Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat


menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar secara efektif.
Pelaksanaan Praktikum Biologi yang dilakukan bertujuan agar mahasiswa
dapat lebih memahami tentang teori-teori yang telah diberikan dalam topik
Biologi yang termasuk dalam mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Adapun
materi yang termasuk dalam topik Biologi dan akan dilakukan praktikum
meliputi konsep tentang pengenalan mikroskop, struktur sel, spermatogenesis,
dan oogenesis, golongan darah, reproduksi (siklus estrus), dan uji kehamilan.

Mikroskop merupakan alat optik yang di gunakan untuk melihat organisme


berukuran kecil (dalam ukuran mikron). Mikroskop ditemukan oleh Antony
Van Leuwenhoek, dimana sebelumnya sudah ada Robert Hook dan
Marcello Malphgi yang mengadakan penelitian melalui lensa yang
sederhana. Lalu Antony Van Leuwenhoek mengembangkan lensa
sederhana itu menjadi lebih kompleks agar dapat mengamati protozoa,
bakteri dan berbagai makhluk kecil lainnya.

Golongan darah manusia ada 4 macam yaitu A,B,AB,O. Keempat golongan


darah tersebut ditentukan oleh tiga macam alel, gen aslinya bersimbol I
singkatan dari Isoagglutinogen yang artinya menggumpalkan sesamanya.
Akibat mutasi, gen asli berubah menjadi tiga alel. Rhesus adalah nama sejenis
kera yang hidup di India. Berdasarkan ada tidaknya intigen rhesus, darah
manusia dibedakan menjadi dua golongan yaitu : golongan Rh + bila di
dalamnya di temukan antigen Rhesus dan golongan Rh – bila di dalam
eritrositnya tidak ditemukan antigen Rhesus.

1
Sel merupakan unit terkecil dari suatu bentuk kehidupan. Sel sebagai individu
yang berfungsi untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan
hidupnya. Tahun 1829 oleh Hertwig mengemukakan bahwa sel adalah
kumpulan substansi hidup yang disebut protoplasma dengan di dalamnya
mengandung inti yang disebut nucleus dan diluarnya dibatasi oleh dinding
sel. Berdasarkan organisasi internal tipe sel mikroorganisme dibedakan
menjadi dua bagian yaitu sel prokariotik dan eukariotik.

Perubahan siklik dalam system reproduksi diatur hormon-hormon dari


pituitary anterior-gonadal axis. Organ-organ kelamin asesoria dan sebagian
besar 20 karakter sex di control langsung oleh hormone gonad dan pada
akhirnya tergantungdari gonadotropin pituitary. Dalam tahap Estrus hewan
wanita secara fisiologis dan psikologis siap dikawini oleh hewan jantan, dan
perubahan-perubahan stuktur terjadi pada organ kelamin.

Praktikum embriologi dimulai dengan mempelajari sepermatogenesis dan


oogenesis tikus yaitu dengan cara mengenal berbagai tingkat perkembangan
sel kelamin didalam testis maupun dalam ovarium tikus. Spermatogenesis
berasal dari kata sperma dan genesis (pembelahan). Pada spermatogenesis
terjadi pembelahan secara mitosis dan meiosis. Spermatogenesis merupakan
tahap atau fase-fase pendewasaan sperma di epididimis. Setiap satu
spermatogonium akan menghasilkan empat sperma matang. Oogenesis adalah
penciptaan ovum (sel telur) merupakan proses dari bentuk betina
gametogenesis yang setara dengan jantan yakni spermatogenesis. Oogenesis
berlangsung melibatkan pengembangan berbagai tahap reproduksi telur sel
betina yang belum matang.

Tes dilakukan untuk mengetahui diagnosa kehamilan berdasarkan pada


pendeteksian keberadaan human chorionic gonadotrophin (HCG) pada darah
dan urin wanita. Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di
saluran tuba fallopii, telur yang telah di buahi itu bergerak menuju rahim dan
melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan

2
memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah dan air seni. Kadar
hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan setelah itu
kadarnya menurun terus perlahan, dan hampir mencapai kadar normal
beberapa saat setelah persalinan.

B. Tujuan

Setelah melakukan praktikum Biologi dalam satu kali pertemuan, mahasiswa


diharapkan :

1. Mampu memahami tentang bagian-bagian dari mikroskop, dan mampu


penggunaan mikroskop
2. Mampu memahami tentang struktur sel dan mampu melihat struktur sel
di mikroskop
3. Mampu memahami tentang spermatogenesis dan oogenesis, mampu
melihat bagian dari sel kelamin jantan (testis) dan sel kelamin betina
(ovum) di mikroskop
4. Mampu memahami tentang genetika (golongan darah), mengenal sifat
keturunan pada manusia yang ditentukan oleh alel ganda, dan mampu
menentukan genotif dalam keluarga sendiri berdasarkan golongan
darah A,B,AB,O dan Rh.
5. Mampu memahami tentang siklus estrus terkait dengan reproduksi dan
menggambar dari mikroskop tentang siklus estrus
6. Mampu memahami tentang uji kehamilan dengan menggunakan test
strip

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Mikroskop
1. Definisi dari Mikroskop
Mikroskop dalam bahasa yunani: micros = kecil dan scopein = melihat,
adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti
sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata (Pramudita, 2012).
Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan
dan penelitian dalam bidang biologi, Karena dapat digunakan untuk
mempelajari struktur benda-benda yang kecil/micron (Safru, 2009).

2. Jenis-jenis Mikroskop
Berdasarkan sumber iluminasinya dikenal dua kelompok utama
mikroskop, yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop
cahaya menggunakan gelombang cahaya sebagai sumber iluminasinya,
yang termaksud mikroskop cahaya antara lain: mikroskop medan terang
(Brightfield), mikroskop medan gelap (Darkfield), mikroskop fase kontras
(Contras phase) dan pendar flour (Flourescence).
Mikroskop cahaya (light microscope, LM), mikroskop ini paling sering di
gunakan di laboratorium. Cahaya tampak di lewatkan melalui spesimen
dan kemudian menembus lensa kaca. Lensa ini merefaksi cahaya
sedemikian rupa sehingga bayangan spesimen di perbesar sewaktu
bayangan itu di proyeksikan ke mata kita.
Dua nilai penting mikroskop adalah daya pembesaran dan penguraiannya
atau resolusi. Daya urai merupakan ukuran kejelasan citra yaitu jarak
minimum dua titik yang dapat di pisahkan dan masih dapat di bedakan
sebagai dua titik terpisah. Mikroskop dapat didesain untuk memperbesar

4
objek sebesar yang diinginkan, tetapi mikroskop cahaya tidak pernah
menguraikan rincian yang lebih halus. Penguraian (resolusi) ini dibatasi
oleh panjang gelombang cahaya tampak yang digunakan untuk menerangi
spesimennya. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif hingga
kira kira 1000 kali ukuran specimen sebenarnya, perbesaran yang lebih
akan meningkatkan kekaburan. Sebagian besar struktur subseluler atau
organel terlalu kecil di uraikan mikroskop cahaya. Pada umumnya
mikroskop memiliki bagian mekanik dan optik.

3. Bagian- bagian dari mikroskop cahaya


a. Bagian mekanik
1) Kaki berfungsi sebagai penyangga atau penopang mikroskop.
2) Garpu, dua lempeng berdiri tegak diatas kaki
3) Tangkai yang menghubungkan kaki meja sediaan dan tubus,
merupakan bagian mikroskop yang boleh dipegang pada waktu
mengangkat mikroskop.
4) Sendi (ungkitan) pada bagian atas garpu sehingga tangkai dapat
dibengkokkan ke depan dan ke belakang.
5) Tubus, merupakan penghubung lensa okuler dengan lensa obyektif
6) Pengatur kasar (makrometer) berfungsi untuk menggerakkan
tubus ke atas dan ke bawah
7) Pengatur halus (mikrometer) berfungsi untuk menggerakkan tubus
ke atas dan ke bawah sepanjang 0,1 mm untuk satu putaran
lengkap
8) Pengatur kondensor berfungsi untuk menggerakkan kondensor ke
atas dan ke bawah
9) Pengatur diafragma berfungsi untuk dapat membuka dan menutup
diafragma
10) Meja sediaan digunakan untuk meletakkan preparat / sediaan
11) Penjepit sediaan enjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang
melapisi objek agar tidak mudah bergeser.

5
12) Revolver, tempat lensa obyektif melekat dan dapat diputar ke kiri
dan ke kanan
b. Bagian optik
1) Lensa okuler, terletak dekat mata dan berada di ujung atas tubus.
Lensa ini dapat diganti dengan lensa okuler lain sesuai perbesaran
yang dikehendaki. Caranya dengan menarik lensa ke atas sehingga
lepas dari tubus. Ada du macam lensa okuler, yaitu lensa ukuler
perbesaran lemah ( 5 x atau 6 x ) dan lensa okuler perbesaran kuat (
10 x ztzu 12,5 x ). Pada mikroskop cahaya minokuler lensa
okulernya hanya satu, sedangkan pada binokuler lensa okulernya
ada dua.
2) Lensa obyektif, terletak dekat sediaan dan ditempatkan pada
revolver dengan cara menempatkan pada ukuran yang tersedia. Ada
tiga macam lensa obyektif pada revolver, yaitu lensa obyektif
perbesaran lemah ( 4 x, 10 x ), perbesaran sedang ( 45x ) dan
perbesaran kuat ( 100 x ). Bila hendak mengganti ukuran lensa,
maka turunkan meja kondensor dan putarlah revolvernya sehingga
lensa obyektif yang dikehendaki berada tepat dibawah tubus
( kedudukan vertikal ). Bila kedudukan lensa sudah tepat, maka
akan terdengar bunyi ’tik’ pada waktu revolver diputar.
3) Kondensor dan iris diafragma, untuk pengaturan cahaya masuk ke
dalam mikroskop
4) Cermin, untuk pengaturan pemantulan cahaya. Ada dua sisi cermin,
satu sisi rata dan lainnya cekung.

4. Cara Penggunaan Mikroskop


a. Mikroskop selalu dibawa dengan dua tangan; tangan pertama
menumpu bagian dasar/kaki mikroskop sedang tangan yang lain
memegang bagian pegangan mikroskop.
b. Atur posisi mikroskop sedemikian rupa, agar kaca kondensor menjadi
terang serta diafragma terbuka maksimal;

6
c. Naikkan kondensor sampai maksimal dengan memutar tombol
kondensor;
d. Letakkan preparat di meja preparat/meja mikroskop;
e. Turunkan tabung mikroskop sampai lensa obyektif hampir menyentuh
gelas penutup;
f. Melalui lensa okuler, amati preparat sampai terfokus dengan mengatur
pengatur kasar dan pengatur halus.
g. Perhatikan bayangan melalui lensa okuler, dan dengan menggunakan
pemutar kasar, gerakkan lensa objektif menjauhi atau mendekati
objek.
h. Atur posisi bayangan agar terlihat di tengah medan pengamatan.
i. Jika bayangan belum terlihat jelas, jangan menggunakan lensa objektif
yang memiliki perbesaran kuat.
j. Pada saat memindahkan lensa objektif dari perbesaran lemah ke
perbesaran kuat, harus selalu melihat ke posisi lensa obyektif , supaya
tidak terjadi benturan yang tibatiba antara lensa objektif dengan
spesimen sehingga menyebabkan kerusakan atau pecahnya spesimen.
k. Jangan mengarahkan cermin ke arah sinar matahari secara langsung,
yang memantul ke mata sehingga dapat mengganggu penglihatan
(Sumarno, 2008).
l. Peralatan harus dibersihkan setelah digunakan. Gunakan kain yang
lembut untuk membersihkan bagian logamnya. Lensa yang kotor
harus dibersihkan dengan kain yang lembut, kapas pengisap atau
kertas lensa yang telah dibasahi dengan xylol. Bersihkan lensa dengan
kertas lensa. Beri sedikit air pada kertas lensa sebelum digunakan
untuk memataupun jamur ini menempel pada lensa sehbersihkan
lensa. Beri alkohol pada kertas lensa jika kotoran yang ada pada lensa
agak sulit dihilangkan (Daningsih, 2013).

5. Perawatan Mikroskop
a. Mikroskop harus disimpan di tempat sejuk, kering, bebas debu dan
bebas dari uap asam dan basa.Tempat penyesuaian yang sesuai ialah

7
kotak mikroskop yang dilengkapi dengan silica gel, yang bersifat
higroskopis, sehingga lingkungan sekitar mikroskop tidak lembab.
Selain itu dapat pula diletakkan dalam lemari yang diberi lampu untuk
mencegah tumbuhnya jamur, atau seperti gambar ini .
b. Lensa-lensa mikroskop (okuler, objektif, dan kondensor) dibersihkan
dengan menggunakan tisue lensa yang diberi alkohol 70%. Jangan
sekali-kali membersihkan lensa menggunakan sapu tangan atau lap
kain.
c. Sebelum menyimpan mikroskop, bersihkan selalu mikroskop tersebut,
terutama hapus semua minyak imersi di permukaan lensa, sehingga
partikel yang halus tidak menempel dan menggumpal serta
mengering. Minyak dan partikel halus pada lensa dapat
mengaburkannya dan menyebabkan goresan. Hal ini menurunkan
kemampuan lensa. Preparat yang tertinggal di atas meja mikroskop
merupakan pertanda jelas suatukelalaian/kecerobohan.
d. Sebelum menyimpan mikroskop, meja mikroskop diatur lagi dan lensa
objektif dijauhkan dari meja preparat dengan memutar alat
penggeraknya ke posisi semula, kondensor diturunkan kembali, lampu
dikecilkan intensitasnya lalu dimatikan (kalau mikroskop listrik).

Gambar 2.1
Mikroskop Cahaya

8
B. Struktur Sel
1. Definisi Sel
Sel merupakan organisasi terkecil dari materil yang mengandung
kehidupan. Sel bersifat fundamental (mendasar) bagi sistem kehidupan
dalam ilmu Biologi karena semua organisme tersusun dari sel. Sel
disebut juga satuan fungsional makhluk hidup karena di dalam sel terjadi
proses metabolisme dan berbagai proses kehidupan, seperti reproduksi
dan eksresi. Makin besar ukuran tubuh makhluk hidup, makin banyak
jumlah sel penyusunnya.
Bentuk sel ada yang pipih, memanjang, sangat panjang dan bikonkaf.
Sedang ukuran dari sel pada umumnya microskopis. Pada manusia
diameter rata-rata kira-kira 10µ, namun pada sel-sel telur yang belum
memulai perkembangan, merupakan sel tungal yang biasanya terlihat
dengan mata biasa.
Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang
mengamati jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan
fungsional makhluk hidup. Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara
autimon asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi (Campbell, 2008).
Setiap organisme tersusun dari salah satu dari dua jenis sel yang secara
struktural berbeda yaitu sel prokariotik dan eukariotik. Hanya bakteri dan
arkea yang memiliki sel prokaritik. Protista, tumbuhan, jamur,dan hewan
semuanya memiliki sel eukariotik. Pada sel prokariotik, materi genetik
tersebar di dalam suatu badan serupa inti yang tidak dikelilingi oleh
membran. Sedangkan sel eukariotik memiliki inti yang sangat kompleks
dengan selubung inti yang terdiri dari dua membran.

2. Struktur sel
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti yang didalamya
mengandung inti yang disebut nuleus dan luarnya dibatasi oleh dinding
sel. Sel setelah bertumbuh dan berdeferensiasi akan berubah bentukknya
sesuai dengan fungsinya ada yang menjadi epidermis untuk melindungi

9
sel-sel dibagian dalamnya, dan sebagai penyedia makanan. Sel-sel
penyusun tubuh makluk hidup sangat bervariasi baik ukuran, bentuk
struktur maupun fungsinya. Secara umum sel terdiri atas membrane
plasma, sitoplasma, dan nucleus. Bagian sel lain terdiri dari mitokondria,
reticulum endoplasma, apparatus golgi, lisosom, plastid, kloroplas,
sentrosom, ribosom, vakola, inti sel, membrane inti, mikrofilamen, dan
peroksisom. Fungsi dari struktur sel adalah sebagai berikut :
a. Membran Sel / Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan
sitoplasma. Membran sel atau membran plasma merupakan bagian sel
yang paling luar yang membatasi isi sel dengan sekitarnya. Membran
sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan
keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel.
b. Dinding sel
Dinding sel terdiri dari selulosa yang kuat yang dapat memberikan
sokongan, perlindungan, dan untuk mengekalkan bentuk sel. Di
dinding sel terdapat liang yang berfungsi untuk membenarkan
pertukaran bahan diluar dengan bahan di dalam sel. Dinding sel juga
berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu.
c. Nukleus ( inti sel )
Inti sel eukariotik memiliki membrane inti. Pori pada membrane ini
memungkinkan hubungan antara nukleotida dan sitoplasma. Dalam
nukleus terdapat nucleolus ( anak inti ) yang berfungsi menyintesis
berbagai macam molekul RNA yang di gunakan dalam perakitan
ribosom. Ribosom penting dalam sintesis protein. Nukleoplasma
( cairan inti ) merupakan zat yang tersusun dari protein. Butiran
kromatin, butiran kromatin menebal menjadi kromosom yang
mengandung DNA yang berfungsi menyampaikan informasi genetic
melalui sintesis protein.
d. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan sel yang terdapat di dalam sel kecuali di
dalam inti dan organel sel. Sitoplasma Berfungsi sebagai tempat

10
penyimpanan bahan bahan kimia yang penting bagi metabolisme sel ,
seperti enzim enzim, ion ion, gula, lemak dan protein;
Didalam sitoplasma itulah berlangsung kegiatan pembongkaran dan
penyusunan zat zat melalui reaksi kimia
e. Retikulum endoplasma (RE), terdapat dua jenis retikulim endoplasma
yaitu retikulum endoplasma kasar yang berfungsi mendukung sintesis
protein dan menyalurkan bahan genetika antara inti sel dengan
sitoplasma. Sedangkan retikulum endoplasma halus memiliki enzim-
enzim pada permukaan yang berfungsi untuk sintesis lipid, glikogen,
dan persenyawaan steroid.
f. Badan golgi
Badan Golgi berfungsi fungsi untuk membentuk kantong-kantong
( vesikula ) untuk sekresi, membentuk membrane plasma, membentuk
dinding sel tumbuhan, membentuk akrosom pada spermatozoa yang
berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan
lisosom.
g. Ribosom, berfungsi sebagai tempat untuk sintesis protein.
h. Lisosom di gunakan sel untuk memecah makromolekul. Lisosom
berisi berbagai jenis enzim yang dapat memecahkan (mencerna)
polisakarida, lipid, fosfolipid, asam nukleat, dan protein. Lisosom
berperan dalam pencernaan intra sel.
i. Mitokondria adalah tempat dimana fungsi respirasi pada makhluk
hidup berlangsung. Respirasi adalah proses perombakan atau
katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi
berlangsungnya proses hidup.
j. Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel
tumbuhan. Ada tiga macam plastida, yaitu: leukoplast, kloroplast, dan
kromoplast.
k. Sentriol (Sentrosom),

11
Sentriol merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol yang terjadi
ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak
ke bagian kutub-kutub sel yang sedang membelah.
l. Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan. Cairan ini
adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola
ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel
hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
m. Kloroplas
Kloriplas merupakan Tempat berlangsungnya fotosintesis.

3. Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan

No. Sel Tumbuhan Sel Hewan


1. Tidak ada sentriol Terdapat sentriol
2. Terdapat sitokenesis Tidak ada pembentukan dinding sel
3. Tidak ada pembatasan pertumbuhan Terdapat batasan pertumbuhan
4. Sel lebih besar Sel lebih kecil
5. Mempunyai sentrosom Tidak mempunyai sentrosom dan
sentriol
6. Memiliki plastida Tidak memiliki plastida
7. Memiliki vakuola Vakuola kecil
8. Memiliki membrane sel Tidak ada mebran sel
9. Tidak memiliki lisosom Memiliki lisosom

Gambar 2.3
sel Hewan dan Tumbuhan
C. Spermatogenesis dan Oogenesis
1. Gametogenesis

12
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel
gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis
dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan diovarium. Terdapat dua jenis
proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu
pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi
kromosom contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi
proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis,
sedangkan pembelahan meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi
2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel
kelamin atau gamet sebagai gen utama dalam proses reproduksi manusia.
Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah
kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n)
yaitu 23 pasang / 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah
kromosom pada sel baruhanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Gametogenesis terdiri 4 tahap, perbanyakan, pertumbuhan, pematangan
dan perubahan bentuk. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan
oogenesis.

2. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis
tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang
bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses
kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal
dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel
terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut
spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis
luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon, diantaranya:

13
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle
Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon /
LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai
spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal
pada spermatogenesis.

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :


a. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang
meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase
pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk
seperti selsel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang
menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
1) Spermatogonium
Sel yang paling dekat dengan membrana basalis tubulus
seminiferus. Besar sel bervariasi(±12αm) terdiri atas 2 macam sel :
a) Spermatogonium A pucat (Ap)
Bentuk memiliki inti agak lonjong agak jernih. Berwarna
pucat oleh karena kromatin halus dan tersebar.
b) Spermatogonium B
Bentuk bulat, lebih kecil, gelap, dan lebih banyak mengandung
ribosom.
2) Spermatosit I
Besarnya 8 ±αm, menyerupai spermatogonium dan inti terlihat
sangat jelas. Pada stadium interfase terlihat butir-butir kromatin

14
halus tersebar merata. Spermatosit I masih mengandung
kromosom diploid (2n). Spermatosit I ini akan mengalami
pembelahan menjadi spermatosit II melalui pembelahan
Meiosis,dimana waktu profase agak lama dimana terjadi
perubahan yang hebat dari benang-benang kromatinnya.
3) Spermatosit II
Bentuk bulat besar 12µm inti menunjukkan pemadatan kelompok
kromatin yang dihubungkan dengan benang-benang kromatin.
spermatosit II sukar dilihat oleh karena itu masa interfasenya
pendek. Sel ini ditemukan dalam ubulus pada stadium bersama-
sama sengan siakines.
4) Spermatid
Sel ini merupakan hasil pembelahan spermatosit II, intinya kecil,
dan umumnya menempati baris ketiga atau keempat dari
membrans sel.
5) Spermiogenesis
Merupakan proses perubahan dari spermatid menjadi
spermatoozoa. Pada awalnya spermatid mempunyai bentuk bulat
dengan ukuran 8µm. Berisi benang-benang kromatin atau
kelompok – kelompok padat homogen sebesar anak inti.
6) Spermatozoa
Bentuk kepala yang seperti bulan sabit telihat kurang jelas,
sedangkan ekorya jelas terlihat seperti rambut halus, dan banyak
dekat sel sentroli atau dekat lumen tubulus seminiferous.

3. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut
oogonia. Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam
kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga
usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan
siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara

15
mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya,
semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase
profase.
Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan,
ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami
kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas,
oosit melanjutkan pembelahan miosis I, hasil pembelahan tersebut berupa
dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel
berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. Pada tahap selanjutnya,
oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan
miosis II.
Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu
sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil
disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan
dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan
kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid
mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan
ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu
ovum.
Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,
diantaranya:
a. Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya
aksis hipothalamus -hipofisis - ovarium. Hipothalamus menghasilkan
hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi
hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan
LH (lutinuezing hormone).
b. FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga
terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron.
c. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon
progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron
memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

16
d. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk
estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin
merangsang produksi susu.

Proses dalam oogenesis adalah sebagai berikut :


a. Folikel Ovarium
Folikel ovarium terdiri dari satu oosit dan sel folikel disekitarnya.
Perkembangan folikel dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu
folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel De Graff.
b. Folikel Primer
Folikel ini di bawah pengaruh hormon FSH. Ciri-ciri dari folikel
primer yaitu:
1) Sel-sel follikel turut berkembang yang tadinya berbentuk pipih
selapis, berubah menjadi kubis sebaris.
2) Membran basal masih tetap tipis.
c. Folikel Sekunder
Periode ini disebut Growing follicle dan dibedakan menjadi tiga
stadium yaitu:
1) Stadium permulaan
Oosit primer terus berkembang, sel folikel mulai berkembang biak
sehingga tampak dua lapis. Di luar selaput vitelin mulai terjadi
zona pelusida yang dihasilkan oleh sel folikel. Di sebelah dalam
selaput vitelin kuning telur bertambah banyak, membran basal
sedikit menebal. Penambahan diameter keseluruhan follikel,
demikian juga oosit primer.
2) Stadium pertengahan
oosit primer terus berjalan, dengan bertambahnya kuning telur
posisi inti yang sentris mulai bergeser agak ke tepi. Zona pelusida
agak menebal dan sel folikel berlapis mencapai tiga sampai enam
lapis.
3) Stadium akhir
Perkembangan oosit primer berakhir, zona pelusida tebal. Sel
folikel yang ada ditengah mulai tampak tanda degenerasi yang

17
berakhir dengan hancur (lisis) sehingga terbentuk rongga sebagai
permulaan dari antrum folikuli.
d. Folikel Tersier
Seperti halnya dengan follikel sekunder, stadium ini dibagi dalam 3
sub stadium yaitu:
1) Stadium permulaan
Perkembangan oosit primer telah berhenti, zona pelusida sudah
cukup tebal. Pada waktu yang bersamaan sel follikel yang terdapat
di tengah berdegenerasi, membentuk antrum follikuli yang baru.
Antrum follikuli yang telah terbentuk mulai meluas dan berisi
cairan Liquor follikuli.
2) Stadium pertengahan
Pada stadium ini Sel folikel yang langsung mengelilingi zona
pelusida telah teratur letaknya, disebut : Corona radiata. Diluar
corona radiata, sel folikel selanjutnya disebut sel granulosa,
membentuk dinding antrum folikuli. Dengan bergabungnya antrum
folikuli dan bertambahnya liquor folikuli maka posisi sel telur
terhadap folikel menjadi eksentris.
3) Stadium terakhir
Stadium ini sering dikenal sebagai Folikel renier de graaf yaitu
suatu folikel yang sudah siap mengalami ovulasi. Keadaannya
hampir sama dengan substadium sebelumnya, hanya pada yang
terakhir ini terdapat adanya stigma, berupa dinding folikel yang
paling tipis yang nantinya akan pecah dan merupakan jalan keluar
bagi oosit sekunder.
e. Folikel de draff
Folikel ini merupakan tingkatan terakhir dalam fase folikuli. Folikel
ini terbentuk karena adanya peningkatan FSH pada ovarium. Folikel
de graaf yang matang berisi likuor folikel, mengandung estrogen dan
siap berovulasi.
f. Folikel atresia
Atresia adalah nama untuk proses degeneratif yaitu suatu keadaan
dimana oocyte dan kelenjar-kelenjarnya binasa tanpa harus mengalami
proses ovulasi.
g. Corpus Luteum

18
Corpus luteum adalah masa jaringan kuning di dalam ovarium yang
dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan
ovumnya. Corpus luteum akan berhenti memproduksi progesteron
pada saat ovum tidak dibuahi dan berkembang menjadi corpus
albikan. Pada saat ini, lapisan uterus akan meluruh.

D. Genetika (golongan darah)


1. Pengerian Sistem Penggolangan Darah
Membran sel darah manusia mengandung bermacam antigen golongan
darah, yang juga disebut aglutinogen. Golongan darah manusia di
bedakan berdasarkan komposisi aglutinogen dan aglutininnya.
Aglutinogen adalah antigen-antigen dalam eritrosit yang membuat sel
peka terhadap aglutinasi (penggumpalan darah). Aglutinogen A dan B
menjadi dasar pengelompokan golongan darah sistem ABO dan
aglutinogen rhesus D menjadi dasar pengelompokan dasar sistem rhesus.
Aglutinin adalah substansi yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya
antibodi. Pada golongan darah sistem ABO, darah digolongkan menjadi
empat macam yaitu A,B,AB dan O dengan tujuan tranfusi darah.
Sebelum, tranfusi darah terlebih dahulu di lakukan penentuan golongan
darah antara resepien dan donornya, sehingga dapat dicari kesesuaiannya.
Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah
yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya
diletakkan pada sebuah slide mikroskop. Setetes serum yang mengandung
aglutinin anti A (dari darah golongan B) diteteskan pada salah satu tetes
darah sedangkan tetes serum yang mengandung aglutinin anti B (dari
darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
a. Jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka
individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
b. Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B)
c. Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu
tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)

19
d. Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi,
maka individu tersebut tidak memiliki aglutinigen(golongan darah
O)

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi


yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi
4 yaitu sebagai berikut:
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen A dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan
darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah B-negatif atau O-negatif.
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap
antigen A maupun B. Sehingga orang dengan golongan darah AB-
positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun orang dengan
golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga
orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan
darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah O-
negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif

2. Golongan darah A yang berfaktor rhesus positif (Rh+) dan (Rh-)

20
Golongan darah yang lain juga dibedakan menjadi Rh+ dan Rh-. Gologan
darah Rh+ yaitu golongan darah yang mempunyai antigen Rhesus.
Golongan darah Rh- yaitu golongan darah yang tidak mempunyai antigen
Rhesus. Rh+ bersifat dominan, oleh karena itu Rh+ tidak boleh
mendonorkan darahnya ke tipe Rh- karena akan terjadi aglutinasi. Akan
tetapi orang bergolongan darah Rh- boleh menyumbangkan darah ke
orang bergolongan darah Rh+. Faktor Rh tidak begitu pengaruh dalam
transfuse darah, tetapi pada kasus tertentu dapat menyebabkan kematian
bayi dalam kandungan (Eritroblastosis fetalis). Kondisi ini berkembang
pada bayi yang belum lahir ketika ibu dan bayi memiliki jenis darah yang
berbeda, biasanya terjadi jika seorang ibu Rh- kawin dengan lelaki Rh+
maka anak dalam kandungannya akan memiliki Rh+. Saat dalam
kandungan, sel darah merah Rh+ anaknya dapat keluar menembus
plasenta ke sistem sirkulasi ibunya, yaitu saat plasenta rusak sebelum atau
sesudah bayi dilahirkan. Hal ini menyebabkan si ibu memproduksi
antibodi anti-Rh. Jika ibu hamil lagi dan anak memiliki faktor Rh+, maka
antibodi anti-Rh ibu akan masuk lewat plasenta dan merusak sel darah
merah anak. Akibatnya, terjadi kerusakan sel darah merah pada anak
kedua yang dapat menyebabkan kematian.

Gambar 2.3
Penggumpalan dan golongan darah

21
Tabel 2.1

Aglutinogen dan Aglutinin Golongan Darah

Golongan Aglutinogen (antigen) pada Aglutinin (antibodi)

eritrosit pada plasma darah

A A b

B B a

AB A dan B -

O - a dan b

E. Sistem Estrus
Siklus esterus merupakan suatu perilaku seksual yang agresif dari hewan
betina pada saat terjadi ovulasi. Esterus ini merupakan peristiwa yang paling
meninjol dari siklus reproduksi mamalia. Oleh karena itu di sebut siklus
esterus. Pada siklus estrus tidak terjadi pendarahan karena endometrium di
serab (reabsorbsi) oleh uterus. Siklus estrus pada tikus terjadi 5 hari sekali,
beruang dan anjing setahun sekali. Siklus ini dibedakan dalam 2 tingkatan
yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler adalah pembentukan folikel
sampai masak sedangkan fase luteal adalah setelah ovulasi sampai ulangan
berikutnya dimulai. Siklus estrus pada hewan berasal dari folokel graff ke
korpus luteum. Siklus estrus dapat dibedakan menjadi 4 fase, yaitu :
1. Proestrus
Ditandai dengan adanya sel-sel epitel normal. Terjadi pembentukan
folikel sampai tumbuh maksimum. Pertumbuahan folikel ini
menghasilkan estrogen sehingga dinding uterus menjadi lebih tebal dan
halus serta lebih bergranula. Berhubungan dengan involusi fungsi corpora
lutea dan degenerasi pre ovulasi dari folikelfolikel. Preparat apus vagina
didominasi oleh sel-sel epithel berinti, yang tersusun secara sendiri atau
berkelompok.

22
2. Estrus
Fase ini ditandai dengan:
a. Adanya sel-sel epitel menanduk.
b. Produksi estrogen akan bertambah dan terjadi ovulasi sehingga
dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel
darah.
c. Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi dan betina siap
menerima sperma dari jantan. Sel-sel epitel menanduk merupakan
indikator terjadinya ovulasi.
d. Menjelang ovulasi leukosit makin banyak menerobos lapisan mukosa
vagina kemudian ke lumen. Selama masa luteal pada ovarium dengan
pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel epitel
vagina.
3. Metestrus
Pada fase diestrus ditandai dengan adanya sel epitel normal dan banyak
leukosit. Pada fase diestrus ditandai dengan adanya sel epitel normal dan
banyak leukosit. Mukosa vagina tipis, dan leukosit bermigrasi melaluinya
dan mendominasi pada preparat apus vagina. Tahap ini terjadi selama 2-
2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum
tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang
terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat
sedikit. Pada apusan vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel
leukosit.
4. Diestrus
Berhubungan dengan regresi fungsi corpora lutea. Mukosa vagina tipis,
dan lekosit bermigrasi melaluinya dan mendominasi pada preparat apus
vagina. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran yang paling kecil
karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara aktif,
terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan
memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini
hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang
dihasilkan oleh korpus leteum.

23
Gambar 2.3
Proses Estrus

F. Uji Kehamilan
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur di buahi sel seperma di saluran tuba
fallopi, telur yang telah dibuahi menuju rahim dan melekat pada dindingnya.
Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi hormon HCG
yang dapat di temukan dalam darah dan air seni. Keberadaan hormone protein
ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlamabatan haid,
yang kira-kira merupakan hari keenam sejak perlengketan janin pada dinding
Rahim. Kadar hormone ini terus bertambah hingga minggu 14-16 kehamilan,
terhitung sejak hari terakhir menstruasi.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui diagnosa kehamilan berdasarkan pada
pendeteksian keberadaan human chorionic gonadotrophin (HCG) pada darah
dan urin wanita.HCG diproduksi oleh embrio yang lazimnya tidak ada kecuali
bila seorang wanita tersebut hamil.Beberapa test yang paling modern dan
canggih dapat mendeteksi kehamilan melalui darah dan urine hanya satu
minggu setelah pembuahan,hanya saja belum banyak tersedia. Tes urine dapat
dilakukan sendiri dengan alat test yang sudah tersedia di supermarket ataupun
apotik berupa test pack. Kemudian test pack akan direndam di dalam air seni
untuk mengetahui terjadinya kehamilan atau tidak,hanya dengan melihat
jumlah garis setelah 5 menit perendaman.Test urine memiliki ketepatan 98%

24
namun kesalahan dapat terjadi,dikarenakan test yang terlalu dini dikerjakan,
keenceran urine atau kerena terlalu lama disimpan sebelum test,dan urine
terkontaminasi dengan zat sabun detergent atau yang lainnya.
Mengingat pentingnya anti HCG untuk tes kehamilan secara imunologis,
HCG dapat diperoleh dari ekstraksi urin wanita hamil karena hormon yang
diproduksi oleh plasenta ini dieksresikan dalam jumlah besar melalui urin.
HCG mempunyai sifat seperti LH pada wanita dengan produksi
gonadotropin yang rendah atau non siklis. Hormon ini juga digunakan pada
wanita dengan ovulasi pada fase luteal sehingga terjadi infertilitas atau
abortus habitualis

Gambar 2.5
Test uji kehamilan

25
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Mikroskop
1. Alat dan Bahan:
a. Mikroskop cahaya
b. Pipet tetes, kaca benda
c. Aquades
d. Preparat awetan
2. Cara kerja:
a. Persiapkan alat dan bahan
b. Keluarkan mikroskop dari kotak,buka pintu kotak mikroskop dengan
kunci yang tersedia. Angkat mikroskop dari kotak dengan tangan
kanan memegang tangkai mikroskop dan telapak kaki kiri menahan
kaki mikroskop.
c. Lihat kelengkapan yang ada pada mikroskop.
d. Mencoba mempergunakan mikroskop dan mengetahui fungsi dari
bagian-bagian mikroskop.
e. Selesai mengamati bersihkan mikroskop dan matikan lampu
mikroskop serta tutup diafragma,kembalikan perbesaran yang lemah
serta kondensor diturunkan dan kembalikan ke kotak.

B. Struktur Sel
1. Alat dan Bahan:
a. Mikroskop cahaya
b. Kaca benda
c. Pipet tetes
d. Tusuk gigi yang telah ditumpulkan
e. Tissu
f. Mukosa mulut, preparat awetan hepar
g. Aquades
h. Metilen blue.

26
2. Cara kerja:
a. Tusuk gigi di garukkan pada pipi sebelah dalam kemudian pada kaca
benda (sebelumnya kaca benda telah di bersihkan dengan tissue)
kemudian di goreskan
b. Objek di tetesi dengan metilen blue,di biarkan selama 5 menit setelah
itu dibersihkan dengan aquades dan di keringkan serta langsung
diamati di bawah mikroskop.
c. Gambar sel yang terlihat dan beri keterangan pada tiap organel sel
yang terlihat.
d. Untuk preparat awetan, di perhatikan bentuk dan bagaimana sel
menyusun jaringan.
e. Dijelaskan bagaimana hubungan antara bentuk dan bagaimana sel
menyusun jaringan dengan fungsi jaringan tersebut.
f. Setelah pengamatan selesai di lakukan kumpulkan benda yang kotor
kedalam satu tempat dan kembalikan preparat awetan ke tempat
semula.

C. Spermatogenesis dan Oogenesis


1. Alat dan Bahan:
a. Mikroskop cahaya
b. Preparat awetan testis mencit
c. Preparat awetan ovarium mencit
2. Cara Kerja:
a. Amati preparat awetan testis mencit dengan menggunakan mikroskop
cahaya dan menggatur perbesaran hingga sel terlihat
b. Gambar hasil pengamatan dan catat bagian-bagian organel sel yang
terlihat.
c. Amati preparat awetan ovarium mencit dengan menggunakan
mikroskop cahaya dan menggatur perbesaran hingga sel terlihat.
d. Gambar hasil pengamatan dan catat bagian-bagian organel sel yang
terlihat.

27
e. Rapikan kembali kemudian kembalikan preparat ketempat semula dan
matikan mikroskop.

D. Genetika (Golongan Darah)


1. Alat dan Bahan:
a. Darah golongan A,B,AB,O
b. Antiserum
c. Jarum seteril
d. Alkohol 70%
e. Sampler
f. Kapas
2. Cara Kerja:
a. Siapkan alat dan bahan.
b. tentukan daerah jari yang akan ditusuk (di sarankan tidak menusuk ibu
jari karena berhubungan dengan arteri jantung bila di tusuk akan
terasa sangat sakit).
c. Pijat ringan jari yang akan ditusuk kearah ujung,agar darah berkumpul
di ujung jari.
d. Bersihkan tempat yang akan ditusuk dengan membasahi kapas dengan
alcohol 70%.
e. Tusuk di tempat yang telah ditentukan.
f. Setelah darah keluar, teteskan pada kertas yang telah disediakan.
Setelah itu tutup luka dengan kapas dan tutup jarum dengan tutupnya
kembal.

Gambar 4
Tes golongan darah

28
g. Beri tiap tetesan darah dengan serum, usahakan jumlah tetesan dan
serum sama banyak.
h. Amati perubahan yang terjadi. Apakah terjadi pengumpalan atau
tidak.
i. Catat hasil serta bersihkan benda yang terkena darah seperti kapas,
jarum dan yang lain pada tempat yang di sediakan. Serta rapikan.

Setelah kami melakukan percobaan, kami akan memperoleh data-data sepert


yang terdapat pada tabel berikut :

Gol. Rhesus
No. Nama Gambar anti-A anti-B anti-AB anti-D
Darah
1.

2.

3.

4.

5.

6.

E. Reproduksi ( Siklus Estrus)


1. Alat dan Bahan:
a. Mikroskop cahaya
b. Preparat proestrus, estrus, diestrus, metestrus
2. Cara Kerja:
a. letakkan preparat pada mikrosop
b. atur perbesaran hingga terlihat
c. Amati dengan mikroskop.
d. Gambar fase estrus yang terjadi. Perhatikan bentuk dan dominasi
lekosit,ephitel vagina yang berinti dan yang bertanduk.
e. Rapikan alat.

29
F. Uji Kehamilan
1. Alat dan Bahan:
a. Urine ibu hamil muda
b. tespeck
2. Cara Kerja:
a. Tuang urin ibu hamil pada wadah
b. Menyiapkan tespeck dan memasukkan tespeck ke dalam urine selama
30 detik.
c. Menunggu 1-3 menit.Kemudian mengamati perubahan pada tespeck.
d. Jika positif hamil terlihat ada dua strip diTespeck.

30
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

A. Mikroskop
1. Bagian-bagian Mikroskop Cahaya

Tabel 4.1
Bagian-bagian dalam mikroskop cahaya adalah sebagai berikut

Keterangan:
1. Lensa Okuler
1 2. Tabung Mikroskop
2 3. Revolver
4. Pengunci Tabung Kubus
3
5. Lensa Objektif
4
6. Penjepit Preparat
7. Meja Preparat
5 8. Kondensor
6 9. Pemutar Kondensor
10. Diafragma
7 1 11. Pengatur Penjepit Preparat
8 1 12.
9 1 13. Makrometer Sekrup
2 14. Mikrometer Sekrup
1 15. SaklarPengatur intentitas
0 1
Cahaya
3
16. Lampu Mikroskop
1
4
1 1
6 5

Fungsi bagian-bagian mikroskop


a. Lensa okuler runtuk memperbesar banyangan objek yang ditangkap
oleh lensa objektif.
b. Tabung mikroskop untuk mengatur fokus.
c. Revolver untuk memilih lensa objektif yang akan digunakan.
d. Pengunci tabung tubus untuk mengunci tabung tubus agar tidak
bergeser kiri ke kanan.

31
e. Lensa objektif untuk menentukan banyangan objek serta mempebesar
benda yang diamati.
f. Pengunci preparat untuk mengunci preparat agar tidak bergeser.
g. Meja preparat untuk meletakan objek yang akan diamati.
h. Kondensor untuk memfokuskan/mengumpulakan cahaya kebenda yang
diamati.
i. Pengatur kondensor untuk menaik-turunkan kondensor.
j. Diafragma untuk mengatur banyak cahaya yang masuk kedalam
mikroskop.
k. Pengatur penjepit preparat untuk mengatur penjepit preparat kekiri dan
kekanan.
l. Makrometer sekrup untuk mecari fokus banyangang objek secara cepat
sehingga mikroskop turun dan naik dengan cepat.
m. Mikrometer sekrup untuk mecari fokus banyangang objek secara lambat
sehingga mikroskop turun dan naik dengan lambat.
n. Penjepit preparat untuk menjepit preparat agar tidak bergeser kekiri dan
kekanan.
o. Saklar untuk memutuskan atau mengalirkan hubungan aliran listrik ke
mikroskop.
p. Pengatur intentitas cahaya untuk mengatur lampu redup atau nyala
terang.

2. Langkah-langkah Penggunaan Mikroskop


a. Menyiapkan mikroskop
b. Meletakan mikroskop diatas meja kerja tepat didepan pengamat.
c. Membersihkan badan mikroskop dengan tissue.
d. Menyiapkan cawan petri yang berisi kaca preparat dan kaca objek.
e. Mebersihkan kaca preparat dan kaca objek.
f. Mengatur jarak lensa dengan objek
g. Memastikan kabel mikroskop sudah terhubung dengan listrik.
h. Menekan tombol power agar mikroskop aktif dengan cahaya otomatis.
i. Memutar pengatur kasar/makrometer kearah atas – bawah.
j. Memasang kaca preparat yang berisi objek yang akan diamati.
k. Memerhatikan jarak lensa objektif dengan objek pengamat lain.
l. Meneropong lewat lensa okuler sambil memutar mikrometer untuk
melihat kejelasan objek.

32
Pembahasan :

Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan


penelitian dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk mempelajari
struktur benda-benda yang kecil. Setiap jenis mikroskop selalu memiliki
bagian mekanik dan bagian optik meski tisak semua sub-bagian ada. Bagian
mekanik meliputi kaki dan lengan mikroskop, diafragma, revolver, meja
preparat, pemutar halus dan kasar, pengatur atau penjepit praparat dan
sumber cahaya. Sedangkan bagian optik meliputi tiga sistem lensa, yaitu
lensa obyektif, lensa okuler dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler
terletak pada kedua ujung tabung mikroskop.
Lensa obyektif membentuk bayangan pertama dan menentukan struktur
serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta
berkemampuan untuk memperbesar bayangan obyek sehingga dapat
memiliki nilai “apertura” yaitu suatu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif
yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan
struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang berpisah dengan
pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x, 40x dan 100x. Sifat bayangan
yang dihasilkan lensa obyektif adalah maya, terbalik, diperbesar. Sedangkan
lensa okuler untuk memperbesar bayangan dengan sifat maya dan tegak
yang dihasilkan oleh lensa obyektif dengan perbesaran berkisar 4 hingga 25
kali. Penggunaan lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal
(monokuler) atau lensa ganda (binokuler).
Perbesaran yang dicapai suatu mikroskop cahaya adalah hasil kerja dua
sistem lensa yaitu lensa obyektif yang dekat dengan preparat dan lensa
okuler yang terletak pada ujung atas mikroskop dekat dengan mata. Sistem
lensa obyektif memberikan perbesaran lemah terlebih dahulu dan
menghasilkan bayangan nyata, pada gilirannya diperbesar oleh lensa okuler
untuk menghasilkan bayangan maya yang kita lihat. Namun, pada dasarnya
baik lensa obyektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa
cembung yang secara sederhana dan garis besar lensa obyektif
menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat maya,

33
terbalik dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula. Yang menentukan
sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop
cahaya bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan
sementara, yaitu maya, terbalik dan diperbesar. Sedangkan pada mikroskop
elektron bayangan akhir mempunyai sifat nyata, tegak dan diperbesar.
Pada pengamatan sel epitel mukosa mulut yang dimana menggunakan
mikroskop dengan perbesan 40X dan 100X, dari pembesaran yang
dilakukan, objek akan terlihat lebih jelas secara keseluruhan pada
pembesaran 40X dibanding dengan 100X, karena pada pembesaran 40X
bayangan objek yang dihasilkan akan terlihat keseluruhan dan lebih jelas,
namun pada pembesaran 100X objek akan terlihat lebih besar dan nampak
kurang jelas, terdapat beberapa bagian yang tidak terlihat karena
pembesaran tersebut. Faktor yang mempengaruhi dari pengamatan objek
tersebut yaitu dipengaruhi oleh usia mikroskop, intentitas cahaya yang
masuk kedalam mikroskop, kemudian ketelitian pengamat.

B. Struktur Sel
Sel adalah penyusun jaringan tubuh. Perubahan sel menjadi jaringan terjadi
melalui proses spesialisasi. Sel mukosa mulut termaksud ke dalam jaringan
epitelium yaitu jaringan pembatas dan pelapis yang menyelubungi atau
melapisi permukaan organ,rongga, dan saluran baik di luar maupun di dalam
tubuh.

Hasil gambar dari Mikroskop


Bahan : Sel Epitel
Preparat : Sel Epitel Rongga Mulut
Pewarnaan : Methylen Blue 0,1%
Pembasaran : 4 X 10

34
Gambar 4.2
Sel mukosa rongga mulut dari mikroskop

Gambar 4.3
Sel mukosa rongga mulut

Pembahasan :
Dari sel mukosa mulut dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
terdapat inti sel, membrane sel, dan sitoplasma dan membrane inti sel.
Fungsi dari masing-masing organ dalam sel mukosa rongga mulut adalah
sebagai berikut :
a. Membran Sel / Plasma

35
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan
sitoplasma.. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel
yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan oleh sel.
b. Membane inti sel
Merupakan lapisan yang melapisi inti sel dan berfungsi untuk
melindungi inti sel.
c. Nukleus ( inti sel )
Inti sel eukariotik memiliki membrane inti. Dalam nukleus terdapat
nucleolus ( anak inti ) yang berfungsi menyintesis berbagai macam
molekul RNA yang di gunakan dalam perakitan ribosom..
Nukleoplasma ( cairan inti ) merupakan zat yang tersusun dari protein.
Butiran kromatin, butiran kromatin menebal menjadi kromosom yang
mengandung DNA yang berfungsi menyampaikan informasi genetic
melalui sintesis protein.
d. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan sel yang terdapat di dalam sel kecuali di
dalam inti dan organel sel. Sitoplasma Berfungsi sebagai tempat
penyimpanan bahan bahan kimia yang penting bagi metabolisme sel ,
seperti enzim enzim, ion ion, gula, lemak dan protein;
Didalam sitoplasma itulah berlangsung kegiatan pembongkaran dan
penyusunan zat zat melalui reaksi kimia

Jaringan epitelium yang melapisi lapisan luar tubuh disebut epidermis,


jaringan epitelium yang melapisi organ dalam disebut endothelium, dan
jaringan epitelium yang membatasi rongga di sebut mesotelium. Sel-sel
jaringa epitel melekat pada membran dasar yang terbuat dari jaringan ikat.
Jaringan epitel yang tumbuh ke dalam jaringan pengikat menjadi epitel
kelenjar, jaringan epitel kelenjar meliputi sel-sel dengan fungsi khusus
menghasilkan cairan sekresi yang komposisinya berbeda dari darah atau
cairan interseluler. Proses ini biasanya disertai proses makromolekul

36
intraseluler. Persenyawaan ini biasanya ditampung di dalam sel dalam
vesikel-vesikel kecil bermembran yang disebut granul sekresi.

C. Spermatogenesis dan Oogenesis


1. Spermatogenesis

Gambar 4.4
Sel Testis Tikut Putih Mikroskop

Hasil gambar dari Mikroskop


Bahan : Sel Testis
Preparat : Sel Testis Tikus Putih
Pewarnaan : HE ( Hematocilin Eosin)
Pembasaran : 4 X 10

37
Gambar 4.4
Sel testis

Pembahasan :
Yang saya temukan pada mikroskop dengan preparat testis tikus putih
dengan perbasaran 40 X adalah sel spermatogonium, spermaticit I,
spermatocit II, Spermatid, Spermatozoa, Membran Basalis, Lumen,
Fibrioblast. Penjelasan dari masing-masing organel yang ditemukan dalam
mikroskop adalah sebagai berikut :
a. Spermatogonium
Sel yang paling dekat dengan membrana basalis tubulus
seminiferus. Besar sel bervariasi(±12αm) terdiri atas 2 macam sel :
Spermatogonium A pucat (Ap) berbentuk memiliki inti agak lonjong
agak jernih. Berwarna pucat oleh karena kromatin halus dan tersebar,
dan Spermatogonium B berbentuk bulat, lebih kecil, gelap, dan lebih
banyak mengandung ribosom.
b. Spermatosit I
Besarnya 8 ±αm, menyerupai spermatogonium dan inti terlihat
sangat jelas. Pada stadium interfase terlihat butir-butir kromatin
halus tersebar merata. Spermatosit I masih mengandung kromosom
diploid (2n). Spermatosit I ini akan mengalami pembelahan menjadi

38
spermatosit II melalui pembelahan Meiosis,dimana waktu profase
agak lama dimana terjadi perubahan yang hebat dari benang-benang
kromatinnya.
c. Spermatosit II
Bentuk bulat besar 12µm inti menunjukkan pemadatan kelompok
kromatin yang dihubungkan dengan benang-benang kromatin.
spermatosit II sukar dilihat oleh karena itu masa interfasenya
pendek. Sel ini ditemukan dalam ubulus pada stadium bersama-sama
sengan siakines.
d. Spermatid
Sel ini merupakan hasil pembelahan spermatosit II, intinya kecil, dan
umumnya menempati baris ketiga atau keempat dari membrans sel.
e. Spermatozoa
Bentuk kepala yang seperti bulan sabit telihat kurang jelas,
sedangkan ekorya jelas terlihat seperti rambut halus, dan banyak
dekat sel sentroli atau dekat lumen tubulus seminiferous.
f. Membran Basalis
g. Lumen
h. Fibrioblast

Di dalam testis spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus.


Testis dibungkus/dilapisi oleh jaringan pengikat fibrosa yang tipis dan
transparan disebut tunika albuginea. Jaringan tersebut masuk ke dalam
testis membentuk septa (sekat) dan membagi testis dalam beberapa lobus.
Didalam tiap lobus terdapat saluran yang berkelok-kelok disebut tubulus
seminiferus. Dinding tubulus seminiferus disusun oleh sel-sel epitel
seminiferus (epitel germinal) yang selalu membelah secara mitosis dan
meiosis dalam membentuk spermatozoa. Tubulus seminiferus tersebut
dibatasi oleh lapisan sel-sel gepeng yang dinamakan membran basalis dan
didalam tubulus seminiferus terdapat lumen.Dari hasil pembelahan mitosis
dan meiosis akan berbentuk berbagai tingkat pekembangan sel kelamin.

39
2. Oogenesis

Gambar 6
Sel spermatozoa dalam mikroskop

Hasil gambar dari Mikroskop


Bahan : Sel Ovarium
Preparat : Sel Ovarium Tikus Putih
Pewarnaan : HE (Hematoxilin Eosin)
Pembasaran : 4 X 10

40
Gambar 4.5
Sel Ovarium

Pembahasan :
Yang saya temukan pada mikroskop dengan preparat ovarium tikus putih
dengan perbasaran 40X adalah epithelium germinativum, Tunika
Albugenia, Folikel Primeies, Folikel Sekunder, Folikel Terseier, Folikel de
Graff, dan Korpus Luteum. Penjelasan dari masing-masing organel yang
ditemukan dalam mikroskop adalah sebagai berikut :
a. Epithelium germinativum
Epitel selapis gepeng atau epitel kubis yang menutupi permukaan
ovarium
b. Tunika Albugenia
Selaput tipis pembugkus ovarium
c. Folikel Primeies
Folikel ini di bawah pengaruh hormon FSH. Ciri-ciri dari folikel
primer yaitu: Sel-sel follikel turut berkembang yang tadinya berbentuk
pipih selapis, berubah menjadi kubis sebaris, dan membran basal
masih tetap tipis.
d. Folikel Sekunder
Oosit primer terus berkembang, sel folikel mulai berkembang biak
sehingga tampak dua lapis. Di luar selaput vitelin mulai terjadi zona
pelusida yang dihasilkan oleh sel folikel. Di sebelah dalam selaput

41
vitelin kuning telur bertambah banyak, membran basal sedikit
menebal. Penambahan diameter keseluruhan follikel, demikian juga
oosit primer.
e. Folikel Terseier
Perkembangan oosit primer telah berhenti, zona pelusida sudah cukup
tebal. Pada waktu yang bersamaan sel follikel yang terdapat di tengah
berdegenerasi, membentuk antrum follikuli yang baru. Antrum
follikuli yang
f. Folikel de Graff
Folikel ini merupakan tingkatan terakhir dalam fase folikuli. Folikel
ini terbentuk karena adanya peningkatan FSH pada ovarium. Folikel
de graaf yang matang berisi likuor folikel, mengandung estrogen dan
siap berovulasi.
g. Korpus Luteum
Corpus Luteum
Corpus luteum adalah masa jaringan kuning di dalam ovarium yang
dibentuk oleh sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan
ovumnya. Corpus luteum akan berhenti memproduksi progesteron
pada saat ovum tidak dibuahi dan berkembang menjadi corpus
albikan. Pada saat ini, lapisan uterus akan meluruh.

Ovarium di lapisi sel epitel yang terdapat banyak folikel yang akan matang
dan emudian menjadi ovum. Struktur ovarium: ephitelium Germinativum,
tunica albuginea, folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder,
folikel tersier, folikel de grsaf .
Proses terbentuknya ovum di awali dengan setelah haid hipofisis anterior
mensekresikan FSH (follicle stimulating hormone). Hormone ini
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan pematangan ovum. Selama
pertumbuhan folikel menjadi follikel graaf terjadi proses pengeluaran dan
pembentukan hormone esterogen. Adanya esterogen akan menghambat
pengeluaran FSH dan memacu pengeluaran LH yang dikeluarkan lobus
anterior hipofisis. Pada tahap akhir dengan pecahnya follikel graaf, ovum

42
terlepas dan terlempar keluar, disebut ovulasi. Folikel graaf yang pecah
pada saat ovulasi berubah menjadi korpus rubrum yang mengandung
banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi
korpus luteum . korpus luteum menghasulkan hormone progresteron. Jika
tidak ada kehamilan korpus luteum bergenerasi sehingga progresteron dan
esterogen menurun.

D. Golongan Darah
Golongan darah sangat penting untuk diketahui sehubungan dengan tranfusi
darah yaitu memasukkan darah seseorang ke dalam tubuh orang lain melalui
pembuluh darah vena. Metoda penggolongan darah yang umum dilakukan
dengan cara teknik slide. Meneteskan darah pada kertas golongan darah
kemudian ditambahkan dengan anti serum A, anti serum B dan antiserum D
maka hasil yang didapatkan yaitu:

43
Tabel
Hasil Penggolongan Golongan Darah

Golongan
No Nama Gambar anti-A anti-B anti-AB anti-D Rhesus
Darah

1. Julius Menggumpal Tidak Tidak Tidak A +


menggumpal menggumpal menggumpal

2. Devi Tidak Menggumpal Menggumpal Tidak B +


menggumpal
Menggumpal

44
3. Regita Menggumpal Menggumpal Menggumpal Tidak AB +

Menggumpal

4. Natan Tidak Tidak Tidak Menggumpal O +


menggumpal menggumpal menggumpal

45
Pembahasan
Berdasarkan data di atas, sampel darah Devi menggumpal ketika ditetesi
serum beta dan serum alfa-beta, sedangkan tidak terjadi penggumpalan
apabila ditetesi serum anti alfa. Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit Devi
mengandung antigen B dan aglutinnin α atau anti-A pada bagian plasma
darahnya, sehingga terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum beta dan alfa-
beta. Sehingga, golongan darah Adhyanasari yaitu B. Adapun pada serum
rhesus terjadi penggumpalan, sehingga darah Devi termasuk golongan rhesus
positif. Golongan darah Adhyanasari dapat dituliskan B+.
Berdasarkan data di atas, sampel darah Julius menggumpal ketika ditetesi
serum alfa dan serum alfa-beta, sedangkan tidak terjadi penggumpalan
apabila ditetesi serum beta. Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit Hainun
mengandung antigen A dan agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma
darahnya, sehingga terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum alfa dan alfa-
beta. Sehingga, golongan darah Julius yaitu A. Adapun pada serum rhesus
terjadi penggumpalan, sehingga darah Hainun termasuk golongan rhesus
positif. Golongan darah Julius dapat dituliskan A+.
Berdasarkan data di atas, sampel darah Natan tidak menggumpal ketika
ditetesi serum alfa, serum beta dan serum alfa-beta. Hal ini menunjukkan
bahwa eritrosit Natan tidak mempunyai antigen A juga B, namun pada plasma
darahnya, diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β, sehingga tidak terjadi
penggumpalan ketika ditetesi serum alfa, serum beta dan alfa-beta. Sehingga,
golongan darah Natan yaitu O. Adapun pada serum rhesus terjadi
penggumpalan, sehingga darah Natan termasuk golongan rhesus positif.
Golongan darah Natan dapat dituliskan O+.
Berdasarkan data di atas, sampel darah Regita menggumpal ketika ditetesi
serum alfa, serum beta dan serum alfa-beta. Hal ini menunjukkan bahwa
eritrosit Regita mempunyai antigen A juga B, namun pada plasma darahnya,
tidak diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β, sehingga terjadi
penggumpalan ketika ditetesi serum alfa, serum beta dan alfa-beta. Sehingga,
golongan darah Risky yaitu AB. Adapun pada serum rhesus terjadi

46
penggumpalan, sehingga darah Regita termasuk golongan rhesus positif.
Golongan darah Regita dapat dituliskan AB.

E. Reproduksi( Siklus Estrus)


Hasil pengamatan proses estrus di mikroskop

Gambar 4.8
Siklus estrus pada mikroskop

Pembahasan :
Perubahan-perubahan siklik dalm sistem reproduksi diatur hormon-hormon dari
pituitary anterior gonadal axis. Organ-organ
Peoestus-estrus-metestrus-diestrus.

- Sel epitel berinti banyak


- Sel tidak bertanduk
- Leukosit tidak ada atau sedikit
- Terjadi pembentukan folikel sampai tumbuh
maksimum. Pertumbuahan folikel ini
menghasilkan estrogen sehingga dinding uterus
menjadi lebih tebal dan halus serta lebih
bergranula.
- Ciri tubuh : orificium membuka

47
- Disebut sel tanduk
- Sel leukosit meningkat dari poestrus
- Waktu birahi atau musim kawin
- Ciri tubuh : orificium membuka, vulva membuka,
dalam serviks jumlah lendir bentambah dan sifat
lendir bersifat transparan/ tembus pandang serta
dapat mengalir ke vagina
- Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi
dan betina siap menerima sperma dari jantan. Sel-
sel epitel menanduk merupakan indikator
terjadinya ovulasi.

- Sel epitel menurun


- Ciri tubuh : terdapat leukosit di vagina, lendir
serviks daric air menjadi kental, hormone estrogen
turun dan hormone progesterone naik

- Terdapat serabut-serabut benang


- Serabut meningkat dari pada inti
- Ciri tubuh : mukosa vagina tipis, uterus
mengalami penebalan dan endometrium, otot-otop
pada vagina mengendor, serviks menutup dan
lendir vagina menjadi pucat

48
Sel epitel berinti Leukosit Bertanduk
Diestrus +++ +++ -
Proestrus ++ ++ +
Estrus - - +++
Metestrus ++ ++ ++
Keterangan:
+++ :banyak
++ :sedikit
+ :sedikit sekali
_ :tidak ada

F. Uji Kehamilan
Bahan : Urine Ibu hamil usia 5 bulan
Tujuan : Pemeriksaan Uji Kehamilan untuk mengetahui hormone HCG
Hasil : Terdapat 2 stip pada berwarna merah pada test pack

Gambar 10
Uji Kehamilan dengan menggunakan Tes peck

Pembahasan :
Hasil yaitu positif (+). Terlihat pada test pack terdapat 2 garis merah sejajar
tetapi kabur/ kurang jelas, yang artinya positif hamil. Urine yang digunakan
untuk pemeriksaan adalah Ibu Hamil dengan usia kehamilan 5 bulan.
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba
Fallopi, telur yang dibuahi itu bergerak menuju Rahim dan melekat pada

49
dinding Rahim dan sejak saat itulah plasenta berkembang dan memproduksi
Hormon HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta urine. Hormon HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) merupakan hormone yang dihasilkan
selama kehamilan dalam plasenta manusia dan bertanggung jawab dalam
pemeliharaan kehamilan. Hormon HCG juga merupakan suatu hormon seks
yang dapat digunakan untuk penentuan kehamilan secara sederhana.
Hormon ini dieksresikan melalui urin ibu yang sedang hamil. Keberadaan
homormon HCG ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama
keterlambatan haid (yang merupakan hari keenam sejak perlengketan janin
pada dinding Rahim. Pada hormone HCG ini bertambah hingga minggu ke
14-16 kehamilan. Sebagian ibu mengalami penambahan hormone HCG
sebanyak 2x lipat sebanyak 3 hari. Peningkatan kadar hormone ini biasanya
ditandai dengan mual dan pusing yang dirasakan ibu hamil. Setelah itu
kadar HCG menurun terus secara perlahan dan mencapai kadar normal
beberapa saat persalinan.
Test pack adalah sebuah alat yg digunakan untuk mengetahui kehamilan.
Alat ini di rancang sedemikiaan rupa untuk mempermudah penggunaan bagi
orang awam. Tes kehamilan tidak harus dipagi hari, namun jika hasil lebih
akuratnya sebaiknya dilakukan setelah bangun tidur hal ini dikarenakan
urine masih dalam keadaan terkonsentrasi. Urine yang diuji tergantung
konsentrasinya. Hal ini dapat dipengaruhi dari cairan yang kita minum
karena air yang kita minum dapat mempengaruhi keenceran urine.
Seseorang dikatakan hamil apabila kadar hormon HCG diatas 25 mlu/ml.
Jumlah kadar HCG yang ideal bisa berubah atau berbeda-beda tergantung
pada usia kehamilan. Kadar HCG yang ideal adalah tidak terlalu rendah,
maupun tidak terlalu tinggi. Jumlah hormon HCG tidak ditentukan oleh
umur si ibu, jadi yang benar-benar mempengaruhi jumlah kadar HCG
adalah usia kehamilan.
Pada praktikum uji kehamilan ini menggunakan urine ibu hamil dengan usia
kehamilan 5 bulan dan hasilnya terdapat 2 garis merah yang menandakan
positif hamil. Dua garis merah tersebut terlihat samar-samar atau kurang
jelas yang menandakan bahwa hormone HCG yang diproduksi pada usia

50
kehamilan 5 bulan sudah menurun sehingga 2 garis merah pada test pack
tidak begitu jelas terlihat. Pada pemeriksaan uji kehamilan agar lebih akurat
disarankan uji test kehamilan pada usia kandungan kurang dari 3 bulan.

BAB V

PENUTUP

51
A. Kesimpulan
1. Sel mukosa mulut termaksud ke dalam jaringan epitelium yaitu jaringan
pembatas dan pelapis yang menyelubungi atau melapisi permukaan
organ,rongga, dan saluran baik di luar maupun di dalam tubuh. Dari hasil
pengamatan bagian sel yang tampak ialah membran sel.inti sel dan
sitoplasma.
2. Pada hasil praktikum, didapatkan gambar yang tampak pada
spermatogenesis adalah. Bagian yang tampak pada oogenesis adalah
3. Golongan darah dapat ditentukan dengan pemberian antigen, Golongan
darah A akan mengumpal saat di beri anti a, golongan darah B akan
mengumpaljika diberi anti b, golongan AB akan menggumpal jika di beri
anti a dan b, sedangkan golongan darah 0 tidak akan menggumpal. Resus
(+) jika terjadi penggumpalan saat diberi anti D, dan resus (-) tidak akan
menggumpal.
4. Pada tes kehamilan dengan tes pack, akan diketahui positif jika terdapat 2
garis merah dan menunjukan adanya hormon HCG.

B. Saran
Materi praktikum ini sebenarnya cukup menarik untuk diketahui oleh para
mahasiswa. Tetapi yang perlu diketahui adalah bahwa materi ini cukup sulit
untuk dipahami .oleh karena itu, akan lebih baik jika materi ini didalami
dengan baik, artinya bahwa perlu penjelsan yang leih jelas dan terperinci
lagi , sehingga dapat membantu mahasiswa untuk dapat lebih mmahaminya
lagi.

52
DAFTAR PUSTAKA

53
LAMPIRAN

54
Bagian bagian mikroskop

55
Sel epitel dan gambar hasil pengamatan

56
Spermatogenesis dan hasil pengamatan

57
Oogenesis dan hasil pengamatan

58

Anda mungkin juga menyukai