serta kondensor diturunkan dan kembalikan ke kotak.
B. Struktur Sel
1. Alat dan Bahan:
a. Mikroskop cahaya
b. Kaca benda
c. Pipet tetes
d. Tusuk gigi yang telah ditumpulkan
e. Tissu
f. Mukosa mulut, preparat awetan hepar
g. Aquades
h. Metilen blue.
26
2. Cara kerja:
a. Tusuk gigi di garukkan pada pipi sebelah dalam kemudian pada kaca
benda (sebelumnya kaca benda telah di bersihkan dengan tissue)
kemudian di goreskan
b. Objek di tetesi dengan metilen blue,di biarkan selama 5 menit setelah
itu dibersihkan dengan aquades dan di keringkan serta langsung
diamati di bawah mikroskop.
c. Gambar sel yang terlihat dan beri keterangan pada tiap organel sel
yang terlihat.
d. Untuk preparat awetan, di perhatikan bentuk dan bagaimana sel
menyusun jaringan.
e. Dijelaskan bagaimana hubungan antara bentuk dan bagaimana sel
menyusun jaringan dengan fungsi jaringan tersebut.
f. Setelah pengamatan selesai di lakukan kumpulkan benda yang kotor
kedalam satu tempat dan kembalikan preparat awetan ke tempat
semula.
27
e. Rapikan kembali kemudian kembalikan preparat ketempat semula dan
matikan mikroskop.
Gambar 4
Tes golongan darah
28
g. Beri tiap tetesan darah dengan serum, usahakan jumlah tetesan dan
serum sama banyak.
h. Amati perubahan yang terjadi. Apakah terjadi pengumpalan atau
tidak.
i. Catat hasil serta bersihkan benda yang terkena darah seperti kapas,
jarum dan yang lain pada tempat yang di sediakan. Serta rapikan.
Gol. Rhesus
No. Nama Gambar anti-A anti-B anti-AB anti-D
Darah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
29
F. Uji Kehamilan
1. Alat dan Bahan:
a. Urine ibu hamil muda
b. tespeck
2. Cara Kerja:
a. Tuang urin ibu hamil pada wadah
b. Menyiapkan tespeck dan memasukkan tespeck ke dalam urine selama
30 detik.
c. Menunggu 1-3 menit.Kemudian mengamati perubahan pada tespeck.
d. Jika positif hamil terlihat ada dua strip diTespeck.
30
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A. Mikroskop
1. Bagian-bagian Mikroskop Cahaya
Tabel 4.1
Bagian-bagian dalam mikroskop cahaya adalah sebagai berikut
Keterangan:
1. Lensa Okuler
1 2. Tabung Mikroskop
2 3. Revolver
4. Pengunci Tabung Kubus
3
5. Lensa Objektif
4
6. Penjepit Preparat
7. Meja Preparat
5 8. Kondensor
6 9. Pemutar Kondensor
10. Diafragma
7 1 11. Pengatur Penjepit Preparat
8 1 12.
9 1 13. Makrometer Sekrup
2 14. Mikrometer Sekrup
1 15. SaklarPengatur intentitas
0 1
Cahaya
3
16. Lampu Mikroskop
1
4
1 1
6 5
31
e. Lensa objektif untuk menentukan banyangan objek serta mempebesar
benda yang diamati.
f. Pengunci preparat untuk mengunci preparat agar tidak bergeser.
g. Meja preparat untuk meletakan objek yang akan diamati.
h. Kondensor untuk memfokuskan/mengumpulakan cahaya kebenda yang
diamati.
i. Pengatur kondensor untuk menaik-turunkan kondensor.
j. Diafragma untuk mengatur banyak cahaya yang masuk kedalam
mikroskop.
k. Pengatur penjepit preparat untuk mengatur penjepit preparat kekiri dan
kekanan.
l. Makrometer sekrup untuk mecari fokus banyangang objek secara cepat
sehingga mikroskop turun dan naik dengan cepat.
m. Mikrometer sekrup untuk mecari fokus banyangang objek secara lambat
sehingga mikroskop turun dan naik dengan lambat.
n. Penjepit preparat untuk menjepit preparat agar tidak bergeser kekiri dan
kekanan.
o. Saklar untuk memutuskan atau mengalirkan hubungan aliran listrik ke
mikroskop.
p. Pengatur intentitas cahaya untuk mengatur lampu redup atau nyala
terang.
32
Pembahasan :
33
terbalik dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula. Yang menentukan
sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop
cahaya bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan
sementara, yaitu maya, terbalik dan diperbesar. Sedangkan pada mikroskop
elektron bayangan akhir mempunyai sifat nyata, tegak dan diperbesar.
Pada pengamatan sel epitel mukosa mulut yang dimana menggunakan
mikroskop dengan perbesan 40X dan 100X, dari pembesaran yang
dilakukan, objek akan terlihat lebih jelas secara keseluruhan pada
pembesaran 40X dibanding dengan 100X, karena pada pembesaran 40X
bayangan objek yang dihasilkan akan terlihat keseluruhan dan lebih jelas,
namun pada pembesaran 100X objek akan terlihat lebih besar dan nampak
kurang jelas, terdapat beberapa bagian yang tidak terlihat karena
pembesaran tersebut. Faktor yang mempengaruhi dari pengamatan objek
tersebut yaitu dipengaruhi oleh usia mikroskop, intentitas cahaya yang
masuk kedalam mikroskop, kemudian ketelitian pengamat.
B. Struktur Sel
Sel adalah penyusun jaringan tubuh. Perubahan sel menjadi jaringan terjadi
melalui proses spesialisasi. Sel mukosa mulut termaksud ke dalam jaringan
epitelium yaitu jaringan pembatas dan pelapis yang menyelubungi atau
melapisi permukaan organ,rongga, dan saluran baik di luar maupun di dalam
tubuh.
34
Gambar 4.2
Sel mukosa rongga mulut dari mikroskop
Gambar 4.3
Sel mukosa rongga mulut
Pembahasan :
Dari sel mukosa mulut dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
terdapat inti sel, membrane sel, dan sitoplasma dan membrane inti sel.
Fungsi dari masing-masing organ dalam sel mukosa rongga mulut adalah
sebagai berikut :
a. Membran Sel / Plasma
35
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan
sitoplasma.. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel
yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan oleh sel.
b. Membane inti sel
Merupakan lapisan yang melapisi inti sel dan berfungsi untuk
melindungi inti sel.
c. Nukleus ( inti sel )
Inti sel eukariotik memiliki membrane inti. Dalam nukleus terdapat
nucleolus ( anak inti ) yang berfungsi menyintesis berbagai macam
molekul RNA yang di gunakan dalam perakitan ribosom..
Nukleoplasma ( cairan inti ) merupakan zat yang tersusun dari protein.
Butiran kromatin, butiran kromatin menebal menjadi kromosom yang
mengandung DNA yang berfungsi menyampaikan informasi genetic
melalui sintesis protein.
d. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan sel yang terdapat di dalam sel kecuali di
dalam inti dan organel sel. Sitoplasma Berfungsi sebagai tempat
penyimpanan bahan bahan kimia yang penting bagi metabolisme sel ,
seperti enzim enzim, ion ion, gula, lemak dan protein;
Didalam sitoplasma itulah berlangsung kegiatan pembongkaran dan
penyusunan zat zat melalui reaksi kimia
36
intraseluler. Persenyawaan ini biasanya ditampung di dalam sel dalam
vesikel-vesikel kecil bermembran yang disebut granul sekresi.
Gambar 4.4
Sel Testis Tikut Putih Mikroskop
37
Gambar 4.4
Sel testis
Pembahasan :
Yang saya temukan pada mikroskop dengan preparat testis tikus putih
dengan perbasaran 40 X adalah sel spermatogonium, spermaticit I,
spermatocit II, Spermatid, Spermatozoa, Membran Basalis, Lumen,
Fibrioblast. Penjelasan dari masing-masing organel yang ditemukan dalam
mikroskop adalah sebagai berikut :
a. Spermatogonium
Sel yang paling dekat dengan membrana basalis tubulus
seminiferus. Besar sel bervariasi(±12αm) terdiri atas 2 macam sel :
Spermatogonium A pucat (Ap) berbentuk memiliki inti agak lonjong
agak jernih. Berwarna pucat oleh karena kromatin halus dan tersebar,
dan Spermatogonium B berbentuk bulat, lebih kecil, gelap, dan lebih
banyak mengandung ribosom.
b. Spermatosit I
Besarnya 8 ±αm, menyerupai spermatogonium dan inti terlihat
sangat jelas. Pada stadium interfase terlihat butir-butir kromatin
halus tersebar merata. Spermatosit I masih mengandung kromosom
diploid (2n). Spermatosit I ini akan mengalami pembelahan menjadi
38
spermatosit II melalui pembelahan Meiosis,dimana waktu profase
agak lama dimana terjadi perubahan yang hebat dari benang-benang
kromatinnya.
c. Spermatosit II
Bentuk bulat besar 12µm inti menunjukkan pemadatan kelompok
kromatin yang dihubungkan dengan benang-benang kromatin.
spermatosit II sukar dilihat oleh karena itu masa interfasenya
pendek. Sel ini ditemukan dalam ubulus pada stadium bersama-sama
sengan siakines.
d. Spermatid
Sel ini merupakan hasil pembelahan spermatosit II, intinya kecil, dan
umumnya menempati baris ketiga atau keempat dari membrans sel.
e. Spermatozoa
Bentuk kepala yang seperti bulan sabit telihat kurang jelas,
sedangkan ekorya jelas terlihat seperti rambut halus, dan banyak
dekat sel sentroli atau dekat lumen tubulus seminiferous.
f. Membran Basalis
g. Lumen
h. Fibrioblast
39
2. Oogenesis
Gambar 6
Sel spermatozoa dalam mikroskop
40
Gambar 4.5
Sel Ovarium
Pembahasan :
Yang saya temukan pada mikroskop dengan preparat ovarium tikus putih
dengan perbasaran 40X adalah epithelium germinativum, Tunika
Albugenia, Folikel Primeies, Folikel Sekunder, Folikel Terseier, Folikel de
Graff, dan Korpus Luteum. Penjelasan dari masing-masing organel yang
ditemukan dalam mikroskop adalah sebagai berikut :
a. Epithelium germinativum
Epitel selapis gepeng atau epitel kubis yang menutupi permukaan
ovarium
b. Tunika Albugenia
Selaput tipis pembugkus ovarium
c. Folikel Primeies
Folikel ini di bawah pengaruh hormon FSH. Ciri-ciri dari folikel
primer yaitu: Sel-sel follikel turut berkembang yang tadinya berbentuk
pipih selapis, berubah menjadi kubis sebaris, dan membran basal
masih tetap tipis.
d. Folikel Sekunder
Oosit primer terus berkembang, sel folikel mulai berkembang biak
sehingga tampak dua lapis. Di luar selaput vitelin mulai terjadi zona
pelusida yang dihasilkan oleh sel folikel. Di sebelah dalam selaput
41
vitelin kuning telur bertambah banyak, membran basal sedikit
menebal. Penambahan diameter keseluruhan follikel, demikian juga
oosit primer.
e. Folikel Terseier
Perkembangan oosit primer telah berhenti, zona pelusida sudah cukup
tebal. Pada waktu yang bersamaan sel follikel yang terdapat di tengah
berdegenerasi, membentuk antrum follikuli yang baru. Antrum
follikuli yang
f. Folikel de Graff
Folikel ini merupakan tingkatan terakhir dalam fase folikuli. Folikel
ini terbentuk karena adanya peningkatan FSH pada ovarium. Folikel
de graaf yang matang berisi likuor folikel, mengandung estrogen dan
siap berovulasi.
g. Korpus Luteum
Corpus Luteum
Corpus luteum adalah masa jaringan kuning di dalam ovarium yang
dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan
ovumnya. Corpus luteum akan berhenti memproduksi progesteron
pada saat ovum tidak dibuahi dan berkembang menjadi corpus
albikan. Pada saat ini, lapisan uterus akan meluruh.
Ovarium di lapisi sel epitel yang terdapat banyak folikel yang akan matang
dan emudian menjadi ovum. Struktur ovarium: ephitelium Germinativum,
tunica albuginea, folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder,
folikel tersier, folikel de grsaf .
Proses terbentuknya ovum di awali dengan setelah haid hipofisis anterior
mensekresikan FSH (follicle stimulating hormone). Hormone ini
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan pematangan ovum. Selama
pertumbuhan folikel menjadi follikel graaf terjadi proses pengeluaran dan
pembentukan hormone esterogen. Adanya esterogen akan menghambat
pengeluaran FSH dan memacu pengeluaran LH yang dikeluarkan lobus
anterior hipofisis. Pada tahap akhir dengan pecahnya follikel graaf, ovum
42
terlepas dan terlempar keluar, disebut ovulasi. Folikel graaf yang pecah
pada saat ovulasi berubah menjadi korpus rubrum yang mengandung
banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi
korpus luteum . korpus luteum menghasulkan hormone progresteron. Jika
tidak ada kehamilan korpus luteum bergenerasi sehingga progresteron dan
esterogen menurun.
D. Golongan Darah
Golongan darah sangat penting untuk diketahui sehubungan dengan tranfusi
darah yaitu memasukkan darah seseorang ke dalam tubuh orang lain melalui
pembuluh darah vena. Metoda penggolongan darah yang umum dilakukan
dengan cara teknik slide. Meneteskan darah pada kertas golongan darah
kemudian ditambahkan dengan anti serum A, anti serum B dan antiserum D
maka hasil yang didapatkan yaitu:
43
Tabel
Hasil Penggolongan Golongan Darah
Golongan
No Nama Gambar anti-A anti-B anti-AB anti-D Rhesus
Darah
44
3. Regita Menggumpal Menggumpal Menggumpal Tidak AB +
Menggumpal
45
Pembahasan
Berdasarkan data di atas, sampel darah Devi menggumpal ketika ditetesi
serum beta dan serum alfa-beta, sedangkan tidak terjadi penggumpalan
apabila ditetesi serum anti alfa. Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit Devi
mengandung antigen B dan aglutinnin α atau anti-A pada bagian plasma
darahnya, sehingga terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum beta dan alfa-
beta. Sehingga, golongan darah Adhyanasari yaitu B. Adapun pada serum
rhesus terjadi penggumpalan, sehingga darah Devi termasuk golongan rhesus
positif. Golongan darah Adhyanasari dapat dituliskan B+.
Berdasarkan data di atas, sampel darah Julius menggumpal ketika ditetesi
serum alfa dan serum alfa-beta, sedangkan tidak terjadi penggumpalan
apabila ditetesi serum beta. Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit Hainun
mengandung antigen A dan agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma
darahnya, sehingga terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum alfa dan alfa-
beta. Sehingga, golongan darah Julius yaitu A. Adapun pada serum rhesus
terjadi penggumpalan, sehingga darah Hainun termasuk golongan rhesus
positif. Golongan darah Julius dapat dituliskan A+.
Berdasarkan data di atas, sampel darah Natan tidak menggumpal ketika
ditetesi serum alfa, serum beta dan serum alfa-beta. Hal ini menunjukkan
bahwa eritrosit Natan tidak mempunyai antigen A juga B, namun pada plasma
darahnya, diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β, sehingga tidak terjadi
penggumpalan ketika ditetesi serum alfa, serum beta dan alfa-beta. Sehingga,
golongan darah Natan yaitu O. Adapun pada serum rhesus terjadi
penggumpalan, sehingga darah Natan termasuk golongan rhesus positif.
Golongan darah Natan dapat dituliskan O+.
Berdasarkan data di atas, sampel darah Regita menggumpal ketika ditetesi
serum alfa, serum beta dan serum alfa-beta. Hal ini menunjukkan bahwa
eritrosit Regita mempunyai antigen A juga B, namun pada plasma darahnya,
tidak diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β, sehingga terjadi
penggumpalan ketika ditetesi serum alfa, serum beta dan alfa-beta. Sehingga,
golongan darah Risky yaitu AB. Adapun pada serum rhesus terjadi
46
penggumpalan, sehingga darah Regita termasuk golongan rhesus positif.
Golongan darah Regita dapat dituliskan AB.
Gambar 4.8
Siklus estrus pada mikroskop
Pembahasan :
Perubahan-perubahan siklik dalm sistem reproduksi diatur hormon-hormon dari
pituitary anterior gonadal axis. Organ-organ
Peoestus-estrus-metestrus-diestrus.
47
- Disebut sel tanduk
- Sel leukosit meningkat dari poestrus
- Waktu birahi atau musim kawin
- Ciri tubuh : orificium membuka, vulva membuka,
dalam serviks jumlah lendir bentambah dan sifat
lendir bersifat transparan/ tembus pandang serta
dapat mengalir ke vagina
- Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi
dan betina siap menerima sperma dari jantan. Sel-
sel epitel menanduk merupakan indikator
terjadinya ovulasi.
48
Sel epitel berinti Leukosit Bertanduk
Diestrus +++ +++ -
Proestrus ++ ++ +
Estrus - - +++
Metestrus ++ ++ ++
Keterangan:
+++ :banyak
++ :sedikit
+ :sedikit sekali
_ :tidak ada
F. Uji Kehamilan
Bahan : Urine Ibu hamil usia 5 bulan
Tujuan : Pemeriksaan Uji Kehamilan untuk mengetahui hormone HCG
Hasil : Terdapat 2 stip pada berwarna merah pada test pack
Gambar 10
Uji Kehamilan dengan menggunakan Tes peck
Pembahasan :
Hasil yaitu positif (+). Terlihat pada test pack terdapat 2 garis merah sejajar
tetapi kabur/ kurang jelas, yang artinya positif hamil. Urine yang digunakan
untuk pemeriksaan adalah Ibu Hamil dengan usia kehamilan 5 bulan.
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba
Fallopi, telur yang dibuahi itu bergerak menuju Rahim dan melekat pada
49
dinding Rahim dan sejak saat itulah plasenta berkembang dan memproduksi
Hormon HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta urine. Hormon HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) merupakan hormone yang dihasilkan
selama kehamilan dalam plasenta manusia dan bertanggung jawab dalam
pemeliharaan kehamilan. Hormon HCG juga merupakan suatu hormon seks
yang dapat digunakan untuk penentuan kehamilan secara sederhana.
Hormon ini dieksresikan melalui urin ibu yang sedang hamil. Keberadaan
homormon HCG ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama
keterlambatan haid (yang merupakan hari keenam sejak perlengketan janin
pada dinding Rahim. Pada hormone HCG ini bertambah hingga minggu ke
14-16 kehamilan. Sebagian ibu mengalami penambahan hormone HCG
sebanyak 2x lipat sebanyak 3 hari. Peningkatan kadar hormone ini biasanya
ditandai dengan mual dan pusing yang dirasakan ibu hamil. Setelah itu
kadar HCG menurun terus secara perlahan dan mencapai kadar normal
beberapa saat persalinan.
Test pack adalah sebuah alat yg digunakan untuk mengetahui kehamilan.
Alat ini di rancang sedemikiaan rupa untuk mempermudah penggunaan bagi
orang awam. Tes kehamilan tidak harus dipagi hari, namun jika hasil lebih
akuratnya sebaiknya dilakukan setelah bangun tidur hal ini dikarenakan
urine masih dalam keadaan terkonsentrasi. Urine yang diuji tergantung
konsentrasinya. Hal ini dapat dipengaruhi dari cairan yang kita minum
karena air yang kita minum dapat mempengaruhi keenceran urine.
Seseorang dikatakan hamil apabila kadar hormon HCG diatas 25 mlu/ml.
Jumlah kadar HCG yang ideal bisa berubah atau berbeda-beda tergantung
pada usia kehamilan. Kadar HCG yang ideal adalah tidak terlalu rendah,
maupun tidak terlalu tinggi. Jumlah hormon HCG tidak ditentukan oleh
umur si ibu, jadi yang benar-benar mempengaruhi jumlah kadar HCG
adalah usia kehamilan.
Pada praktikum uji kehamilan ini menggunakan urine ibu hamil dengan usia
kehamilan 5 bulan dan hasilnya terdapat 2 garis merah yang menandakan
positif hamil. Dua garis merah tersebut terlihat samar-samar atau kurang
jelas yang menandakan bahwa hormone HCG yang diproduksi pada usia
50
kehamilan 5 bulan sudah menurun sehingga 2 garis merah pada test pack
tidak begitu jelas terlihat. Pada pemeriksaan uji kehamilan agar lebih akurat
disarankan uji test kehamilan pada usia kandungan kurang dari 3 bulan.
BAB V
PENUTUP
51
A. Kesimpulan
1. Sel mukosa mulut termaksud ke dalam jaringan epitelium yaitu jaringan
pembatas dan pelapis yang menyelubungi atau melapisi permukaan
organ,rongga, dan saluran baik di luar maupun di dalam tubuh. Dari hasil
pengamatan bagian sel yang tampak ialah membran sel.inti sel dan
sitoplasma.
2. Pada hasil praktikum, didapatkan gambar yang tampak pada
spermatogenesis adalah. Bagian yang tampak pada oogenesis adalah
3. Golongan darah dapat ditentukan dengan pemberian antigen, Golongan
darah A akan mengumpal saat di beri anti a, golongan darah B akan
mengumpaljika diberi anti b, golongan AB akan menggumpal jika di beri
anti a dan b, sedangkan golongan darah 0 tidak akan menggumpal. Resus
(+) jika terjadi penggumpalan saat diberi anti D, dan resus (-) tidak akan
menggumpal.
4. Pada tes kehamilan dengan tes pack, akan diketahui positif jika terdapat 2
garis merah dan menunjukan adanya hormon HCG.
B. Saran
Materi praktikum ini sebenarnya cukup menarik untuk diketahui oleh para
mahasiswa. Tetapi yang perlu diketahui adalah bahwa materi ini cukup sulit
untuk dipahami .oleh karena itu, akan lebih baik jika materi ini didalami
dengan baik, artinya bahwa perlu penjelsan yang leih jelas dan terperinci
lagi , sehingga dapat membantu mahasiswa untuk dapat lebih mmahaminya
lagi.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
54
Bagian bagian mikroskop
55
Sel epitel dan gambar hasil pengamatan
56
Spermatogenesis dan hasil pengamatan
57
Oogenesis dan hasil pengamatan
58